PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • te psl. 15 hlm. 63-66
  • Budak yang Tidak Mau Mengampuni

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Budak yang Tidak Mau Mengampuni
  • Mendengar kepada Guru yang Agung
  • Bahan Terkait
  • Mengapa Kita Harus Suka Mengampuni
    Belajarlah dari sang Guru Agung
  • Pelajaran Dalam Hal Mengampuni
    Tokoh Terbesar Sepanjang Masa
  • Pentingnya Terus Mengampuni
    Yesus—Jalan, Kebenaran, Kehidupan
  • Mereka ”Terus Mengikuti Anak Domba”
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2009
Lihat Lebih Banyak
Mendengar kepada Guru yang Agung
te psl. 15 hlm. 63-66

Pasal 15

Budak yang Tidak Mau Mengampuni

PERNAHKAH seseorang melakukan sesuatu hal yang salah kepadamu?⁠— Apakah ia melakukan atau mengucapkan sesuatu yang kasar kepadamu?⁠— Hal itu membuat engkau merasa tidak senang, bukankah begitu?⁠—

Jika sesuatu hal seperti itu terjadi, apakah engkau akan memperlakukan orang lain itu dengan cara yang sama kasarnya seperti perbuatannya terhadap engkau?⁠— Banyak orang akan berbuat begitu.

Tapi Guru yang Agung mengatakan bahwa kita hendaknya mengampuni mereka yang berbuat salah terhadap kita. Untuk memperlihatkan betapa pentingnya untuk suka mengampuni, Yesus menceritakan sebuah cerita. Sukakah engkau mendengarkannya?⁠—

Pada suatu waktu ada seorang raja. Ia adalah seorang raja yang baik. Ia sangat baik budi. Bahkan ia suka meminjamkan uang kepada budak2nya jika mereka membutuhkan bantuan.

Tapi sampailah waktunya manakala raja menginginkan uangnya kembali. Maka ia memanggil budak2nya yang berhutang kepadanya. Nah, ada seseorang yang berhutang kepada raja enam puluh juta keping uang! Itu suatu jumlah uang yang sangat banyak. Uang itu lebih banyak dari yang dapat saya miliki dalam seluruh kehidupan saya.

Budak ini telah mempergunakan uang raja dan tidak ada apa2 untuk membayarnya kembali. Maka raja mengeluarkan perintah agar hamba itu dijual. Raja juga mengatakan untuk menjual istri dan anak2nya dan segala sesuatu yang dimilikinya. Lalu dari uang penjualan itu raja akan dibayar. Menurutmu, bagaimanakah perasaan budak itu?⁠—

Budak itu memohon kepada raja: ’Mohonlah, jangan melakukan itu kepada hamba. Berikanlah kepada hamba waktu lebih banyak lagi, dan saya akan membayar kembali segala sesuatu yang hamba berhutang kepada tuanku.’ Jika engkau adalah raja itu, apakah yang engkau akan lakukan terhadap budak itu?⁠—

Raja yang baik budi itu merasa kasihan terhadap budaknya itu. Maka ia mengatakan kepada budak itu bahwa dia tidak perlu lagi membayar uang itu kembali. Dia tidak perlu membayar kembali sekepingpun dari keenam puluh juta keping uang itu! Pasti budak itu sangat bersukacita!

Tapi apakah yang kemudian dilakukan oleh budak itu? Dia berjalan keluar dan menjumpai seorang budak yang lain yang berhutang padanya hanya seratus keping uang. Itu sama sekali bukan uang yang banyak dibandingkan dengan enam puluh juta keping uang tadi. Laki2 itu memegang sesama budak itu di lehernya dan mulai mencekik dia. Dan ia berkata kepadanya: ’Bayarlah kembali seratus keping uang yang engkau berhutang kepadaku.’

Dapatkah engkau membayangkan seseorang melakukan perkara seperti demikian itu?⁠— Budak itu telah sangat diampuni oleh raja yang baik budi itu. Dan sekarang ia berpaling dan meminta agar temannya budak membayar kembali seratus keping uang. Ini bukan hal yang baik untuk dilakukan.

