Mempersembahkan Kabar Kesukaan—Dng Bijaksana
(Tercetak sebagai km No. 95)
1 ”Hendaklah senantiasa perkataanmu itu berkat, dimasinkan dng garam, supaya dapat kamu mengetahui bagaimana kamu memberi jawab kepada tiap2 orang.” (Kol. 4:6, Bode) Betapa bagus nasihat yg diberikan rasul Paulus! Ada baiknya kita tetap mengingat nasihat ini seraya kita membagikan kebenaran kepada orang2 lain.—2 Kor. 6:3.
DLM KESAKSIAN UMUM
2 Bijaksana antara lain berarti mengetahui apa yg harus dilakukan atau dikatakan utk memelihara hubungan yg baik dng orang2 lain dan menghindari menyinggung perasaan seseorang. Dlm kegiatan kesaksian umum kita bertemu dng orang2 yg mengatakan bahwa mereka sibuk. Jika kita melihat bahwa mereka benar2 sibuk, kita dapat mengatakan bahwa kita ingin kembali pada kesempatan lain utk berbicara dng mereka. Jika mereka kelihatannya tidak sesibuk itu, kita dapat mengatakan, ”Saya hanya akan berbicara sebentar saja.” Setelah itu, kita dapat meringkaskan apa yg sebenarnya ingin kita bahas, dng mempersingkat pembicaraan beberapa menit.
3 Kadang2 kita mungkin bertemu dng penghuni rumah yg kasar. Kita tidak ingin memberikan jawaban yg tidak sopan dan ”membalas kejahatan dng kejahatan”. (Rm. 12:17) Kita perlu bijaksana, memperhatikan peringatan di Amsal 15:1, ”Jawaban yg lemah lembut meredakan kegeraman.”
PADA WAKTU KUNJUNGAN KEMBALI
4 Kadang2 bila kita mengunjungi orang2 yg telah mengambil bacaan, ternyata mereka sama sekali tidak membaca bacaan itu. Kita ingin menganjurkan orang2 sedemikian agar membaca bacaan yg mereka peroleh. Utk berbuat demikian kita dng bijaksana dapat mengemukakan pertanyaan2 yg menarik yg dijawab oleh publikasi itu. Hal ini dapat membangkitkan selera rohani dan mendorong mereka utk membaca bahan yg mereka miliki.
5 Banyak dari kita telah berpengalaman membuat janji yg pasti utk berkunjung kembali, tetapi ternyata orang itu tidak di rumah pada waktu kita datang. Meskipun hal ini mengecewakan dan mungkin telah memakan waktu dan usaha kita, bila kita bertemu dng orang itu lagi kita harus tetap bijaksana dng kata2 kita. Kita dapat mengatakan kepadanya bahwa sayang sekali kita tidak berjumpa dengannya dan bahwa kita akan mengerahkan usaha istimewa utk berkunjung lagi dan bahwa kita berharap utk mengadakan pembahasan Alkitab lebih lanjut.
PADA WAKTU PELAJARAN ALKITAB
6 Orang2 tidak selalu membuat persiapan utk pelajaran mereka. Jika demikian kita dapat menggunakan sedikit waktu utk memperlihatkan caranya membuat persiapan. Atau kita dapat mengemukakan beberapa dari hal2 yg dapat mereka pelajari dng mempersiapkan lebih dahulu. Pelajaran akan dapat berjalan dng lebih cepat, dan mereka dapat membuat kemajuan yg lebih besar.
7 Pribadi yg kita beri pelajaran mungkin tidak menghadiri perhimpunan dng tetap tentu sebagaimana mestinya. Kita dapat membahas ayat2 seperti misalnya Mazmur 133:1 atau Ibrani 10:24, 25 dan tanyalah bagaimana pengertiannya tentang ayat2 ini. Penyiar2 yg masuk kebenaran dng agak cepat mungkin menjadi tidak sabar terhadap orang2 yg lambat membuat kemajuan. Tetapi kita harus ingat bahwa orang2 tidak sama, jadi kita perlu mempraktekkan kesabaran yg lebih besar terhadap orang2 tertentu.
8 Paulus memberitahu Timotius bahwa ”seorang hamba Tuhan . . . harus ramah terhadap semua orang. Ia harus cakap mengajar, . . . dan lemah lembut dapat menuntun orang yg suka melawan”. (2 Tim. 2:24, 25) Jika hal itu memang demikian berkenaan mereka ”yg suka melawan”, mereka yg telah memperlihatkan minat sampai pada suatu taraf setuju utk belajar, pasti harus ditangani dng cara yg lemah lembut dan bijaksana. Ini termasuk anak2 kita dan orang2 lain dlm keluarga kita sendiri yg belajar dng kita.
9 Seraya kita mempersembahkan kabar kesukaan dlm kesaksian umum, pada waktu kunjungan kembali, atau pada pelajaran Alkitab, semoga kita semua meniru teladan dari Guru Agung, Yesus, yg mengatakan tentang dirinya sendiri, ”Aku lemah lembut dan rendah hati.” (Mat. 11:29) Kita harus memperlihatkan sifat2 yg sama, lemah lembut dan bijaksana dlm pekerjaan pengabaran dan menjadikan murid.