Nah, budak yang berhutang hanya sebanyak seratus keping uang itu adalah orang yang miskin. Ia tidak dapat segera membayar uang itu kembali. Maka ia terjatuh di kaki teman budak itu dan memohon: ’Berikanlah saya waktu lagi, dan aku akan membayar kembali apa yang aku terhutang kepadamu.’ Apakah orang ini akan memberikan lebih banyak waktu kepada temannya budak itu?⁠— Apakah engkau akan melakukannya?⁠—

Nah, orang ini tidak baik, sebagaimana perbuatan sang raja itu. Disebabkan rekannya itu tidak dapat membayarnya dengan segera, ia memasukkannya ke dalam penjara. Pastilah ia tidak suka mengampuni.

Budak2 yang lain melihat kejadian ini. Mereka menceritakan kepada sang raja mengenai perkara ini. Raja menjadi sangat marah kepada budak yang tidak suka mengampuni itu. Maka ia memanggilnya dan berkata: ’Engkau hamba yang jahat, bukankah aku sudah mengampuni apa yang engkau terhutang kepadaku? Maka, bukankah hendaknya engkau juga suka mengampuni terhadap sesama hamba denganmu itu?’

Seharusnya ia sudah mendapatkan pelajaran dari raja yang baik budi itu. Tetapi dia tidak. Maka sekarang raja memasukkan budak yang tidak suka mengampuni itu ke dalam penjara sampai ia membayar kembali keenam puluh juta keping uang itu. Dan tentu saja, di dalam penjara ia tidak akan pernah dapat mencari uang untuk membayarnya kembali. Maka ia akan tinggal di sana sampai ia meninggal.

Seraya Yesus selesai menceritakan cerita ini, ia berkata kepada pengikut2nya: ’Demikianlah juga Bapaku yang di surga akan berbuat kepadamu jika engkau tidak mengampuni saudaramu dari hatimu.’—Matius 18:21-35.

Engkau lihat, kita semua berhutang banyak sekali kepada Allah. Kehidupan kita berasal dari pada Allah, tetapi disebabkan kita melakukan perkara2 yang salah, Dia dapat mengambilnya dari pada kita. Jika kita mencoba membayarnya kepada Allah dengan uang, tidak pernah dalam sepanjang kehidupan kita dapat mencari uang yang cukup untuk membayar kepadanya apa yang kita berhutang kepada Allah.

Jika dibandingkan dengan hutang kita kepada Allah, orang2 lain mempunyai hutang sedikit saja kepada kita. Apa yang mereka berhutang kepada kita dipinjam oleh budak itu kepada yang lain tadi. Tapi hutang kita kepada Allah adalah bagaikan keenam puluh juta keping uang yang menjadi hutang budak itu kepada raja.

Allah sangat baik. Sekalipun kita telah melakukan perkara2 yang salah, Ia akan mengampuni kita. Ia tidak akan memaksa kita membayarnya dengan mengambil kehidupan kita se-lama2nya. Tapi Ia akan mengampuni kita jika saja kita percaya pada PutraNya Yesus, dan jika kita mengampuni orang2 lain yang berkesalahan kepada kita. Bukankah itu suatu perkara yang perlu direnungkan?⁠—

Jadi, jika seseorang melakukan suatu perkara yang tidak baik kepadamu lalu mengatakan maaf, apakah yang akan engkau lakukan? Apakah engkau akan mengampuninya?⁠— Bagaimanakah jika hal itu terjadi ber-ulang2 kali? Apakah engkau masih akan mengampuninya?⁠—

Jika kita yang ingin diampuni, maka kita ingin orang2 lain mengampuni kita, bukankah begitu?⁠— Kita hendaknya melakukan hal yang sama baginya. Hendaknya kita jangan hanya mengatakan mengampuninya, tetapi hendaknya kita sungguh2 mengampuninya dari hati kita. Jika kita berbuat itu, kita memperlihatkan bahwa kita sungguh2 ingin menjadi pengikut2 Yesus.

(Untuk menandaskan pentingnya mengampuni, bacalah juga Matius 6:14, 15, Lukas 17:3, 4 dan Amsal 19:11.)

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan