-
”Kalian . . . Membuat Yerusalem Penuh dengan Ajaran Kalian””Memberikan Kesaksian yang Saksama tentang Kerajaan Allah”
-
-
BAGIAN 1 • KISAH 1:1–6:7
”Kalian . . . Membuat Yerusalem Penuh dengan Ajaran Kalian”
Begitu menerima pencurahan kuasa kudus pada hari Pentakosta 33 M, murid-murid Yesus langsung sibuk memberikan kesaksian tentang Kerajaan Allah. Dalam bagian ini, kita akan membahas laporan menarik tentang lahirnya sidang Kristen, semakin gencarnya kesaksian di Yerusalem, dan keberanian para rasul dalam menghadapi tentangan yang kian memuncak.
-
-
”Sidang Jemaat . . . Mulai Dianiaya dengan Parah””Memberikan Kesaksian yang Saksama tentang Kerajaan Allah”
-
-
BAGIAN 2 • KISAH 6:8–9:43
”Sidang Jemaat . . . Mulai Dianiaya dengan Parah”
Apakah tentangan yang memuncak menyebabkan orang Kristen abad pertama berhenti memberikan kesaksian tentang Kerajaan Allah? Justru sebaliknya. Dalam bagian ini, kita akan melihat bahwa penganiayaan keji malah menghasilkan perluasan pekerjaan pengabaran.
-
-
”Orang-Orang dari Bangsa Lain . . . Menerima Firman Allah””Memberikan Kesaksian yang Saksama tentang Kerajaan Allah”
-
-
BAGIAN 3 • KISAH 10:1–12:25
”Orang-Orang dari Bangsa Lain . . . Menerima Firman Allah”
Apakah orang Yahudi pengikut Yesus bersedia memberitakan kabar baik kepada orang non-Yahudi yang tidak bersunat? Di bagian ini, kita akan melihat bagaimana kuasa Yehuwa membuka hati orang-orang Kristen dan membantu mereka mengatasi prasangka, sehingga menjadi daya dorong yang besar bagi pekerjaan memberikan kesaksian kepada semua bangsa.
-
-
”Diutus Melalui Kuasa Kudus””Memberikan Kesaksian yang Saksama tentang Kerajaan Allah”
-
-
BAGIAN 4 • KISAH 13:1–14:28
”Diutus Melalui Kuasa Kudus”
Di bagian ini, kita akan mengikuti Rasul Paulus dalam perjalanan utusan injilnya yang pertama. Di kota demi kota, sang rasul dianiaya. Namun, di bawah bimbingan kuasa kudus, dia terus memberikan kesaksian, membentuk sidang-sidang baru. Laporan yang mendebarkan ini pasti akan menggugah kita untuk semakin bersemangat dalam pelayanan kita.
-
-
”Para Rasul dan Para Penatua Berkumpul””Memberikan Kesaksian yang Saksama tentang Kerajaan Allah”
-
-
BAGIAN 5 • KISAH 15:1-35
”Para Rasul dan Para Penatua Berkumpul”
Suatu masalah yang serius muncul dan mengancam perdamaian serta persatuan sidang-sidang. Kepada siapa sidang-sidang meminta petunjuk dan bimbingan untuk mengatasi perbantahan tersebut? Di bagian ini, kita akan mendapat pemahaman tentang bagaimana sidang abad pertama diorganisasi, yang menjadi pola bagi umat Allah zaman sekarang.
-
-
”Mari Kita Kembali dan Mengunjungi Saudara-Saudara””Memberikan Kesaksian yang Saksama tentang Kerajaan Allah”
-
-
BAGIAN 6 • KISAH 15:36–18:22
”Mari Kita Kembali dan Mengunjungi Saudara-Saudara”
Apa peranan penting para pengawas wilayah dalam sidang Kristen? Berkat apa saja yang dihasilkan jika kita menerima tugas-tugas dari organisasi Yehuwa dengan semangat kerelaan? Bagaimana kita bisa bertukar pikiran dari Alkitab dengan efektif, dan mengapa kita perlu menyesuaikan diri dengan pendengar kita? Kita akan mengetahui jawaban pertanyaan ini dan pertanyaan lainnya seraya menemani rasul Paulus dalam perjalanan utusan injilnya yang kedua.
-
-
”Mengajar . . . di Depan Umum dan dari Rumah ke Rumah””Memberikan Kesaksian yang Saksama tentang Kerajaan Allah”
-
-
BAGIAN 7 • KISAH 18:23–21:17
”Mengajar . . . di Depan Umum dan dari Rumah ke Rumah”
Mengapa kita perlu rendah hati serta rela menyesuaikan diri sewaktu mengajar orang lain? Apa metode utama memberitakan kabar baik? Bagaimana kita bisa memperlihatkan bahwa melakukan kehendak Allah lebih penting ketimbang urusan pribadi kita? Kisah mendebarkan tentang perjalanan Paulus yang ketiga dan terakhir sebagai utusan injil bisa membantu kita menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sangat penting ini.
-
-
”Memberitakan tentang Kerajaan Allah . . . Tanpa Halangan””Memberikan Kesaksian yang Saksama tentang Kerajaan Allah”
-
-
BAGIAN 8 • KISAH 21:18–28:31
”Memberitakan tentang Kerajaan Allah . . . Tanpa Halangan”
Di bagian ini, kita akan mengikuti pengalaman Paulus ketika menghadapi amuk massa, menjalani pemenjaraan, dan diadili di hadapan berbagai pejabat Romawi. Sementara menjalani semua itu, sang rasul terus memberikan kesaksian tentang Kerajaan Allah. Sambil menyimak bagian penutup buku Kisah yang mendebarkan, renungkanlah, ’Bagaimana saya dapat meniru penginjil yang berani dan penuh semangat ini?’
-
-
”Kalian Akan Menjadi Saksiku””Memberikan Kesaksian yang Saksama tentang Kerajaan Allah”
-
-
PASAL 2
”Kalian Akan Menjadi Saksiku”
Bagaimana Yesus mempersiapkan rasul-rasulnya untuk memimpin pekerjaan pengabaran
Berdasarkan Kisah 1:1-26
1-3. Bagaimana perpisahan Yesus dengan para rasulnya, dan pertanyaan apa saja yang timbul?
MEREKA belum puas. Bagi para rasul, pekan-pekan belakangan ini terasa sungguh menggetarkan hati! Kebangkitan Yesus telah mengubah keputusasaan mereka yang pilu menjadi sukacita yang menggebu. Selama 40 hari terakhir, Yesus telah berulang kali menemui para pengikutnya, menyampaikan lebih banyak ajaran dan anjuran kepada mereka. Namun, pada hari ini, dia akan menemui mereka untuk terakhir kalinya.
2 Sambil berdiri bersama-sama di Gunung Zaitun, para rasul menyimak baik-baik setiap kata yang Yesus ucapkan. Setelah dia selesai berbicara—terlalu cepat, rasanya—dia mengangkat tangannya dan memberkati mereka. Kemudian, dia mulai terangkat dari tanah! Para pengikutnya menatapnya lekat-lekat sementara dia naik ke langit. Akhirnya, awan menyembunyikannya dari pandangan mereka. Dia telah pergi, tetapi mereka masih terus menatap langit.—Luk. 24:50; Kis. 1:9, 10.
3 Peristiwa itu menjadi titik balik dalam kehidupan rasul-rasul Yesus. Apa yang akan mereka lakukan sekarang setelah Majikan mereka, Yesus Kristus, naik ke surga? Tentu, Majikan mereka pasti telah mempersiapkan mereka untuk melanjutkan pekerjaan yang telah dia mulai. Bagaimana dia memperlengkapi mereka untuk tugas penting ini, lalu bagaimana tanggapan mereka? Dan, apa kaitannya dengan orang Kristen di masa sekarang? Jawabannya yang membesarkan hati ada dalam pasal pertama buku Kisah.
”Banyak Bukti yang Meyakinkan” (Kis. 1:1-5)
4. Bagaimana Lukas mengawali catatannya di buku Kisah?
4 Lukas mengawali catatannya dengan menyapa Teofilus. Injil yang Lukas tulis sebelumnya juga ditujukan kepadanya.a Lukas dengan jelas menunjukkan bahwa tulisannya ini adalah kelanjutan dari kisah yang pertama. Mula-mula, dia merangkum peristiwa-peristiwa yang dicatat di akhir Injilnya, dengan menggunakan kata-kata yang berbeda dan menambahkan beberapa perincian baru.
5, 6. (a) Apa yang akan membantu para pengikut Yesus menjaga iman mereka tetap kuat? (b) Bagaimana iman orang Kristen sekarang didasarkan atas ”banyak bukti yang meyakinkan”?
5 Apa yang akan menjaga agar iman para pengikut Yesus tetap kuat? Di Kisah 1:3, kita membaca tentang Yesus: ”Dia memberi mereka banyak bukti yang meyakinkan untuk menunjukkan bahwa dia hidup.” Di Alkitab, hanya Lukas, ’tabib yang dikasihi’ inilah, yang menggunakan kata yang diterjemahkan menjadi ”bukti yang meyakinkan”. (Kol. 4:14) Kata tersebut adalah istilah teknis dalam tulisan medis kala itu, yang memaksudkan bukti yang jelas, bisa dipercaya, dan andal. Bukti seperti itulah yang Yesus berikan. Berkali-kali, dia menemui para pengikutnya, kadang kepada satu atau dua orang, kadang kepada semua rasul, dan sekali peristiwa kepada lebih dari 500 orang percaya. (1 Kor. 15:3-6) Benar-benar bukti yang meyakinkan!
6 Sekarang, iman orang Kristen sejati juga didasarkan atas ”banyak bukti yang meyakinkan”. Adakah bukti bahwa Yesus pernah hidup di bumi, mati untuk dosa-dosa kita, dan dibangkitkan? Ya, ada! Dalam Firman Allah yang terilham, berbagai laporan saksi mata yang dapat diandalkan menyediakan segala bukti meyakinkan yang kita butuhkan. Jika kita mempelajari laporan ini dengan sungguh-sungguh, iman kita bisa sangat dikuatkan. Ingat, bukti yang kuat itulah yang menentukan apakah seseorang memiliki iman sejati atau cuma sikap asal percaya. Hanya dengan iman sejati seseorang bisa memperoleh kehidupan abadi.—Yoh. 3:16.
7. Teladan apa yang Yesus berikan kepada para pengikutnya dalam mengajar dan mengabar?
7 Yesus juga ”berbicara tentang Kerajaan Allah”. Misalnya, dia menjelaskan nubuat yang memperlihatkan bahwa Mesias akan menderita dan mati. (Luk. 24:13-32, 46, 47) Sewaktu Yesus memperjelas peranannya sebagai Mesias, dia menandaskan tema Kerajaan Allah, sebab dialah Calon Rajanya. Kerajaan selalu menjadi tema pengabaran Yesus, dan para pengikutnya sekarang menonjolkan tema yang sama sewaktu mengabar.—Mat. 24:14; Luk. 4:43.
”Sampai ke Bagian yang Paling Jauh di Bumi” (Kis. 1:6-12)
8, 9. (a) Dua gagasan salah apa yang dimiliki para rasul Yesus? (b) Bagaimana Yesus menyesuaikan cara berpikir para rasul, dan apa pelajarannya bagi orang Kristen sekarang?
8 Pertemuan para rasul bersama Yesus di Gunung Zaitun adalah pertemuan mereka yang terakhir di bumi. Dengan antusias mereka bertanya, ”Tuan, apakah Tuan akan mengembalikan kerajaan bagi Israel pada saat ini?” (Kis. 1:6) Dari satu pertanyaan ini tersingkaplah dua gagasan salah para rasul. Pertama, mereka mengira Kerajaan Allah akan dipulihkan bagi Israel jasmani. Kedua, mereka berharap bahwa Kerajaan yang dijanjikan itu akan langsung memerintah, ”pada saat ini”. Bagaimana Yesus membantu mereka menyesuaikan cara berpikir mereka?
9 Yesus kemungkinan besar tahu bahwa gagasan yang pertama akan segera dikoreksi. Malah, sepuluh hari lagi, para pengikutnya akan menyaksikan lahirnya suatu bangsa baru, yakni Israel rohani! Sebentar lagi, Allah akan memutuskan hubungan dengan orang Israel jasmani. Mengenai gagasan kedua, Yesus dengan ramah mengingatkan mereka, ”Hanya Bapak yang berhak menentukan saat dan waktunya. Kalian tidak perlu tahu tentang itu.” (Kis. 1:7) Yehuwa-lah yang menentukan jadwalnya. Sebelum mati, Yesus sendiri mengatakan bahwa pada saat itu, Putra pun tidak mengetahui ’hari dan jam’ akhir tersebut akan datang dan ”hanya Bapak yang tahu”. (Mat. 24:36) Demikian pula sekarang, jika orang-orang Kristen terlalu memikirkan kapan dunia ini berakhir, mereka sebenarnya memusingkan sesuatu yang bukan bagian mereka.
10. Seperti para rasul, sikap apa yang hendaknya kita kembangkan, dan mengapa?
10 Namun, jangan sampai kita meremehkan para rasul Yesus, yang adalah orang-orang yang sangat beriman. Mereka menerima koreksi dengan rendah hati. Selain itu, sekalipun pertanyaan mereka muncul dari cara berpikir yang keliru, itu juga menyingkapkan sikap yang baik. Yesus telah berulang kali mendesak para pengikutnya, ”Teruslah berjaga-jaga.” (Mat. 24:42; 25:13; 26:41) Mereka waspada secara rohani, dengan antusias menunggu-nunggu bukti bahwa Yehuwa akan segera bertindak. Sikap seperti itulah yang perlu kita kembangkan sekarang. Malah, pada ”hari-hari terakhir” yang mendekati klimaksnya ini, kita harus semakin waspada.—2 Tim. 3:1-5.
11, 12. (a) Tugas apa yang Yesus berikan kepada para pengikutnya? (b) Mengapa tepat bahwa Yesus mengaitkan kuasa kudus dengan tugas untuk mengabar?
11 Yesus mengingatkan para rasulnya tentang apa yang terutama harus mereka pikirkan. Dia berkata, ”Kalian akan mendapat kuasa sewaktu kuasa kudus datang ke atas kalian, dan kalian akan menjadi saksiku di Yerusalem, di seluruh Yudea dan Samaria, dan sampai ke bagian yang paling jauh di bumi.” (Kis. 1:8) Berita tentang kebangkitan Yesus harus diumumkan pertama-tama di Yerusalem, tempat orang-orang membunuh Yesus. Dari sana, berita itu akan merebak ke seluruh Yudea, lalu ke Samaria, kemudian ke tempat-tempat yang lebih jauh lagi.
12 Sungguh tepat bahwa Yesus menyebutkan tugas untuk mengabar setelah dia mengulangi janjinya untuk mengirim kuasa kudus guna membantu mereka. Ini adalah salah satu dari 40 lebih pemunculan ungkapan ”kuasa kudus” dalam bahasa aslinya di buku Kisah. Catatan Alkitab yang hidup ini berulang kali menandaskan bahwa kita tidak bisa melaksanakan kehendak Yehuwa tanpa bantuan kuasa kudus. Maka, alangkah pentingnya agar kita selalu berdoa meminta kuasa kudus! (Luk. 11:13) Kita membutuhkannya sekarang lebih daripada yang sudah-sudah.
13. Seberapa luaskah tugas pengabaran yang diberikan kepada umat Allah sekarang, dan mengapa kita harus menyambutnya dengan penuh semangat?
13 Ungkapan ”bagian yang paling jauh di bumi” telah berubah maknanya sejak masa awal itu. Akan tetapi, sebagaimana disebutkan di pasal sebelumnya, Saksi-Saksi Yehuwa dengan sepenuh hati menerima tugas untuk memberikan kesaksian ini, karena tahu bahwa Allah ingin agar segala macam orang mendengar kabar baik tentang Kerajaan-Nya. (1 Tim. 2:3, 4) Apakah Saudara sibuk melakukan pekerjaan penyelamatan ini? Saudara tidak bakal menemukan pekerjaan yang lebih memuaskan dan menyenangkan di mana pun juga! Yehuwa akan memberikan kekuatan yang Saudara butuhkan. Buku Kisah berisi banyak keterangan tentang metode yang benar untuk digunakan dan sikap yang perlu dikembangkan agar efektif.
14, 15. (a) Apa yang dikatakan para malaikat tentang kembalinya Kristus, dan apa artinya? (Lihat juga catatan kaki.) (b) Bagaimana Kristus memang kembali ”dengan cara yang sama” seperti kepergiannya?
14 Sebagaimana disebutkan di awal pasal ini, Yesus terangkat dari tanah dan hilang dari pandangan. Namun, ke-11 rasul tetap berdiri di sana, memandang ke langit. Akhirnya, dua malaikat muncul dan menegur mereka dengan lembut, ”Orang-orang Galilea, kenapa kalian berdiri sambil melihat ke langit? Yesus yang diangkat ke langit akan kembali dengan cara yang sama seperti yang kalian lihat sewaktu dia naik ke langit.” (Kis. 1:11) Apakah yang dimaksud para malaikat itu adalah bahwa Yesus akan kembali dengan tubuh yang sama, seperti yang diajarkan beberapa agama? Tidak. Mengapa?
15 Para malaikat itu mengatakan bahwa Yesus akan kembali, bukan dengan bentuk yang sama, melainkan ”dengan cara yang sama”.b Dengan cara bagaimana dia pergi? Dia sudah tidak kelihatan lagi sewaktu para malaikat itu berbicara. Hanya sedikit orang, yakni para rasul, yang melihat bahwa Yesus telah meninggalkan kawasan bumi dan pergi menuju Bapaknya di surga. Yesus akan kembali dengan cara yang serupa. Dan, memang demikian. Sekarang, hanya orang-orang yang berpemahaman rohani yang menyadari bahwa Yesus telah hadir dengan kuasa sebagai raja. (Luk. 17:20) Kita perlu memahami bukti kehadirannya dan memberitahukannya kepada orang lain agar mereka juga bisa mengerti betapa mendesaknya situasi sekarang ini.
”Tunjukkanlah Siapa yang Engkau Pilih” (Kis. 1:13-26)
16-18. (a) Dari Kisah 1:13, 14, apa yang kita pelajari tentang pertemuan ibadah Kristen? (b) Pelajaran apa yang bisa kita peroleh dari teladan ibu Yesus, Maria? (c) Mengapa sekarang pertemuan Kristen sangat penting?
16 Tidaklah mengherankan bahwa para rasul ”kembali ke Yerusalem dengan penuh sukacita”. (Luk. 24:52) Namun, bagaimana mereka akan menanggapi bimbingan dan petunjuk Kristus? Kisah pasal 1, ayat 13 dan 14, menceritakan bahwa mereka berkumpul di sebuah ”kamar atas”, dan ada beberapa perincian menarik tentang pertemuan semacam itu. Banyak rumah di Palestina kala itu memiliki ruang di lantai atas, yang bisa dicapai melalui tangga di luar rumah. ”Kamar atas” ini mungkin ada di bagian atas rumah yang disebutkan di Kisah 12:12, milik ibu dari Markus. Namun, tidak soal ruang itu milik siapa, kemungkinan besar itu adalah ruang sederhana yang bisa digunakan para pengikut Kristus untuk berkumpul. Siapa saja yang datang, dan apa yang mereka lakukan?
17 Perhatikan bahwa pertemuan itu bukan hanya dihadiri oleh para rasul, atau pria-pria saja. Ada juga ”beberapa wanita”, termasuk ibu Yesus, Maria. Itulah terakhir kalinya dia disebutkan secara langsung dalam Alkitab. Tentu, kita membayangkan bahwa dalam acara itu, Maria tidak sedang mencari kedudukan terkemuka tetapi dengan rendah hati berkumpul untuk beribadah bersama saudara-saudari rohaninya. Dia pasti merasa terhibur karena empat putranya yang lain, yang belum menjadi orang percaya semasa hidup Yesus, kini ada bersamanya. (Mat. 13:55; Yoh. 7:5) Sejak kematian dan kebangkitan kakak tiri mereka, sikap mereka telah berubah.—1 Kor. 15:7.
18 Perhatikan juga mengapa murid-murid itu berkumpul: ”Dengan sehati, mereka semua berdoa dengan tekun.” (Kis. 1:14) Pertemuan selalu menjadi bagian yang sangat penting dalam ibadah Kristen. Kita berkumpul untuk saling menganjurkan, untuk menerima pengajaran serta nasihat, dan yang terutama, untuk turut beribadah kepada Bapak surgawi kita, Yehuwa. Doa dan nyanyian kita pada kesempatan seperti itu sangat menyenangkan Allah dan sangat penting bagi kita. Semoga kita tidak pernah mengabaikan pertemuan yang suci dan membina ini!—Ibr. 10:24, 25.
19-21. (a) Apa yang kita pelajari dari peran aktif Petrus dalam sidang? (b) Mengapa Yudas perlu diganti, dan apa yang bisa kita pelajari dari caranya hal itu ditangani?
19 Para pengikut Kristus itu kini menghadapi masalah penting di bidang pengorganisasian, dan Rasul Petrus mengambil pimpinan untuk menanganinya. (Ayat 15-26) Kita senang karena Petrus sudah banyak berubah dalam waktu beberapa minggu setelah dia tiga kali menyangkal Tuannya. (Mrk. 14:72) Kita semua cenderung berbuat dosa, dan kita perlu sering diingatkan bahwa Yehuwa itu ”baik dan siap mengampuni” orang-orang yang dengan tulus bertobat.—Mz. 86:5.
20 Petrus menyadari bahwa Yudas, rasul yang mengkhianati Yesus, harus diganti. Akan tetapi, dengan siapa? Rasul baru itu haruslah orang yang telah mengikuti Yesus sepanjang pelayanannya dan menyaksikan kebangkitannya. (Kis. 1:21, 22) Hal itu selaras dengan janji Yesus sendiri: ”Kalian yang telah mengikuti aku akan duduk di 12 takhta dan menghakimi ke-12 suku Israel.” (Mat. 19:28) Yehuwa tampaknya bermaksud agar ke-12 rasul yang mengikuti Yesus selama pelayanannya di bumi kelak menjadi ”12 batu fondasi” Yerusalem Baru. (Why. 21:2, 14) Itu sebabnya, Allah memungkinkan Petrus mengerti bahwa nubuat ”biarlah jabatannya sebagai pengawas diambil orang lain” berlaku atas Yudas.—Mz. 109:8.
21 Bagaimana pemilihan dilakukan? Dengan melempar undi, suatu kebiasaan yang umum pada zaman Alkitab. (Ams. 16:33) Akan tetapi, itulah terakhir kalinya Alkitab memperlihatkan undi digunakan untuk tujuan tersebut. Kelihatannya, metode ini tidak berlaku lagi setelah pencurahan kuasa kudus tidak lama kemudian. Namun, perhatikan mengapa undi digunakan pada kesempatan ini. Para rasul berdoa, ”Yehuwa, Engkau tahu isi hati setiap orang. Tunjukkanlah siapa yang Engkau pilih dari dua orang ini.” (Kis. 1:23, 24) Mereka ingin agar Yehuwa-lah yang memilihkan. Matias, yang kemungkinan besar termasuk di antara 70 murid yang Yesus utus untuk mengabar, terpilih. Demikianlah Matias menjadi salah seorang dari ”ke-12 rasul”.c—Kis. 6:2.
22, 23. Mengapa kita harus tunduk dan taat kepada pria-pria yang sekarang mengemban tanggung jawab dalam sidang?
22 Peristiwa ini mengingatkan kita akan pentingnya pengorganisasian di kalangan umat Allah. Hingga sekarang, pria-pria yang bertanggung jawab dipilih untuk melayani sebagai pengawas di sidang. Para penatua dengan cermat mempertimbangkan persyaratan Alkitab untuk para pengawas, lalu berdoa memohon bimbingan kuasa kudus. Dengan demikian, sidang menganggap pria-pria itu dilantik oleh kuasa kudus. Kita sendiri tetap tunduk dan taat kepada kepemimpinan mereka, dengan menggalang semangat kerja sama dalam sidang.—Ibr. 13:17.
Kita tetap tunduk dan taat kepada kepemimpinan para pengawas yang terlantik
23 Setelah dikuatkan karena beberapa kali menyaksikan bahwa Yesus telah dibangkitkan dan setelah diperteguh dengan pemurnian di bidang pengorganisasian, para murid pun benar-benar siap untuk apa yang akan terjadi. Pasal berikut akan membahas peristiwa penting itu.
a Dalam Injilnya, Lukas menyapa pria ini ”Yang Mulia Teofilus”, sehingga bagi beberapa orang tersirat bahwa Teofilus mungkin adalah tokoh terkemuka yang belum beriman. (Luk. 1:3) Akan tetapi, di Kisah, Lukas hanya menyapanya: ”Teofilus”. Beberapa pakar memperkirakan bahwa Teofilus menjadi orang percaya setelah membaca Injil Lukas; karena itu, menurut mereka, Lukas tidak lagi menggunakan sapaan kehormatan. Dia menulis kepada pria itu sebagai saudara rohaninya.
b Di ayat ini, Alkitab menggunakan kata Yunani troʹpos, yang berarti ”cara”, dan bukan mor·feʹ, yang berarti ”bentuk”.
c Paulus belakangan diangkat menjadi ”rasul yang diutus kepada bangsa-bangsa lain”, tetapi dia tidak pernah terhitung di antara ke-12 rasul. (Rm. 11:13; 1 Kor. 15:4-8) Dia tidak memenuhi syarat untuk menjadi bagian dari ke-12 rasul karena dia tidak mengikuti Yesus sewaktu Yesus melayani di bumi.
-
-
”Dipenuhi Kuasa Kudus””Memberikan Kesaksian yang Saksama tentang Kerajaan Allah”
-
-
PASAL 3
”Dipenuhi Kuasa Kudus”
Pengaruh pencurahan kuasa kudus pada hari Pentakosta
Berdasarkan Kisah 2:1-47
1. Gambarkan suasana Perayaan Pentakosta.
SUASANA ramai amat terasa di jalan-jalan Yerusalem.a Asap naik dari mezbah di bait sementara orang-orang Lewi menyanyikan Halel (Mazmur 113 sampai 118), kemungkinan dengan gaya antifonal, atau bersahut-sahutan. Para pendatang memadati jalan-jalan. Mereka berasal dari tempat-tempat yang sangat jauh seperti Elam, Mesopotamia, Kapadokia, Pontus, Mesir, dan Roma.b Dalam rangka apa? Untuk merayakan Pentakosta, yang juga disebut ”hari panen yang pertama”. (Bil. 28:26) Perayaan tahunan ini menandai akhir panen barli dan permulaan panen gandum. Ini adalah hari yang penuh sukacita.
2. Peristiwa menakjubkan apa yang terjadi pada Pentakosta 33 M?
2 Sekitar pukul sembilan di pagi yang sejuk pada musim semi tahun 33 M itu, terjadilah sesuatu yang masih menakjubkan hingga berabad-abad kemudian. Tiba-tiba, terdengarlah ”bunyi ribut dari langit, yang seperti angin kencang”, atau ”bagaikan deru angin hebat”. (Kis. 2:2; Kitab Suci Komunitas Kristiani-Yayasan OBOR) Bunyi bising itu memenuhi rumah tempat berkumpulnya sekitar 120 murid Yesus. Lalu, sesuatu yang menakjubkan terjadi. Terlihatlah sesuatu seperti api-api kecil yang tersebar ke atas kepala setiap murid.c Lalu, mereka ”dipenuhi kuasa kudus” dan mulai berbicara dalam berbagai bahasa asing! Sewaktu mereka meninggalkan rumah itu, para pendatang yang berjumpa dengan mereka di jalan-jalan Yerusalem terheran-heran, sebab murid-murid itu bisa berbicara kepada mereka! Ya, mereka masing-masing ”mengenali bahasa mereka sendiri sewaktu murid-murid berbicara”.—Kis. 2:1-6.
3. (a) Mengapa Pentakosta 33 M dapat disebut sebagai tonggak sejarah dalam ibadah sejati? (b) Bagaimana ceramah Petrus berkaitan dengan penggunaan ”kunci-kunci Kerajaan”?
3 Catatan yang menggugah hati ini melukiskan suatu tonggak sejarah dalam ibadah sejati—berdirinya bangsa Israel rohani, yakni sidang Kristen terurap. (Gal. 6:16) Tetapi, masih ada lagi. Pada waktu berceramah kepada kumpulan orang pada hari itu, Petrus menggunakan kunci pertama dari tiga ”kunci Kerajaan”, yang masing-masing akan membuka kesempatan bagi suatu kelompok untuk menerima berkat istimewa. (Mat. 16:18, 19) Kunci yang pertama ini memungkinkan orang Yahudi dan proselit Yahudi untuk menerima kabar baik dan diurapi dengan kuasa kudus Allah.d Dengan demikian, mereka akan menjadi bagian dari Israel rohani yang memiliki harapan untuk memerintah sebagai raja dan imam dalam Kerajaan Mesias. (Why. 5:9, 10) Belakangan, kehormatan itu diulurkan kepada orang Samaria dan kemudian kepada orang non-Yahudi. Pelajaran apa yang sekarang bisa diperoleh orang Kristen dari peristiwa-peristiwa penting pada Pentakosta 33 M?
”Murid-Murid Berkumpul di Satu Tempat” (Kis. 2:1-4)
4. Bagaimana sidang Kristen zaman modern merupakan perluasan dari sidang yang terbentuk pada tahun 33 M?
4 Sidang Kristen mula-mula terdiri dari kira-kira 120 murid yang semuanya ”berkumpul di satu tempat”—di sebuah ruang atas—dan yang diurapi kuasa kudus. (Kis. 2:1) Pada akhir hari tersebut, anggota terbaptis dari sidang itu sudah berjumlah ribuan orang. Dan, itu baru awal pertumbuhan organisasi yang terus berkembang hingga sekarang! Ya, suatu masyarakat yang terdiri atas pria dan wanita yang takut akan Allah—sidang Kristen zaman modern—adalah sarana untuk memberitakan ”kabar baik tentang Kerajaan . . . di seluruh bumi, sebagai kesaksian bagi semua bangsa” sebelum dunia ini berakhir.—Mat. 24:14.
5. Apa berkat yang dinikmati dengan menjadi bagian dari sidang Kristen, pada abad pertama maupun sekarang?
5 Sidang Kristen itu juga akan menjadi sumber kekuatan rohani bagi para anggotanya, baik dari kaum terurap maupun, belakangan, dari ”domba-domba lain”. (Yoh. 10:16) Paulus menghargai dukungan timbal balik yang diberikan para anggota sidang, dan hal ini dia nyatakan sewaktu menulis kepada jemaat Kristen di Roma, ”Saya ingin sekali bertemu kalian, supaya bisa memberikan karunia rohani untuk menguatkan kalian. Dengan kata lain, saya ingin agar kita saling menguatkan. Saya dikuatkan oleh iman kalian, dan kalian dikuatkan oleh iman saya.”—Rm. 1:11, 12.
6, 7. Sekarang, bagaimana sidang Kristen melaksanakan tugas dari Yesus untuk mengabar kepada semua bangsa?
6 Sekarang, sidang Kristen memiliki tujuan yang sama seperti sidang di abad pertama. Pada waktu itu, Yesus memberi murid-muridnya pekerjaan yang menantang namun menyenangkan. Dia memberi tahu mereka, ”Buatlah orang-orang dari segala bangsa menjadi muridku. Baptislah mereka dengan nama Bapak dan Putra dan kuasa kudus. Ajarlah mereka untuk menjalankan semua yang kuperintahkan kepada kalian.”—Mat. 28:19, 20.
7 Sekarang, sidang Kristen Saksi-Saksi Yehuwa adalah sarana yang digunakan untuk melaksanakan pekerjaan itu. Tentu saja, tidaklah mudah untuk mengabar kepada orang-orang dari berbagai bahasa. Namun, Saksi-Saksi Yehuwa telah memproduksi publikasi berdasarkan Alkitab dalam lebih dari 1.000 bahasa. Jika Saudara rutin berhimpun bersama sidang Kristen ini dan ikut dalam pekerjaan memberitakan Kerajaan dan membuat murid, Saudara memiliki alasan untuk bersukacita. Saudara termasuk di antara relatif sedikit orang di bumi yang sekarang memiliki kesempatan istimewa untuk memberikan kesaksian yang saksama tentang nama Yehuwa!
8. Bantuan apa yang kita dapatkan melalui sidang Kristen?
8 Untuk membantu Saudara bertekun sambil bersukacita selama masa yang kritis ini, Allah Yehuwa telah menyediakan persaudaraan di seluruh dunia. Paulus menulis kepada orang-orang Kristen Ibrani, ”Mari kita saling peduli supaya kita bisa menggerakkan satu sama lain untuk menunjukkan kasih dan kebaikan, tidak melalaikan pertemuan kita seperti kebiasaan beberapa orang, tapi saling menguatkan, dan melakukan semua itu dengan lebih bersungguh-sungguh lagi karena melihat hari itu semakin dekat.” (Ibr. 10:24, 25) Sidang Kristen adalah karunia dari Yehuwa agar kita bisa menganjurkan dan dianjurkan. Tetaplah dekat dengan saudara-saudari rohani Saudara. Jangan pernah mengabaikan perhimpunan Kristen!
”Mereka Masing-Masing Mengenali Bahasa Mereka Sendiri” (Kis. 2:5-13)
”Kita mendengar mereka berbicara dalam bahasa kita tentang perbuatan Allah yang luar biasa.”—Kisah 2:11
9, 10. Bagaimana beberapa orang telah menyediakan diri untuk menjangkau orang-orang yang berlainan bahasa?
9 Bayangkan kehebohan orang-orang Yahudi dan para penganut agama Yahudi dari berbagai bangsa yang berkumpul pada hari Pentakosta 33 M itu. Kebanyakan dari yang hadir kemungkinan besar bisa memahami satu bahasa umum, barangkali bahasa Yunani atau Ibrani. Tetapi, kini ”mereka masing-masing mengenali bahasa mereka sendiri sewaktu murid-murid berbicara”. (Kis. 2:6) Orang-orang itu pasti tersentuh mendengar kabar baik dalam bahasa ibu mereka. Memang, orang Kristen sekarang tidak dikaruniai kesanggupan mukjizat untuk berbicara dalam bahasa asing. Tetapi, banyak yang telah menyediakan diri untuk menyebarkan berita Kerajaan kepada orang-orang dari semua kelompok bangsa. Caranya? Ada yang mempelajari bahasa baru agar dapat melayani di sidang terdekat yang berbahasa asing atau bahkan pindah ke negeri asing. Sering kali, orang-orang yang mendengar sangat terkesan.
10 Misalnya Christine, yang mengikuti kursus bahasa Gujarati bersama tujuh Saksi lainnya. Sewaktu dia bertemu dengan rekan sekerja yang berbahasa Gujarati, dia menyapa wanita muda itu dengan menggunakan bahasa aslinya. Wanita itu terkesan dan ingin tahu mengapa Christine mau repot-repot mempelajari bahasa yang sangat sulit itu. Christine bisa memberikan kesaksian yang bagus. Wanita muda itu mengatakan kepada Christine, ”Berita yang hendak kalian sampaikan pastilah penting sekali.”
11. Bagaimana kita bisa menyampaikan berita Kerajaan kepada orang-orang yang berbahasa lain?
11 Tentu saja, tidak semua dari kita bisa mempelajari bahasa lain. Meskipun demikian, kita bisa menyampaikan berita Kerajaan kepada orang-orang yang berbahasa lain. Bagaimana? Salah satu caranya, Saudara bisa menggunakan aplikasi JW Language® untuk belajar sapaan singkat dalam bahasa yang sering digunakan di daerah Saudara. Saudara juga bisa belajar beberapa kalimat yang mungkin menarik bagi orang yang menggunakan bahasa itu. Arahkan mereka ke jw.org, dan kalau bisa, tunjukkan berbagai video dan publikasi yang tersedia dalam bahasa mereka. Dengan menggunakan berbagai sarana ini dalam pelayanan, kita bisa merasakan sukacita seperti yang dirasakan saudara-saudari pada abad pertama sewaktu orang-orang dari bangsa lain terkesan karena mendengar kabar baik dalam ”bahasa mereka sendiri”.
”Petrus Berdiri” (Kis. 2:14-37)
12. (a) Bagaimana Nabi Yoel menyinggung mukjizat yang terjadi pada Pentakosta 33 M? (b) Mengapa penggenapan nubuat Yoel pada abad pertama telah ditunggu-tunggu?
12 ”Petrus berdiri” untuk berbicara kepada kumpulan orang dari berbagai bangsa itu. (Kis. 2:14) Dia menjelaskan kepada semua yang mendengarkan bahwa kesanggupan untuk berbicara dalam berbagai bahasa secara mukjizat telah Allah karuniakan sebagai penggenapan nubuat yang disampaikan Yoel: ”Aku akan mencurahkan kuasa kudus-Ku ke atas berbagai macam orang.” (Yl. 2:28) Sebelum naik ke surga, Yesus memberi tahu murid-muridnya, ”Aku akan meminta kepada Bapak, dan Dia akan memberi kalian penolong lain,” yang Yesus sebut sebagai ”kuasa kudus”.—Yoh. 14:16, 17.
13, 14. Bagaimana Petrus berupaya menyentuh hati pendengarnya, dan bagaimana kita bisa meniru pendekatannya?
13 Kata-kata penutup Petrus kepada kumpulan orang itu cukup tegas: ”Semoga semua orang Israel yakin bahwa Yesus ini, yang kalian bunuh di tiang, sudah Allah jadikan Tuan dan Kristus.” (Kis. 2:36) Memang, kebanyakan pendengar Petrus tidak secara langsung hadir sewaktu Yesus dibunuh di tiang siksaan. Tetapi, sebagai bagian dari bangsa Yahudi, mereka sama-sama memikul tanggung jawab atas perbuatan itu. Namun, perhatikan bahwa Petrus berbicara dengan penuh respek kepada rekan-rekan sebangsanya dan berupaya menggugah hati mereka. Tujuan Petrus adalah memotivasi para pendengarnya untuk bertobat, bukan menuduh mereka. Apakah orang banyak itu merasa tersinggung dengan kata-kata Petrus? Sama sekali tidak. Sebaliknya, kata-kata itu ”menusuk hati mereka”, atau menyentuh hati mereka. Mereka bertanya, ”Kami harus bagaimana?” Tentu, karena pendekatannya yang positif itulah Petrus dapat menyentuh hati banyak orang, sehingga mereka tergerak untuk bertobat.—Kis. 2:37.
14 Kita bisa meniru cara Petrus menggugah hati. Sewaktu memberikan kesaksian, tidak setiap pandangan keliru yang dikemukakan penghuni rumah perlu dipersoalkan. Sebaliknya, lebih baik kita membicarakan hal-hal yang dapat disetujui bersama. Jika kita mencari titik temu dengan pendengar kita, selanjutnya kita dapat dengan bijaksana meyakinkan mereka dengan menggunakan Firman Allah. Sering kali, apabila kebenaran Alkitab disampaikan dengan cara yang positif, orang-orang berhati benar akan lebih menyambut.
”Kalian Masing-Masing Harus Dibaptis” (Kis. 2:38-47)
15. (a) Apa yang dikatakan oleh Petrus, dan apa tanggapan orang-orang? (b) Mengapa ribuan orang yang mendengar kabar baik pada Pentakosta itu memenuhi syarat untuk dibaptis pada hari itu juga?
15 Pada hari Pentakosta 33 M yang menggetarkan hati itu, Petrus mengatakan kepada orang Yahudi dan penganut agama Yahudi yang mau mendengar, ”Bertobatlah. Kalian masing-masing harus dibaptis.” (Kis. 2:38) Alhasil, kira-kira 3.000 orang dibaptis, kemungkinan besar di kolam-kolam yang ada di Yerusalem atau sekitarnya.e Apakah ini tindakan yang terburu-buru? Apakah kisah ini menjadi contoh bagi pelajar Alkitab dan anak-anak dari orang tua Kristen untuk cepat-cepat dibaptis sebelum mereka siap? Sama sekali tidak. Ingat, orang-orang Yahudi dan penganut agama Yahudi yang dibaptis pada hari Pentakosta 33 M adalah pelajar Firman Allah yang rajin, dan mereka adalah anggota dari bangsa yang telah dibaktikan kepada Yehuwa. Selain itu, mereka sudah mempertunjukkan semangat—misalnya dengan mengadakan perjalanan yang sangat jauh untuk menghadiri perayaan tahunan itu. Setelah menerima kebenaran penting tentang peranan Yesus Kristus dalam pelaksanaan kehendak Allah, mereka siap untuk terus melayani Allah—tetapi kini sebagai pengikut Kristus yang terbaptis.
16. Bagaimana orang Kristen abad pertama memperlihatkan semangat rela berkorban?
16 Berkat Yehuwa pasti ada pada kelompok itu. Catatan itu mengisahkan, ”Semua yang menjadi percaya itu berkumpul dan berbagi segala sesuatu yang mereka miliki. Mereka menjual harta milik mereka dan membagikan hasilnya kepada semua orang, sesuai dengan kebutuhan masing-masing.”f (Kis. 2:44, 45) Semua orang Kristen sejati pasti ingin meniru semangat yang pengasih dan rela berkorban seperti itu.
17. Apa langkah-langkah yang diperlukan agar seseorang memenuhi syarat untuk dibaptis?
17 Pembaktian dan baptisan Kristen mencakup beberapa langkah berdasarkan Alkitab. Seseorang harus memperoleh pengetahuan tentang Firman Allah. (Yoh. 17:3) Dia perlu memperlihatkan iman dan bertobat dari perbuatannya di masa lalu, benar-benar mempertunjukkan penyesalan. (Kis. 3:19) Kemudian, dia harus berubah haluan, atau berbalik, dan mulai melakukan perbuatan yang benar dan selaras dengan kehendak Allah. (Rm. 12:2; Ef. 4:23, 24) Setelah langkah-langkah itu, dia perlu membuat pembaktian kepada Allah dalam doa lalu dibaptis.—Mat. 16:24; 1 Ptr. 3:21.
18. Kesempatan istimewa apa yang terbuka bagi murid-murid Kristus yang terbaptis?
18 Apakah Saudara seorang murid Yesus Kristus yang telah berbakti dan terbaptis? Jika ya, bersyukurlah atas kesempatan istimewa yang telah diulurkan kepada Saudara. Seperti murid-murid abad pertama yang dipenuhi kuasa kudus, Saudara dapat menjadi sarana ampuh untuk memberikan kesaksian yang saksama dan melakukan kehendak Yehuwa!
a Lihat kotak ”Yerusalem—Pusat Agama Yahudi”.
b Lihat kotak ”Roma—Ibu Kota Sebuah Kekaisaran”, ”Orang Yahudi di Mesopotamia dan Mesir”, dan ”Kekristenan di Pontus”.
c Itu bukan ”api” sungguhan, melainkan ”sesuatu seperti api-api kecil”, yang menunjukkan bahwa wujud yang terlihat di atas kepala setiap murid saat itu mirip dan berkilau bagai nyala api.
d Lihat kotak ”Siapa yang Dimaksud dengan Proselit?”
e Sebagai gambaran, pada tanggal 7 Agustus 1993, di pertemuan internasional Saksi-Saksi Yehuwa di Kyiv, Ukraina, 7.402 orang dibaptis di enam kolam. Seluruh acara baptisan selesai dalam waktu dua jam lima belas menit.
f Pengaturan sementara ini memenuhi kebutuhan yang timbul karena para pendatang itu tinggal lebih lama di Yerusalem untuk mendapat lebih banyak pencerahan rohani. Pembagian ini dilakukan secara sukarela dan tidak bisa disalahartikan sebagai suatu bentuk komunisme.—Kis. 5:1-4.
-
-
”Orang Biasa yang Tidak Berpendidikan””Memberikan Kesaksian yang Saksama tentang Kerajaan Allah”
-
-
PASAL 4
”Orang Biasa yang Tidak Berpendidikan”
Para rasul bertindak berani, dan Yehuwa memberkati mereka
Berdasarkan Kisah 3:1–5:11
1, 2. Mukjizat apa yang dilakukan Petrus dan Yohanes di dekat pintu bait?
SINAR mentari sore itu menerpa orang-orang yang ramai berseliweran. Umat Yahudi yang saleh dan murid-murid Yesus mulai memadati kompleks bait. Sebentar lagi ”jam berdoa”.a (Kis. 2:46; 3:1) Di antara kerumunan itu, Petrus dan Yohanes berupaya mendekati pintu bait yang dinamakan Gerbang Indah. Di tengah-tengah ingar-bingarnya suara orang yang bercakap-cakap dan bunyi langkah orang yang berjalan, seorang pengemis setengah baya, yang lumpuh sejak lahir, berseru meminta sedekah.—Kis. 3:2; 4:22.
2 Ketika Petrus dan Yohanes makin dekat, pengemis itu memohon-mohon sedekah dengan kalimat yang sudah sering dia ulangi. Kedua rasul itu berhenti, sehingga si pengemis menatap mereka dengan penuh harap. ”Saya tidak punya emas ataupun perak,” kata Petrus, ”tapi saya akan berikan apa yang saya miliki. Dengan nama Yesus Kristus orang Nazaret itu, berjalanlah!” Bayangkan betapa tercengangnya orang banyak sewaktu Petrus memegang tangan pria lumpuh itu dan—untuk pertama kali sepanjang hidupnya—dia bisa berdiri tegak! (Kis. 3:6, 7) Dapatkah Saudara membayangkan pria itu memandangi kedua kakinya yang sudah sembuh dan mencoba-coba melangkah? Tidak heran, dia mulai melompat-lompat dan dengan lantang memuji Allah!
3. Pemberian luar biasa apa yang dapat diterima oleh orang banyak dan pria yang tadinya lumpuh itu?
3 Dengan perasaan menggebu, orang banyak itu berlari menuju Petrus dan Yohanes di Serambi Salomo. Di sinilah, di tempat Yesus pernah berdiri dan mengajar, Petrus memberi tahu mereka apa sebenarnya makna kejadian barusan. (Yoh. 10:23) Kepada orang banyak dan pria yang tadinya lumpuh itu, Petrus menawarkan suatu pemberian yang nilainya lebih besar daripada perak atau emas. Pemberian ini tidak sekadar bisa memulihkan kesehatan. Ini adalah kesempatan untuk bertobat, untuk menerima penghapusan dosa, dan menjadi pengikut dari ”Wakil Utama kehidupan” yang Yehuwa lantik, Yesus Kristus.—Kis. 3:15.
4. (a) Penyembuhan mukjizat itu menjadi bibit konfrontasi apa? (b) Dua pertanyaan apa yang akan kita bahas?
4 Sungguh hari yang luar biasa! Satu orang telah disembuhkan secara jasmani dan sekarang bisa berjalan. Ribuan lainnya bisa memperoleh kesembuhan rohani sehingga dapat berjalan dengan layak di hadapan Allah. (Kol. 1:9, 10) Selain itu, peristiwa pada hari tersebut menjadi bibit konfrontasi antara pengikut Kristus yang setia dan para penguasa yang akan berupaya agar pengikut Yesus tidak memenuhi perintahnya untuk mengabarkan berita Kerajaan. (Kis. 1:8) Apa yang dapat kita pelajari dari metode serta sikap Petrus dan Yohanes—”orang biasa yang tidak berpendidikan”—sewaktu memberikan kesaksian kepada orang banyak?b (Kis. 4:13) Dan, bagaimana kita bisa meniru cara mereka serta murid-murid lain menghadapi tentangan?
Bukan ”Karena Kuasa Kami” (Kis. 3:11-26)
5. Apa yang kita pelajari dari cara Petrus berbicara kepada orang banyak?
5 Petrus dan Yohanes berdiri di hadapan orang banyak itu, dan tahu bahwa belum lama ini, beberapa dari mereka mungkin berteriak-teriak agar Yesus dihukum mati. (Mrk. 15:8-15; Kis. 3:13-15) Renungkan keberanian Petrus sewaktu dia tanpa gentar menyatakan bahwa pria lumpuh itu disembuhkan dengan nama Yesus, maksudnya dengan wewenang dan kuasa Yesus. Petrus tidak mengencerkan kebenaran. Dengan terus terang, dia mengutuk keterlibatan orang-orang itu dalam pembunuhan Kristus. Akan tetapi, Petrus tidak memendam kebencian terhadap mereka, sebab mereka telah ”bertindak seperti itu karena . . . tidak tahu”. (Kis. 3:17) Dia mengimbau mereka sebagai sesama saudaranya dan berfokus pada hal-hal positif dari berita Kerajaan. Jika mereka bertobat dan beriman kepada Kristus, ”musim yang menyegarkan” akan datang untuk mereka dari Yehuwa. (Kis. 3:19, catatan kaki) Kita pun perlu berani dan terus terang sewaktu mengumumkan penghakiman dari Allah yang akan segera terjadi. Pada waktu yang sama, kita tidak boleh bersikap keras, kasar, atau suka mengecam. Sebaliknya, kita memandang orang yang kita kabari sebagai calon saudara kita, dan seperti Petrus, kita khususnya berfokus pada hal-hal positif dari berita Kerajaan.
6. Apa yang menunjukkan bahwa Petrus dan Yohanes itu rendah hati dan sadar diri?
6 Para rasul adalah orang-orang yang sadar diri. Mereka tidak mau dianggap sebagai sumber mukjizat itu. Petrus mengatakan kepada orang banyak itu, ”Kenapa kalian menatap kami seperti ini, seolah-olah kami membuat orang ini bisa berjalan karena kuasa kami atau pengabdian kami kepada Allah?” (Kis. 3:12) Petrus dan rasul-rasul lainnya tahu bahwa kebaikan apa pun yang mereka lakukan dalam pelayanan berasal dari kuasa Allah, bukan kuasa mereka sendiri. Karena itu, mereka menyatakan bahwa Yehuwa dan Yesus-lah yang patut dipuji.
7, 8. (a) Pemberian apa yang bisa kita tawarkan kepada orang-orang? (b) Bagaimana janji ’dipulihkannya segala sesuatu’ sedang digenapi sekarang?
7 Kita pun perlu bersikap sadar diri sewaktu mengabar. Memang, kepada orang Kristen zaman modern, Allah tidak memberikan kuasa untuk melakukan penyembuhan mukjizat. Sekalipun demikian, kita bisa membantu orang-orang mengembangkan iman kepada Allah dan Kristus serta memperoleh pemberian yang sama seperti yang Petrus tawarkan—kesempatan untuk menerima pengampunan dosa dan disegarkan oleh Yehuwa. Setiap tahun, ratusan ribu orang menyambut tawaran ini dan menjadi murid Kristus yang terbaptis.
8 Ya, kita hidup pada masa yang Petrus sebut sebagai zaman ’dipulihkannya segala sesuatu’. Pemulihan ini dimulai pada tahun 1914 sewaktu Kerajaan Allah didirikan di surga, seperti yang ”Allah katakan melalui para nabi-Nya yang suci di zaman dulu”. (Kis. 3:21; Mz. 110:1-3; Dan. 4:16, 17) Tidak lama setelah itu, Kristus mulai mengawasi pekerjaan pemulihan rohani di bumi. Alhasil, jutaan orang telah dibawa ke firdaus rohani, menjadi rakyat Kerajaan Allah. Mereka telah menanggalkan kepribadian lama yang rusak dan ”mengenakan kepribadian baru, yang dibuat menurut kehendak Allah”. (Ef. 4:22-24) Sehubungan dengan penyembuhan pengemis lumpuh tadi, hal menakjubkan itu terlaksana bukan dengan upaya manusia, melainkan dengan kuasa Allah. Seperti Petrus, kita harus dengan berani dan efektif menggunakan Firman Allah untuk mengajar orang lain. Keberhasilan apa pun dalam membantu orang menjadi murid Kristus dicapai dengan kuasa Allah, bukan kuasa kita sendiri.
”Kami Tidak Bisa Berhenti Berbicara” (Kis. 4:1-22)
9-11. (a) Bagaimana reaksi para pemimpin Yahudi terhadap pengabaran Petrus dan Yohanes? (b) Apa tekad para rasul?
9 Kehebohan terjadi setelah Petrus berbicara dan setelah pria yang tadinya lumpuh itu berjingkrak-jingkrak serta berteriak-teriak. Sebagai tanggapan, kepala penjaga bait—yang dilantik untuk mengawasi keamanan wilayah bait—dan imam-imam kepala bergegas memeriksanya. Kemungkinan besar, mereka ini orang Saduki, sebuah sekte yang kaya dan kuat secara politik yang mengupayakan hubungan damai dengan orang Romawi, menolak hukum lisan yang sangat disukai orang Farisi, dan mencemooh kepercayaan akan kebangkitan.c Betapa kesalnya mereka sewaktu melihat Petrus dan Yohanes di dalam bait, dengan berani mengajarkan bahwa Yesus telah dibangkitkan!
10 Para penentang itu dengan marah menjebloskan Petrus dan Yohanes ke penjara lalu menyeret mereka ke hadapan Mahkamah Agung Yahudi keesokan harinya. Dari sudut pandang para penguasa yang merasa hebat itu, Petrus dan Yohanes adalah ”orang biasa yang tidak berpendidikan”, yang tidak berhak mengajar di bait. Para rasul tidak pernah belajar di sekolah keagamaan mana pun yang diakui. Namun, keterusterangan serta keyakinan mereka menyebabkan majelis pengadilan itu heran. Mengapa Petrus dan Yohanes bisa begitu efektif? Salah satu alasan adalah karena ”kedua orang itu dulunya bersama Yesus”. (Kis. 4:13) Majikan mereka telah mengajar dengan wewenang dari Allah, tidak seperti para ahli Taurat.—Mat. 7:28, 29.
11 Majelis pengadilan memerintahkan para rasul untuk berhenti mengabar. Dalam masyarakat itu, perintah pengadilan tersebut sangat berpengaruh. Hanya beberapa minggu sebelumnya, Yesus diadili majelis yang sama. Mereka menyatakan bahwa Yesus ”pantas mati”. (Mat. 26:59-66) Namun, Petrus dan Yohanes tidak terintimidasi. Berdiri di depan pria-pria yang kaya, terpelajar, dan berpengaruh ini, Petrus dan Yohanes dengan berani namun penuh respek menyatakan, ”Silakan kalian putuskan sendiri mana yang benar di mata Allah: Taat kepada kalian atau taat kepada Allah. Kalau kami, kami tidak bisa berhenti berbicara tentang apa yang kami lihat dan dengar.”—Kis. 4:19, 20.
12. Apa yang dapat membantu kita mengembangkan keberanian serta keyakinan?
12 Dapatkah Saudara memperlihatkan keberanian seperti mereka? Bagaimana perasaan Saudara sewaktu mendapat kesempatan untuk memberikan kesaksian kepada orang-orang yang kaya, terpelajar, atau berpengaruh di masyarakat? Bagaimana jika anggota keluarga, teman sekolah, atau rekan sekerja mengejek kepercayaan Saudara? Apakah Saudara terintimidasi? Jika ya, Saudara bisa mengatasi perasaan seperti itu. Sewaktu di bumi, Yesus mengajar para rasulnya bagaimana mereka dapat membela kepercayaan dengan yakin dan penuh respek. (Mat. 10:11-18) Setelah dibangkitkan, Yesus berjanji bahwa dia ”akan selalu menyertai [para muridnya] sampai penutup zaman ini”. (Mat. 28:20) Di bawah arahan Yesus, ”budak yang setia dan bijaksana” mengajar kita caranya membela kepercayaan kita. (Mat. 24:45-47; 1 Ptr. 3:15) Itu dilakukan melalui pengajaran di perhimpunan, seperti Pelayanan dan Kehidupan Kristen, dan melalui publikasi Alkitab, misalnya seri artikel ”Pertanyaan Alkitab Dijawab” di jw.org. Apakah Saudara memanfaatkan semua ini? Jika Saudara memanfaatkannya, keberanian serta keyakinan Saudara akan bertambah. Dan, seperti para rasul, Saudara tidak akan membiarkan apa pun menghentikan Saudara berbicara tentang kebenaran rohani menakjubkan yang telah Saudara lihat dan dengar.
Jangan biarkan apa pun menghentikan Saudara berbicara tentang kebenaran rohani menakjubkan yang telah Saudara pelajari
”Mereka . . . Berdoa kepada Allah” (Kis. 4:23-31)
13, 14. Jika kita menghadapi tentangan, apa yang hendaknya kita lakukan, dan mengapa?
13 Segera setelah dibebaskan dari tahanan, Petrus dan Yohanes bertemu dengan para anggota sidang lainnya. Bersama-sama, ”mereka . . . berdoa kepada Allah” dan memohon keberanian untuk terus mengabar. (Kis. 4:24) Petrus tahu betul betapa bodohnya mengandalkan kekuatan diri sendiri sewaktu berupaya melakukan kehendak Allah. Baru beberapa minggu sebelumnya, dia dengan yakin mengatakan kepada Yesus, ”Biarpun semua orang lain tersandung karena apa yang terjadi kepadamu, aku tidak akan pernah tersandung!” Akan tetapi, sebagaimana Yesus nubuatkan, Petrus segera menyerah pada rasa takut kepada manusia dan menyangkal sahabat sekaligus gurunya. Namun, Petrus belajar dari kesalahannya itu.—Mat. 26:33, 34, 69-75.
14 Tekad semata tidak akan menopang Saudara sewaktu menjalankan tugas sebagai saksi Kristus. Sewaktu penentang mencoba mematahkan iman Saudara atau berupaya menghentikan pengabaran Saudara, ikuti teladan Petrus dan Yohanes. Berdoalah kepada Yehuwa memohon kekuatan. Cari dukungan dari sidang. Beri tahu para penatua dan orang-orang matang lainnya tentang kesulitan yang Saudara hadapi. Doa orang lain bisa menjadi daya pendukung yang kuat.—Ef. 6:18; Yak. 5:16.
15. Mengapa mereka yang selama beberapa waktu pernah berhenti mengabar bisa berbesar hati?
15 Jika Saudara pernah menyerah kepada tekanan dan berhenti mengabar selama beberapa waktu, jangan berkecil hati. Ingatlah, semua rasul berhenti mengabar untuk sementara waktu setelah kematian Yesus tetapi segera aktif kembali. (Mat. 26:56; 28:10, 16-20) Ketimbang membiarkan kesalahan masa lalu membebani diri Saudara, dapatkah Saudara belajar dari pengalaman dan memanfaatkannya untuk menguatkan orang lain?
16, 17. Apa yang dapat kita pelajari dari doa para pengikut Kristus di Yerusalem?
16 Apa yang hendaknya kita doakan sewaktu kalangan berwenang menindas kita? Coba perhatikan, para murid tidak meminta agar dibebaskan dari cobaan. Mereka ingat betul kata-kata Yesus: ”Kalau mereka menganiaya aku, mereka akan menganiaya kalian juga.” (Yoh. 15:20) Sebaliknya, murid-murid yang setia ini memohon agar Yehuwa memperhatikan ancaman para penentang. (Kis. 4:29) Para murid dengan jelas memahami situasi sesungguhnya, menyadari bahwa penganiayaan yang mereka hadapi sebenarnya adalah penggenapan nubuat. Mereka tahu bahwa, seperti doa yang Yesus ajarkan kepada mereka, kehendak Allah akan ’terjadi di bumi’, tidak soal apa yang dikatakan para penguasa manusia.—Mat. 6:9, 10.
17 Agar dapat melakukan kehendak Allah, para murid berdoa kepada Yehuwa, ”Buatlah kami, budak-budak-Mu ini, berani menyampaikan firman-Mu.” Bagaimana Yehuwa langsung menanggapinya? ”Tempat mereka berkumpul itu berguncang, dan mereka semua dipenuhi kuasa kudus, lalu menyampaikan firman Allah dengan berani.” (Kis. 4:29-31) Tidak ada yang dapat menghentikan pelaksanaan kehendak Allah. (Yes. 55:11) Tidak soal seberapa mustahil situasinya, tidak soal seberapa kuat para penentang, jika kita berdoa kepada Allah, kita bisa yakin bahwa Dia akan mengaruniakan kekuatan sehingga kita dapat terus membicarakan firman-Nya dengan berani.
Bertanggung Jawab, ”Bukan kepada Manusia, Tapi kepada Allah” (Kis. 4:32–5:11)
18. Apa yang dilakukan para anggota sidang di Yerusalem untuk satu sama lain?
18 Sidang yang baru terbentuk di Yerusalem itu segera berkembang hingga beranggotakan lebih dari 5.000 orang.d Meskipun berasal dari berbagai latar belakang, para murid ”sehati dan sepikiran”. Mereka benar-benar sependapat. (Kis. 4:32; 1 Kor. 1:10) Para murid tidak sekadar berdoa kepada Yehuwa agar memberkati upaya mereka, tetapi membantu satu sama lain secara rohani, dan kalau perlu, secara materi. (1 Yoh. 3:16-18) Misalnya, seorang murid bernama Yusuf, yang dipanggil Barnabas oleh para rasul, menjual tanah miliknya dan tanpa pamrih menyumbangkan seluruh hasilnya untuk membantu mereka yang berasal dari negeri-negeri yang jauh agar dapat tinggal lebih lama di Yerusalem dan bisa belajar lebih banyak tentang iman baru mereka.
19. Mengapa Yehuwa menghukum mati Ananias dan Safira?
19 Sepasang suami istri bernama Ananias dan Safira juga menjual harta mereka dan memberikan sumbangan. Mereka memberikan kesan telah memberikan semuanya, padahal mereka ”diam-diam . . . menyimpan sebagian hasil penjualannya”. (Kis. 5:2) Yehuwa menghukum mati suami istri ini, bukan karena jumlah yang mereka berikan kurang banyak, tetapi karena motif mereka jahat dan mereka menipu. Mereka ”berbohong, bukan kepada manusia, tapi kepada Allah”. (Kis. 5:4) Seperti orang-orang munafik yang Yesus kecam, Ananias dan Safira lebih berminat mencari kemuliaan dari manusia ketimbang perkenan Allah.—Mat. 6:1-3.
20. Pelajaran apa saja yang kita peroleh tentang memberi kepada Yehuwa?
20 Seperti murid-murid yang setia di Yerusalem abad pertama, jutaan Saksi zaman modern dengan murah hati mendukung pekerjaan pengabaran sedunia dengan memberikan sumbangan sukarela. Tidak seorang pun dipaksa memberikan waktu atau uangnya untuk mendukung pekerjaan ini. Ya, Yehuwa tidak mau kita melayani Dia dengan berat hati atau terpaksa. (2 Kor. 9:7) Sewaktu kita memberi, yang Yehuwa perhatikan bukanlah jumlahnya, melainkan motifnya. (Mrk. 12:41-44) Kita sama sekali tidak mau menjadi seperti Ananias dan Safira, yakni melakukan dinas kepada Allah karena motif mementingkan diri atau mencari kemuliaan. Sebaliknya, seperti Petrus, Yohanes, dan Barnabas, semoga dinas kita kepada Yehuwa selalu dimotivasi oleh kasih yang tulus kepada Allah dan sesama kita.—Mat. 22:37-40.
a Doa dipanjatkan di bait bersamaan dengan dipersembahkannya korban pada pagi dan petang hari. Korban petang dipersembahkan pada ”jam kesembilan”, atau kira-kira pukul tiga sore.
b Lihat kotak ”Petrus—Dari Nelayan Menjadi Rasul yang Dinamis” dan ”Yohanes—Murid yang Dikasihi Yesus”.
c Lihat kotak ”Imam Besar dan Imam-Imam Kepala”.
d Pada tahun 33 M, orang Farisi di Yerusalem hanya berjumlah sekitar 6.000 dan orang Saduki lebih sedikit lagi. Inilah yang mungkin menjadi alasan lain mengapa kedua kelompok ini merasa makin terancam oleh ajaran Yesus.
-
-
”Kami Harus Lebih Taat kepada Allah Sebagai Penguasa””Memberikan Kesaksian yang Saksama tentang Kerajaan Allah”
-
-
PASAL 5
”Kami Harus Lebih Taat kepada Allah Sebagai Penguasa”
Para rasul mengambil pendirian yang menjadi pola bagi semua orang Kristen sejati
Berdasarkan Kisah 5:12–6:7
1-3. (a) Mengapa para rasul dihadapkan ke Sanhedrin, dan apa masalah sesungguhnya? (b) Mengapa kita ingin sekali mengetahui pendirian para rasul?
PARA hakim Sanhedrin meradang dalam amarah! Rasul-rasul Yesus sedang diadili oleh mahkamah agung ini. Mengapa? Alasannya disebutkan oleh Yusuf Kayafas, imam besar serta ketua Sanhedrin, yang membentak mereka, ”Kami sudah dengan tegas melarang kalian mengajar atas nama itu.” Saking marahnya, sang ketua tidak bisa mengucapkan nama Yesus. Akan tetapi, Kayafas masih melanjutkan, ”Kalian malah membuat Yerusalem penuh dengan ajaran kalian, dan menyalahkan kami atas kematian orang itu.” (Kis. 5:28) Perintahnya jelas: Berhenti mengabar—atau dihukum!
2 Apa tanggapan para rasul? Tugas mereka untuk mengabar berasal dari Yesus, yang mendapat kekuasaan dari Allah. (Mat. 28:18-20) Apakah rasa takut pada manusia akan membuat para rasul menyerah dan bungkam? Atau, apakah mereka akan berani untuk berpendirian teguh dan terus mengabar? Masalah sesungguhnya ialah: Apakah mereka akan menaati Allah atau manusia? Tanpa ragu, Rasul Petrus berbicara mewakili semua rasul. Kata-katanya tandas dan tegas.
3 Sebagai orang Kristen sejati, kita ingin sekali mengetahui tanggapan para rasul terhadap ancaman Sanhedrin. Tugas untuk mengabar berlaku atas kita juga. Dan, sewaktu menjalankan tugas dari Allah ini, kita pun menghadapi tentangan. (Mat. 10:22) Para penentang mungkin berupaya membatasi atau melarangkan pekerjaan kita. Apa yang akan kita lakukan? Kita bisa mendapat manfaat dengan memperhatikan pendirian para rasul dan situasi yang terjadi sampai mereka diadili di hadapan Sanhedrin.a
”Malaikat Yehuwa Membuka Pintu-Pintu” (Kis. 5:12-21a)
4, 5. Mengapa Kayafas dan orang-orang Saduki ”sangat iri hati”?
4 Ingat bahwa sewaktu pertama kali diperintahkan untuk berhenti mengabar, Petrus dan Yohanes menjawab, ”Kami tidak bisa berhenti berbicara tentang apa yang kami lihat dan dengar.” (Kis. 4:20) Setelah pertemuan dengan Sanhedrin itu, Petrus dan Yohanes, bersama semua rasul lain, terus mengabar di bait. Para rasul mengadakan tanda-tanda yang hebat, seperti menyembuhkan orang sakit dan mengusir roh-roh jahat. Mereka melakukannya ”di Serambi Salomo”, yakni halaman beratap di sisi timur bait, tempat berkumpulnya banyak orang Yahudi. Bayangan Petrus pun tampaknya bisa menyembuhkan! Banyak orang yang disembuhkan secara jasmani juga menerima firman yang mendatangkan kesembuhan rohani. Alhasil, ”jumlah orang yang percaya kepada Tuan terus bertambah, baik pria maupun wanita”.—Kis. 5:12-15.
5 Kayafas serta para anggota sekte Saduki lainnya ”sangat iri hati” dan memerintahkan agar para rasul dijebloskan ke penjara. (Kis. 5:17, 18) Mengapa orang Saduki begitu marah? Para rasul mengajarkan bahwa Yesus telah dibangkitkan, sedangkan orang Saduki tidak percaya akan adanya kebangkitan. Para rasul mengatakan bahwa hanya dengan beriman kepada Yesus seseorang dapat diselamatkan, tetapi orang Saduki takut dihukum oleh Roma jika masyarakat berpaling kepada Yesus sebagai Pemimpin. (Yoh. 11:48) Tidak heran, orang Saduki bertekad membungkam para rasul!
6. Sekarang, siapa penyulut utama penganiayaan atas hamba-hamba Yehuwa, dan mengapa kita tidak perlu heran?
6 Sekarang pun, provokator utama penganiayaan atas hamba-hamba Yehuwa berasal dari kalangan agama. Para penentang itu sering menggunakan pengaruh mereka atas kalangan berwenang pemerintah dan media untuk membungkam pengabaran kita. Perlukah kita heran? Tidak. Berita kita menelanjangi agama palsu. Dengan menerima kebenaran Alkitab, orang-orang berhati jujur dibebaskan dari kepercayaan serta kebiasaan yang tidak berdasarkan Alkitab. (Yoh. 8:32) Maka tidak heran, bukan, apabila berita kita sering membuat para pemimpin agama dipenuhi kebencian dan kecemburuan?
7, 8. Perintah sang malaikat pastilah menghasilkan pengaruh apa atas para rasul, dan apa yang sebaiknya kita tanyakan kepada diri sendiri?
7 Sementara duduk di penjara menunggu persidangan, para rasul mungkin menyangka bahwa mereka bakal segera mati sebagai martir di tangan musuh. (Mat. 24:9) Akan tetapi, pada malam itu, terjadilah sesuatu yang sangat tidak disangka-sangka—”malaikat Yehuwa membuka pintu-pintu penjara”.b (Kis. 5:19) Lalu, sang malaikat memberi mereka perintah spesifik, ”Berdirilah di bait, dan teruslah berbicara.” (Kis. 5:20) Perintah itu pastilah meyakinkan para rasul bahwa apa yang mereka lakukan memang benar. Kata-kata sang malaikat bisa jadi juga menguatkan mereka untuk tetap teguh tidak soal apa yang terjadi. Dengan iman yang kuat dan keberanian, ”paginya [para rasul] masuk ke bait dan mulai mengajar”.—Kis. 5:21.
8 Kita masing-masing sebaiknya bertanya, ’Apakah saya akan memiliki iman serta keberanian yang dibutuhkan untuk terus mengabar jika mengalami keadaan serupa?’ Kita bisa mendapat kekuatan dengan mengetahui bahwa pekerjaan penting memberikan kesaksian ”dengan saksama tentang Kerajaan Allah” didukung dan dibimbing oleh malaikat.—Kis. 28:23; Why. 14:6, 7.
”Kami Harus Lebih Taat kepada Allah Sebagai Penguasa Kami Daripada kepada Manusia” (Kis. 5:21b-33)
”Para rasul dibawa ke hadapan Sanhedrin.”—Kisah 5:27
9-11. Apa tanggapan para rasul ketika Sanhedrin menyuruh mereka berhenti mengabar, dan bagaimana hal itu menjadi pola bagi orang Kristen sejati?
9 Kayafas dan hakim-hakim lain di Sanhedrin sudah siap untuk menangani para rasul. Tanpa mengetahui apa yang telah terjadi di penjara, mereka mengirim beberapa petugas untuk menjemput para tahanan. Bayangkan betapa terkejutnya para petugas itu sewaktu mendapati bahwa para tahanan telah raib, padahal penjaranya terkunci rapat dan ”para penjaga berdiri di depan pintunya”. (Kis. 5:23) Kepala penjaga bait segera tahu bahwa para rasul sudah kembali ke bait, memberikan kesaksian tentang Yesus Kristus—kegiatan yang justru membuat mereka dipenjarakan! Kepala penjaga beserta para petugasnya bergegas pergi ke bait untuk menciduk para tahanan dan mengawal mereka ke Sanhedrin.
10 Sebagaimana diceritakan di awal pasal ini, para pemimpin agama itu dengan murka menyuruh para rasul berhenti mengabar. Apa tanggapan para rasul? Petrus menjadi juru bicara dan menjawab dengan berani, ”Kami harus lebih taat kepada Allah sebagai penguasa kami daripada kepada manusia.” (Kis. 5:29) Dengan demikian, para rasul menetapkan pola bagi orang Kristen sejati sepanjang zaman. Penguasa manusia tidak wajib lagi ditaati apabila mereka melarangkan apa yang Allah perintahkan atau memerintahkan apa yang Allah larangkan. Karena itu, pada zaman kita, jika pemerintah melarangkan pekerjaan pengabaran, kita tidak bakal berhenti melakukan tugas dari Allah untuk memberitakan kabar baik. (Rm. 13:1) Sebaliknya, kita akan mencari cara-cara yang bijaksana untuk terus memberikan kesaksian yang saksama tentang Kerajaan Allah.
11 Sebagaimana dapat diduga, jawaban para rasul yang berani mengobarkan kemarahan para hakim yang sudah kesal itu. Mereka bertekad untuk membunuh para rasul. (Kis. 5:33) Kematian sebagai martir kini tampak pasti bagi para saksi yang berani dan bersemangat itu. Tapi tunggu dulu! Bantuan segera datang dengan cara yang tak terduga.
”Kalian Tidak Akan Bisa Menghancurkannya” (Kis. 5:34-42)
12, 13. (a) Nasihat apa yang Gamaliel berikan kepada rekan-rekannya, dan apa yang mereka lakukan? (b) Bagaimana Yehuwa mungkin turun tangan demi umat-Nya sekarang, dan apa yang bisa kita yakini jika kita diizinkan ”menderita demi apa yang benar”?
12 Gamaliel, ”seorang guru Taurat yang dihormati semua orang”, angkat bicara.c Pakar hukum ini pastilah sangat direspek oleh rekan-rekannya, sebab dia bisa mengendalikan situasi, bahkan ”menyuruh agar para rasul itu dibawa keluar sebentar”. (Kis. 5:34) Dengan menyebutkan beberapa contoh pemberontakan di masa lalu yang segera padam setelah pemimpinnya mati, Gamaliel mendesak majelis hakim untuk bersabar dan toleran terhadap para rasul, yang Pemimpinnya, Yesus, baru saja mati. Argumen Gamaliel amat meyakinkan: ”Jangan ikut campur urusan orang-orang ini. Biarkan saja mereka. Kalau rencana dan kegiatan ini berasal dari manusia, ini akan hancur. Tapi kalau ini berasal dari Allah, kalian tidak akan bisa menghancurkannya. Malah, bisa jadi kalian ternyata melawan Allah sendiri.” (Kis. 5:38, 39) Para hakim itu mengindahkan nasihatnya. Namun, mereka tetap memerintahkan agar para rasul dicambuk dan menyuruh mereka ”berhenti berbicara atas nama Yesus”.—Kis. 5:40.
13 Sekarang, seperti pada masa itu, Yehuwa bisa membangkitkan tokoh terkemuka seperti Gamaliel untuk turun tangan demi kepentingan umat-Nya. (Ams. 21:1) Yehuwa bisa menggunakan kuasa kudus-Nya untuk menggerakkan para penguasa, hakim, atau pembuat undang-undang yang berpengaruh untuk bertindak sesuai dengan kehendak-Nya. (Neh. 2:4-8) Akan tetapi, seandainya Dia mengizinkan kita ”menderita demi apa yang benar”, ada dua hal yang bisa kita yakini. (1 Ptr. 3:14) Pertama, Allah dapat memberi kita kekuatan untuk bertahan. (1 Kor. 10:13) Kedua, para penentang ”tidak akan bisa menghancurkan [pekerjaan Allah]”.—Yes. 54:17.
14, 15. (a) Bagaimana perasaan para rasul setelah dicambuk, dan mengapa? (b) Ceritakan sebuah pengalaman yang memperlihatkan bahwa umat Yehuwa bertekun dengan sukacita.
14 Setelah dicambuk, apakah para rasul patah semangat atau melemah tekadnya? Sama sekali tidak! Mereka ”pergi dari hadapan Sanhedrin [dengan] bersukacita”. (Kis. 5:41) ”Bersukacita”—mengapa? Pasti bukan karena rasa sakit akibat dicambuk. Mereka bersukacita karena tahu bahwa mereka dianiaya demi mempertahankan integritas kepada Yehuwa dan demi mengikuti jejak Anutan mereka, Yesus.—Mat. 5:11, 12.
15 Seperti saudara-saudara kita di abad pertama, kita bertekun dengan sukacita sewaktu menderita demi kabar baik. (1 Ptr. 4:12-14) Tentu, kita tidak suka diancam, dianiaya, atau dipenjarakan. Akan tetapi, kita merasakan kepuasan yang dalam karena mempertahankan integritas. Perhatikan, misalnya, Henryk Dornik, yang bertekun selama bertahun-tahun meski diperlakukan dengan kejam di bawah rezim totaliter. Dia ingat bahwa pada bulan Agustus 1944, kalangan berwenang memutuskan untuk mengirim dia dan kakak lelakinya ke kamp konsentrasi. Para penentang berkata, ”Mustahil membujuk mereka untuk melakukan apa pun. Mereka senang kalau mati martir.” Saudara Dornik menjelaskan, ”Meskipun tidak ingin menjadi martir, saya bersukacita karena telah menderita dengan tabah dan bermartabat demi keloyalan saya kepada Yehuwa.”—Yak. 1:2-4.
Seperti para rasul, kita mengabar ”dari rumah ke rumah”
16. Bagaimana para rasul memperlihatkan bahwa mereka bertekad untuk memberikan kesaksian yang saksama, dan bagaimana kita mengikuti metode pengabaran para rasul?
16 Para rasul tidak membuang-buang waktu dan langsung kembali bekerja memberikan kesaksian. Tanpa gentar, ”setiap hari, di bait dan dari rumah ke rumah, mereka . . . memberitakan kabar baik tentang Kristus”.d (Kis. 5:42) Para pemberita yang bersemangat ini bertekad untuk memberikan kesaksian yang saksama. Perhatikan bahwa mereka mengabar ke rumah-rumah orang, sesuai dengan petunjuk Yesus Kristus. (Mat. 10:7, 11-14) Tidak diragukan, dengan cara itulah mereka berhasil membuat Yerusalem penuh dengan ajaran mereka. Sekarang, Saksi-Saksi Yehuwa dikenal karena mengikuti metode pengabaran para rasul. Dengan berkunjung ke setiap rumah di daerah kita, jelaslah bahwa kita pun ingin saksama, memberi setiap orang kesempatan mendengar kabar baik. Apakah Yehuwa memberkati pelayanan dari rumah ke rumah yang kita lakukan? Ya! Jutaan orang telah menyambut berita Kerajaan pada zaman akhir ini, dan banyak yang mendengar kabar baik untuk pertama kalinya dari Saksi yang mengetuk pintu rumah mereka.
Pria-Pria yang Memenuhi Syarat untuk Mengurus ”Hal Penting” (Kis. 6:1-6)
17-19. Masalah apa yang timbul yang berpotensi memecah belah, dan petunjuk apa yang para rasul berikan untuk membereskannya?
17 Sidang yang masih muda itu kini menghadapi bahaya terselubung yang mengancamnya dari dalam. Apa itu? Banyak murid yang dibaptis di Yerusalem sebenarnya adalah pendatang, dan mereka ingin belajar lebih banyak sebelum pulang ke negeri mereka. Murid-murid yang tinggal di Yerusalem dengan sukarela menyumbangkan uang untuk memenuhi kebutuhan akan makanan dan keperluan lain. (Kis. 2:44-46; 4:34-37) Pada saat-saat itu, muncullah suatu masalah yang sensitif. ”Dalam pembagian jatah harian” untuk makanan, para janda yang berbahasa Yunani diabaikan. (Kis. 6:1) Namun, para janda yang berbahasa Ibrani tidak diabaikan. Kalau begitu, problem ini kelihatannya menyangkut diskriminasi. Masalah seperti inilah yang biasanya sangat berpotensi untuk memecah belah.
18 Para rasul, yang bertindak sebagai badan pimpinan dari sidang yang sedang berkembang itu, menyadari tidaklah bijaksana bagi mereka untuk ”berhenti mengajarkan firman Allah demi membagi-bagikan makanan”. (Kis. 6:2) Guna membereskan masalah, mereka memerintahkan agar para murid mencari tujuh pria ”yang penuh dengan kuasa kudus dan bijaksana” yang dapat diangkat oleh para rasul untuk mengurus ”hal penting ini”. (Kis. 6:3) Pria-pria yang memenuhi syarat dibutuhkan karena pekerjaan itu kemungkinan tidak cuma membagikan makanan, tetapi juga menangani uang, membeli barang, dan mencatat segalanya dengan teliti. Pria-pria yang dipilih semuanya mempunyai nama Yunani, yang mungkin membuat mereka lebih mudah diterima oleh para janda yang sakit hati itu. Setelah mempertimbangkan dan mendoakan pengusulan tersebut, para rasul mengangkat ketujuh pria itu untuk mengurus ”hal penting ini”.e
19 Apakah karena mengurus pembagian makanan, ketujuh pria terlantik itu lalu dibebaskan dari tanggung jawab memberitakan kabar baik? Tentu saja tidak! Salah satu pria yang terpilih adalah Stefanus, yang akan terbukti sebagai pemberi kesaksian yang berani dan efektif. (Kis. 6:8-10) Filipus juga salah satu dari ketujuh pria itu, dan dia disebut ”penginjil”. (Kis. 21:8) Jadi, jelaslah, ketujuh pria itu terus menjadi pemberita Kerajaan yang bersemangat.
20. Bagaimana umat Allah zaman sekarang mengikuti pola yang ditetapkan para rasul?
20 Umat Yehuwa zaman sekarang mengikuti pola yang ditetapkan para rasul. Pria-pria yang diusulkan untuk mengemban tanggung jawab sidang harus memperlihatkan hikmat dari Allah dan membuktikan bahwa kuasa kudus bekerja pada diri mereka. Di bawah petunjuk Badan Pimpinan, pria-pria yang memenuhi syarat Alkitab dilantik untuk melayani sebagai penatua atau hamba pelayanan di sidang-sidang.f (1 Tim. 3:1-9, 12, 13) Mereka yang memenuhi syarat dapat dikatakan dilantik oleh kuasa kudus. Pria-pria yang suka bekerja keras ini mengurus banyak hal penting. Misalnya, para penatua mungkin mengatur bantuan praktis untuk kaum lansia yang setia yang benar-benar membutuhkan. (Yak. 1:27) Beberapa penatua sibuk dalam membangun Balai Kerajaan, mengorganisasi pertemuan wilayah atau regional, atau melayani sebagai anggota Panitia Penghubung Rumah Sakit di daerah mereka. Hamba pelayanan mengurus banyak tugas yang tidak secara langsung berkaitan dengan penggembalaan atau pengajaran. Semua pria terlantik itu harus menyeimbangkan tanggung jawab sidang dan organisasi dengan kewajiban dari Allah untuk memberitakan kabar baik Kerajaan.—1 Kor. 9:16.
”Firman Allah Terus Tersebar” (Kis. 6:7)
21, 22. Apa yang memperlihatkan bahwa Yehuwa memberkati sidang yang baru terbentuk itu?
21 Dengan dukungan Yehuwa, sidang yang baru terbentuk itu berhasil mengatasi penganiayaan dari luar dan problem yang berpotensi memecah belah dari dalam. Berkat Yehuwa sungguh nyata, sebab kita diberi tahu, ”Firman Allah terus tersebar, dan jumlah murid berlipat ganda secara luar biasa di Yerusalem. Selain itu, banyak imam mulai mengikuti kepercayaan itu.” (Kis. 6:7) Ini baru satu dari beberapa laporan tentang kemajuan yang terdapat dalam buku Kisah. (Kis. 9:31; 12:24; 16:5; 19:20; 28:31) Sekarang, tidakkah kita juga berbesar hati sewaktu mendengar laporan tentang kemajuan pekerjaan pemberitaan Kerajaan di bagian lain dunia?
22 Pada abad pertama M, para pemimpin agama yang marah itu tidak mau menyerah. Gelombang penganiayaan sudah tampak di depan mata. Tidak lama lagi, Stefanus akan menjadi target tentangan yang kejam, seperti yang akan kita lihat di pasal berikut.
a Lihat kotak ”Sanhedrin—Mahkamah Agung Yahudi”.
b Dari kira-kira 20 kali malaikat disebutkan secara spesifik di buku Kisah, inilah yang pertama. Sebelumnya, di Kisah 1:10, malaikat secara tidak langsung disebut ”orang berpakaian putih”.
c Lihat kotak ”Gamaliel—Terhormat di Kalangan Para Rabi”.
d Lihat kotak ”Mengabar ’dari Rumah ke Rumah’”.
e Pria-pria itu mungkin memenuhi syarat-syarat umum menjadi penatua, sebab penanganan ”hal penting ini” merupakan tanggung jawab yang serius. Akan tetapi, Alkitab tidak menunjukkan kapan persisnya pria-pria mulai dilantik sebagai penatua atau pengawas di sidang Kristen.
f Pada abad pertama, ada pria-pria yang diberi wewenang untuk melantik para penatua. (Kis. 14:23; 1 Tim. 5:22; Tit. 1:5) Sekarang, Badan Pimpinan melantik para pengawas wilayah, yang memiliki tanggung jawab untuk melantik para penatua dan hamba pelayanan.
-
-
Stefanus—”Penuh dengan Kebaikan Hati Allah dan Kuasa””Memberikan Kesaksian yang Saksama tentang Kerajaan Allah”
-
-
PASAL 6
Stefanus—”Penuh dengan Kebaikan Hati Allah dan Kuasa”
Belajar dari kesaksian Stefanus yang berani di hadapan Sanhedrin
Berdasarkan Kisah 6:8–8:3
1-3. (a) Situasi menakutkan apa yang Stefanus hadapi, namun bagaimana reaksinya? (b) Pertanyaan apa saja yang akan kita bahas?
STEFANUS berdiri di hadapan majelis pengadilan. Di sebuah ruang yang besar dan megah, kemungkinan besar dekat bait di Yerusalem, 71 pria duduk membentuk setengah lingkaran besar. Majelis pengadilan itu, Sanhedrin, bersidang hari ini untuk menghakimi Stefanus. Para hakimnya adalah tokoh-tokoh yang berkuasa dan berpengaruh, yang kebanyakan tidak suka dengan murid Yesus ini. Dan, yang memanggil mereka bersidang hari ini adalah Imam Besar Kayafas, yang mengetuai persidangan beberapa bulan sebelumnya, sewaktu Sanhedrin menyatakan bahwa Yesus Kristus patut dihukum mati. Apakah Stefanus ketakutan?
2 Ada yang luar biasa berkenaan dengan wajah Stefanus pada saat itu. Para hakim menatap dia dan melihat bahwa mukanya ”seperti muka malaikat”. (Kis. 6:15) Malaikat membawa pesan dari Allah Yehuwa, dan karena itu mereka sama sekali tidak gentar, namun tenang dan penuh damai. Begitu juga dengan Stefanus—bahkan para hakim yang penuh kebencian itu bisa melihatnya. Mengapa dia bisa begitu tenang?
3 Orang Kristen zaman sekarang bisa belajar banyak dari jawaban pertanyaan tersebut. Kita pun perlu tahu bagaimana Stefanus sampai berada dalam situasi menegangkan itu. Bagaimana dia sebelumnya membela imannya? Dan, apa saja yang dapat kita tiru darinya?
”Mereka Pun Menghasut Orang-Orang” (Kis. 6:8-15)
4, 5. (a) Mengapa Stefanus adalah aset berharga bagi sidang? (b) Apa artinya Stefanus ”penuh dengan kebaikan hati Allah dan kuasa”?
4 Kita sudah belajar bahwa Stefanus adalah aset berharga bagi sidang Kristen yang baru terbentuk. Di pasal sebelumnya dalam buku ini, diberitahukan bahwa dia termasuk di antara ketujuh pria yang rendah hati yang rela membantu para rasul sewaktu diminta memberikan pertolongan. Kerendahan hatinya semakin menonjol jika kita mengingat karunia yang dianugerahkan kepada pria ini. Di Kisah 6:8, kita membaca bahwa dia bisa mengadakan ”banyak keajaiban dan mukjizat”, seperti halnya beberapa rasul. Kita juga diberi tahu bahwa dia ”penuh dengan kebaikan hati Allah dan kuasa”. Apa artinya?
5 Kata Yunani yang diterjemahkan menjadi ”kebaikan hati Allah” juga punya makna ”sifat yang menyenangkan”. Stefanus kelihatannya memiliki sikap yang ramah, lembut, dan berkepribadian menarik. Cara bicaranya mampu membuat banyak pendengarnya yakin akan ketulusan hatinya dan manfaat dari kebenaran yang dia ajarkan. Dia penuh kuasa karena kuasa kudus Yehuwa bekerja dalam dirinya, sebab dia dengan rendah hati mengikuti arahan kuasa kudus. Alih-alih menjadi besar kepala karena karunia serta kesanggupan yang dia miliki, dia menujukan semua pujian kepada Yehuwa dan memperlihatkan kepedulian dan kasih kepada orang-orang yang dia ajak berbicara. Maka, tidak heran jika para penentangnya menganggap dia sebagai ancaman yang patut diperhitungkan!
6-8. (a) Penentang Stefanus melancarkan dua tuduhan apa terhadapnya, dan mengapa? (b) Mengapa teladan Stefanus bisa bermanfaat bagi orang Kristen zaman sekarang?
6 Beberapa orang tampil untuk berbantah dengan Stefanus, tetapi ”mereka tidak sanggup melawannya, karena dia bijaksana dan berbicara dengan bimbingan kuasa kudus”.a Karena jengkel, ”mereka diam-diam membujuk” orang-orang untuk menuduh pengikut Kristus yang tidak bersalah ini. Mereka juga ”menghasut orang-orang”, para pemimpin, dan para ahli Taurat, yang dengan paksa membawa Stefanus ke hadapan Sanhedrin. (Kis. 6:9-12) Para penentang melancarkan dua tuduhan: Dia menghina Allah dan menghina Musa. Apa maksudnya?
7 Para penuduh itu mengatakan bahwa Stefanus menghina Allah karena dia menghina ”tempat kudus ini”—bait di Yerusalem. (Kis. 6:13) Mereka menuduh dia menjelek-jelekkan Musa, karena dia menghina hukum Taurat dengan mengganti kebiasaan yang telah diturunkan oleh Musa. Ini tuduhan yang sangat serius, sebab orang Yahudi kala itu sangat mengagung-agungkan bait, berbagai perincian Hukum Musa, dan banyak tradisi lisan yang mereka tambahkan pada hukum itu. Jadi, tuduhan itu mengartikan bahwa Stefanus adalah orang berbahaya, yang pantas mati!
8 Sungguh menyedihkan, kalangan agama juga sering menggunakan taktik serupa untuk mempersulit hamba-hamba Allah. Hingga hari ini, penentang dari kalangan agama kadang-kadang menghasut pemimpin sekuler untuk menganiaya Saksi-Saksi Yehuwa. Bagaimana seharusnya reaksi kita jika dihadapkan pada tuduhan yang palsu atau diputar balik? Ada banyak yang dapat kita pelajari dari Stefanus.
Dengan Berani Memberikan Kesaksian tentang ”Allah yang Mulia” (Kis. 7:1-53)
9, 10. Apa yang dikatakan kritikus tentang pembelaan Stefanus di hadapan Sanhedrin, dan apa yang perlu kita ingat?
9 Sebagaimana disebutkan di awal, wajah Stefanus terlihat tenang, bagaikan muka malaikat, sementara dia mendengar tuduhan-tuduhan terhadap dirinya. Sekarang, Kayafas berpaling kepadanya dan mengatakan, ”Apakah semua itu benar?” (Kis. 7:1) Kini giliran Stefanus untuk berbicara. Dan, dia tidak menyia-nyiakan kesempatan itu!
10 Beberapa kritikus menyatakan bahwa pembelaan Stefanus yang panjang lebar itu tidak menjawab apa yang dituduhkan kepadanya. Namun, sebenarnya, Stefanus memberikan teladan yang sangat bagus bagi kita mengenai caranya ”menjawab orang yang mempertanyakan” kabar baik. (1 Ptr. 3:15) Ingatlah bahwa Stefanus dituduh menghina Allah dengan menghina bait dan menghina Musa dengan menentang Hukum Musa. Jawaban Stefanus merangkum tiga tahap sejarah Israel, dengan beberapa pokok yang dia tandaskan dengan cermat. Mari kita bahas ketiga tahap sejarah ini satu per satu.
11, 12. (a) Bagaimana Stefanus menggunakan contoh Abraham dengan efektif? (b) Mengapa Yusuf relevan untuk disebutkan dalam pembelaan Stefanus?
11 Zaman para patriark. (Kis. 7:1-16) Stefanus mulai dengan berbicara tentang Abraham, yang direspek oleh orang Yahudi karena imannya. Berawal dari pokok yang sama-sama mereka setujui ini, Stefanus menandaskan bahwa Yehuwa, ”Allah yang mulia”, pertama kali menemui Abraham di Mesopotamia. (Kis. 7:2) Sebenarnya, Abraham kala itu adalah penduduk asing di Negeri Perjanjian. Dia belum mempunyai bait ataupun Hukum Musa. Bagaimana mungkin seseorang bisa berkeras bahwa kesetiaan kepada Allah harus selalu bergantung pada hal-hal seperti itu?
12 Yusuf, keturunan Abraham, juga sangat dihormati oleh para pendengar Stefanus, tetapi Stefanus mengingatkan mereka bahwa kakak-kakak Yusuf sendiri, yakni bapak-bapak leluhur suku-suku Israel, menganiaya pria yang saleh itu dan menjualnya sebagai budak. Namun, dia digunakan oleh Allah untuk menyelamatkan Israel dari bala kelaparan. Stefanus pasti melihat dengan jelas kemiripan antara Yusuf dan Yesus Kristus, tetapi dia tidak menyebutkan persamaan itu supaya hadirinnya terus mendengarkan dia.
13. Bagaimana pembahasan tentang Musa menjawab tuduhan terhadap Stefanus, dan hal itu turut mengembangkan tema apa?
13 Zaman Musa. (Kis. 7:17-43) Stefanus mengatakan banyak hal tentang Musa—langkah yang bijaksana mengingat banyak anggota Sanhedrin adalah orang Saduki, yang menolak semua buku dalam Alkitab kecuali yang ditulis oleh Musa. Ingatlah juga bahwa Stefanus dituduh menghina Musa. Kata-kata Stefanus langsung menjawab tuduhan itu, sebab dia memperlihatkan bahwa dia sangat menghormati Musa dan Hukum Musa. (Kis. 7:38) Dia memperlihatkan bahwa Musa juga ditolak oleh orang-orang yang ingin dia selamatkan. Mereka menolak dia sewaktu dia berusia 40 tahun. Dan, lebih dari 40 tahun kemudian, mereka menantang kepemimpinannya dalam sejumlah peristiwa.b Dengan cara inilah Stefanus secara bertahap mengembangkan sebuah tema kunci: Umat Allah berulang kali menolak orang-orang yang Yehuwa lantik untuk memimpin mereka.
14. Penggunaan contoh Musa mendukung pokok-pokok apa dalam pembelaan Stefanus?
14 Stefanus mengingatkan hadirinnya bahwa Musa telah menubuatkan bangkitnya seorang nabi seperti Musa dari Israel. Siapakah dia, dan bagaimana dia akan disambut? Stefanus menyimpan jawabannya untuk bagian penutup. Dia menyebutkan pokok utama lain: Musa tahu bahwa tempat mana pun bisa dijadikan kudus, seperti halnya tanah di sekitar semak yang terbakar, tempat Yehuwa berfirman kepadanya. Maka, apakah ibadah kepada Yehuwa dapat dibatasi di satu bangunan saja, misalnya bait di Yerusalem? Mari kita lihat.
15, 16. (a) Mengapa tabernakel penting dalam argumen yang Stefanus kembangkan? (b) Bagaimana Stefanus menggunakan topik bait Salomo dalam pembahasannya?
15 Tabernakel dan bait. (Kis. 7:44-50) Stefanus mengingatkan majelis hakim bahwa sebelum adanya bait di Yerusalem, Allah menyuruh Musa membangun tabernakel—kemah ibadah yang bisa dipindah-pindah. Siapa yang berani berkata bahwa tabernakel lebih buruk daripada bait, mengingat Musa sendiri beribadah di sana?
16 Belakangan, sewaktu Salomo membangun bait di Yerusalem, dia diilhami untuk menyampaikan suatu pelajaran penting dalam doanya. Seperti yang Stefanus katakan, ”Yang Mahatinggi tidak tinggal di rumah buatan tangan manusia”. (Kis. 7:48; 2 Taw. 6:18) Yehuwa bisa saja menggunakan bait untuk mendukung kehendak-Nya, tetapi Dia tidak dibatasi olehnya. Kalau begitu, untuk apa para penyembah-Nya perlu merasa bahwa ibadah yang murni bergantung pada bangunan buatan tangan manusia? Stefanus menutup argumennya dengan kata-kata yang jitu, mengutip dari buku Yesaya: ”Surga adalah takhta-Ku, dan bumi adalah tumpuan kaki-Ku. Rumah seperti apa yang akan kalian bangun bagi-Ku? kata Yehuwa. Atau, tempat mana yang akan menjadi tempat tinggal-Ku? Bukankah tangan-Ku yang membuat semua ini?”—Kis. 7:49, 50; Yes. 66:1, 2.
17. Bagaimana pembelaan Stefanus (a) menyingkapkan kesalahan para pendengarnya dan (b) menjawab tuduhan terhadap dirinya?
17 Setelah meninjau pembelaan Stefanus kepada Sanhedrin sampai tahap ini, tidakkah Saudara setuju bahwa dia terampil dalam menyingkapkan tabiat buruk para penuduhnya? Dia memperlihatkan bahwa kehendak Yehuwa itu progresif dan dinamis, tidak statis dan dibelenggu tradisi. Orang-orang yang terbelenggu pada pemujaan bangunan bait yang indah di Yerusalem dan kebiasaan serta tradisi yang telah berkembang di seputar Hukum Musa sama sekali tidak memahami tujuan hukum itu dan bait! Secara tidak langsung, Stefanus mengajukan pertanyaan yang sangat penting ini: Tidakkah kalian seharusnya menghormati Hukum Musa dan bait dengan menaati Yehuwa? Ya, kata-kata Stefanus menjadi pembelaan yang sangat bagus tentang tindakannya sendiri, karena dia mengerahkan upaya terbaik untuk menaati Yehuwa.
18. Apa saja yang hendaknya kita tiru dari Stefanus?
18 Apa yang dapat kita pelajari dari pembelaan Stefanus? Dia mengenal baik isi Kitab Suci. Demikian pula, kita perlu rajin belajar Firman Allah jika kita ingin ”menggunakan firman kebenaran dengan tepat”. (2 Tim. 2:15) Dari Stefanus, kita juga bisa belajar tentang cara bicara yang menyenangkan dan tidak menyinggung perasaan. Para pendengarnya sangat membencinya! Tetapi, selama mungkin, dia bisa mempertahankan titik temu dengan membahas hal-hal yang mereka junjung tinggi. Dia juga menyapa mereka dengan respek, memanggil para tua-tua itu ”bapak-bapak”. (Kis. 7:2) Kita pun perlu menyajikan kebenaran Firman Allah dengan ”lembut dan penuh hormat”.—1 Ptr. 3:15.
19. Bagaimana Stefanus dengan berani menyampaikan berita penghakiman Yehuwa kepada Sanhedrin?
19 Akan tetapi, kita tidak menahan diri menyampaikan kebenaran tentang Firman Allah karena takut menyakiti hati orang; kita juga tidak melembutkan berita penghakiman Yehuwa. Stefanus mencontohkan hal ini. Tidak diragukan, dia bisa melihat bahwa semua bukti yang dia ungkapkan di hadapan Sanhedrin tidak akan banyak mempengaruhi hakim-hakim yang keras hati itu. Karena itu, digerakkan oleh kuasa kudus, dia menutup pembelaannya dengan tanpa gentar memperlihatkan bahwa mereka persis seperti leluhur mereka yang telah menolak Yusuf, Musa, dan semua nabi. (Kis. 7:51-53) Hakim-hakim itu bahkan telah membunuh sang Mesias, yang kedatangannya sudah dinubuatkan oleh Musa dan semua nabi. Sesungguhnya, merekalah yang paling melanggar Hukum Musa!
”Tuan Yesus, Terimalah Nyawaku” (Kis. 7:54–8:3)
”Mendengar itu, mereka menjadi panas hati dan mulai menggertakkan gigi sambil menatapnya.”—Kisah 7:54
20, 21. Bagaimana reaksi Sanhedrin mendengar kata-kata Stefanus, dan bagaimana Yehuwa menguatkan dia?
20 Mendengar kebenaran yang tak dapat disangkal dalam kata-kata Stefanus, kemarahan hakim-hakim itu pun meluap. Lupa untuk menjaga wibawa, mereka menggertakkan gigi sambil memandang Stefanus. Pria setia itu pasti menyadari bahwa dia, sama seperti Majikannya, Yesus, tidak akan mendapat belas kasihan.
21 Stefanus membutuhkan keberanian untuk menghadapi apa yang akan segera terjadi, dan dia pasti sangat dikuatkan oleh penglihatan yang pada waktu itu dikaruniakan dengan baik hati oleh Yehuwa kepadanya. Stefanus melihat kemuliaan Allah, dan dia melihat Yesus berdiri di sebelah kanan Yehuwa! Ketika Stefanus menceritakan penglihatannya, hakim-hakim itu menutupi telinga mereka. Mengapa? Sebelumnya, Yesus pernah mengatakan kepada majelis hakim yang sama bahwa dia adalah Mesias dan bahwa tidak lama lagi, dia akan berada di sebelah kanan Bapaknya. (Mrk. 14:62) Penglihatan Stefanus membuktikan bahwa Yesus mengatakan yang benar. Bahwa Sanhedrin sebenarnya mengkhianati dan membunuh sang Mesias! Dengan serentak, mereka segera membawa Stefanus untuk dilempari dengan batu sampai mati.c
22, 23. Bagaimana kematian Stefanus serupa dengan kematian Majikannya, dan bagaimana orang Kristen zaman sekarang bisa memiliki keyakinan yang kuat seperti Stefanus?
22 Seperti Majikannya, Stefanus mati dengan hati damai, percaya sepenuhnya kepada Yehuwa, dan mengampuni para pembunuhnya. Dia mengatakan, ”Tuan Yesus, terimalah nyawaku,” mungkin karena dia masih bisa melihat Putra manusia bersama Yehuwa dalam penglihatan itu. Tidak diragukan, Stefanus mengetahui kata-kata Yesus yang menguatkan, ”Akulah kebangkitan dan kehidupan.” (Yoh. 11:25) Akhirnya, Stefanus berdoa langsung kepada Allah dengan suara keras, ”Yehuwa, jangan hukum mereka atas kesalahan ini.” Setelah mengatakan hal itu, dia tidur dalam kematian.—Kis. 7:59, 60.
23 Stefanus kemudian dicatat sebagai martir pertama dari antara para pengikut Kristus. (Lihat kotak ”’Martir’ dalam Pengertian Apa?”) Namun, sungguh menyedihkan, dia bukan yang terakhir. Hingga hari ini, beberapa hamba Yehuwa yang setia telah dibunuh oleh kaum fanatik dari kalangan agama dan politik, juga oleh para penentang keji lainnya. Meskipun demikian, mereka mempunyai alasan untuk memiliki keyakinan yang kuat seperti Stefanus. Yesus kini sudah menjadi Raja dan menjalankan kuasa yang sangat besar yang dikaruniakan Bapaknya. Tidak ada yang akan menghalangi dia membangkitkan para pengikutnya yang setia.—Yoh. 5:28, 29.
24. Bagaimana Saul terlibat dalam kematian Stefanus sebagai martir, dan apa saja pengaruh jangka panjang dari kematian pria yang setia itu?
24 Ada seorang pemuda yang mengamati semua ini, namanya Saul. Dia menyetujui pembunuhan Stefanus, bahkan menjaga pakaian para pelempar batu. Tidak lama setelah itu, dia memimpin suatu gelombang penganiayaan yang kejam. Akan tetapi, kematian Stefanus akan memberikan pengaruh jangka panjang. Teladannya malah menguatkan orang Kristen lain untuk tetap setia dan meraih kemenangan yang serupa. Selain itu, Saul—yang belakangan lebih sering dipanggil Paulus—merasa amat menyesal bila mengingat keterlibatannya dalam kematian Stefanus. (Kis. 22:20) Dia telah membantu pembunuhan Stefanus, tetapi belakangan dia menyadari, ”Aku dulu menghina Allah, menganiaya, dan bersikap sombong.” (1 Tim. 1:13) Jelaslah, Paulus tidak pernah melupakan Stefanus dan pembelaan hebat yang dia sampaikan pada hari itu. Malah, beberapa ceramah dan tulisan Paulus mengembangkan tema yang juga disebutkan dalam pembelaan Stefanus. (Kis. 7:48; 17:24; Ibr. 9:24) Akhirnya, Paulus benar-benar belajar untuk mengikuti teladan iman dan keberanian yang diberikan Stefanus, orang yang ”penuh dengan kebaikan hati Allah dan kuasa”. Pertanyaannya sekarang: Apakah kita juga?
a Beberapa penentang berasal dari ”Sinagoga Orang yang Dimerdekakan”. Mereka mungkin pernah ditawan oleh orang Romawi dan belakangan dimerdekakan, atau mungkin mereka adalah budak-budak yang dimerdekakan yang menjadi penganut agama Yahudi. Ada yang berasal dari Kilikia. Saul dari Tarsus juga berasal dari daerah itu, namun kisah ini tidak memberitahukan apakah dia ada di antara orang-orang Kilikia yang tidak sanggup melawan Stefanus.
b Stefanus menyebutkan keterangan yang tidak kita temukan di tempat lain dalam Alkitab, misalnya fakta tentang pendidikan Musa di Mesir, usianya saat dia pertama kali lari dari Mesir, dan berapa lama dia tinggal di Midian.
c Tidak dapat dipastikan apakah Sanhedrin mendapat wewenang di bawah hukum Romawi untuk memerintahkan hukuman mati. (Yoh. 18:31) Namun, kematian Stefanus tampaknya adalah pembunuhan oleh massa yang mengamuk, dan bukan karena keputusan pengadilan.
-
-
”Menyampaikan Kabar Baik tentang Yesus””Memberikan Kesaksian yang Saksama tentang Kerajaan Allah”
-
-
PASAL 7
”Menyampaikan Kabar Baik tentang Yesus”
Filipus memberikan teladan sebagai seorang penginjil
Berdasarkan Kisah 8:4-40
1, 2. Bagaimana upaya membungkam kabar baik menjadi bumerang bagi para penentang di abad pertama?
GELOMBANG penganiayaan yang hebat telah menghantam, dan Saul mulai ”menganiaya” sidang jemaat—kata yang dalam bahasa aslinya menggambarkan kekejaman yang buas. (Kis. 8:3) Murid-murid melarikan diri, dan kelihatannya, tujuan Saul untuk membasmi Kekristenan akan terwujud. Namun, terpencarnya orang Kristen ternyata membuahkan hasil yang tidak diduga-duga. Apa itu?
2 Orang Kristen yang terpencar tersebut mulai ”memberitakan kabar baik tentang firman Allah” di negeri-negeri pengungsian. (Kis. 8:4) Bayangkan! Penganiayaan tidak saja gagal membungkam kabar baik, tetapi sebaliknya, itu justru membantu penyebarannya! Dengan membuat murid-murid terpencar, para penganiaya tanpa sengaja memperluas pekerjaan pengabaran Kerajaan ke daerah-daerah yang jauh. Seperti yang akan kita lihat, hal serupa telah terjadi pada zaman modern ini.
”Orang-Orang yang Terpencar” (Kis. 8:4-8)
3. (a) Siapakah Filipus? (b) Mengapa sebagian besar penduduk Samaria belum mendengar kabar baik, tetapi apa yang Yesus nubuatkan akan terjadi di daerah itu?
3 Filipus termasuk di antara ”orang-orang yang terpencar”.a (Kis. 8:4; lihat kotak ”Filipus Sang Penginjil”.) Dia pergi ke Samaria, sebuah kota yang sebagian besar penduduknya belum mendengar kabar baik, sebab Yesus pernah memberikan petunjuk kepada para rasul, ”Jangan masuk ke kota orang Samaria. Sebaliknya, pergilah kepada orang-orang dari bangsa Israel saja, yang bagaikan domba-domba yang tersesat.” (Mat. 10:5, 6) Akan tetapi, Yesus tahu bahwa pada akhirnya, Samaria akan mendapat kesaksian yang saksama, sebab sebelum naik ke surga, dia berkata, ”Kalian akan menjadi saksiku di Yerusalem, di seluruh Yudea dan Samaria, dan sampai ke bagian yang paling jauh di bumi.”—Kis. 1:8.
4. Bagaimana orang Samaria menanggapi pengabaran Filipus, dan apa yang mungkin menjadi salah satu faktor penyebabnya?
4 Filipus mendapati Samaria ”sudah putih dan siap dipanen”. (Yoh. 4:35) Beritanya membawa angin segar bagi orang-orang yang tinggal di sana, dan tidaklah sulit untuk tahu penyebabnya. Selama ini, orang Yahudi tidak mau berurusan dengan orang Samaria; banyak yang bahkan memandang hina mereka. Sebaliknya, orang Samaria merasa bahwa kabar baik tidaklah membeda-bedakan golongan, dan hal itu sangat kontras dengan cara berpikir orang Farisi yang diskriminatif. Dengan bersemangat memberikan kesaksian kepada orang Samaria tanpa pandang bulu, Filipus memperlihatkan bahwa dia tidak dicemari oleh prasangka orang-orang yang memandang rendah mereka. Maka tidak heran, banyak orang Samaria mendengarkan Filipus ”dengan sungguh-sungguh”.—Kis. 8:6.
5-7. Berikan beberapa contoh bahwa terpencarnya orang Kristen menghasilkan penyebaran kabar baik.
5 Sekarang ini, seperti halnya pada abad pertama, penganiayaan tidak bisa membungkam pengabaran umat Allah. Memaksa orang Kristen pindah dari satu tempat ke tempat lain—entah ke penjara atau ke negeri lain—sering kali malah turut memperkenalkan berita Kerajaan kepada orang-orang di tempat yang baru. Misalnya, selama Perang Dunia II, Saksi-Saksi Yehuwa dapat memberikan kesaksian yang luar biasa di kamp-kamp konsentrasi Nazi. Seorang Yahudi yang bertemu dengan Saksi-Saksi di sana menceritakan, ”Ketabahan para narapidana Saksi Yehuwa meyakinkan saya bahwa iman mereka didasarkan pada Alkitab—dan saya pun menjadi Saksi.”
6 Dalam beberapa kasus, para penganiaya justru mendapat kesaksian dan menyambutnya. Misalnya, sewaktu seorang Saksi bernama Franz Desch dipindahkan ke kamp konsentrasi Gusen di Austria, dia bisa mengadakan pelajaran Alkitab dengan seorang perwira SS. Bayangkan sukacita mereka sewaktu bertahun-tahun kemudian, kedua orang itu bertemu kembali di sebuah pertemuan regional Saksi-Saksi Yehuwa dan keduanya sudah menjadi pemberita kabar baik!
7 Pengalaman serupa terjadi sewaktu penganiayaan menyebabkan orang Kristen melarikan diri ke negeri lain. Pada tahun 1970-an, misalnya, kesaksian besar diberikan di Mozambik ketika Saksi-Saksi dari Malawi terpaksa lari ke sana. Sekalipun belakangan tentangan timbul di Mozambik, pekerjaan pengabaran terus berlanjut. ”Memang, beberapa di antara kami merasa khawatir dan berkali-kali ditangkap karena kegiatan pengabaran,” kata Francisco Coana. ”Namun, sewaktu banyak yang menanggapi berita Kerajaan, kami yakin Allah membantu kami, sama seperti Ia membantu orang-orang Kristen abad pertama.”
8. Bagaimana perubahan politik dan ekonomi telah mempengaruhi pekerjaan pengabaran?
8 Tentu saja, penganiayaan bukan satu-satunya alasan perkembangan Kekristenan di daerah-daerah asing. Beberapa puluh tahun belakangan ini, perubahan politik dan ekonomi telah memungkinkan berita Kerajaan tersebar kepada orang-orang dari berbagai bahasa dan kebangsaan. Beberapa orang dari daerah yang terimbas perang atau kesulitan ekonomi telah lari ke tempat-tempat yang lebih stabil dan mulai belajar Alkitab di negeri ke mana mereka pindah. Arus pengungsi telah menyebabkan munculnya daerah-daerah berbahasa asing. Apakah Saudara berupaya memberikan kesaksian kepada orang-orang ”dari semua bangsa, suku, ras, dan bahasa” di daerah Saudara?—Why. 7:9.
”Berilah Saya Kemampuan Itu Juga” (Kis. 8:9-25)
”Simon melihat bahwa siapa pun mendapat kuasa kudus ketika para rasul menaruh tangan di kepalanya, maka dia menawarkan uang kepada para rasul.”—Kisah 8:18
9. Siapakah Simon, dan apa yang tampaknya membuat dia terkesan pada Filipus?
9 Filipus mengadakan banyak tanda di Samaria. Misalnya, dia menyembuhkan orang-orang yang punya keterbatasan fisik dan bahkan mengusir roh-roh jahat. (Kis. 8:6-8) Seorang pria sangat terkesan dengan karunia mukjizat yang Filipus miliki. Dia adalah Simon, seorang tukang sihir yang sangat disegani sehingga orang-orang mengatakan tentang dia, ”Orang ini adalah Kuasa Allah.” Sekarang, Simon menyaksikan sendiri kuasa yang sesungguhnya dari Allah, sebagaimana nyata dalam mukjizat yang dilakukan oleh Filipus, dan Simon menjadi orang percaya. (Kis. 8:9-13) Namun, belakangan motif Simon diuji. Bagaimana?
10. (a) Apa yang Petrus dan Yohanes lakukan di Samaria? (b) Apa yang Simon lakukan setelah melihat murid-murid baru menerima kuasa kudus sewaktu Petrus dan Yohanes meletakkan tangan ke atas mereka?
10 Sewaktu para rasul mengetahui adanya pertambahan di Samaria, mereka mengutus Petrus dan Yohanes ke sana. (Lihat kotak ”Petrus Menggunakan ’Kunci-Kunci Kerajaan’”.) Setibanya di Samaria, kedua rasul menaruh tangan di kepala murid-murid baru, dan mereka masing-masing menerima kuasa kudus.b Sewaktu Simon melihat hal ini, dia sangat tertarik. ”Berilah saya kemampuan itu juga,” katanya kepada para rasul, ”supaya saya bisa membuat siapa pun mendapat kuasa kudus dengan menaruh tangan saya di kepala mereka.” Simon bahkan menawarkan sejumlah uang kepada para rasul, dengan harapan bisa membeli kemampuan yang istimewa tersebut!—Kis. 8:14-19.
11. Teguran apa yang Petrus berikan kepada Simon, dan bagaimana tanggapannya?
11 Petrus menjawab Simon dengan tegas. ”Semoga kamu binasa bersama uangmu,” kata sang rasul, ”karena kamu pikir karunia Allah bisa kamu beli dengan uang. Kamu tidak mendapat bagian dalam hal ini, karena Allah melihat bahwa hatimu tidak tulus.” Petrus lalu mendesak Simon untuk bertobat dan berdoa memohon ampun. ”Memohonlah kepada Yehuwa,” kata Petrus, ”dan mudah-mudahan niat buruk dalam hatimu diampuni.” Rupanya, Simon bukan orang yang jahat; dia ingin melakukan apa yang benar, tetapi saat itu dia memiliki pandangan yang salah. Maka, dia memohon kepada para rasul, ”Memohonlah kepada Yehuwa demi saya, supaya apa yang kalian katakan itu tidak terjadi pada saya.”—Kis. 8:20-24.
12. Apa artinya simonia, dan bagaimana praktek itu menjadi jerat bagi Gereja?
12 Teguran yang Petrus berikan kepada Simon menjadi peringatan bagi orang Kristen zaman sekarang. Sesungguhnya, kata simonia dalam bahasa Latin berasal dari insiden ini. Simonia memaksudkan praktek jual beli jabatan, khususnya dalam konteks keagamaan. Sejarah Gereja yang murtad sarat dengan praktek ini. Edisi kesembilan The Encyclopædia Britannica (1878) membahas sebuah penelitian tentang sejarah rapat pemilihan Paus. Penelitian itu menunjukkan bahwa tidak pernah ada pemilihan yang berlangsung tanpa praktek jual beli jabatan. Bahkan, praktek itu sering dilakukan dengan tidak tahu malu dan terang-terangan.
13. Dengan cara apa saja orang Kristen harus mewaspadai praktek jual beli jabatan?
13 Orang Kristen harus mewaspadai praktek jual beli jabatan atau tugas tertentu di sidang. Misalnya, mereka tidak boleh berupaya disukai dengan melimpahkan hadiah dan pujian yang berlebihan kepada orang-orang yang tampaknya bisa memberikan tugas tambahan dalam sidang. Di pihak lain, orang-orang yang dianggap bisa memberikan tugas atau tanggung jawab tertentu harus waspada agar tidak menunjukkan sikap pilih kasih terhadap orang-orang kaya. Kedua situasi tersebut termasuk dalam praktek yang salah itu. Ya, semua hamba Allah harus membawakan diri sebagai ”yang paling kecil”, menanti kuasa kudus Yehuwa membuat pelantikan untuk tugas tambahan tertentu. (Luk. 9:48) Tidak ada tempat dalam organisasi Allah bagi orang-orang yang berupaya ”mencari kemuliaan bagi diri sendiri”.—Ams. 25:27.
”Apakah Bapak Mengerti Apa yang Bapak Baca Itu?” (Kis. 8:26-40)
14, 15. (a) Siapakah ”pejabat tinggi Etiopia” dan bagaimana Filipus menemukan dia? (b) Bagaimana orang Etiopia itu menanggapi berita Filipus, dan mengapa baptisannya bukan tindakan yang terburu-buru? (Lihat catatan kaki.)
14 Malaikat Yehuwa sekarang menyuruh Filipus pergi ke jalan yang menurun dari Yerusalem ke Gaza. Pertanyaan apa pun yang ada di benak Filipus tentang mengapa dia harus pergi ke sana segera terjawab setelah dia bertemu dengan seorang pejabat tinggi, atau sida-sida, Etiopia yang sedang ”membaca tulisan Nabi Yesaya”. (Lihat kotak ”’Pejabat Tinggi’ atau ’Sida-Sida’?”) Kuasa kudus Yehuwa menggerakkan Filipus untuk menghampiri kereta orang itu. ”Apakah Bapak mengerti apa yang Bapak baca itu?” tanyanya kepada orang Etiopia itu sambil berlari di samping kereta. ”Bagaimana saya bisa mengerti kalau tidak ada yang membimbing saya?” jawab orang Etiopia itu.—Kis. 8:26-31.
15 Orang Etiopia itu mengundang Filipus untuk naik ke keretanya. Bayangkan serunya pembahasan mereka setelah itu! Siapa yang dimaksud dengan ”domba”, atau ”hamba”, dalam nubuat Yesaya sudah lama merupakan misteri. (Yes. 53:1-12) Namun, sepanjang perjalanan, Filipus menjelaskan kepada pejabat tinggi Etiopia itu bahwa nubuat tersebut digenapi oleh Yesus Kristus. Seperti orang-orang yang dibaptis pada Pentakosta 33 M, orang Etiopia itu—yang sudah menganut agama Yahudi—langsung tahu apa yang harus dia lakukan. ”Itu ada air!” katanya kepada Filipus. ”Kenapa saya tidak dibaptis saja?” Orang Etiopia itu langsung dibaptis oleh Filipus!c (Lihat kotak ”Baptisan di ’Tempat yang Banyak Airnya’”.) Setelah itu, Filipus dibawa ke tempat tugas yang baru di Asdod, dan dia terus memberitakan kabar baik di sana.—Kis. 8:32-40.
16, 17. Bagaimana malaikat terlibat dalam pekerjaan pengabaran sekarang ini?
16 Orang Kristen zaman sekarang memiliki tugas istimewa untuk ikut dalam pekerjaan seperti yang dilakukan Filipus. Sering kali, mereka bisa menyampaikan berita Kerajaan kepada orang-orang yang mereka temui dalam suasana yang tidak resmi, misalnya dalam perjalanan. Pada banyak kasus, tampak jelas bahwa pertemuan mereka dengan orang yang berhati jujur bukanlah suatu kebetulan. Ini tidak mengherankan, karena Alkitab menunjukkan bahwa para malaikat membimbing pekerjaan pengabaran agar beritanya sampai kepada ”setiap suku, ras, bahasa, dan bangsa”. (Why. 14:6) Bimbingan malaikat dalam pengabaran sudah dinubuatkan oleh Yesus. Dalam perumpamaannya tentang gandum dan lalang, Yesus mengatakan bahwa selama waktu panen—penutup zaman ini—”para penuai adalah para malaikat”. Dia menambahkan bahwa makhluk-makhluk roh itu akan ”mengeluarkan dari Kerajaannya semua yang menjadi sandungan dan orang-orang yang suka melanggar”. (Mat. 13:37-41) Pada waktu yang sama, para malaikat itu juga akan mengumpulkan calon-calon ahli waris Kerajaan—dan kemudian ”suatu kumpulan besar” dari ”domba-domba lain”—yang ingin Yehuwa tarik ke dalam organisasi-Nya.—Why. 7:9; Yoh. 6:44, 65; 10:16.
17 Sebagai bukti bahwa hal itu sedang berlangsung, beberapa orang yang kita temui dalam pelayanan mengatakan bahwa mereka baru saja berdoa memohon bimbingan rohani. Perhatikan pengalaman tentang dua penyiar Kerajaan yang mengabar bersama seorang anak kecil. Menjelang siang, ketika kedua Saksi itu sudah ingin berhenti, anak itu tidak biasa-biasanya ingin pergi ke rumah berikut. Bahkan, dia pergi sendiri dan mengetuk pintu! Sewaktu seorang wanita muda membukakan pintu, kedua Saksi itu mendekat untuk berbicara kepadanya. Ternyata, wanita itu menjelaskan bahwa dia baru saja berdoa agar ada yang mengunjungi dia guna membantunya mengerti Alkitab. Sebuah pelajaran Alkitab pun dibentuk!
”Ya, Allah, siapa pun Engkau, tolonglah saya”
18. Mengapa kita tidak boleh meremehkan pelayanan kita?
18 Sebagai bagian dari sidang Kristen, Saudara memiliki kesempatan istimewa untuk bekerja sama dengan para malaikat dalam pekerjaan pengabaran yang berlangsung pada skala yang lebih hebat daripada yang sudah-sudah. Jangan pernah remehkan kesempatan tersebut. Dengan terus bertekun, Saudara akan merasakan sukacita besar karena Saudara terus memberitakan ”kabar baik tentang Yesus”.—Kis. 8:35.
a Dia bukan Rasul Filipus, melainkan Filipus yang di Pasal 5 buku ini disebut sebagai salah seorang di antara ”tujuh saudara yang punya nama baik”. Mereka diangkat untuk mengatur pembagian jatah makanan harian kepada janda-janda Kristen yang berbahasa Yunani dan yang berbahasa Ibrani di Yerusalem.—Kis. 6:1-6.
b Jelaslah, murid-murid baru pada masa itu biasanya diurapi, atau menerima, kuasa kudus sewaktu dibaptis. Hal ini memberi mereka harapan di masa depan untuk memerintah sebagai raja dan imam bersama Yesus di surga. (2 Kor. 1:21, 22; Why. 5:9, 10; 20:6) Akan tetapi, dalam kasus khusus ini, murid-murid baru itu tidak diurapi sewaktu mereka dibaptis. Mereka menerima kuasa kudus—dan berbagai karunia mukjizat yang menyertainya—hanya setelah Petrus dan Yohanes menaruh tangan mereka di kepala orang-orang Kristen yang baru dibaptis itu.
c Ini bukan tindakan yang terburu-buru. Karena sudah menganut agama Yahudi, orang Etiopia itu sudah mempunyai pengetahuan tentang Kitab Suci, termasuk berbagai nubuat tentang Mesias. Setelah mendapat keterangan mengenai peranan Yesus dalam kehendak Allah, dia bisa langsung dibaptis.
-
-
Sidang Jemaat ”Memasuki Masa Damai””Memberikan Kesaksian yang Saksama tentang Kerajaan Allah”
-
-
PASAL 8
Sidang Jemaat ”Memasuki Masa Damai”
Saul, si penganiaya bengis, menjadi rohaniwan yang bersemangat
Berdasarkan Kisah 9:1-43
1, 2. Niat apa yang akan Saul laksanakan di Damaskus?
SEGEROMBOLAN orang berwajah garang sedang menuju Damaskus, dengan niat menjalankan suatu rencana jahat. Mereka mau mencari murid-murid Yesus yang dibenci untuk diseret ke luar dari rumah mereka, diikat, dipermalukan, dan dibawa paksa ke Yerusalem guna menghadapi kemurkaan Sanhedrin.
2 Si pemimpin gerombolan, yang bernama Saul, sudah terlibat dalam suatu penumpahan darah.a Belum lama ini, dia menonton dan setuju sewaktu rekan-rekannya melempari Stefanus dengan batu sampai mati, murid Yesus yang saleh. (Kis. 7:57–8:1) Tidak puas mengobrak-abrik pengikut Yesus yang tinggal di Yerusalem, Saul menjadi provokator yang siap mengobarkan api penganiayaan di tempat lain. Dia ingin memberantas sebuah sekte yang dianggap hama dan dikenal sebagai ”Jalan Tuan”.—Kis. 9:1, 2; lihat kotak ”Wewenang Saul di Damaskus”.
3, 4. (a) Apa yang terjadi pada Saul? (b) Pertanyaan apa saja yang akan kita bahas?
3 Tiba-tiba, suatu cahaya cemerlang menyelimuti Saul. Rekan-rekan seperjalanannya melihat cahaya itu tetapi lidah mereka kelu saking kagetnya. Saul, yang menjadi buta, terjatuh ke tanah. Tanpa melihat apa-apa, Saul mendengar suatu suara dari langit berkata, ”Saul, Saul, kenapa kamu menganiaya aku?” Saul terperangah dan bertanya, ”Tuan siapa?” Saul pastilah terkejut bukan main saat mendengar jawaban: ”Aku Yesus, yang kamu aniaya.”—Kis. 9:3-5; 22:9.
4 Apa yang dapat kita pelajari dari kata-kata pertama Yesus kepada Saul? Bagaimana kita bisa mendapat manfaat dengan meninjau peristiwa-peristiwa seputar pertobatan Saul? Dan, pelajaran apa yang dapat kita peroleh dari caranya sidang jemaat menggunakan masa damai yang terjadi setelah pertobatan Saul?
”Kenapa Kamu Menganiaya Aku?” (Kis. 9:1-5)
5, 6. Apa yang dapat kita pelajari dari kata-kata Yesus kepada Saul?
5 Sewaktu menghentikan Saul di jalan menuju Damaskus, Yesus tidak bertanya, ”Kenapa kamu menganiaya murid-muridku?” Sebagaimana disebutkan di atas, dia mengatakan, ”Kenapa kamu menganiaya aku?” (Kis. 9:4) Ya, Yesus sendiri merasakan cobaan yang dialami para pengikutnya.—Mat. 25:34-40, 45.
6 Jika Saudara sedang ditindas karena iman Saudara kepada Kristus, yakinlah bahwa Yehuwa maupun Yesus tahu apa yang Saudara alami. (Mat. 10:22, 28-31) Pada masa sekarang, cobaan mungkin tidak disingkirkan. Ingatlah, Yesus memperhatikan keterlibatan Saul dalam pembunuhan Stefanus, dan dia melihat Saul menyeret murid-murid yang setia dari rumah mereka di Yerusalem. (Kis. 8:3) Namun, Yesus tidak campur tangan pada waktu itu. Sekalipun demikian, Yehuwa, melalui Kristus, memberikan kepada Stefanus dan murid-murid lain kekuatan yang mereka butuhkan untuk tetap setia.
7. Apa yang harus Saudara lakukan agar dapat bertekun menanggung penganiayaan?
7 Saudara juga bisa bertekun menanggung penganiayaan jika melakukan hal berikut: (1) Bertekadlah untuk tetap setia, apa pun yang terjadi. (2) Mintalah bantuan Yehuwa. (Flp. 4:6, 7) (3) Serahkan pembalasan ke tangan Yehuwa. (Rm. 12:17-21) (4) Percayalah bahwa Yehuwa akan memberi Saudara kekuatan untuk bertekun sampai tiba waktunya Dia menyingkirkan cobaan tersebut.—Flp. 4:12, 13.
”Saul Saudaraku, Tuan . . . Sudah Mengutus Aku” (Kis. 9:6-17)
8, 9. Kira-kira, bagaimana perasaan Ananias sehubungan dengan tugasnya?
8 Setelah menjawab pertanyaan Saul, ”Tuan siapa?” Yesus mengatakan kepadanya, ”Berdirilah dan masuklah ke kota. Kamu akan diberi tahu apa yang harus kamu lakukan.” (Kis. 9:6) Saul yang tidak bisa melihat dituntun ke tempat dia menginap di Damaskus, dan di situ dia berpuasa serta berdoa selama tiga hari. Sementara itu, Yesus berbicara tentang Saul kepada seorang murid di kota itu, seorang pria bernama Ananias, yang ”dilaporkan baik oleh semua orang Yahudi” yang tinggal di Damaskus.—Kis. 22:12.
9 Bayangkan perasaan Ananias yang pastilah bercampur baur! Bagaimana tidak, sang Kepala sidang, Yesus Kristus yang telah dibangkitkan, berbicara langsung kepadanya, dan secara khusus memilih dia untuk suatu tugas istimewa. Kehormatan yang besar, sekaligus tugas yang berat! Sewaktu diperintahkan untuk berbicara kepada Saul, Ananias menjawab, ”Tuan, aku sudah mendengar tentang orang ini dari banyak orang, tentang semua kejahatannya terhadap orang-orang sucimu di Yerusalem. Sekarang dia diizinkan oleh para imam kepala untuk menangkap semua yang percaya pada namamu.”—Kis. 9:13, 14.
10. Apa yang kita pelajari tentang Yesus dari caranya dia menanggapi sikap Ananias?
10 Yesus tidak menegur Ananias karena mengutarakan kekhawatirannya. Namun, Yesus memberinya petunjuk yang jelas. Dan, Yesus mengangkat martabatnya dengan memberitahukan alasan mengapa dia meminta Ananias melakukan tugas yang unik ini. Yesus mengatakan tentang Saul, ”Aku sudah memilih dia untuk membawa namaku kepada bangsa-bangsa lain, serta kepada raja-raja dan orang Israel. Aku akan menunjukkan kepadanya dengan jelas betapa banyak penderitaan yang harus dia alami demi namaku.” (Kis. 9:15, 16) Ananias langsung menaati Yesus. Dia menemui Saul si penganiaya itu dan berkata kepadanya, ”Saul saudaraku, Tuan Yesus, yang menemui kamu di perjalananmu itu, sudah mengutus aku supaya kamu bisa melihat lagi dan dipenuhi kuasa kudus.”—Kis. 9:17.
11, 12. Apa yang kita pelajari dari peristiwa-peristiwa menyangkut Yesus, Ananias, dan Saul?
11 Ada beberapa fakta yang dapat kita pahami dari peristiwa-peristiwa menyangkut Yesus, Ananias, dan Saul. Misalnya, Yesus berperan aktif dalam mengarahkan pekerjaan pengabaran, seperti yang dia janjikan. (Mat. 28:20) Meskipun sekarang dia tidak berbicara secara langsung kepada orang-orang, Yesus tetap mengarahkan pekerjaan pengabaran melalui budak yang setia, yang kini telah dia angkat untuk mengurus pelayan-pelayan rumahnya. (Mat. 24:45-47) Di bawah arahan Badan Pimpinan, para penyiar dan perintis dikirim untuk mencari orang-orang yang ingin lebih mengenal Kristus. Seperti yang disebutkan di pasal sebelumnya, banyak orang seperti itu telah berdoa memohon bimbingan dan telah dikunjungi oleh Saksi-Saksi Yehuwa.—Kis. 9:11.
12 Ananias dengan taat menerima tugasnya dan diberkati. Apakah Saudara menaati perintah untuk memberikan kesaksian yang saksama, sekalipun tugas itu membuat Saudara merasa sedikit waswas? Bagi beberapa orang, pergi dari rumah ke rumah dan menemui orang-orang yang tidak dikenal bisa membuat mereka cemas. Yang lain merasa sulit untuk mengabar kepada orang-orang di tempat mereka berbisnis, di jalan, atau melalui telepon dan surat. Ananias mengatasi rasa takutnya dan mendapat kehormatan untuk membantu Saul menerima kuasa kudus.b Ananias berhasil karena dia percaya kepada Yesus dan memandang Saul sebagai saudaranya. Seperti Ananias, kita bisa mengatasi rasa takut jika kita percaya bahwa Yesus masih membimbing pekerjaan pengabaran dan jika kita berempati terhadap orang-orang serta memandang bahkan orang yang paling mengintimidasi kita sebagai calon saudara.—Mat. 9:36.
’Dia Memberitakan tentang Yesus’ (Kis. 9:18-30)
13, 14. Jika Saudara sedang belajar Alkitab tetapi belum dibaptis, apa yang dapat Saudara pelajari dari teladan Saul?
13 Saul segera bertindak sesuai dengan apa yang dia pelajari. Setelah disembuhkan, dia dibaptis dan bergaul akrab dengan murid-murid di Damaskus. Namun, bukan itu saja. ”Di rumah-rumah ibadah, dia langsung memberitakan bahwa Yesus adalah Putra Allah.”—Kis. 9:20.
14 Jika Saudara sedang belajar Alkitab tetapi belum dibaptis, apakah Saudara ingin seperti Saul dan bertindak tegas sesuai dengan apa yang Saudara pelajari? Memang, Saul menyaksikan sendiri mukjizat yang Kristus lakukan, dan hal ini pasti turut memotivasi dia untuk bertindak. Akan tetapi, orang-orang lain juga menyaksikan mukjizat yang Yesus lakukan. Misalnya, sekumpulan orang Farisi melihat dia menyembuhkan pria yang tangannya lumpuh, dan sejumlah besar orang Yahudi pada umumnya tahu bahwa Yesus membangkitkan Lazarus yang telah mati. Namun, banyak dari mereka tetap bersikap masa bodoh, bahkan memusuhi. (Mrk. 3:1-6; Yoh. 12:9, 10) Sebaliknya, Saul sama sekali berubah sikap. Mengapa Saul menyambut sedangkan yang lain tidak? Karena dia lebih takut kepada Allah daripada manusia dan dia sangat menghargai belas kasihan yang telah Kristus perlihatkan kepadanya. (Flp. 3:8) Jika Saudara memberikan tanggapan serupa, Saudara tidak akan membiarkan apa pun menghentikan Saudara ikut dalam pekerjaan pengabaran dan memenuhi syarat untuk dibaptis.
15, 16. Apa yang Saul lakukan di rumah-rumah ibadah, dan bagaimana tanggapan orang-orang Yahudi di Damaskus?
15 Dapatkah Saudara bayangkan perasaan terkejut, kaget, dan marah yang tentu semakin menjadi-jadi di antara hadirin sewaktu Saul mulai memberitakan tentang Yesus di rumah-rumah ibadah? ”Bukankah dia yang menganiaya orang-orang Yerusalem yang percaya pada nama ini?” tanya mereka. (Kis. 9:21) Sewaktu menjelaskan perubahan sikapnya tentang Yesus, Saul ”membuktikan dengan masuk akal bahwa Yesus adalah Kristus”. (Kis. 9:22) Akan tetapi, penjelasan yang masuk akal bukanlah kunci yang bisa membuka segalanya. Hal itu belum tentu bisa membuka setiap pikiran yang dipasung tradisi atau setiap hati yang dibelenggu kesombongan. Namun, Saul tidak menyerah.
16 Tiga tahun kemudian, orang Yahudi di Damaskus masih memusuhi Saul. Akhirnya, mereka berupaya membunuh dia. (Kis. 9:23; 2 Kor. 11:32, 33; Gal. 1:13-18) Sewaktu rencana itu diketahui, Saul dengan bijaksana memutuskan untuk meninggalkan kota itu dengan diturunkan dalam sebuah keranjang melalui lubang di tembok kota. Menurut Lukas, yang membantu Saul lari pada malam itu adalah ”murid-muridnya [Saul]”. (Kis. 9:25) Hal itu menunjukkan bahwa setidaknya beberapa orang yang mendengarkan Saul di Damaskus menyambut pengabarannya dan menjadi pengikut Kristus.
17. (a) Apa saja reaksi orang ketika mendengar kebenaran Alkitab? (b) Apa yang hendaknya terus kita lakukan, dan mengapa?
17 Pada waktu Saudara mulai memberi tahu keluarga, teman, dan orang-orang lain tentang hal-hal bagus yang Saudara pelajari, Saudara mungkin mengira bahwa mereka semua akan menerima kebenaran Alkitab yang sangat masuk akal. Beberapa mungkin menerima, tetapi banyak yang tidak mau. Malah, anggota-anggota keluarga Saudara sendiri mungkin memperlakukan Saudara seperti musuh. (Mat. 10:32-38) Akan tetapi, jika Saudara terus meningkatkan kemampuan untuk bertukar pikiran mengenai Alkitab dan menjaga tingkah laku Kristen, orang-orang yang menentang Saudara akhirnya mungkin berubah sikap.—Kis. 17:2; 1 Ptr. 2:12; 3:1, 2, 7.
18, 19. (a) Sewaktu Barnabas membenarkan pernyataan Saul, apa hasilnya? (b) Bagaimana kita bisa meniru Barnabas dan Saul?
18 Ketika Saul tiba di Yerusalem, dapat dimaklumi bahwa murid-murid di sana tidak mempercayai pengakuannya bahwa dia sudah menjadi murid. Akan tetapi, sewaktu Barnabas membenarkan hal itu, para rasul pun menerima Saul, dan dia tinggal bersama mereka untuk beberapa waktu. (Kis. 9:26-28) Saul berlaku bijaksana, tetapi dia tidak malu akan kabar baik. (Rm. 1:16) Dia dengan berani mengabar di Yerusalem, tempat dia pernah menganiaya murid-murid Yesus Kristus dengan bengis. Orang Yahudi di Yerusalem terkejut bahwa tokoh andalan mereka telah membelot, maka mereka sekarang berupaya membunuhnya. ”Ketika saudara-saudara mengetahui hal itu,” kisah itu menyatakan, ”mereka membawa [Saul] ke Kaisarea dan mengirimnya ke Tarsus.” (Kis. 9:30) Saul tunduk kepada arahan Yesus sebagaimana dinyatakan melalui sidang. Baik Saul maupun sidang mendapat manfaatnya.
19 Perhatikan bahwa Barnabas berinisiatif untuk membantu Saul. Tidak diragukan, kebaikan hati ini turut membina persahabatan akrab di antara kedua hamba Yehuwa yang bersemangat ini. Apakah Saudara, seperti Barnabas, rela membantu orang-orang baru dalam sidang, misalnya bekerja sama dengan mereka dalam dinas lapangan dan membantu mereka maju secara rohani? Jika demikian, Saudara akan diberkati dengan limpah. Kalau Saudara adalah penyiar baru kabar baik, apakah Saudara, seperti Saul, mau menerima bantuan yang ditawarkan kepada Saudara? Dengan bekerja bersama para penyiar yang lebih berpengalaman, keterampilan Saudara dalam pelayanan akan meningkat, sukacita Saudara akan bertambah, dan Saudara akan menjalin ikatan persahabatan yang bisa langgeng seumur hidup.
”Banyak Orang Menjadi Percaya” (Kis. 9:31-43)
20, 21. Bagaimana hamba-hamba Allah di zaman dahulu dan sekarang memanfaatkan sebaik-baiknya ”masa damai”?
20 Setelah Saul bertobat dan pergi dengan aman, ”sidang jemaat di seluruh Yudea, Galilea, dan Samaria memasuki masa damai”. (Kis. 9:31) Bagaimana para murid memanfaatkan ’situasi yang baik’ ini? (2 Tim. 4:2) Menurut kisahnya, mereka ”menjadi kuat”. Para rasul dan saudara-saudara penanggung jawab menguatkan iman para murid dan memimpin sidang jemaat seraya mereka semua ”hidup sesuai dengan jalan Yehuwa dan penghiburan dari kuasa kudus”. Sebagai contoh, Petrus menyisihkan waktu untuk menguatkan murid-murid di kota Lida di Dataran Syaron. Berkat upayanya, banyak orang yang tinggal di sekitar kota itu ”menjadi murid Tuan”. (Kis. 9:32-35) Murid-murid tidak tersimpangkan oleh tujuan-tujuan lain, tetapi mereka mengerahkan diri untuk memperhatikan satu sama lain dan memberitakan kabar baik. Hasilnya, jemaat itu ”terus berlipat ganda”.
21 Menjelang akhir abad ke-20, Saksi-Saksi Yehuwa di banyak negeri memasuki ”masa damai” yang serupa. Rezim-rezim yang sudah puluhan tahun menindas umat Allah tiba-tiba berakhir, dan beberapa pelarangan atas pekerjaan pengabaran dilonggarkan atau dicabut. Puluhan ribu Saksi memanfaatkan kesempatan ini untuk mengabar kepada umum, dan hasilnya luar biasa.
22. Bagaimana Saudara bisa memanfaatkan sebaik-baiknya kebebasan yang Saudara miliki?
22 Apakah Saudara memanfaatkan kebebasan yang Saudara miliki? Jika Saudara tinggal di negeri yang menikmati kebebasan beragama, Setan senang memikat Saudara agar mengejar kekayaan materi, bukan kepentingan Kerajaan. (Mat. 13:22) Jangan tersimpangkan. Manfaatkan sebaik-baiknya masa damai yang mungkin Saudara nikmati sekarang. Anggaplah hal itu sebagai kesempatan untuk memberikan kesaksian yang saksama dan membangun sidang. Ingat, situasi kita bisa berubah dalam sekejap.
23, 24. (a) Apa saja yang kita pelajari dari kisah tentang Tabita? (b) Apa hendaknya tekad kita?
23 Perhatikan apa yang terjadi pada seorang murid yang bernama Tabita, atau Dorkas. Dia tinggal di Yopa, sebuah kota dekat Lida. Saudari yang setia ini menggunakan waktu dan asetnya dengan bijaksana, ”banyak berbuat baik dan memberi sedekah”. Namun, tiba-tiba dia jatuh sakit dan meninggal.c Kematiannya membuat murid-murid di Yopa sangat berdukacita, khususnya para janda yang pernah merasakan kebaikan hatinya. Sewaktu Petrus tiba di rumah tempat jenazahnya sedang dipersiapkan untuk dimakamkan, dia melakukan mukjizat yang belum pernah dilakukan oleh rasul-rasul Yesus Kristus lainnya. Petrus berdoa lalu menghidupkan kembali Tabita! Dapatkah Saudara membayangkan sukacita para janda dan murid-murid lain sewaktu Petrus memanggil mereka kembali ke kamar dan memperlihatkan bahwa Tabita telah hidup kembali? Peristiwa ini pasti sangat menguatkan mereka untuk menghadapi cobaan yang bakal terjadi! Tidak heran, mukjizat itu ”diketahui di seluruh Yopa, dan banyak orang menjadi percaya kepada Tuan”.—Kis. 9:36-42.
Bagaimana Saudara dapat meniru Tabita?
24 Ada dua pokok penting yang kita pelajari dari kisah yang mengharukan tentang Tabita. (1) Hidup ini singkat. Maka, alangkah pentingnya membuat nama yang baik di hadapan Allah selagi kita bisa melakukannya! (Pkh. 7:1) (2) Harapan kebangkitan itu pasti. Yehuwa memperhatikan berbagai tindakan kebaikan hati yang Tabita lakukan dan memberkatinya. Allah akan mengingat kerja keras kita dan akan membangkitkan kita seandainya kehidupan kita berakhir sebelum Armagedon. (Ibr. 6:10) Maka, entah saat ini kita sedang mengalami ’situasi yang buruk’ atau sedang menikmati ”masa damai”, mari kita bertekun dalam memberikan kesaksian yang saksama tentang Kristus.—2 Tim. 4:2.
a Lihat kotak ”Saul Si Orang Farisi”.
b Sebagai aturan umum, karunia kuasa kudus diteruskan melalui para rasul. Akan tetapi, dalam situasi yang unik ini, tampaknya Yesus memberikan wewenang kepada Ananias untuk meneruskan karunia kuasa kudus kepada Saul. Setelah pertobatannya, Saul untuk waktu yang cukup lama tidak bisa mengadakan kontak dengan ke-12 rasul, padahal kemungkinan besar dia terus aktif selama waktu tersebut. Maka, Yesus rupanya memastikan agar Saul memiliki kuasa yang diperlukan untuk melaksanakan tugas pengabarannya.
c Lihat kotak ”Tabita—’Dia Banyak Berbuat Baik’”.
-
-
”Allah Tidak Berat Sebelah””Memberikan Kesaksian yang Saksama tentang Kerajaan Allah”
-
-
PASAL 9
”Allah Tidak Berat Sebelah”
Pengabaran mulai menjangkau orang non-Yahudi yang tidak bersunat
Berdasarkan Kisah 10:1–11:30
1-3. Penglihatan apa yang Petrus dapatkan, dan mengapa kita perlu memahami maknanya?
KALA itu musim gugur tahun 36 M. Sinar mentari yang hangat mengenai Petrus saat dia berdoa di atas atap datar sebuah rumah dekat laut di kota pelabuhan Yopa. Sudah beberapa hari dia menginap di rumah itu. Kesediaannya untuk tinggal di sana menunjukkan, hingga taraf tertentu, sikapnya yang tidak berprasangka. Si tuan rumah, yang bernama Simon, bekerja sebagai penyamak kulit, dan tidak semua orang Yahudi mau tinggal bersama orang yang berprofesi demikian.a Namun, Petrus masih akan mendapat pelajaran penting tentang sikap Yehuwa yang tidak berat sebelah.
2 Sementara berdoa, Petrus mendapat penglihatan. Apa yang dia lihat pasti akan membuat orang Yahudi mana pun merasa jijik. Ada sesuatu seperti sehelai kain yang turun dari langit, dan di dalamnya terdapat berbagai binatang yang najis menurut hukum Taurat. Ketika disuruh menyembelih dan memakannya, Petrus menjawab, ”Saya tidak pernah makan apa pun yang haram atau najis.” Bukan cuma sekali, tetapi tiga kali dia diperintahkan, ”Apa yang sudah Allah jadikan halal tidak boleh lagi kamu sebut haram.” (Kis. 10:14-16) Penglihatan itu membuat Petrus bingung, tetapi tidak untuk waktu lama.
3 Apa makna penglihatan Petrus? Kita perlu memahami maknanya, sebab penglihatan itu menyimpan kebenaran yang amat dalam tentang cara Yehuwa memandang orang-orang. Sebagai orang Kristen sejati, kita tidak bisa memberikan kesaksian yang saksama tentang Kerajaan Allah kalau kita tidak belajar untuk memandang orang-orang seperti Allah memandang mereka. Untuk menyingkapkan makna penglihatan Petrus, mari kita periksa kejadian-kejadian dramatis seputar hal itu.
”Selalu Berdoa kepada Allah” (Kis. 10:1-8)
4, 5. Siapakah Kornelius, dan apa yang terjadi ketika dia berdoa?
4 Tanpa sepengetahuan Petrus, sehari sebelumnya di Kaisarea, kira-kira 50 kilometer di sebelah utara, seorang pria bernama Kornelius juga mendapat penglihatan dari Allah. Kornelius, seorang senturion dalam bala tentara Romawi, adalah pria yang saleh.b Dia juga kepala keluarga teladan, sebab ”dia dan seluruh keluarganya . . . takut kepada Allah”. Kornelius bukan penganut agama Yahudi; dia orang non-Yahudi yang tidak bersunat. Namun, dia beriba hati kepada orang-orang Yahudi yang berkekurangan dan memberi mereka bantuan materi. Pria yang tulus itu ”selalu berdoa kepada Allah”.—Kis. 10:2.
5 Kira-kira pukul 15.00, Kornelius sedang berdoa sewaktu dia mendapat penglihatan tentang malaikat yang mengatakan, ”Doa-doa dan sedekahmu diperhatikan oleh Allah, dan Dia mengingatmu.” (Kis. 10:4) Sebagaimana diperintahkan malaikat itu, Kornelius mengutus beberapa orang untuk memanggil Rasul Petrus. Sebagai orang non-Yahudi yang tidak bersunat, Kornelius akan segera memasuki sebuah pintu kesempatan yang selama ini tertutup baginya. Dia akan segera menerima berita keselamatan.
6, 7. (a) Ceritakan pengalaman, termasuk yang Saudara ingat, yang memperlihatkan bahwa Allah menjawab doa orang-orang tulus yang ingin mengetahui kebenaran tentang diri-Nya. (b) Apa yang dapat kita simpulkan dari pengalaman semacam itu?
6 Apakah sekarang Allah menjawab doa orang-orang tulus yang ingin mengetahui kebenaran tentang diri-Nya? Perhatikan sebuah contoh. Seorang wanita di Albania menerima majalah Menara Pengawal yang memuat artikel tentang membesarkan anak.c Dia memberi tahu Saksi yang datang ke rumahnya, ”Percaya tidak? Saya baru saja berdoa kepada Allah meminta bantuan untuk membesarkan putri-putri saya. Dan, Dia mengutus kalian! Memang ini yang saya butuhkan!” Wanita itu dan putri-putrinya mulai belajar, dan belakangan suaminya juga ikut belajar.
7 Apakah ini contoh satu-satunya? Sama sekali tidak! Ada banyak sekali pengalaman semacam itu di seluruh dunia—terlalu banyak untuk dianggap kebetulan belaka. Jadi, apa yang dapat kita simpulkan? Pertama, Yehuwa menjawab doa orang-orang tulus yang mencari Dia. (1 Raj. 8:41-43; Mz. 65:2) Kedua, dalam pengabaran, kita didukung oleh malaikat.—Why. 14:6, 7.
’Petrus Bingung’ (Kis. 10:9-23a)
8, 9. Apa yang diberitahukan kuasa kudus kepada Petrus, dan bagaimana tanggapannya?
8 Di atas atap, ”Petrus masih bingung” memikirkan makna penglihatan itu ketika para utusan Kornelius datang. (Kis. 10:17) Apakah Petrus, yang tiga kali mengatakan tidak mau makan makanan yang dianggap najis menurut hukum Taurat, bersedia pergi bersama pria-pria itu dan masuk ke rumah seorang non-Yahudi? Dengan satu atau lain cara, kuasa kudus memberitahukan kehendak Allah dalam soal ini. Petrus diberi tahu, ”Ada tiga orang mencari kamu. Turun, dan pergilah bersama mereka tanpa ragu sedikit pun. Akulah yang mengirim mereka.” (Kis. 10:19, 20) Tidak diragukan, penglihatan yang baru Petrus dapatkan tentang binatang-binatang najis itu mempersiapkan dirinya untuk menuruti arahan kuasa kudus.
9 Setelah mengetahui bahwa Kornelius telah mendapat instruksi dari Allah untuk memanggilnya, Petrus mengundang para utusan non-Yahudi itu untuk masuk ke rumah ”dan menginap di sana”. (Kis. 10:23a) Sang rasul yang taat itu sudah mulai menyesuaikan diri dengan perkembangan baru dalam pelaksanaan kehendak Allah.
10. Bagaimana Yehuwa mengarahkan umat-Nya, dan pertanyaan apa saja yang perlu kita renungkan?
10 Sampai hari ini, Yehuwa terus mengarahkan umat-Nya secara progresif. (Ams. 4:18) Melalui kuasa kudus-Nya, Dia membimbing ”budak yang setia dan bijaksana”. (Mat. 24:45) Kadang-kadang, ada penyesuaian tentang pengertian Firman Allah atau perubahan prosedur organisasi. Kita sebaiknya bertanya kepada diri sendiri, ’Bagaimana saya menanggapi pemurnian semacam itu? Apakah saya tunduk kepada arahan kuasa kudus Allah dalam soal ini?’
Petrus ”Menyuruh Mereka Dibaptis” (Kis. 10:23b-48)
11, 12. Apa yang Petrus lakukan setibanya di Kaisarea, dan apa yang kini dia ketahui?
11 Sehari setelah mendapat penglihatan, Petrus beserta sembilan orang lainnya—ketiga utusan Kornelius dan ”keenam saudara [Yahudi]” dari Yopa—berangkat menuju Kaisarea. (Kis. 11:12) Karena menanti kedatangan Petrus, Kornelius sudah mengumpulkan ”keluarga dan sahabat-sahabatnya”—kelihatannya semuanya orang non-Yahudi. (Kis. 10:24) Begitu tiba, Petrus melakukan sesuatu yang tadinya tidak terbayangkan olehnya: Dia memasuki rumah orang non-Yahudi yang tidak bersunat! Petrus menjelaskan, ”Kalian tahu betul bahwa orang Yahudi tidak boleh bergaul atau mendekati orang dari bangsa lain, tapi Allah telah menunjukkan kepada saya bahwa saya tidak boleh menganggap siapa pun najis atau cemar.” (Kis. 10:28) Akhirnya Petrus memahami bahwa pelajaran yang harus dia tarik dari penglihatan itu tidak terbatas pada jenis-jenis makanan yang boleh dimakan. Dia ”tidak boleh menganggap siapa pun [bahkan orang non-Yahudi] najis”.
”Kornelius sedang menunggu mereka dan sudah mengundang keluarga dan sahabat-sahabatnya.”—Kisah 10:24
12 Orang-orang yang hadir sudah menunggu dan siap mendengarkan Petrus. ”Kami semua berkumpul di hadapan Allah, agar kami mendengar semua yang Yehuwa perintahkan untuk Bapak katakan,” jelas Kornelius. (Kis. 10:33) Bayangkan perasaan Saudara jika mendengar kata-kata seperti itu dari seorang peminat! Petrus mengawali kata-katanya dengan pernyataan tegas ini, ”Sekarang saya benar-benar mengerti bahwa Allah tidak berat sebelah. Semua orang dari bangsa mana pun yang takut kepada-Nya dan melakukan apa yang benar diterima oleh-Nya.” (Kis. 10:34, 35) Petrus kini tahu bahwa dalam memandang orang-orang, Allah tidak dipengaruhi oleh ras, kebangsaan, atau faktor lahiriah lainnya. Petrus selanjutnya memberikan kesaksian tentang pelayanan, kematian, serta kebangkitan Yesus.
13, 14. (a) Apa yang penting sehubungan dengan pertobatan Kornelius dan orang non-Yahudi lainnya pada tahun 36 M? (b) Mengapa kita tidak boleh menghakimi orang berdasarkan ciri lahiriah?
13 Lalu, terjadilah sesuatu yang belum pernah ada: ”Sementara Petrus masih berbicara”, kuasa kudus dicurahkan ke atas ”orang-orang dari bangsa lain” tersebut. (Kis. 10:44, 45) Inilah satu-satunya kasus yang dilaporkan dalam Alkitab bahwa kuasa kudus dicurahkan sebelum pembaptisan. Petrus sadar ini merupakan tanda bahwa Allah menerima orang-orang non-Yahudi tersebut sebagai umat-Nya. Jadi, Petrus ”menyuruh mereka dibaptis”. (Kis. 10:48) Pertobatan orang non-Yahudi pada tahun 36 M tersebut menunjukkan bahwa Allah tidak lagi menganggap orang Yahudi istimewa. (Dan. 9:24-27) Dengan mengambil peranan utama dalam peristiwa ini, Petrus menggunakan ”kunci Kerajaan” yang ketiga, yakni yang terakhir. (Mat. 16:19) Kunci ini membuka pintu bagi orang non-Yahudi yang tidak bersunat untuk menjadi orang Kristen yang diurapi kuasa kudus.
14 Sebagai pemberita Kerajaan zaman sekarang, kita menyadari bahwa ”Allah tidak berat sebelah”. (Rm. 2:11) Dia menghendaki agar ”segala macam orang diselamatkan”. (1 Tim. 2:4) Maka, jangan pernah menghakimi orang berdasarkan ciri-ciri lahiriah. Tugas kita adalah memberikan kesaksian yang saksama tentang Kerajaan Allah, dan hal itu berarti mengabar kepada semua orang, tidak soal ras, kebangsaan, rupa, atau latar belakang agama mereka.
”Mereka Tidak Punya Keberatan Lagi, dan Mereka Memuliakan Allah” (Kis. 11:1-18)
15, 16. Mengapa beberapa orang Kristen Yahudi bersoal jawab dengan Petrus, dan alasan apa yang dia berikan untuk tindakannya?
15 Tentu dengan antusias ingin melaporkan apa yang baru terjadi, Petrus berangkat ke Yerusalem. Kelihatannya, berita bahwa orang non-Yahudi yang tidak bersunat telah ”menerima firman Allah” sudah mendahului dia. Tidak lama setelah Petrus tiba, ”para pendukung hukum sunat mulai mengkritik dia”. Mereka tidak senang karena Petrus telah memasuki ”rumah orang-orang yang tidak disunat dan makan bersama mereka”. (Kis. 11:1-3) Masalahnya bukan apakah orang non-Yahudi bisa menjadi pengikut Kristus atau tidak. Murid-murid Yahudi itu amat berkeras bahwa orang non-Yahudi perlu menjalankan hukum Taurat—termasuk sunat—agar bisa menyembah Yehuwa dengan cara yang diterima oleh-Nya. Jelaslah, beberapa murid Yahudi merasa sulit untuk melepaskan Hukum Musa.
16 Alasan apa yang Petrus berikan untuk tindakannya? Menurut Kisah 11:4-16, dia menguraikan empat bukti petunjuk surgawi, (1) penglihatan yang dia peroleh dari Allah (Ayat 4-10); (2) perintah kuasa kudus (Ayat 11, 12); (3) kunjungan malaikat kepada Kornelius (Ayat 13, 14); dan (4) pencurahan kuasa kudus atas orang-orang non-Yahudi itu. (Ayat 15, 16) Petrus mengakhirinya dengan pertanyaan yang sangat meyakinkan, ”Jadi, kalau Allah memberi mereka [orang non-Yahudi yang menjadi Kristen] karunia [berupa kuasa kudus] yang sama dengan yang Dia berikan kepada kita [orang Yahudi] yang percaya kepada Tuan Yesus Kristus, siapakah saya ini sehingga saya bisa menghalangi Allah?”—Kis. 11:17.
17, 18. (a) Kesaksian Petrus menjadi ujian apa bagi orang Kristen Yahudi? (b) Mengapa bisa jadi tidak mudah untuk menjaga persatuan sidang, dan pertanyaan apa saja yang sebaiknya kita renungkan?
17 Kesaksian Petrus menjadi ujian penting bagi orang-orang Kristen Yahudi itu. Dapatkah mereka menyingkirkan segala prasangka dan menerima orang-orang non-Yahudi yang baru dibaptis itu sebagai rekan Kristen mereka? Kisahnya memberi tahu kita, ”Mendengar itu, mereka [para rasul dan orang Kristen Yahudi lainnya] tidak punya keberatan lagi, dan mereka memuliakan Allah dengan mengatakan, ’Kalau begitu, Allah memberi kesempatan juga kepada bangsa-bangsa lain untuk bertobat supaya mereka mendapatkan kehidupan.’” (Kis. 11:18) Sikap yang positif itu melindungi persatuan sidang.
18 Menjaga persatuan sekarang ini bisa jadi tidak mudah, karena penganut ibadah sejati berasal ”dari semua bangsa, suku, ras, dan bahasa”. (Why. 7:9) Karena itu, ada keanekaragaman ras, kebudayaan, dan latar belakang di banyak sidang. Sebaiknya kita bertanya kepada diri sendiri, ’Apakah saya sudah mencabut semua sisa prasangka dari hati saya sampai ke akar-akarnya? Apakah saya bertekad untuk tidak pernah membiarkan sifat-sifat dunia yang memecah belah—misalnya nasionalisme, sukuisme, kebanggaan budaya, dan rasisme—mempengaruhi cara saya memperlakukan saudara-saudari Kristen saya?’ Ingatlah apa yang terjadi pada Petrus (Kefas) beberapa tahun setelah orang-orang non-Yahudi pertama menjadi Kristen. Karena terpengaruh prasangka orang lain, dia ”tidak bergaul lagi” dengan orang-orang Kristen non-Yahudi dan harus dikoreksi oleh Paulus. (Gal. 2:11-14) Marilah kita selalu mewaspadai jerat prasangka.
”Ada Banyak yang Mulai Percaya” (Kis. 11:19-26a)
19. Orang Kristen Yahudi di Antiokhia mulai mengabar kepada siapa, dan apa hasilnya?
19 Apakah para pengikut Yesus mulai mengabar kepada orang non-Yahudi yang tidak bersunat? Perhatikan apa yang terjadi selanjutnya di Antiokhia Siria.d Kota ini memiliki sejumlah besar penduduk Yahudi, tetapi di sana tidak ada banyak kebencian antara orang Yahudi dan non-Yahudi. Jadi, suasana di Antiokhia kondusif untuk mengabar kepada orang non-Yahudi. Di kota itulah beberapa murid Yahudi mulai memberitakan kabar baik kepada ”orang-orang berbahasa Yunani”. (Kis. 11:20) Pengabaran ini ditujukan bukan hanya kepada orang Yahudi yang berbahasa Yunani melainkan juga kepada orang non-Yahudi yang tidak bersunat. Yehuwa memberkati pekerjaan itu, dan ”ada banyak yang mulai percaya”.—Kis. 11:21.
20, 21. Bagaimana Barnabas memperlihatkan sikap sadar diri, dan bagaimana kita bisa menirunya dalam pelayanan kita?
20 Untuk menggarap ladang yang siap panen ini, sidang di Yerusalem mengutus Barnabas ke Antiokhia. Karena begitu banyaknya orang berminat di sana, dia merasa kewalahan. Siapa lagi yang paling cocok membantu kalau bukan Saul, yang akan menjadi rasul bagi bangsa-bangsa? (Kis. 9:15; Rm. 1:5) Apakah Barnabas menganggap Saul sebagai saingan? Justru sebaliknya, Barnabas memperlihatkan sikap sadar diri. Dia berinisiatif pergi ke Tarsus, mencari Saul, dan membawanya ke Antiokhia untuk membantu pekerjaan di sana. Selama setahun mereka berdua membina murid-murid di sidang itu.—Kis. 11:22-26a.
21 Bagaimana kita bisa memperlihatkan sikap sadar diri dalam melaksanakan pelayanan kita? Sadar diri berarti mengakui keterbatasan kita. Kita semua memiliki kelebihan serta kesanggupan yang berbeda-beda. Misalnya, beberapa orang mungkin efektif dalam memberikan kesaksian tidak resmi atau mengabar dari rumah ke rumah tapi sulit mengadakan kunjungan kembali atau memulai pelajaran Alkitab. Jika Saudara ingin meningkatkan diri dalam beberapa aspek pelayanan, mengapa tidak meminta bantuan? Dengan mengambil inisiatif seperti itu, Saudara bisa lebih produktif dan menuai lebih banyak sukacita dalam pelayanan.—1 Kor. 9:26.
”Mengirim Bantuan . . . untuk Saudara-Saudara” (Kis. 11:26b-30)
22, 23. Bagaimana saudara-saudara di Antiokhia menyatakan kasih persaudaraan, dan bagaimana umat Allah zaman sekarang melakukan hal serupa?
22 Di Antiokhia-lah ”dengan bimbingan Allah murid-murid pertama kali disebut orang Kristen”. (Kis. 11:26b) Nama yang Allah berikan itu sangat tepat untuk menggambarkan orang-orang yang mengikuti jalan hidup Kristus. Setelah makin banyak orang dari bangsa-bangsa menjadi Kristen, apakah ikatan persaudaraan terjalin di antara orang Kristen Yahudi dan non-Yahudi? Perhatikan apa yang terjadi ketika timbul kelaparan yang parah sekitar tahun 46 M.e Pada zaman dahulu, bala kelaparan berdampak parah atas orang miskin, yang tidak punya persediaan uang ataupun makanan. Selama bala kelaparan ini, orang Kristen Yahudi yang tinggal di Yudea, yang kebanyakan miskin, sangat membutuhkan makanan dan hal-hal lain. Begitu mengetahui kebutuhan ini, saudara-saudara di Antiokhia—termasuk orang Kristen non-Yahudi—”mengirim bantuan . . . untuk saudara-saudara di Yudea”. (Kis. 11:29) Benar-benar pernyataan kasih persaudaraan yang sejati!
23 Serupa halnya dengan umat Allah zaman sekarang. Apabila kita tahu bahwa saudara-saudara kita—di negeri lain atau di daerah kita sendiri—berkekurangan, kita dengan rela berupaya membantu mereka. Panitia Cabang akan segera membentuk Panitia Penanggulangan Bencana untuk menolong saudara-saudari kita yang mungkin terkena dampak bencana alam, misalnya badai, gempa bumi, dan tsunami. Semua upaya bantuan itu menunjukkan bahwa kita benar-benar bersaudara.—Yoh. 13:34, 35; 1 Yoh. 3:17.
24. Bagaimana kita bisa memperlihatkan bahwa kita mencamkan makna penglihatan yang Petrus terima?
24 Sebagai orang Kristen sejati, kita mencamkan makna penglihatan yang Petrus terima di atap rumah di Yopa pada abad pertama. Kita menyembah Allah yang tidak berat sebelah. Dia menghendaki agar kita memberikan kesaksian yang saksama tentang Kerajaan-Nya, yang berarti mengabar kepada semua orang tidak soal ras, bangsa, atau kedudukan sosial mereka. Maka, mari kita bertekad untuk memberikan kesempatan kepada semua orang yang mau mendengar untuk menyambut kabar baik.—Rm. 10:11-13.
Apabila saudara-saudara kita berkekurangan, kita dengan rela berupaya membantu
a Sebagian orang Yahudi memandang rendah penyamak kulit karena pekerjaan itu mengharuskan dia memegang kulit serta bangkai binatang dan bahan-bahan lain yang menjijikkan. Para penyamak dianggap tidak pantas datang ke bait, dan tempat usaha mereka harus berjarak sedikitnya 50 hasta, atau kira-kira 22 meter, dari sebuah kota. Hal ini setidaknya turut menjelaskan mengapa rumah Simon ada ”di dekat laut”.—Kis. 10:6.
b Lihat kotak ”Kornelius dan Bala Tentara Romawi”.
c Artikel tersebut, yang berjudul ”Nasihat yang Andal untuk Membesarkan Anak”, dimuat dalam terbitan 1 November 2006, halaman 4 sampai 7.
d Lihat kotak ”Antiokhia Siria”.
e Sejarawan Yahudi Yosefus menyebutkan bahwa ”kelaparan yang parah” ini terjadi pada masa pemerintahan Kaisar Klaudius (41-54 M).
-
-
”Firman Yehuwa Terus Tersebar””Memberikan Kesaksian yang Saksama tentang Kerajaan Allah”
-
-
PASAL 10
”Firman Yehuwa Terus Tersebar”
Petrus diselamatkan, dan penganiayaan tidak bisa menghentikan penyebaran kabar baik
Berdasarkan Kisah 12:1-25
1-4. Situasi sulit apa yang Petrus hadapi, dan bagaimana perasaan Saudara seandainya ada dalam situasi dia?
DENGAN suara nyaring berdentang, gerbang besi yang kokoh menutup di belakang Petrus. Dengan tangan dirantai pada dua penjaga Romawi yang mengapitnya, dia digiring menuju selnya. Kemudian, dia harus melewatkan waktu berjam-jam, mungkin berhari-hari, menanti apa yang bakal terjadi atas dirinya. Tak ada apa-apa yang bisa dia lihat kecuali dinding dan jeruji penjara, rantainya, dan para penjaganya.
2 Vonisnya ternyata buruk. Raja Herodes Agripa I ingin Petrus mati.a Malah, Petrus akan ditampilkan ke hadapan orang-orang setelah Paskah, dan vonis kematiannya adalah hadiah untuk menyenangkan orang banyak. Itu bukan ancaman kosong. Seorang rasul lain—Yakobus—baru saja dieksekusi oleh raja yang sama.
3 Malam menjelang eksekusi pun tiba. Apa yang Petrus pikirkan di keremangan sel penjaranya? Apakah dia mengingat bahwa beberapa tahun sebelumnya, Yesus memberi tahu bahwa suatu hari Petrus akan diikat dan digiring di luar kemauannya—hingga menemui kematian? (Yoh. 21:18, 19) Barangkali Petrus berpikir bahwa waktunya sudah tiba.
4 Seandainya Saudara ada dalam situasi Petrus, bagaimana perasaan Saudara? Banyak orang akan berputus asa, mengira bahwa semua harapan telah sirna. Namun, bagi seorang pengikut sejati Yesus Kristus, adakah situasi yang benar-benar tanpa harapan? Apa yang dapat kita pelajari dari cara Petrus dan rekan-rekan Kristennya menanggapi penganiayaan yang mereka alami? Mari kita lihat.
”Sidang Jemaat Terus Mendoakannya dengan Sungguh-Sungguh” (Kis. 12:1-5)
5, 6. (a) Mengapa dan bagaimana Raja Herodes Agripa I menyerang sidang Kristen? (b) Mengapa kematian Yakobus menjadi cobaan bagi sidang?
5 Sebagaimana kita pelajari dalam pasal sebelumnya di publikasi ini, pertobatan Kornelius dan keluarganya yang bukan orang Yahudi adalah perkembangan yang menggetarkan bagi sidang Kristen. Akan tetapi, orang Yahudi yang tidak percaya pasti sangat terkejut ketika tahu bahwa banyak orang Kristen Yahudi kini dengan leluasa beribadah bersama orang-orang non-Yahudi.
6 Herodes, seorang politikus yang licik, memandang hal ini sebagai kesempatan untuk mengambil hati orang Yahudi, maka dia mulai menindas orang Kristen. Dia mungkin pernah mendengar bahwa Rasul Yakobus sangat akrab dengan Yesus Kristus. Oleh karena itu, Herodes ”membunuh Yakobus saudara Yohanes dengan pedang”. (Kis. 12:2) Ini benar-benar cobaan berat bagi sidang! Yakobus adalah salah satu dari tiga orang yang menyaksikan transfigurasi Yesus dan mukjizat-mukjizat lain yang tidak disingkapkan kepada rasul-rasul lain. (Mat. 17:1, 2; Mrk. 5:37-42) Yesus menyebut Yakobus dan saudaranya, Yohanes, sebagai ”Anak-Anak Guntur” karena antusiasme mereka yang menyala-nyala. (Mrk. 3:17) Maka, sidang kehilangan seorang saksi yang berani dan setia sekaligus rasul yang dikasihi.
7, 8. Apa yang dilakukan sidang jemaat ketika Petrus dipenjarakan?
7 Orang Yahudi senang dengan eksekusi Yakobus, sesuai dengan harapan Agripa. Dia pun semakin berani, sehingga kini dia mengincar Petrus. Sebagaimana digambarkan di awal, dia menangkap Petrus. Akan tetapi, Agripa mungkin ingat bahwa penjara tidak selalu efektif untuk menahan para rasul, sebagaimana diperlihatkan di Pasal 5 buku ini. Herodes tidak mau mengambil risiko. Dia menyuruh agar Petrus dirantai di antara dua penjaga, dengan 16 penjaga bergiliran siang dan malam untuk memastikan bahwa sang rasul tidak bisa lolos. Jika sampai lolos, para penjaga itu sendiri akan dijatuhi hukuman yang bakal diterima Petrus. Dalam keadaan genting demikian, apa yang bisa dilakukan oleh rekan-rekan seiman Petrus?
8 Sidang jemaat tahu persis apa yang harus dilakukan. Kisah 12:5 mengatakan, ”Selama Petrus dipenjarakan, sidang jemaat terus mendoakannya dengan sungguh-sungguh.” Ya, doa demi saudara yang mereka kasihi merupakan permohonan yang sungguh-sungguh dan sepenuh hati. Kematian Yakobus tidak membuat mereka terpuruk dalam keputusasaan; mereka pun tidak menganggap bahwa berdoa sia-sia saja. Doa sangat berarti bagi Yehuwa. Jika doa itu selaras dengan kehendak-Nya, Dia akan menjawabnya. (Ibr. 13:18, 19; Yak. 5:16) Inilah pelajaran yang perlu dicamkan oleh orang Kristen sekarang.
9. Apa yang dapat kita pelajari dari teladan rekan-rekan seiman Petrus dalam hal berdoa?
9 Apakah Saudara tahu ada rekan seiman yang dirundung banyak cobaan? Mereka mungkin mengalami penganiayaan, larangan pemerintah, atau bencana alam. Mengapa tidak menyebutkan mereka dalam doa-doa Saudara yang sepenuh hati? Saudara mungkin juga mengenal beberapa orang yang mengalami kesulitan yang tidak begitu kentara, misalnya problem keluarga, perasaan kecil hati, atau suatu tantangan atas iman mereka. Jika Saudara merenung sebelum berdoa, Saudara bisa mengingat beberapa orang yang dapat Saudara sebutkan namanya ketika berbicara kepada Yehuwa, Sang ”Pendengar doa”. (Mz. 65:2) Bukankah Saudara juga ingin agar saudara-saudari berbuat yang sama bagi Saudara, seandainya Saudara mengalami saat-saat yang sulit?
Kita berdoa demi saudara-saudari kita yang dipenjarakan karena iman mereka
”Ikuti Aku” (Kis. 12:6-11)
10, 11. Gambarkan caranya malaikat Yehuwa membebaskan Petrus dari penjara.
10 Apakah Petrus cemas akan bahaya yang dia hadapi? Kita tidak bisa memastikannya, tetapi pada malam terakhirnya di penjara, dia tertidur pulas di antara dua penjaga yang bersiaga. Pria beriman ini pasti tahu bahwa apa pun yang terjadi esok, dia aman bersama Yehuwa. (Rm. 14:7, 8) Namun, Petrus pasti tidak menyangka bahwa suatu kejadian luar biasa bakal segera terjadi. Tiba-tiba, cahaya cemerlang menerangi selnya. Seorang malaikat berdiri di sana, rupanya tanpa terlihat para penjaga, dan mendesak Petrus untuk segera bangun. Lalu, rantai yang mengikat tangannya—yang tampaknya tak terpatahkan—tiba-tiba jatuh begitu saja!
”Mereka . . . sampai di gerbang besi yang menuju kota, dan gerbang itu terbuka sendiri.”—Kisah 12:10
11 Sang malaikat memberi Petrus serangkaian perintah pendek, ”Cepat bangun! . . . Siap-siap, pakai sandalmu. . . . Pakai baju luarmu.” Petrus segera mematuhinya. Akhirnya, sang malaikat mengatakan, ”Ikuti aku,” dan Petrus menurutinya. Mereka meninggalkan sel itu, berjalan melalui para penjaga yang ditempatkan di luar, dan berjalan dengan senyap ke gerbang besi yang kokoh. Bagaimana mungkin mereka bisa melewatinya? Kalaupun pertanyaan itu sempat terlintas di benak Petrus, itu langsung terjawab. Ketika mereka mendekat, ”gerbang itu terbuka sendiri”. Tahu-tahu, mereka sudah keluar dari gerbang itu dan berada di jalan, lalu malaikat itu raib. Petrus ditinggal di sana, dan dia pun tersadar bahwa semua itu benar-benar terjadi. Ini bukan penglihatan. Dia bebas!—Kis. 12:7-11.
12. Mengapa kita bisa terhibur jika merenungkan bagaimana Yehuwa menyelamatkan Petrus?
12 Tidakkah hati kita terhibur jika merenungkan kuasa Yehuwa yang tak terbatas untuk menyelamatkan hamba-hamba-Nya? Petrus ditahan oleh raja yang didukung oleh kuasa pemerintahan yang paling kuat hingga saat itu. Namun, Petrus bisa keluar begitu saja dari penjara! Memang, Yehuwa tidak melakukan mukjizat demikian untuk semua hamba-Nya. Dia tidak berbuat demikian untuk Yakobus; dan Dia tidak berbuat demikian untuk Petrus di kemudian hari, sewaktu kata-kata Yesus tentang sang rasul akhirnya tergenap. Orang Kristen zaman sekarang tidak mengharapkan pembebasan melalui mukjizat. Akan tetapi, kita ingat bahwa Yehuwa tidak berubah. (Mal. 3:6) Dan, Dia akan segera menggunakan Putra-Nya untuk membebaskan berjuta-juta orang dari penjara yang paling ketat, yakni kematian. (Yoh. 5:28, 29) Janji-janji seperti itu bisa sangat menguatkan kita sewaktu kita mengalami cobaan.
”Mereka Kaget Melihat Petrus” (Kis. 12:12-17)
13-15. (a) Bagaimana reaksi anggota sidang yang berkumpul di rumah Maria ketika Petrus datang? (b) Ke mana buku Kisah mengalihkan fokusnya, tetapi pengaruh apa yang terus Petrus berikan atas saudara-saudari rohaninya?
13 Petrus berdiri di jalan yang gelap sambil berpikir. Lalu, dia memutuskan ke mana dia akan pergi. Tidak jauh dari sana, tinggal seorang wanita Kristen bernama Maria. Kelihatannya, Maria adalah seorang janda yang berkecukupan, karena dia memiliki rumah yang cukup besar untuk menampung sidang jemaat. Dia ibu dari Yohanes Markus, yang disebutkan buku Kisah untuk pertama kalinya di sini dan yang akhirnya menjadi seperti putra bagi Petrus. (1 Ptr. 5:13) Pada malam itu, banyak anggota sidang masih berada di rumah Maria meski malam telah larut, sedang berdoa dengan khusyuk. Tidak diragukan, mereka berdoa agar Petrus dibebaskan—tetapi mereka tidak menyangka bahwa Yehuwa akan menjawabnya secepat itu!
14 Petrus mengetuk pintu gerbang, yang mengarah ke halaman di depan rumah itu. Seorang hamba perempuan bernama Roda—nama khas Yunani yang berarti ”Mawar”—datang untuk membuka gerbang. Betapa terkejutnya dia ketika mendengar suara dari balik gerbang. Itu suara Petrus! Bukannya membukakan gerbang, gadis yang kegirangan itu membiarkan Petrus berdiri di jalan, berlari kembali ke rumah, dan berupaya meyakinkan sidang jemaat bahwa Petrus datang. Mereka mengatakan bahwa dia gila, tetapi dia bukan gadis yang mudah menyerah. Dia terus menegaskan bahwa itu memang benar. Beberapa orang sedikit ragu dan mengatakan bahwa itu mungkin malaikat dalam rupa Petrus. (Kis. 12:12-15) Sementara itu, Petrus terus mengetuk sampai akhirnya mereka pergi ke gerbang dan membukanya.
15 Di gerbang, ”mereka kaget melihat Petrus”! (Kis. 12:16) Petrus harus menenangkan orang-orang yang ribut kegirangan itu agar dia bisa menceritakan apa yang terjadi, dan menyuruh agar hal itu disampaikan kepada Yakobus sang murid dan saudara-saudara, lalu dia pergi sebelum para prajurit Herodes bisa menemukan dia. Petrus pergi untuk meneruskan pelayanannya yang setia di tempat lain yang lebih aman. Selain sumbangsihnya dalam menuntaskan masalah sunat, sebagaimana diceritakan di Kisah pasal 15, dia tidak disebut-sebut lagi. Buku Kisah selanjutnya mengalihkan fokusnya ke pengabaran dan perjalanan Rasul Paulus. Akan tetapi, kita bisa yakin bahwa Petrus menguatkan iman saudara-saudarinya ke mana pun dia pergi. Sewaktu dia meninggalkan rumah Maria, suasana hati orang-orang itu pasti amat bersukacita.
16. Mengapa akan ada banyak kesempatan untuk bersukacita di masa depan?
16 Kadang-kadang, Yehuwa memberi hamba-hamba-Nya sesuatu yang jauh lebih besar daripada yang mereka harapkan, sehingga saking bersukacitanya, mereka sulit mempercayainya. Itulah yang dirasakan saudara-saudari rohani Petrus pada malam itu. Itu juga yang mungkin kadang-kadang kita rasakan sewaktu kita menikmati berkat Yehuwa yang limpah sekarang. (Ams. 10:22) Di masa depan, kita akan melihat semua janji Yehuwa dipenuhi dalam skala global. Perwujudan yang mulia itu pasti akan jauh melampaui apa pun yang bisa kita bayangkan sekarang. Maka, selama kita terus setia, kita pasti menikmati banyak kesempatan untuk bersukacita di masa depan.
”Malaikat Yehuwa Menghantam Dia dengan Penyakit” (Kis. 12:18-25)
17, 18. Bagaimana sampai Herodes disanjung-sanjung?
17 Lolosnya Petrus juga mengagetkan Herodes—tapi baginya ini bukan kejutan yang menyenangkan. Herodes segera memerintahkan pencarian yang teliti, kemudian menyuruh agar para penjaga Petrus diinterogasi. Mereka ”dibawa untuk dihukum”, kemungkinan besar dieksekusi. (Kis. 12:19) Herodes Agripa bukan orang yang beriba hati atau berbelaskasihan. Sampai kapan orang yang kejam ini lolos dari hukuman?
18 Agripa mungkin merasa dipermalukan karena gagal mengeksekusi Petrus, tetapi harga dirinya yang terluka itu segera terobati. Ada suatu pertemuan diplomatik dengan musuh-musuhnya yang hendak berdamai, dan dia tentu menanti-nantikan saatnya berpidato di hadapan orang banyak. Lukas melaporkan bahwa sebagai persiapan, Herodes mengenakan ”pakaian kerajaannya”. Sejarawan Yahudi Yosefus menulis bahwa pakaian Herodes dibuat dari perak, sehingga jika cahaya menyinari sang raja, dia akan tampak berkilau penuh kemuliaan. Kemudian, sang politikus angkuh itu mulai berpidato. Orang banyak menyanjung-nyanjung dia dengan berseru, ”Ini suara allah, bukan manusia!”—Kis. 12:20-22.
19, 20. (a) Mengapa Herodes dihukum oleh Yehuwa? (b) Penghiburan apa yang kita peroleh dari kisah tentang Herodes Agripa yang mati mendadak?
19 Kemuliaan demikian hanya milik Allah, dan Allah memperhatikan! Herodes sebenarnya punya kesempatan untuk menghindari bencana. Dia bisa saja menegur orang banyak itu atau sedikitnya tidak menyetujui mereka. Namun, dia menjadi contoh nyata dari peribahasa: ”Kesombongan berujung pada kehancuran.” (Ams. 16:18) ”Saat itu juga, malaikat Yehuwa menghantam dia dengan penyakit” sehingga orang yang egois dan besar kepala itu menderita kematian yang mengerikan. Herodes ”dimakan cacing-cacing dan mati”. (Kis. 12:23) Selain itu, menurut Yosefus, Agripa tiba-tiba sakit. Yosefus juga menambahkan bahwa sang raja menyimpulkan dirinya sekarat karena menerima sanjungan orang banyak. Yosefus menulis bahwa Agripa masih hidup selama lima hari sebelum mengembuskan napas terakhir.b
20 Kadang-kadang, orang-orang yang tidak saleh tampaknya bisa melakukan berbagai kejahatan tanpa mendapat hukuman. Kita tidak perlu heran, karena ”seluruh dunia dikuasai oleh si jahat”. (1 Yoh. 5:19) Namun, hamba-hamba Allah yang setia adakalanya bersusah hati apabila orang jahat tampaknya kebal hukum. Karena itulah, kisah semacam ini menghibur hati kita. Kita seolah-olah melihat Yehuwa turun tangan, mengingatkan semua hamba-Nya bahwa Dia pencinta keadilan. (Mz. 33:5) Cepat atau lambat, keadilan-Nya akan menang.
21. Pelajaran utama apa yang terdapat dalam Kisah pasal 12, dan mengapa hal itu bisa menghibur kita sekarang?
21 Kisah ini ditutup dengan pelajaran yang lebih membesarkan hati lagi, ”Firman Yehuwa terus tersebar, dan semakin banyak orang menjadi murid.” (Kis. 12:24) Laporan tentang kemajuan dan perluasan pekerjaan pengabaran ini bisa jadi mengingatkan kita akan berkat Yehuwa atas pekerjaan yang sama pada zaman modern. Jelaslah, catatan di Kisah pasal 12 bukan semata-mata tentang kematian rasul yang satu dan keluputan rasul yang lain. Itu adalah catatan tentang Yehuwa yang menggagalkan upaya Setan untuk menghancurkan sidang Kristen dan untuk menghentikan kegiatan pengabaran yang bersemangat. Serangan-serangan itu gagal, dan siasat semacam itu juga pasti gagal. (Yes. 54:17) Sebaliknya, orang-orang yang berpihak kepada Yehuwa dan Yesus Kristus adalah bagian dari pekerjaan yang tidak akan pernah gagal. Tidakkah hal itu membesarkan hati? Sungguh kehormatan besar bagi kita sekarang untuk turut menyebarkan ”firman Yehuwa”!
a Lihat kotak ”Raja Herodes Agripa I”.
b Seorang dokter dan pengarang buku menulis bahwa gejala yang digambarkan Yosefus dan Lukas mungkin disebabkan oleh cacing-cacing gilik yang menggumpal dan menyumbat usus sehingga berakibat fatal. Cacing-cacing itu kadang-kadang dimuntahkan, atau merayap keluar dari tubuh si pasien pada saat kematian. Sebuah karya referensi mengatakan, ”Keakuratan Lukas yang berprofesi sebagai dokter menonjolkan betapa mengerikannya kematian [Herodes].”
-
-
”Dipenuhi dengan Sukacita dan Kuasa Kudus””Memberikan Kesaksian yang Saksama tentang Kerajaan Allah”
-
-
PASAL 11
”Dipenuhi dengan Sukacita dan Kuasa Kudus”
Teladan Paulus dalam menghadapi orang-orang yang menentang dan tidak menyambut
Berdasarkan Kisah 13:1-52
1, 2. Apa yang unik mengenai perjalanan yang akan dilakukan Barnabas dan Saul, dan bagaimana pekerjaan mereka akan turut menggenapi Kisah 1:8?
INILAH hari yang mendebarkan bagi sidang jemaat Antiokhia. Dari semua nabi dan guru di sana, Barnabas dan Saul telah dipilih oleh kuasa kudus untuk menyampaikan kabar baik ke tempat-tempat yang jauh.a (Kis. 13:1, 2) Memang, beberapa pria yang cakap pernah diutus sebelumnya. Namun, di masa lalu, para utusan injil pergi ke daerah-daerah yang sudah menerima Kekristenan. (Kis. 8:14; 11:22) Kali ini, Barnabas dan Saul—beserta Yohanes Markus, yang akan menjadi pelayan—bakal diutus ke negeri-negeri yang kebanyakan penduduknya belum mendengar kabar baik.
2 Sekitar 14 tahun sebelumnya, Yesus pernah berkata kepada para pengikutnya, ”Kalian akan menjadi saksiku di Yerusalem, di seluruh Yudea dan Samaria, dan sampai ke bagian yang paling jauh di bumi.” (Kis. 1:8) Pelantikan Barnabas dan Saul untuk melayani sebagai utusan injil akan mempercepat penggenapan nubuat yang Yesus katakan!b
Dipisahkan ”untuk Tugas” Itu (Kis. 13:1-12)
3. Apa yang menyulitkan perjalanan jauh pada abad pertama?
3 Di zaman sekarang, berkat penemuan seperti mobil dan pesawat, perjalanan jauh dapat ditempuh dalam satu atau dua jam saja. Tidak demikian halnya pada abad pertama M. Kala itu, perjalanan darat terutama ditempuh dengan berjalan kaki, sering kali melintasi medan yang berat. Satu hari perjalanan, yang mungkin hanya sejauh 30 kilometer, sungguh melelahkan!c Maka, meskipun Barnabas dan Saul pastinya sangat antusias untuk memulai tugas mereka, mereka tentu sadar bahwa akan dibutuhkan perjuangan dan kerelaan berkorban.—Mat. 16:24.
4. (a) Apa yang memerintahkan pemilihan Barnabas dan Saul, dan bagaimana rekan-rekan seiman menanggapi pelantikan tersebut? (b) Bagaimana kita bisa mendukung orang-orang yang menerima tugas dalam organisasi Allah?
4 Tetapi, mengapa kuasa kudus menunjuk Barnabas dan Saul agar mereka dipisahkan ”untuk tugas” itu? (Kis. 13:2) Alkitab tidak mengatakannya. Yang pasti, kuasa kudus memerintahkan pemilihan pria-pria itu. Tidak ada petunjuk bahwa para nabi dan guru di Antiokhia berkeberatan dengan keputusan tersebut. Sebaliknya, mereka mendukung sepenuhnya pelantikan itu. Bayangkan perasaan Barnabas dan Saul sewaktu saudara-saudara rohani mereka, tanpa rasa iri, berpuasa dan berdoa serta ”menaruh tangan di kepala kedua orang itu dan mengutus mereka”. (Kis. 13:3) Kita juga semestinya mendukung orang-orang yang menerima tugas dalam organisasi Allah, termasuk pria-pria yang dilantik sebagai pengawas sidang. Ketimbang iri terhadap orang-orang yang menerima tugas itu, kita hendaknya ”mengasihi dan menghargai mereka karena apa yang mereka kerjakan”.—1 Tes. 5:13.
5. Gambarkan apa yang tersangkut dalam memberikan kesaksian di Pulau Siprus.
5 Setelah berjalan ke Seleukia, pelabuhan dekat Antiokhia, Barnabas dan Saul berlayar ke Pulau Siprus, sejauh kira-kira 200 kilometer.d Sebagai penduduk asli Siprus, Barnabas pasti bersemangat untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang di daerah asalnya. Setibanya di Salamis, kota di pesisir timur pulau itu, kedua pria ini tidak membuang waktu. Segera, ”mereka mulai memberitakan firman Allah di rumah-rumah ibadah orang Yahudi”.e (Kis. 13:5) Barnabas dan Saul menjelajahi Siprus dari ujung ke ujung, kemungkinan besar memberikan kesaksian di kota-kota penting di sepanjang perjalanan. Bergantung pada rute yang mereka tempuh, para utusan injil ini mungkin berjalan sejauh kira-kira 160 kilometer!
6, 7. (a) Siapakah Sergius Paulus, dan mengapa Bar-Yesus berupaya mencegah dia agar tidak beriman pada kabar baik? (b) Bagaimana Saul menangkal tentangan dari Bar-Yesus?
6 Siprus abad pertama sarat dengan ibadah palsu. Hal ini khususnya nyata sewaktu Barnabas dan Saul tiba di Pafos, di pesisir barat pulau itu. Di sana, mereka bertemu dengan ”Bar-Yesus, yang adalah ahli sihir dan nabi palsu”. Dia ”bekerja untuk Gubernur [atau, ”Prokonsul”, catatan kaki] Sergius Paulus yang sangat cerdas”.f Pada abad pertama, banyak orang Romawi terpelajar—bahkan orang ”yang sangat cerdas”, seperti Sergius Paulus—sering meminta petunjuk ahli sihir atau ahli perbintangan ketika membuat keputusan penting. Meskipun demikian, Sergius Paulus tertarik pada berita Kerajaan dan ”ingin sekali mendengar firman Allah”. Hal itu tidak bisa diterima oleh Bar-Yesus, yang juga dikenal dengan gelar profesionalnya, yakni Elimas, yang berarti ”Ahli Sihir”.—Kis. 13:6-8.
7 Bar-Yesus tidak menyukai berita Kerajaan. Ya, satu-satunya cara dia bisa melindungi kedudukannya yang berpengaruh sebagai penasihat Sergius Paulus adalah dengan ”mencegah gubernur itu beriman”. (Kis. 13:8) Tetapi, Saul tidak akan tinggal diam dan membiarkan ahli sihir istana itu mengalihkan perhatian Sergius Paulus. Maka, apa yang Saul lakukan? Catatan itu melaporkan, ”Saul, yang juga disebut Paulus, karena dipenuhi kuasa kudus, menatap dia [Bar-Yesus] baik-baik dan mengatakan, ’Kamu penuh dengan berbagai kecurangan dan kelicikan, kamu anak Iblis, dan kamu musuh dari semua hal yang benar. Kenapa kamu mengubah-ubah jalan Yehuwa yang benar? Lihatlah, tangan Yehuwa melawanmu. Kamu akan menjadi buta dan tidak bisa melihat cahaya matahari selama suatu waktu.’ Saat itu juga, matanya tertutup kabut dan menjadi gelap, dan dia berputar-putar mencari orang untuk menuntunnya.”g Apa hasil mukjizat itu? ”Melihat kejadian itu, gubernur itu menjadi percaya, karena dia kagum pada ajaran Yehuwa.”—Kis. 13:9-12.
Seperti Paulus, kita dengan berani membela kebenaran meski menghadapi tentangan
8. Bagaimana kita sekarang bisa meniru keberanian Paulus?
8 Paulus tidak terintimidasi oleh Bar-Yesus. Demikian pula, kita hendaknya tidak ciut hati apabila para penentang berupaya menggoyahkan iman orang-orang yang berminat akan berita Kerajaan. Tentu saja, ucapan kita hendaknya ”selalu menyenangkan, seperti dibumbui dengan garam”. (Kol. 4:6) Pada waktu yang sama, kita tidak mau membahayakan kesejahteraan rohani seorang peminat hanya demi menghindari konflik. Kita pun hendaknya tidak takut untuk menyingkapkan agama palsu, yang terus ”mengubah-ubah jalan Yehuwa yang benar” seperti yang dilakukan Bar-Yesus. (Kis. 13:10) Seperti Paulus, semoga kita berani memberitakan kebenaran dan berupaya menggugah orang-orang yang berhati jujur. Dan, sekalipun dukungan Allah mungkin tidak semencolok dukungan dalam kasus Paulus, kita bisa yakin bahwa Yehuwa akan menggunakan kuasa kudus-Nya untuk menarik orang-orang yang layak ke dalam kebenaran.—Yoh. 6:44.
”Kata-Kata yang Bisa Menguatkan” (Kis. 13:13-43)
9. Bagaimana Paulus dan Barnabas memberikan teladan bagus bagi para pengemban tanggung jawab di sidang zaman sekarang?
9 Rupanya, ada suatu perubahan sewaktu pria-pria itu meninggalkan Pafos dan berlayar ke Perga, di pesisir Asia Kecil, sejauh kira-kira 250 kilometer lewat laut. Di Kisah 13:13, kelompok itu disebut sebagai ”Paulus dan rekan-rekannya”. Tampaknya, Paulus kini memimpin kegiatan kelompok itu. Akan tetapi, tidak ada petunjuk bahwa Barnabas merasa iri terhadap Paulus. Sebaliknya, kedua pria itu terus bekerja sama melaksanakan kehendak Allah. Paulus dan Barnabas memberikan teladan yang bagus bagi para pengemban tanggung jawab di sidang zaman sekarang. Alih-alih bersaing mengejar kedudukan yang terkemuka, orang Kristen mengingat perkataan Yesus, ”Kalian semua bersaudara.” Dia menambahkan, ”Siapa pun yang meninggikan diri akan direndahkan, dan siapa pun yang merendahkan diri akan ditinggikan.”—Mat. 23:8, 12.
10. Gambarkan perjalanan dari Perga ke Antiokhia Pisidia.
10 Setibanya di Perga, Yohanes Markus meninggalkan Paulus dan Barnabas lalu pulang ke Yerusalem. Tidak dijelaskan mengapa dia tiba-tiba pergi. Paulus dan Barnabas melanjutkan perjalanan, dari Perga ke Antiokhia di Pisidia, sebuah kota di provinsi Galatia. Ini bukan perjalanan yang mudah, sebab Antiokhia Pisidia berada pada ketinggian 1.100 meter di atas permukaan laut. Jalur-jalur di pegunungan yang berbahaya itu terkenal rawan perampok. Lebih parah lagi, kemungkinan besar pada saat itu Paulus mengalami beberapa gangguan kesehatan.h
11, 12. Sewaktu berbicara di rumah ibadah di Antiokhia Pisidia, bagaimana Paulus menggugah minat hadirinnya?
11 Di Antiokhia Pisidia, Paulus dan Barnabas masuk ke rumah ibadah pada hari Sabat. Catatan itu menceritakan, ”Setelah Taurat dan Tulisan Para Nabi dibacakan kepada hadirin, para ketua rumah ibadah itu mengirim pesan kepada mereka, ’Saudara-saudara, kalau ada kata-kata yang bisa menguatkan hadirin, silakan sampaikan.’” (Kis. 13:15) Paulus pun berdiri untuk berbicara.
12 Paulus memulai dengan menyapa hadirinnya, ”Saudara-saudara, orang Israel dan orang-orang lain yang takut kepada Allah.” (Kis. 13:16) Hadirin Paulus terdiri dari orang Yahudi dan orang non-Yahudi yang menganut agama Yahudi. Bagaimana Paulus menggugah minat para pendengar itu, yang tidak mengakui bahwa Yesus adalah Mesias? Pertama-tama, Paulus meringkaskan sejarah bangsa Yahudi. Dia menjelaskan bagaimana Yehuwa ”meninggikan mereka sewaktu mereka tinggal di Mesir sebagai orang asing” dan bagaimana setelah pembebasan mereka, Allah ”sabar terhadap mereka di padang belantara” selama 40 tahun. Paulus juga menceritakan bagaimana orang Israel berhasil menduduki Negeri Perjanjian dan bagaimana Yehuwa ”membagi-bagikan negeri itu sebagai warisan”. (Kis. 13:17-19) Ada yang berpendapat bahwa Paulus bisa jadi mengacu ke ayat-ayat tertentu yang baru saja dibacakan dengan suara keras sebagai bagian dari perayaan Sabat. Jika memang demikian, ini contoh lain lagi bahwa Paulus tahu caranya ”berbuat sebisa-bisanya demi segala macam orang”.—1 Kor. 9:22.
13. Bagaimana kita bisa menggugah hati pendengar kita?
13 Kita juga hendaknya berupaya menggugah minat orang yang kita kabari. Misalnya, dengan mengetahui latar belakang agama seseorang, kita terbantu untuk memilih topik-topik yang khususnya akan menarik baginya. Selain itu, kita bisa mengutip beberapa ayat Alkitab yang mungkin dikenalnya. Meminta orang itu membaca dari Alkitabnya sendiri bisa menjadi cara yang efektif. Carilah cara-cara untuk menggugah hati pendengar Saudara.
14. (a) Bagaimana Paulus mulai menyampaikan kabar baik tentang Yesus, dan peringatan apa yang dia berikan? (b) Bagaimana tanggapan orang banyak setelah mendengar kata-kata Paulus?
14 Paulus kemudian membahas bagaimana garis keturunan raja-raja Israel mengarah kepada ”seorang penyelamat, . . . yaitu Yesus”, yang didahului oleh Yohanes Pembaptis. Selanjutnya, Paulus menggambarkan bagaimana Yesus dibunuh dan dibangkitkan dari antara orang mati. (Kis. 13:20-37) ”Jadi saudara-saudara,” kata Paulus, ”saya memberitakan kepada kalian bahwa pengampunan dosa hanya ada melalui dia, dan bahwa melalui dia, semua orang yang percaya bisa dinyatakan tidak bersalah.” Kemudian, sang rasul memberikan peringatan ini kepada para pendengarnya: ”Hati-hati agar apa yang dikatakan dalam Tulisan Para Nabi ini tidak terjadi pada kalian: ’Kalian yang suka menghina, lihatlah itu, jadilah heran, dan lenyaplah, karena Aku sedang melakukan sesuatu pada zaman kalian, yang tidak akan kalian percayai kalaupun itu diceritakan kepada kalian dengan terperinci.’” Tanggapan hadirin yang mendengar kata-kata Paulus sungguh luar biasa. ”Orang-orang memohon kepada mereka untuk membahas hal itu lagi pada Sabat berikutnya,” lapor Alkitab. Selain itu, setelah perhimpunan di rumah ibadah itu bubar, ”banyak orang Yahudi dan penganut agama Yahudi yang menyembah Allah mengikuti Paulus dan Barnabas”.—Kis. 13:38-43.
”Kami Beralih kepada Bangsa Lain” (Kis. 13:44-52)
15. Apa yang terjadi pada Sabat berikutnya?
15 Pada Sabat berikutnya, ”hampir seluruh kota itu” berkumpul untuk mendengarkan Paulus. Beberapa orang Yahudi tidak senang akan hal itu, dan ”mulai menentang kata-kata Paulus sehingga menghina Allah”. Dengan berani, dia dan Barnabas memberi tahu mereka, ”Firman Allah memang perlu disampaikan lebih dulu kepada kalian. Tapi karena kalian menolaknya dan menunjukkan bahwa kalian tidak layak hidup abadi, kami beralih kepada bangsa lain. Yehuwa sudah memerintahkan kami dengan kata-kata, ’Aku telah menjadikan kamu terang bagi bangsa-bangsa, agar kamu membawa keselamatan ke ujung-ujung bumi.’”—Kis. 13:44-47; Yes. 49:6.
”Paulus dan Barnabas dianiaya . . . Dan murid-murid terus dipenuhi dengan sukacita dan kuasa kudus.”—Kisah 13:50-52
16. Bagaimana reaksi orang-orang Yahudi terhadap kata-kata tegas para utusan injil, dan bagaimana Paulus dan Barnabas menanggapi tentangan itu?
16 Orang-orang non-Yahudi yang mendengarkan bersukacita, dan ”semua yang memiliki sikap yang benar untuk mendapat kehidupan abadi menjadi percaya”. (Kis. 13:48) Firman Yehuwa segera menyebar ke seluruh daerah itu. Reaksi orang-orang Yahudi sangat berbeda. Para utusan injil itu memberi tahu mereka bahwa meskipun firman Allah disampaikan pertama-tama kepada mereka, mereka telah menolak sang Mesias dan karena itu akan menerima hukuman dari Allah. Orang-orang Yahudi menghasut wanita-wanita terhormat serta pria-pria terkemuka di kota itu, ”sehingga Paulus dan Barnabas dianiaya dan diusir ke luar perbatasan wilayah itu”. Bagaimana tanggapan Paulus dan Barnabas? Mereka ”mengebaskan debu dari kaki mereka sebagai peringatan bagi orang-orang itu, lalu pergi ke Ikonium”. Apakah itu akhir dari Kekristenan di Antiokhia Pisidia? Sama sekali tidak! Para murid yang ditinggalkan ”terus dipenuhi dengan sukacita dan kuasa kudus”.—Kis. 13:50-52.
17-19. Dengan cara apa saja kita bisa meniru teladan Paulus dan Barnabas, dan bagaimana hal itu menambah sukacita kita?
17 Cara orang-orang setia ini menanggapi tentangan memberi kita pelajaran berharga. Kita tidak berhenti mengabar, bahkan sewaktu orang-orang terkemuka di dunia ini berupaya menghalangi pemberitaan kita. Perhatikan juga bahwa sewaktu orang-orang Antiokhia menolak berita mereka, Paulus dan Barnabas ”mengebaskan debu dari kaki mereka”. Ini bukan berarti mereka marah, melainkan menunjukkan bahwa mereka sudah tidak bertanggung jawab lagi atas apa yang akan terjadi. Para utusan injil ini sadar bahwa mereka tidak bisa mengendalikan reaksi orang lain. Yang bisa mereka kendalikan adalah apakah mereka akan terus mengabar. Dan memang, mereka terus mengabar sewaktu melanjutkan perjalanan ke Ikonium!
18 Bagaimana dengan para murid yang ditinggalkan di Antiokhia? Mereka memang berada di daerah yang menentang pekerjaan mereka. Tetapi, sukacita mereka tidak bergantung pada sambutan yang positif. Yesus mengatakan, ”Yang bahagia adalah orang yang mendengar firman Allah dan menaatinya!” (Luk. 11:28) Dan, memang itulah tekad para murid di Antiokhia Pisidia.
19 Seperti Paulus dan Barnabas, semoga kita selalu ingat bahwa tanggung jawab kita adalah memberitakan kabar baik. Keputusan untuk menerima atau menolak berita itu sepenuhnya ada di tangan pendengar kita. Jika orang-orang yang kita kabari tampaknya tidak menyambut, kita bisa menarik pelajaran dari murid-murid abad pertama. Dengan menghargai kebenaran dan membiarkan diri kita dibimbing oleh kuasa kudus, kita juga bisa bersukacita, sekalipun menghadapi tentangan.—Gal. 5:18, 22.
a Lihat kotak ”Barnabas—’Putra Penghiburan’”.
b Hingga saat itu, sudah ada sidang-sidang sampai sejauh Antiokhia Siria—sekitar 550 kilometer di sebelah utara Yerusalem.
c Lihat kotak ”Kondisi Perjalanan”.
d Pada abad pertama, sebuah kapal bisa berlayar sejauh kira-kira 150 kilometer sehari jika anginnya bagus. Dalam kondisi yang tidak mendukung, perjalanan itu membutuhkan waktu yang lebih lama.
e Lihat kotak ”Rumah Ibadah Orang Yahudi”.
f Siprus berada di bawah kekuasaan Senat Romawi. Pejabat tertinggi di pulau itu adalah seorang gubernur provinsi yang bergelar prokonsul.
g Sejak saat itu, Saul disebut sebagai Paulus. Ada yang berpendapat bahwa dia menggunakan nama Romawi itu demi menghormati Sergius Paulus. Akan tetapi, fakta bahwa dia mempertahankan nama Paulus bahkan setelah meninggalkan Siprus menunjukkan alasan lain—bahwa Paulus, sebagai ”rasul yang diutus kepada bangsa-bangsa lain”, memutuskan untuk menggunakan nama Romawinya sejak waktu itu. Mungkin juga dia menggunakan nama Paulus karena pengucapan nama Ibraninya, yakni Saul, dalam bahasa Yunani kedengaran sangat mirip dengan sebuah kata Yunani yang berkonotasi buruk.—Rm. 11:13.
-
-
”Berbicara dengan Berani Karena Wewenang dari Yehuwa””Memberikan Kesaksian yang Saksama tentang Kerajaan Allah”
-
-
PASAL 12
”Berbicara dengan Berani Karena Wewenang dari Yehuwa”
Paulus dan Barnabas mempertunjukkan kerendahan hati, ketekunan, serta keberanian
Berdasarkan Kisah 14:1-28
1, 2. Serangkaian peristiwa apa yang terjadi sewaktu Paulus dan Barnabas berada di Listra?
LISTRA gempar. Seorang pria yang timpang sejak lahir bisa melompat-lompat senang setelah disembuhkan oleh dua orang yang tidak dikenal. Orang-orang terperangah keheranan, dan seorang imam membawa hiasan bunga untuk dua pria yang disangka sebagai dewa oleh kumpulan orang itu. Sapi-sapi jantan mendengus dan melenguh ketika imam dari Zeus itu bersiap untuk menyembelihnya. Teriakan protes keluar dari mulut Paulus dan Barnabas. Sambil merobek baju, mereka segera mendatangi kumpulan orang itu, dan dengan susah payah barulah mereka dapat menahan kumpulan orang itu agar tidak menyembah mereka.
2 Kemudian, tibalah orang-orang Yahudi yang menentang dari Antiokhia Pisidia dan Ikonium. Dengan fitnah yang penuh kebencian, mereka meracuni pikiran orang-orang Listra. Kumpulan orang yang tadinya ingin memuja Paulus kini mengepung dia serta melemparinya dengan batu sampai pingsan. Setelah melampiaskan kemarahan, mereka menyeret Paulus yang babak belur itu ke luar gerbang kota, karena dikira sudah mati.
3. Pertanyaan apa saja yang akan kita bahas di pasal ini?
3 Bagaimana sampai insiden dramatis ini terjadi? Apa yang bisa dipelajari oleh para pemberita kabar baik zaman sekarang dari peristiwa-peristiwa seputar Barnabas, Paulus, dan penduduk Listra yang plin-plan itu? Dan, bagaimana para penatua Kristen bisa meniru teladan Barnabas dan Paulus yang dengan setia bertekun dalam pelayanan mereka, ”berbicara dengan berani karena wewenang dari Yehuwa”?—Kis. 14:3.
”Banyak Orang . . . Menjadi Percaya” (Kis. 14:1-7)
4, 5. Mengapa Paulus dan Barnabas pergi ke Ikonium, dan apa yang terjadi di sana?
4 Beberapa hari sebelumnya, Paulus dan Barnabas terpaksa pergi dari kota Romawi Antiokhia Pisidia setelah orang-orang Yahudi menentang dan menimbulkan kesulitan bagi mereka. Alih-alih menjadi kecil hati, kedua pria itu ”mengebaskan debu dari kaki mereka” terhadap penduduk kota yang tidak menyambut tersebut. (Kis. 13:50-52; Mat. 10:14) Paulus dan Barnabas pergi dengan damai dan membiarkan para penentang menerima konsekuensinya dari Allah. (Kis. 18:5, 6; 20:26) Kedua utusan injil itu tetap bersukacita dan meneruskan perjalanan pengabaran mereka. Setelah berjalan kira-kira 150 kilometer ke arah tenggara, mereka tiba di dataran tinggi yang subur di antara Pegunungan Taurus dan Pegunungan Sultan.
5 Mula-mula, Paulus dan Barnabas singgah di Ikonium, kota yang kental kebudayaan Yunaninya dan salah satu yang terpenting di provinsi Galatia.a Di kota ini terdapat masyarakat Yahudi yang berpengaruh dan banyak orang non-Yahudi yang menganut agama Yahudi. Sesuai dengan kebiasaan mereka, Paulus dan Barnabas masuk ke rumah ibadah dan mulai mengabar. (Kis. 13:5, 14) Mereka ”berbicara dengan sangat baik, sehingga banyak orang Yahudi dan Yunani menjadi percaya”.—Kis. 14:1.
6. Apa yang menjadikan Paulus dan Barnabas guru-guru yang efektif, dan bagaimana kita bisa meniru mereka?
6 Mengapa cara Paulus dan Barnabas berbicara begitu efektif? Paulus memiliki segudang hikmat Alkitab. Dia dengan terampil merujuk sejarah, nubuat, dan Hukum Musa untuk membuktikan bahwa Yesus adalah Mesias yang dijanjikan. (Kis. 13:15-31; 26:22, 23) Barnabas memancarkan kepedulian terhadap orang-orang. (Kis. 4:36, 37; 9:27; 11:23, 24) Mereka tidak mengandalkan pengertiannya sendiri tetapi berbicara dengan ”wewenang dari Yehuwa”. Bagaimana Saudara bisa meniru para utusan injil itu dalam kegiatan pengabaran Saudara? Lakukan hal berikut: Kenali Firman Allah sebaik mungkin. Cari ayat-ayat yang kemungkinan besar akan menarik minat pendengar Saudara. Temukan cara-cara praktis untuk menghibur orang-orang yang Saudara kabari. Dan, selalu dasarkan ajaran Saudara pada wewenang Firman Yehuwa, bukan hikmat Saudara sendiri.
7. (a) Kabar baik menghasilkan reaksi apa? (b) Jika keluarga Saudara terbagi karena Saudara menaati kabar baik, apa yang perlu Saudara ingat?
7 Akan tetapi, tidak semua orang di Ikonium senang mendengar perkataan Paulus dan Barnabas. Lukas menulis, ”Orang-orang Yahudi yang tidak percaya menghasut orang-orang dari bangsa lain untuk menentang saudara-saudara itu.” Paulus dan Barnabas melihat perlunya untuk tinggal dan membela kabar baik, dan mereka ”menggunakan cukup banyak waktu untuk berbicara dengan berani”. Hasilnya, ”penduduk kota itu terbagi. Ada yang memihak orang Yahudi, dan ada yang memihak para rasul”. (Kis. 14:2-4) Sekarang, kabar baik menghasilkan reaksi serupa. Bagi beberapa orang, kabar baik adalah daya pemersatu; bagi yang lain, sumber perpecahan. (Mat. 10:34-36) Jika keluarga Saudara terbagi karena Saudara menaati kabar baik, ingatlah bahwa tentangan sering kali merupakan reaksi dari desas-desus yang tak berdasar atau fitnah yang terang-terangan. Tingkah laku Saudara yang baik bisa menjadi penawar racun itu dan pada akhirnya mungkin bisa melunakkan hati para penentang.—1 Ptr. 2:12; 3:1, 2.
8. Mengapa Paulus dan Barnabas meninggalkan Ikonium, dan apa yang kita pelajari dari teladan mereka?
8 Selang beberapa waktu, para penentang di Ikonium mengatur rencana untuk melempari Paulus dan Barnabas dengan batu. Setelah diberi tahu tentang hal itu, kedua utusan injil tersebut memutuskan untuk pindah dan memberikan kesaksian ke daerah lain. (Kis. 14:5-7) Para pemberita Kerajaan menggunakan kebijaksanaan serupa. Sewaktu menghadapi serangan verbal, kita berbicara dengan berani. (Flp. 1:7; 1 Ptr. 3:13-15) Tetapi, apabila ada ancaman kekerasan, kita menghindari perbuatan nekat yang malah bisa membahayakan kehidupan kita atau kehidupan rekan seiman kita.—Ams. 22:3.
’Sembahlah Allah yang Hidup’ (Kis. 14:8-19)
9, 10. Di mana lokasi Listra, dan apa yang kita ketahui tentang penduduknya?
9 Paulus dan Barnabas pergi ke Listra, sebuah koloni Romawi sekitar 30 kilometer di sebelah barat daya Ikonium. Listra berhubungan erat dengan Antiokhia Pisidia, tetapi berbeda dengan kota itu, tidak ada banyak orang Yahudi di Listra. Meskipun penduduknya kemungkinan besar bisa berbahasa Yunani, bahasa ibu mereka adalah bahasa Likaonia. Barangkali karena tidak ada rumah ibadah orang Yahudi di kota itu, Paulus dan Barnabas mulai mengabar di tempat umum. Sewaktu di Yerusalem, Petrus pernah menyembuhkan orang yang lumpuh sejak lahir. Di Listra, Paulus menyembuhkan seorang pria yang timpang sejak lahir. (Kis. 14:8-10) Karena mukjizat yang Petrus lakukan, sekumpulan besar orang menjadi percaya. (Kis. 3:1-10) Mukjizat yang Paulus lakukan menghasilkan reaksi yang sama sekali berbeda.
10 Sebagaimana diceritakan di awal pasal ini, sewaktu pria timpang itu bisa melompat dan berjalan, orang-orang Listra yang menyembah para dewa langsung menarik kesimpulan yang salah. Mereka menyebut Barnabas sebagai Zeus, sang dewa utama, dan Paulus sebagai Hermes, putra Zeus dan juru bicara para dewa. (Lihat kotak ”Listra serta Pemujaan Zeus dan Hermes”.) Akan tetapi, Barnabas dan Paulus bertekad memberikan pengertian kepada kumpulan orang itu bahwa mereka berbicara dan bertindak bukan dengan wewenang dewa-dewi melainkan dengan wewenang Yehuwa, satu-satunya Allah yang benar.—Kis. 14:11-14.
’Tinggalkan hal-hal yang sia-sia ini, dan sembahlah Allah yang hidup, yang menciptakan langit dan bumi.’—Kisah 14:15
11-13. (a) Apa yang Paulus dan Barnabas katakan kepada penduduk Listra? (b) Apa hal pertama yang bisa kita pelajari dari pernyataan Paulus dan Barnabas?
11 Di tengah-tengah kehebohan ini, Paulus dan Barnabas masih berupaya untuk sebaik mungkin menyentuh hati pendengar mereka. Dengan kejadian ini, Lukas mencatat cara yang efektif untuk memberitakan kabar baik kepada orang-orang yang tidak menyembah Yehuwa. Perhatikan bagaimana Paulus dan Barnabas menggugah hati pendengarnya, ”Kenapa kalian melakukan ini? Kami juga manusia yang punya kelemahan seperti kalian. Kami sedang menyampaikan kabar baik kepada kalian, supaya kalian meninggalkan hal-hal yang sia-sia ini dan menyembah Allah yang hidup, yang menciptakan langit, bumi, laut, dan segala isinya. Di zaman dulu, Dia membiarkan semua bangsa menempuh jalan mereka masing-masing, walaupun Dia tetap bersaksi tentang diri-Nya dengan melakukan apa yang baik, yaitu memberi kalian hujan dan musim panen, serta memuaskan kalian dengan makanan dan menyenangkan hati kalian.”—Kis. 14:15-17.
12 Apa yang bisa kita pelajari dari kata-kata yang menggugah pikiran ini? Pertama, Paulus dan Barnabas tidak menganggap diri lebih unggul daripada hadirin mereka. Mereka tidak sok hebat. Sebaliknya, mereka dengan rendah hati mengaku memiliki kelemahan yang sama seperti pendengar mereka. Memang, Paulus dan Barnabas telah menerima kuasa kudus dan dibebaskan dari ajaran palsu. Mereka juga telah dianugerahi harapan untuk memerintah bersama Kristus. Namun, mereka sadar bahwa penduduk Listra bisa menerima karunia-karunia yang sama jika mereka menaati Kristus.
13 Bagaimana sikap kita terhadap orang-orang yang kita kabari? Apakah kita memandang mereka setara dengan kita? Sewaktu kita membantu orang lain belajar kebenaran dari Firman Allah, apakah kita, seperti Paulus dan Barnabas, tidak mencari-cari sanjungan? Charles Taze Russell, seorang guru hebat yang memelopori pekerjaan pengabaran pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, memberikan teladan dalam hal ini. Dia menulis, ”Kami tidak menginginkan sanjungan, atau penghormatan, bagi diri kami atau tulisan-tulisan kami; kami pun tidak ingin dipanggil Bapak Pendeta atau Rabi.” Sikap Saudara Russell yang rendah hati mencerminkan sikap Paulus dan Barnabas. Demikian pula, tujuan kita mengabar bukan untuk mendatangkan kemuliaan bagi diri kita tetapi untuk membantu orang-orang berpaling kepada ”Allah yang hidup”.
14-16. Apa hal kedua dan ketiga yang bisa kita pelajari dari kata-kata Paulus dan Barnabas kepada penduduk Listra?
14 Perhatikan hal kedua yang bisa kita pelajari dari pernyataan itu. Paulus dan Barnabas mudah menyesuaikan diri. Tidak seperti orang Yahudi dan penganut agama Yahudi di Ikonium, penduduk Listra kurang atau tidak memiliki pengetahuan tentang Kitab Suci atau tentang hubungan antara Allah dan bangsa Israel. Namun, para pendengar Paulus dan Barnabas termasuk masyarakat agraris. Listra menikmati iklim yang sedang dan tanah yang subur. Orang-orang itu dapat melihat banyak bukti tentang sifat-sifat Pencipta, yang nyata antara lain dari musim-musim dengan hasil yang limpah. Dan, para utusan injil itu menggunakan titik temu ini dalam upaya mereka untuk bertukar pikiran.—Rm. 1:19, 20.
15 Bisakah kita juga berupaya menyesuaikan diri? Meskipun seorang petani mungkin menanam benih yang sama di beberapa bidang ladangnya, metodenya untuk menyiapkan tanah harus berbeda-beda. Ada tanah yang mungkin sudah gembur dan siap ditanami. Yang lain mungkin membutuhkan lebih banyak persiapan. Demikian pula, benih yang kita tanam selalu sama—berita Kerajaan dari Firman Allah. Akan tetapi, jika kita meniru Paulus dan Barnabas, kita akan berupaya memahami situasi dan latar belakang agama orang-orang yang kita kabari. Kemudian, berbekal pengetahuan itu, kita akan menyesuaikan cara kita menyampaikan berita Kerajaan.—Luk. 8:11, 15.
16 Ada hal ketiga yang bisa kita pelajari dari kisah seputar Paulus, Barnabas, dan penduduk Listra. Meskipun kita sudah berupaya sebaik mungkin, benih yang kita tanam adakalanya dirampas atau jatuh ke tanah yang berbatu. (Mat. 13:18-21) Jika itu terjadi, jangan berputus asa. Paulus belakangan mengingatkan murid-murid di Roma bahwa ”kita masing-masing [termasuk setiap orang yang membahas Firman Allah bersama kita] akan bertanggung jawab kepada Allah”.—Rm. 14:12.
Mereka ”Menyerahkan Para Penatua Itu kepada Yehuwa” (Kis. 14:20-28)
17. Setelah meninggalkan Derbe, Paulus dan Barnabas pergi ke mana, dan mengapa?
17 Setelah Paulus diseret ke luar Listra dan dikira mati, para murid mengelilingi dia lalu dia bangkit berdiri dan bermalam di kota itu. Keesokan harinya, Paulus dan Barnabas memulai perjalanan sejauh 100 kilometer menuju Derbe. Bisa kita bayangkan betapa tidak nyamannya Paulus selama perjalanan yang sulit itu, karena beberapa jam sebelumnya dia baru saja dilempari batu. Namun, dia dan Barnabas bertahan, dan setibanya di Derbe, mereka membuat ”cukup banyak orang menjadi murid”. Lalu, bukannya menempuh rute yang lebih pendek untuk pulang ke pangkalan mereka di Antiokhia Siria, ”mereka kembali ke Listra, Ikonium, dan Antiokhia [Pisidia]”. Untuk apa? Untuk menguatkan ”murid-murid agar tetap beriman”. (Kis. 14:20-22) Sungguh luar biasa teladan kedua pria ini! Mereka mendahulukan kepentingan sidang di atas kenyamanan mereka sendiri. Para pengawas keliling dan utusan injil zaman modern telah meniru teladan mereka.
18. Apa yang tersangkut dalam pelantikan para penatua?
18 Selain menguatkan para murid dengan kata-kata dan teladan mereka, Paulus dan Barnabas melantik ”para penatua di setiap sidang jemaat”. Meskipun Paulus dan Barnabas melakukan perjalanan utusan injil ini karena ”diutus melalui kuasa kudus”, mereka tetap berdoa dan berpuasa sewaktu mereka ”menyerahkan para penatua itu kepada Yehuwa”. (Kis. 13:1-4; 14:23) Sekarang, sidang mengikuti pola yang sama. Sebelum usulan pelantikan diajukan, badan penatua setempat berdoa dan meninjau apakah seorang saudara memenuhi syarat-syarat Alkitab. (1 Tim. 3:1-10, 12, 13; Tit. 1:5-9; Yak. 3:17, 18; 1 Ptr. 5:2, 3) Lamanya dia menjadi seorang Kristen bukanlah faktor penentu utama. Sebaliknya, tutur kata, tingkah laku, dan reputasi saudara itulah yang membuktikan sejauh mana kuasa kudus bekerja dalam kehidupannya. Yang menentukan apakah dia dapat melayani sebagai gembala kawanan adalah apabila dia memenuhi persyaratan pengawas sebagaimana diuraikan dalam Alkitab. (Gal. 5:22, 23) Pengawas wilayah bertanggung jawab untuk melantik saudara-saudara yang memenuhi syarat.—Bandingkan 1 Timotius 5:22.
19. Apa yang harus dipertanggungjawabkan oleh para penatua, dan bagaimana mereka meniru Paulus dan Barnabas?
19 Para penatua terlantik tahu bahwa mereka harus mempertanggungjawabkan cara mereka memperlakukan sidang jemaat kepada Allah. (Ibr. 13:17) Seperti Paulus dan Barnabas, para penatua berada di garis depan dalam pekerjaan pengabaran. Mereka menguatkan sesama murid melalui kata-kata mereka. Dan, mereka bersedia mendahulukan kepentingan sidang di atas kenyamanan mereka sendiri.—Flp. 2:3, 4.
20. Apa manfaatnya jika kita membaca laporan tentang kesetiaan saudara-saudari kita?
20 Sewaktu Paulus dan Barnabas akhirnya kembali ke pangkalan utusan injil mereka di Antiokhia Siria, mereka bercerita tentang ”banyak hal yang telah Allah lakukan melalui mereka, dan tentang bagaimana Allah telah membuka jalan bagi bangsa lain untuk beriman”. (Kis. 14:27) Dengan membaca tentang kesetiaan saudara-saudari Kristen kita dan melihat bagaimana Yehuwa memberkati upaya mereka, kita akan termotivasi untuk terus ”berbicara dengan berani karena wewenang dari Yehuwa”.
a Lihat kotak ”Ikonium—Kota Orang Frigia”.
-
-
”Setelah Perselisihan yang Cukup Besar””Memberikan Kesaksian yang Saksama tentang Kerajaan Allah”
-
-
PASAL 13
”Setelah Perselisihan yang Cukup Besar”
Masalah sunat diajukan kepada badan pimpinan
Berdasarkan Kisah 15:1-12
1-3. (a) Perkembangan apa yang mengancam persatuan sidang Kristen masa awal? (b) Manfaat apa yang kita peroleh dengan mempelajari catatan buku Kisah tentang masalah ini?
PAULUS dan Barnabas bersukacita; mereka baru saja kembali ke kota Antiokhia di Siria dari perjalanan utusan injil mereka yang pertama. Mereka senang sekali karena Yehuwa telah ”membuka jalan bagi bangsa lain untuk beriman”. (Kis. 14:26, 27) Ya, kabar baik bahkan sudah memenuhi Antiokhia, dan ”ada banyak” orang non-Yahudi ditambahkan ke dalam sidang di sana.—Kis. 11:20-26.
2 Berita menggembirakan tentang pertambahan ini segera sampai ke Yudea. Namun, tidak semua bersukacita. Perkembangan ini malah membuat perbantahan yang berkepanjangan tentang sunat semakin mengemuka. Bagaimana seharusnya hubungan antara orang Kristen Yahudi dan non-Yahudi, dan bagaimana seharusnya orang Kristen non-Yahudi memandang Hukum Musa? Masalah itu menyebabkan perselisihan yang begitu serius sehingga sidang Kristen terancam pecah. Bagaimana masalah ini akan diatasi?
3 Sambil membahas catatan buku Kisah tentang masalah ini, kita akan memperoleh banyak pelajaran berharga. Dan, kita pun akan dibantu untuk bertindak bijaksana seandainya timbul masalah yang berpotensi memecah belah pada zaman kita.
”Kalau Kalian Tidak Disunat” (Kis. 15:1)
4. Pandangan salah apa yang dinyatakan beberapa orang Kristen, dan pertanyaan apa yang timbul?
4 Lukas sang murid menulis, ”Ada orang-orang yang datang [ke Antiokhia] dari Yudea dan mulai mengajar saudara-saudara, ’Kalau kalian tidak disunat menurut Hukum Musa, kalian tidak bisa diselamatkan.’” (Kis. 15:1) Tidak disebutkan apakah ”orang-orang . . . dari Yudea” itu tadinya orang Farisi sebelum menganut Kekristenan. Paling tidak, mereka tampaknya terpengaruh pola pikir sekte Yahudi tersebut, yang fanatik dalam soal hukum. Selain itu, bisa jadi mereka mengaku-aku berbicara mewakili rasul-rasul dan para penatua di Yerusalem. (Kis. 15:23, 24) Namun, mengapa orang Kristen Yahudi masih mempertahankan sunat sekitar 13 tahun setelah Rasul Petrus, sebagaimana diperintahkan Allah, menyambut orang-orang non-Yahudi masuk ke dalam sidang Kristen?a—Kis. 10:24-29, 44-48.
5, 6. (a) Mengapa beberapa orang Kristen Yahudi ingin berpaut pada sunat? (b) Apakah perjanjian sunat merupakan bagian dari perjanjian Abraham? Jelaskan. (Lihat catatan kaki.)
5 Alasannya mungkin saja banyak. Salah satunya, sunat bagi kaum lelaki ditetapkan oleh Yehuwa sendiri, dan itu merupakan tanda hubungan yang istimewa dengan-Nya. Sunat, yang sudah ada sebelum perjanjian Hukum Musa dan belakangan dimasukkan sebagai bagian darinya, dimulai oleh Abraham dan rumah tangganya.b (Im. 12:2, 3) Di bawah Hukum Musa, orang asing pun harus disunat sebelum bisa melakukan hal tertentu, misalnya menyantap makanan Paskah. (Kel. 12:43, 44, 48, 49) Ya, dalam benak orang Yahudi, laki-laki yang tidak disunat itu najis dan menjijikkan.—Yes. 52:1.
6 Maka, orang Kristen Yahudi membutuhkan iman serta kerendahan hati untuk menyesuaikan diri dengan kebenaran yang baru tersingkap. Perjanjian hukum Taurat telah diganti dengan perjanjian baru, jadi orang yang terlahir sebagai orang Yahudi tidak lagi secara otomatis menjadi anggota umat Allah. Dan, orang Kristen Yahudi yang tinggal dalam masyarakat Yahudi—seperti halnya orang Kristen di Yudea—membutuhkan keberanian untuk mengakui Kristus dan menerima rekan-rekan seiman non-Yahudi yang tidak disunat.—Yer. 31:31-33; Luk. 22:20.
7. Kebenaran-kebenaran apa yang tidak dipahami ”orang-orang . . . dari Yudea”?
7 Tentu saja, prinsip Allah tidak berubah. Sebagai buktinya, perjanjian baru mencakup juga hakikat Hukum Musa. (Mat. 22:36-40) Sehubungan dengan sunat, contohnya, Paulus belakangan menulis, ”Dia menjadi orang Yahudi sejati karena hatinya. Sunatnya ada pada hatinya berdasarkan kuasa kudus, bukan berdasarkan hukum tertulis.” (Rm. 2:29; Ul. 10:16) ”Orang-orang . . . dari Yudea” itu tidak memahami kebenaran-kebenaran ini dan berkukuh bahwa Allah tidak pernah mencabut hukum tentang sunat. Maukah mereka diyakinkan?
’Perselisihan dan Perdebatan’ (Kis. 15:2)
8. Mengapa masalah sunat diajukan kepada badan pimpinan di Yerusalem?
8 Lukas melanjutkan, ”Setelah perselisihan yang cukup besar, dan perdebatan antara mereka [”orang-orang yang datang dari Yudea” itu] dengan Paulus dan Barnabas, diaturlah agar Paulus, Barnabas, dan beberapa saudara lain pergi kepada para rasul dan para penatua di Yerusalem untuk menanyakan masalah ini.”c (Kis. 15:2) ’Perselisihan dan perdebatan’ itu menunjukkan bahwa kedua belah pihak sama-sama berkeras dan yakin, dan sidang di Antiokhia tidak bisa mengatasinya. Demi perdamaian dan persatuan, sidang dengan bijaksana memutuskan untuk menanyakan masalah tersebut kepada ”para rasul dan para penatua di Yerusalem”, atau badan pimpinan. Apa yang bisa kita pelajari dari para penatua di Antiokhia?
Beberapa orang berkeras, ”Mereka [orang-orang non-Yahudi] perlu . . . diperintahkan untuk menjalankan Hukum Musa”
9, 10. Apa teladan bagus dari saudara-saudara di Antiokhia, juga Paulus dan Barnabas, bagi kita sekarang?
9 Salah satu pelajaran berharga yang kita peroleh adalah pentingnya percaya kepada organisasi Allah. Pikirkan: Saudara-saudara di Antiokhia tahu bahwa badan pimpinan seluruhnya terdiri dari orang-orang Kristen berkebangsaan Yahudi. Namun, mereka percaya bahwa badan itu akan membereskan masalah sunat sesuai dengan Kitab Suci. Mengapa? Sidang itu percaya bahwa Yehuwa akan memberikan bimbingan melalui kuasa kudus-Nya dan Kepala sidang Kristen, yakni Yesus Kristus. (Mat. 28:18, 20; Ef. 1:22, 23) Sekarang, apabila timbul masalah serius, mari kita tiru teladan bagus orang-orang Kristen di Antiokhia dengan mempercayai organisasi Allah serta Badan Pimpinannya, yang terdiri dari orang-orang Kristen terurap.
10 Kita juga diingatkan akan pentingnya kerendahan hati dan kesabaran. Paulus dan Barnabas dilantik langsung oleh kuasa kudus untuk pergi kepada bangsa-bangsa lain, namun mereka tidak menggunakan wewenang itu untuk membereskan masalah sunat pada saat itu juga di Antiokhia. (Kis. 13:2, 3) Selain itu, Paulus belakangan menulis, ”Saya pergi [ke Yerusalem] karena apa yang disingkapkan Tuan”—yang menunjukkan adanya arahan dari Allah dalam soal tersebut. (Gal. 2:2) Para penatua sekarang berupaya untuk juga bersikap rendah hati dan sabar sewaktu timbul masalah-masalah yang berpotensi memecah belah. Ketimbang bertengkar mempertahankan pendapat, mereka berpaling kepada Yehuwa dengan memeriksa Alkitab dan petunjuk serta bimbingan yang disediakan budak yang setia.—Flp. 2:2, 3.
11, 12. Mengapa penting untuk menanti Yehuwa?
11 Dalam beberapa kasus, kita mungkin harus menanti Yehuwa memperjelas beberapa persoalan. Ingat bahwa saudara-saudara pada zaman Paulus harus menunggu sampai kira-kira tahun 49 M—sekitar 13 tahun sejak Kornelius diurapi kuasa kudus pada tahun 36 M—sebelum Yehuwa menuntaskan masalah apakah orang non-Yahudi harus disunat atau tidak. Mengapa begitu lama? Barangkali Allah ingin memberikan cukup waktu bagi orang Yahudi yang tulus untuk menyesuaikan diri dengan perubahan sudut pandang yang demikian besar. Dan memang, diakhirinya perjanjian sunat yang telah berlangsung selama 1.900 tahun, yang diadakan dengan leluhur yang mereka kasihi, Abraham, bukanlah soal kecil!—Yoh. 16:12.
12 Benar-benar suatu kehormatan bagi kita untuk diajar dan dibentuk oleh Bapak surgawi kita yang sabar dan baik hati! Hasilnya selalu bagus dan selalu bermanfaat bagi kita. (Yes. 48:17, 18; 64:8) Maka, janganlah kita dengan sombong berkeras pada gagasan kita sendiri atau bereaksi negatif terhadap perubahan di bidang organisasi atau penyesuaian pemahaman beberapa ayat. (Pkh. 7:8) Jika Saudara mendeteksi bahkan sedikit kecenderungan negatif dalam diri Saudara, berdoalah memohon bimbingan dan renungkanlah prinsip-prinsip yang tepat waktu di Kisah pasal 15.d
13. Bagaimana kita bisa meniru kesabaran Yehuwa dalam pelayanan kita?
13 Kita mungkin perlu sabar sewaktu mengajarkan Alkitab kepada orang-orang yang merasa sulit untuk meninggalkan kepercayaan palsu atau kebiasaan salah yang telah berurat berakar. Untuk orang-orang seperti itu, kita mungkin perlu memberikan cukup waktu yang masuk akal agar kuasa kudus Allah dapat bekerja di hati sang pelajar. (1 Kor. 3:6, 7) Selain itu, sebaiknya kita mendoakan hal tersebut. Dengan satu atau lain cara dan pada waktu yang tepat, Allah akan membantu kita mengetahui tindakan bijaksana yang perlu dilakukan.—1 Yoh. 5:14.
Mereka Menceritakan Pengalaman yang Membesarkan Hati ”dengan Terperinci” (Kis. 15:3-5)
14, 15. Bagaimana sidang jemaat di Antiokhia menghormati Paulus, Barnabas, dan rekan-rekan lain, dan bagaimana mereka menjadi berkat bagi saudara-saudari seiman?
14 Lukas melanjutkan narasinya, ”Setelah diantar sampai sebagian perjalanan oleh sidang jemaat, mereka melanjutkan perjalanan melalui Fenisia dan Samaria. Di sana, mereka menceritakan dengan terperinci bagaimana orang-orang dari bangsa lain berbalik menyembah Allah. Mendengar itu, semua saudara bersukacita.” (Kis. 15:3) Tindakan sidang jemaat mengantar Paulus, Barnabas, dan rekan-rekan lain merupakan pertunjukan kasih Kristen yang memperlihatkan hormat, dan harapan agar Paulus beserta rekan-rekannya diberkati Allah. Saudara-saudara di Antiokhia lagi-lagi memberikan teladan bagus untuk kita! Apakah Saudara menghormati saudara-saudari rohani Saudara, ”terutama [para penatua] yang bekerja keras menyampaikan dan mengajarkan firman Allah”?—1 Tim. 5:17.
15 Sepanjang perjalanan, rombongan itu terbukti menjadi berkat bagi rekan-rekan Kristen di Fenisia dan Samaria dengan menceritakan secara terperinci pengalaman-pengalaman tentang pekerjaan di ladang non-Yahudi. Di antara yang mendengar mungkin ada orang Kristen Yahudi yang melarikan diri ke daerah itu setelah kematian Stefanus sebagai martir. Sekarang pun, laporan tentang berkat Yehuwa atas pekerjaan membuat murid menjadi sumber anjuran bagi saudara-saudari kita, khususnya mereka yang mengalami cobaan. Apakah Saudara menarik manfaat sebesar-besarnya dari laporan-laporan tersebut dengan menghadiri perhimpunan serta pertemuan wilayah dan regional, juga dengan membaca pengalaman serta kisah hidup yang dimuat dalam lektur kita, baik yang tercetak maupun yang ada di jw.org?
16. Apa yang memperlihatkan bahwa sunat telah menjadi masalah besar?
16 Setelah berjalan ke selatan sejauh kira-kira 550 kilometer, rombongan dari Antiokhia itu akhirnya tiba di tempat tujuan. Lukas menulis, ”Setibanya di Yerusalem, mereka disambut oleh sidang jemaat, para rasul, dan para penatua, dan mereka menceritakan banyak hal yang telah Allah lakukan melalui mereka.” (Kis. 15:4) Akan tetapi, sebagai tanggapan, ”sebagian orang dari sekte Farisi, yang sudah menjadi percaya, berdiri dan berkata, ’Mereka perlu disunat dan diperintahkan untuk menjalankan Hukum Musa.’” (Kis. 15:5) Jelaslah, masalah tentang apakah orang Kristen non-Yahudi harus disunat atau tidak telah menjadi masalah besar, dan itu harus dibereskan.
”Para Rasul dan Para Penatua Berkumpul” (Kis. 15:6-12)
17. Siapa saja anggota badan pimpinan di Yerusalem, dan mungkin apa alasannya ”para penatua” termasuk di dalamnya?
17 ”Kebijaksanaan itu milik orang yang meminta nasihat,” kata Amsal 13:10. Sesuai dengan prinsip yang bagus itu, ”para rasul dan para penatua berkumpul untuk membahas masalah [sunat]”. (Kis. 15:6) ”Para rasul dan para penatua” bertindak mewakili seluruh sidang jemaat Kristen, sama seperti Badan Pimpinan zaman sekarang. Mengapa ”para penatua” melayani bersama para rasul? Ingat bahwa Rasul Yakobus telah dieksekusi, dan setidaknya selama suatu waktu, Rasul Petrus dipenjarakan. Mungkinkah rasul-rasul lain akan mengalami hal serupa? Jika itu terjadi, adanya pria-pria terurap lain yang kompeten akan turut menjamin kelangsungan dari pengawasan yang tertib.
18, 19. Kata-kata tegas apa yang Petrus ucapkan, dan kesimpulan apa yang seharusnya diambil oleh para pendengarnya?
18 Lukas melanjutkan, ”Setelah pembahasan yang panjang dan sengit, Petrus berdiri dan berkata, ’Saudara-saudara, kalian tahu betul bahwa sejak awal Allah memilih saya dari antara kita, supaya orang-orang dari bangsa lain mendengar firman tentang kabar baik dan menjadi percaya. Dan Allah, yang tahu isi hati manusia, bersaksi dengan memberi mereka kuasa kudus, seperti yang juga Dia berikan kepada kita. Dia sama sekali tidak membedakan kita dan mereka. Dia malah memurnikan hati mereka karena mereka beriman.’” (Kis. 15:7-9) Menurut sebuah karya referensi, kata Yunani yang diterjemahkan menjadi ”pembahasan yang panjang dan sengit” di ayat 7 juga mengartikan suatu ”tindakan mencari; mempertanyakan”. Tampaknya, saudara-saudara memiliki perbedaan pendapat yang beralasan, dan mereka mengungkapkannya dengan terus terang.
19 Kata-kata Petrus yang tegas mengingatkan semua orang bahwa dia sendiri menyaksikan peristiwa ketika orang-orang non-Yahudi pertama yang tidak bersunat—Kornelius dan rumah tangganya—diurapi dengan kuasa kudus pada tahun 36 M. Maka, jika Yehuwa sudah tidak lagi membedakan orang Yahudi dengan non-Yahudi, atas wewenang apa manusia mau melakukan yang sebaliknya? Lagi pula, yang memurnikan hati orang percaya adalah iman kepada Kristus, bukan kepatuhan kepada Hukum Musa.—Gal. 2:16.
20. Bagaimana orang-orang yang menganjurkan sunat ”menguji Allah”?
20 Berdasarkan kesaksian yang tak bisa disangkal, baik dari firman Allah maupun kuasa kudus, Petrus menyimpulkan, ”Jadi kenapa kalian sekarang menguji Allah dengan memberi murid-murid itu beban, yang tidak sanggup ditanggung oleh kita dan leluhur kita? Sebaliknya, kita beriman bahwa kita diselamatkan melalui kebaikan hati yang luar biasa dari Tuan Yesus, sama seperti mereka.” (Kis. 15:10, 11) Orang-orang yang menganjurkan sunat sebenarnya ”menguji Allah”, atau menurut terjemahan lain, ”menguji kesabaran-Nya”. Mereka mau memberlakukan bagi orang non-Yahudi kaidah yang tidak bisa dipatuhi sepenuhnya bahkan oleh orang Yahudi sendiri, yang justru membuat mereka layak dihukum mati. (Gal. 3:10) Sebaliknya, orang-orang Yahudi yang mendengarkan Petrus seharusnya bersyukur atas kebaikan hati Allah yang tidak selayaknya diperoleh yang dinyatakan melalui Yesus.
21. Apa peran serta Barnabas dan Paulus dalam pembahasan itu?
21 Rupanya, kata-kata Petrus sungguh mengena, sebab ”mereka semua terdiam”. Setelah itu, Barnabas dan Paulus ”menceritakan banyak mukjizat dan keajaiban yang telah Allah lakukan melalui mereka di antara bangsa lain”. (Kis. 15:12) Sekarang, akhirnya, para rasul dan penatua sudah bisa mengevaluasi semua bukti dan siap membuat keputusan yang benar-benar mencerminkan kehendak Allah mengenai sunat.
22-24. (a) Bagaimana Badan Pimpinan zaman sekarang mengikuti teladan badan pimpinan masa awal? (b) Bagaimana semua penatua bisa merespek wewenang Yehuwa?
22 Sekarang pun, sewaktu para anggota Badan Pimpinan mengadakan rapat, mereka memeriksa Firman Allah untuk mendapat bimbingan dan berdoa dengan sungguh-sungguh memohon kuasa kudus. (Mz. 119:105; Mat. 7:7-11) Agar dapat mengambil keputusan yang mencerminkan kehendak Allah, setiap anggota Badan Pimpinan menerima agenda rapat jauh di muka sehingga dia bisa memikirkan dan mendoakan bahan yang akan dibahas. (Ams. 15:28) Selama rapat, saudara-saudara terurap itu dengan leluasa dan penuh respek menyatakan pendapat mereka. Alkitab sering dibuka selama pembahasan.
23 Para penatua sidang hendaknya meniru teladan itu. Dan, jika suatu masalah serius tetap tak terpecahkan meski sudah dibahas dalam rapat penatua, badan penatua bisa bertanya kepada kantor cabang setempat atau kepada para wakilnya yang terlantik, misalnya pengawas wilayah. Selanjutnya, cabang bisa menulis kepada Badan Pimpinan jika perlu.
24 Ya, Yehuwa memberkati orang-orang yang merespek pengaturan-Nya dan memperlihatkan kerendahan hati, kesetiaan, dan kesabaran. Seperti yang akan kita lihat di pasal berikut, Allah memberikan upah berupa perdamaian sejati, kemakmuran rohani, dan persatuan Kristen.
a Lihat kotak ”Ajaran Kaum Yudais”.
b Perjanjian sunat bukan bagian dari perjanjian Abraham, yang masih berlaku hingga hari ini. Perjanjian Abraham mulai berlaku pada tahun 1943 SM sewaktu Abraham (kala itu Abram) menyeberangi Sungai Efrat dalam perjalanan ke Kanaan. Saat itu, dia berusia 75 tahun. Perjanjian sunat diadakan belakangan, pada tahun 1919 SM, sewaktu Abraham berusia 99 tahun.—Kej. 12:1-8; 17:1, 9-14; Gal. 3:17.
-
-
”Kami Membuat Keputusan dengan Suara Bulat””Memberikan Kesaksian yang Saksama tentang Kerajaan Allah”
-
-
PASAL 14
”Kami Membuat Keputusan dengan Suara Bulat”
Bagaimana badan pimpinan mengambil keputusan dan pengaruhnya yang mempersatukan sidang-sidang
Berdasarkan Kisah 15:13-35
1, 2. (a) Pertanyaan serius apa saja yang harus dipikirkan badan pimpinan dari sidang Kristen abad pertama? (b) Bantuan apa yang diterima saudara-saudara ini agar dapat mengambil kesimpulan yang benar?
KETEGANGAN memenuhi ruangan di Yerusalem itu. Para rasul dan penatua saling memandang karena tahu bahwa mereka telah sampai pada saat yang menentukan. Masalah sunat telah memunculkan beberapa pertanyaan yang serius. Apakah orang Kristen berada di bawah Hukum Musa? Haruskah ada perbedaan antara orang Kristen Yahudi dan non-Yahudi?
2 Pria-pria yang menjalankan kepemimpinan itu telah mempertimbangkan banyak bukti. Mereka memikirkan firman nubuat Allah dan juga kesaksian langsung yang meyakinkan dan membuktikan adanya berkat Yehuwa. Semua pendapat sudah diungkapkan. Bukti yang telah dihimpun tentang masalah itu tak dapat disangkal lagi. Jelaslah, kuasa kudus Yehuwa menunjukkan arahnya. Apakah pria-pria itu akan mengikuti arahan tersebut?
3. Manfaat apa yang bisa kita peroleh dengan memeriksa catatan di Kisah pasal 15?
3 Benar-benar dibutuhkan iman serta keberanian untuk menerima bimbingan kuasa kudus dalam kasus ini. Kebencian para pemimpin agama Yahudi bisa kian memuncak. Dan, mereka menghadapi perlawanan dari orang-orang di dalam sidang yang bertekad mengajak umat Allah untuk kembali mengandalkan Hukum Musa. Apa yang akan dilakukan badan pimpinan? Mari kita lihat. Selama pembahasan ini, kita akan melihat bagaimana pria-pria itu menetapkan pola yang diikuti Badan Pimpinan Saksi-Saksi Yehuwa sekarang. Itulah pola yang juga perlu kita ikuti sewaktu harus mengambil keputusan dan mengatasi tantangan dalam kehidupan Kristen kita.
”Sesuai dengan Kata-Kata dalam Tulisan Para Nabi” (Kis. 15:13-21)
4, 5. Perkataan para nabi mana yang dikutip oleh Yakobus?
4 Yakobus sang murid, saudara tiri Yesus, angkat suara.a Tampaknya, pada kesempatan ini dialah ketua rapat tersebut. Apa yang dia katakan menyuarakan kesepakatan yang agaknya sudah disetujui oleh seluruh badan itu. Di hadapan pria-pria itu, Yakobus mengatakan, ”Simeon sudah menceritakan dengan lengkap bagaimana Allah pertama kali mengarahkan perhatian-Nya kepada bangsa lain, untuk mengambil dari antara mereka suatu umat bagi nama-Nya. Ini sesuai dengan kata-kata dalam Tulisan Para Nabi.”—Kis. 15:14, 15.
5 Pernyataan Simeon, atau Simon Petrus, dan bukti yang dikemukakan Barnabas dan Paulus barangkali mengingatkan Yakobus akan ayat-ayat relevan yang memperjelas pokok yang sedang dibahas. (Yoh. 14:26) Setelah mengatakan bahwa ”ini sesuai dengan kata-kata dalam Tulisan Para Nabi”, Yakobus mengutip kata-kata Amos 9:11, 12, yang termasuk dalam bagian Kitab-Kitab Ibrani yang biasa disebut ”Kitab Para Nabi”. (Mat. 22:40; Kis. 15:16-18) Saudara akan melihat bahwa kata-kata yang dikutip Yakobus agak berbeda dengan apa yang kita baca sekarang di buku Amos. Kemungkinan besar, Yakobus mengutipnya dari Septuaginta, yaitu terjemahan Kitab-Kitab Ibrani ke dalam bahasa Yunani.
6. Bagaimana Kitab Suci memperjelas pokok yang dibahas?
6 Melalui Nabi Amos, Yehuwa bernubuat bahwa akan tiba waktunya ketika Dia akan mendirikan kembali ”pondok Daud”, yaitu garis keturunan raja yang mengarah ke Kerajaan Mesias. (Yeh. 21:26, 27) Apakah Yehuwa akan sekali lagi mengakui bangsa Yahudi jasmani saja sebagai umat-Nya? Tidak. Nubuat itu menambahkan bahwa ”orang-orang dari semua bangsa” akan dikumpulkan sebagai ”umat yang disebut dengan nama [Allah]”. Ingat, Petrus baru saja memberikan kesaksian bahwa Allah ”sama sekali tidak membedakan kita [orang Kristen Yahudi] dan mereka [orang Kristen non-Yahudi]. Dia malah memurnikan hati mereka karena mereka beriman”. (Kis. 15:9) Dengan kata lain, Allah menghendaki agar orang Yahudi dan non-Yahudi sama-sama dibawa ke dalam Kerajaan sebagai ahli waris. (Rm. 8:17; Ef. 2:17-19) Tidak ada nubuat terilham yang menyiratkan bahwa orang Kristen non-Yahudi harus terlebih dahulu disunat secara jasmani atau menjadi penganut agama Yahudi.
7, 8. (a) Apa yang Yakobus usulkan? (b) Apa artinya kata-kata Yakobus?
7 Karena tergugah oleh bukti berdasarkan Alkitab tersebut dan kesaksian meyakinkan yang dia dengar, Yakobus selanjutnya mengatakan hal berikut untuk dipertimbangkan, ”Jadi saya memutuskan, bukan untuk menyusahkan orang-orang dari bangsa lain yang ingin menyembah Allah, tapi untuk menulis kepada mereka supaya mereka menjauh dari hal-hal yang tercemar oleh berhala, dari perbuatan cabul, dari daging binatang yang dicekik, dan dari darah. Sejak zaman dulu, ada yang memberitakan tentang Musa di setiap kota, karena tulisannya dibacakan di rumah-rumah ibadah setiap hari sabat.”—Kis. 15:19-21.
8 Sewaktu Yakobus mengatakan ”jadi saya memutuskan”, apakah dia sedang menegaskan wewenangnya—mungkin sebagai ketua rapat itu—atas saudara-saudara lain dan sewenang-wenang memutuskan apa yang harus dilakukan? Sama sekali tidak! Frasa Yunani yang diterjemahkan menjadi ”saya memutuskan” bisa juga berarti ”saya menilai” atau ”saya memberikan pendapat”. Yakobus sama sekali tidak mau menguasai badan tersebut; dia sekadar mengusulkan apa yang harus dilakukan, untuk mereka pertimbangkan berdasarkan bukti yang didengar dan berdasarkan ayat-ayat Alkitab tentang masalah itu.
9. Apa saja manfaat dari usulan Yakobus?
9 Apakah usulan Yakobus bagus? Rupanya begitu, sebab para rasul dan penatua belakangan menerimanya. Apa manfaatnya? Di satu pihak, keputusan yang diusulkan itu tidak akan ”menyusahkan”, atau ”menimbulkan kesulitan bagi”, orang Kristen non-Yahudi dengan membebankan tuntutan Hukum Musa ke atas mereka. (Kis. 15:19; Terjemahan Baru-LAI [TB]) Di pihak lain, keputusan itu akan memperlihatkan respek terhadap hati nurani orang Kristen Yahudi, yang selama bertahun-tahun telah mendengar ”tulisan [Musa] dibacakan di rumah-rumah ibadah setiap hari sabat”.b (Kis. 15:21) Keputusan yang diusulkan tersebut pasti akan memperkuat ikatan antara orang Kristen Yahudi dan non-Yahudi. Dan, yang terutama, hal itu akan menyenangkan Allah Yehuwa, karena sesuai dengan kehendak-Nya. Benar-benar cara yang bagus untuk memecahkan problem yang mengancam persatuan dan kesejahteraan seluruh sidang jemaat umat Allah! Dan, hal ini sungguh menjadi teladan bagus bagi sidang Kristen zaman sekarang!
Albert Schroeder berkhotbah di sebuah pertemuan internasional tahun 1998
10. Bagaimana Badan Pimpinan sekarang mengikuti pola yang ditetapkan oleh badan pimpinan abad pertama?
10 Sebagaimana disebutkan di pasal sebelumnya, seperti badan pimpinan abad pertama, Badan Pimpinan Saksi-Saksi Yehuwa sekarang mengandalkan Yehuwa, Sang Penguasa Universal, dan Yesus Kristus, sang Kepala sidang, untuk mengarahkan segala sesuatu.c (1 Kor. 11:3) Bagaimana caranya? Albert D. Schroeder, yang melayani dalam Badan Pimpinan sejak tahun 1974 sampai dia menyelesaikan kehidupannya di bumi pada bulan Maret 2006, menjelaskan, ”Badan Pimpinan mengadakan rapat pada hari Rabu, mengawalinya dengan doa dan meminta arahan kuasa kudus Yehuwa. Upaya yang sungguh-sungguh dikerahkan untuk memastikan bahwa segala sesuatu yang ditangani dan setiap keputusan yang diambil selaras dengan Firman Allah, Alkitab.” Serupa halnya, Milton G. Henschel, anggota kawakan Badan Pimpinan yang menyelesaikan kehidupannya di bumi pada bulan Maret 2003, mengajukan sebuah pertanyaan mendasar kepada para wisudawan kelas ke-101 Sekolah Alkitab Gilead Menara Pengawal. Dia bertanya, ”Apakah ada organisasi lain di bumi yang Badan Pimpinannya meminta nasihat Alkitab, Firman Allah, sebelum membuat keputusan-keputusan penting?” Jawabannya jelas.
”Mengutus Saudara-Saudara yang Dipilih” (Kis. 15:22-29)
11. Bagaimana keputusan badan pimpinan dikomunikasikan kepada sidang-sidang?
11 Dengan suara bulat, badan pimpinan di Yerusalem telah menyepakati suatu keputusan tentang masalah sunat. Namun, agar saudara-saudara di berbagai sidang dapat bertindak terpadu, keputusan tersebut harus dikomunikasikan kepada mereka dengan jelas dan dengan cara yang membina serta pengasih. Bagaimana sebaiknya hal ini dilakukan? Catatan itu menjelaskan, ”Para rasul dan para penatua, bersama seluruh sidang jemaat, memutuskan untuk mengutus saudara-saudara yang dipilih dari antara mereka ke Antiokhia, bersama Paulus dan Barnabas. Mereka mengutus Yudas yang disebut Barsabas dan Silas, yaitu orang-orang yang memimpin saudara-saudara.” Selain itu, sepucuk surat dibuat dan dikirim melalui pria-pria itu sehingga dapat dibacakan di semua sidang di Antiokhia, Siria, dan Kilikia.—Kis. 15:22-26.
12, 13. Apa manfaat yang dihasilkan dengan (a) mengutus Yudas dan Silas? (b) mengirim surat dari badan pimpinan?
12 Sebagai ”orang-orang yang memimpin saudara-saudara”, Yudas dan Silas benar-benar memenuhi syarat untuk menjadi wakil badan pimpinan. Kedatangan delegasi yang terdiri dari empat pria itu menunjukkan bahwa berita yang mereka bawa bukanlah sekadar jawaban dari pertanyaan yang semula, melainkan suatu petunjuk spesifik dari badan pimpinan. Kehadiran saudara-saudara yang dipilih, yaitu Yudas dan Silas, akan mempererat ikatan antara orang Kristen Yahudi di Yerusalem dan orang Kristen non-Yahudi di sidang-sidang. Benar-benar pengaturan yang bijaksana dan pengasih! Tidak diragukan, hal itu menggalang perdamaian dan kerukunan di antara umat Allah.
13 Surat itu tidak saja memberikan petunjuk yang jelas bagi orang Kristen non-Yahudi tentang masalah sunat, tetapi juga menjelaskan apa yang harus mereka lakukan agar diperkenan dan diberkati Yehuwa. Bagian penting dari surat itu berbunyi, ”Kuasa kudus membantu kami menyimpulkan untuk tidak menambah beban kalian, selain hal-hal penting berikut ini: Tetaplah menjauh dari hal-hal yang dipersembahkan kepada berhala, dari darah, dari daging binatang yang dicekik, dan dari perbuatan cabul. Kalau kalian benar-benar menjaga diri kalian dari hal-hal ini, keadaan kalian akan baik. Semoga sehat selalu!”—Kis. 15:28, 29.
14. Bagaimana umat Yehuwa bisa bekerja secara terpadu dalam dunia yang terpecah belah sekarang?
14 Sekarang, keselarasan kepercayaan dan keterpaduan tindakan sangat menonjol di kalangan Saksi-Saksi Yehuwa, yang seluruhnya berjumlah lebih dari 8.000.000 orang di lebih dari 100.000 sidang di seluruh dunia. Bagaimana persatuan demikian bisa tercipta, khususnya mengingat maraknya pergolakan serta gagasan memecah belah di zaman sekarang? Intinya, persatuan tercipta dari petunjuk yang jelas dan tegas yang diberikan oleh Yesus Kristus, sebagai Kepala sidang, melalui ”budak yang setia dan bijaksana”, yaitu Badan Pimpinan. (Mat. 24:45-47) Persatuan juga dihasilkan dari kerelaan saudara-saudari di seluruh dunia untuk bekerja sama dengan petunjuk Badan Pimpinan.
”Mereka Bersukacita dan Merasa Dikuatkan” (Kis. 15:30-35)
15, 16. Bagaimana hasil akhir masalah sunat, dan apa kuncinya?
15 Catatan Kisah selanjutnya memberi tahu kita bahwa sewaktu saudara-saudara dari Yerusalem tiba di Antiokhia, mereka ”mengumpulkan semua murid di sana, dan menyerahkan surat itu kepada [saudara-saudara di Antiokhia]”. Bagaimana reaksi saudara-saudara di sana terhadap petunjuk dari badan pimpinan? ”Setelah membaca [surat tersebut], mereka bersukacita dan merasa dikuatkan.” (Kis. 15:30, 31) Selain itu, Yudas dan Silas ”membantu dan menguatkan saudara-saudara dengan banyak perkataan”. Dalam pengertian tersebut, kedua pria itu adalah ”nabi”, sama seperti Barnabas, Paulus, dan pria-pria lain yang disebut nabi—sebutan untuk orang-orang yang mengumumkan atau memberitahukan kehendak Allah.—Kis. 13:1; 15:32; Kel. 7:1, 2.
16 Berkat Yehuwa jelas terlihat atas seluruh pengaturan tersebut, sehingga masalah itu terselesaikan dengan baik. Apa kunci dari hasil yang positif tersebut? Tidak diragukan, itu adalah petunjuk yang jelas dan tepat waktu dari badan pimpinan, yang didasarkan atas Firman Allah dan bimbingan kuasa kudus. Tambahan pula, keputusan itu dikomunikasikan kepada sidang-sidang dengan cara yang pengasih dan penuh kepedulian.
17. Bagaimana pola ditetapkan untuk kunjungan pengawas wilayah pada zaman kita?
17 Berdasarkan pola tersebut, Badan Pimpinan Saksi-Saksi Yehuwa sekarang menyediakan petunjuk yang tepat waktu kepada persaudaraan di seluruh dunia. Keputusan-keputusan dikomunikasikan kepada sidang-sidang dengan cara yang lugas dan jelas. Salah satunya melalui kunjungan pengawas wilayah. Saudara-saudara yang rela berkorban itu pergi dari satu sidang ke sidang lain, memberikan petunjuk yang jelas dan anjuran yang hangat. Seperti Paulus dan Barnabas, mereka menggunakan banyak waktu dalam pelayanan. Bersama banyak saudara lain, ”mereka mengajar dan memberitakan kabar baik tentang firman Yehuwa”. (Kis. 15:35) Seperti Yudas dan Silas, mereka ”membantu dan menguatkan saudara-saudara dengan banyak perkataan”.
18. Bagaimana umat Allah bisa yakin bahwa mereka akan terus menerima berkat Yehuwa?
18 Bagaimana dengan sidang-sidang? Apa yang membuat sidang-sidang di seluruh bumi terus menikmati perdamaian dan kerukunan dalam dunia yang terpecah belah sekarang? Ingatlah bahwa Yakobus sang murid belakangan menulis, ”Hikmat dari atas pertama-tama membuat seseorang murni, lalu suka damai, bersikap masuk akal, penurut . . . Selain itu, benih perbuatan baik ditabur dalam keadaan damai bagi orang-orang yang menciptakan damai.” (Yak. 3:17, 18) Entah Yakobus teringat akan rapat di Yerusalem atau tidak, kita tidak tahu. Namun, dari pembahasan kita tentang peristiwa-peristiwa yang dicatat di Kisah pasal 15, dapat dipastikan bahwa Yehuwa baru akan memberikan berkat-Nya jika ada persatuan dan kerja sama.
19, 20. (a) Apa yang menunjukkan bahwa sidang Antiokhia menikmati perdamaian dan persatuan? (b) Apa yang kini dapat dilakukan oleh Paulus dan Barnabas?
19 Jelas sekali bahwa sidang Antiokhia pada saat itu menikmati perdamaian dan persatuan. Alih-alih bersoal jawab dengan saudara-saudara dari Yerusalem, saudara-saudara di Antiokhia sangat menghargai kunjungan Yudas dan Silas. Kisahnya melanjutkan, ”Setelah keduanya menghabiskan cukup banyak waktu di sana, saudara-saudara mengucapkan selamat jalan, dan mereka berdua kembali [ke Yerusalem] kepada orang-orang yang mengutus mereka.”d (Kis. 15:33) Kita bisa yakin bahwa saudara-saudara di Yerusalem juga bersukacita sewaktu mendengar laporan kedua pria itu tentang perjalanan mereka. Berkat kebaikan hati Yehuwa yang tidak selayaknya diperoleh, misi mereka sukses!
20 Paulus dan Barnabas, yang tinggal di Antiokhia, sekarang dapat memfokuskan upaya mereka untuk memimpin dan memberikan teladan dalam pekerjaan penginjilan, mirip dengan para pengawas wilayah sewaktu mengunjungi sidang-sidang di bawah pengawasan mereka. (Kis. 13:2, 3) Ini benar-benar berkat bagi umat Yehuwa! Namun, bagaimana Yehuwa selanjutnya menggunakan dan memberkati kedua penginjil yang bersemangat itu? Kita akan mengetahuinya di pasal berikut.
Orang Kristen zaman modern mendapat manfaat dari persediaan rohani yang disalurkan melalui Badan Pimpinan dan wakil-wakilnya
a Lihat kotak ”Yakobus—’Adik Tuan’”.
b Yakobus dengan bijaksana menyebutkan tulisan Musa, yang tidak saja mencakup kaidah Hukum Musa tetapi juga catatan tentang tindakan-tindakan Allah dan petunjuk mengenai kehendak-Nya sebelum adanya hukum itu. Misalnya, pandangan Allah tentang darah, perzinaan, dan penyembahan berhala jelas terlihat di buku Kejadian. (Kej. 9:3, 4; 20:2-9; 35:2, 4) Dengan cara itu, Yehuwa menyingkapkan prinsip-prinsip yang berlaku bagi seluruh umat manusia, baik orang Yahudi maupun non-Yahudi.
c Lihat kotak ”Bagaimana Badan Pimpinan Diorganisasi di Zaman Sekarang”.
d Di ayat 34, beberapa terjemahan Alkitab menyisipkan kata-kata yang menunjukkan bahwa Silas memutuskan untuk tinggal di Antiokhia. (TB) Akan tetapi, kata-kata itu tampaknya adalah tambahan yang disisipkan belakangan.
-
-
”Menguatkan Sidang-Sidang Jemaat””Memberikan Kesaksian yang Saksama tentang Kerajaan Allah”
-
-
PASAL 15
”Menguatkan Sidang-Sidang Jemaat”
Para rohaniwan keliling membantu agar iman sidang-sidang jemaat semakin teguh
Berdasarkan Kisah 15:36–16:5
1-3. (a) Siapa rekan seperjalanan Paulus yang baru, dan seperti apa dia? (b) Apa yang akan kita pelajari di pasal ini?
SAMBIL melangkah di jalan berbatu-batu yang menghubungkan kota-kota, Rasul Paulus memandang pemuda yang sedang berjalan di sampingnya dan memikirkan apa yang bakal dialaminya. Namanya Timotius. Timotius muda yang penuh semangat itu mungkin berusia antara 18 hingga 23 tahun. Setiap langkah membawanya semakin jauh dari rumahnya. Seiring berlalunya hari itu, daerah Listra dan Ikonium tampak semakin kecil di belakang mereka. Apa yang terbentang di depan mereka? Paulus sudah memiliki gambaran, sebab ini adalah perjalanan utusan injilnya yang kedua. Dia tahu bahwa akan ada banyak bahaya dan problem. Sanggupkah pemuda ini menghadapinya?
2 Paulus menaruh keyakinan yang besar kepada Timotius, mungkin bahkan melebihi rasa percaya diri yang dimiliki pemuda yang rendah hati tersebut. Peristiwa baru-baru ini membuat Paulus semakin yakin bahwa dia membutuhkan rekan seperjalanan yang tepat. Paulus tahu bahwa pekerjaan yang menanti mereka—mengunjungi serta menguatkan sidang-sidang—bakal menuntut tekad yang tak tergoyahkan dan kekompakan pikiran di pihak para rohaniwan keliling. Mengapa Paulus mungkin merasa begitu? Salah satu faktornya mungkin adalah perselisihan yang telah menyebabkan Paulus berpisah dengan Barnabas.
3 Di pasal ini, kita akan belajar banyak tentang cara terbaik mengatasi perselisihan. Kita juga akan mengetahui alasan Paulus memilih Timotius sebagai rekan seperjalanan, dan kita akan memahami betapa pentingnya peranan para pengawas wilayah.
”Mari Kita Kembali dan Mengunjungi Saudara-Saudara” (Kis. 15:36)
4. Apa tujuan Paulus dalam perjalanan utusan injilnya yang kedua?
4 Di pasal sebelumnya, kita mengetahui bahwa suatu kelompok yang terdiri dari empat saudara—Paulus, Barnabas, Yudas, dan Silas—menguatkan sidang di Antiokhia dengan keputusan badan pimpinan tentang sunat. Apa yang Paulus lakukan selanjutnya? Dia memberi tahu Barnabas rencana perjalanan yang baru, ”Mari kita kembali dan mengunjungi saudara-saudara di setiap kota, di mana kita sudah memberitakan firman Yehuwa, untuk melihat keadaan mereka.” (Kis. 15:36) Yang Paulus maksudkan bukan sekadar kunjungan ramah-tamah kepada orang-orang yang baru menjadi Kristen tersebut. Buku Kisah memberitahukan selengkapnya tujuan perjalanan utusan injil Paulus yang kedua. Pertama, dia akan terus menyampaikan berbagai keputusan yang telah dibuat badan pimpinan. (Kis. 16:4) Kedua, sebagai pengawas keliling, Paulus bertekad untuk membina sidang-sidang secara rohani, membantu mereka punya iman yang kuat. (Rm. 1:11, 12) Bagaimana organisasi Saksi-Saksi Yehuwa zaman modern mengikuti pola yang ditetapkan oleh para rasul itu?
5. Bagaimana Badan Pimpinan zaman modern memberikan bimbingan serta anjuran kepada sidang-sidang?
5 Sekarang, Kristus menggunakan Badan Pimpinan Saksi-Saksi Yehuwa untuk mengarahkan sidangnya. Melalui surat, publikasi dalam bentuk elektronik dan tercetak, perhimpunan, dan sarana komunikasi lainnya, pria-pria terurap yang setia ini memberikan bimbingan serta anjuran bagi semua sidang di seluruh dunia. Badan Pimpinan juga berupaya menjaga hubungan dekat dengan setiap sidang. Untuk itu, mereka menggunakan para pengawas wilayah. Badan Pimpinan telah secara langsung melantik ribuan penatua yang memenuhi syarat di seluruh dunia untuk melayani sebagai pengawas wilayah.
6, 7. Apa saja tanggung jawab pengawas wilayah?
6 Para pengawas wilayah berfokus untuk memberikan perhatian pribadi dan dukungan moril berdasarkan Alkitab kepada semua orang dalam sidang-sidang yang mereka kunjungi. Caranya? Dengan mengikuti pola yang ditetapkan orang-orang Kristen abad pertama. Salah satunya adalah Paulus yang menasihati rekan pengawasnya, ”Beritakan firman dengan bersemangat, pada waktu situasinya baik ataupun buruk. Berikan teguran, peringatan, dan nasihat dengan penuh kesabaran dan keterampilan mengajar. . . . Lakukan tugas seorang penginjil.”—2 Tim. 4:2, 5.
7 Selaras dengan itu, pengawas wilayah—beserta istrinya jika dia sudah menikah—bekerja bersama para penyiar setempat dalam berbagai corak dinas lapangan. Mereka adalah pengabar yang bersemangat dan pengajar yang terampil—sifat-sifat yang berpengaruh positif atas kawanan. (Rm. 12:11; 2 Tim. 2:15) Yang paling dikenal dari mereka adalah kasihnya yang rela berkorban. Mereka suka melayani orang lain, mengadakan perjalanan dalam cuaca yang kurang menyenangkan bahkan di daerah-daerah yang berbahaya. (Flp. 2:3, 4) Para pengawas wilayah juga membesarkan hati, mengajar, dan menasihati setiap sidang melalui khotbah-khotbah berdasarkan Alkitab. Semua orang di sidang mendapat manfaat dengan memperhatikan tingkah laku para pengawas wilayah dan meniru iman mereka.—Ibr. 13:7.
”Kemarahan yang Sengit” (Kis. 15:37-41)
8. Apa tanggapan Barnabas atas undangan Paulus?
8 Barnabas menyambut usul Paulus untuk ”mengunjungi saudara-saudara”. (Kis. 15:36) Mereka berdua sudah cocok sebagai rekan seperjalanan, dan keduanya sudah mengenal daerah serta orang-orang yang akan dikunjungi. (Kis. 13:2–14:28) Jadi, ide untuk bekerja sama lagi dalam tugas ini tampaknya masuk akal dan praktis. Tetapi, timbul masalah. Kisah 15:37 melaporkan, ”Barnabas ingin sekali mengajak Yohanes, yang disebut Markus.” Barnabas tidak sekadar menyampaikan saran. Dia ”ingin sekali” mengikutsertakan Markus sepupunya dalam perjalanan utusan injil tersebut.
9. Mengapa Paulus tidak setuju dengan Barnabas?
9 Paulus tidak setuju. Mengapa? Menurut catatan, ”Paulus tidak mau membawa [Markus] bersama mereka, karena dia pernah meninggalkan mereka di Pamfilia dan tidak ikut bekerja bersama mereka”. (Kis. 15:38) Markus pernah bepergian bersama Paulus dan Barnabas dalam perjalanan utusan injil mereka yang pertama tetapi tidak sampai akhir. (Kis. 12:25; 13:13) Di awal perjalanan, sewaktu masih di Pamfilia, Markus meninggalkan tugas dan pulang ke Yerusalem. Alkitab tidak menjelaskan alasan kepergiannya, tetapi Rasul Paulus rupanya menganggap hal itu sebagai tindakan yang tidak bertanggung jawab. Paulus bisa jadi berpendapat bahwa Markus kurang bisa diandalkan.
10. Apa akibat perselisihan antara Paulus dan Barnabas, dan apa yang selanjutnya mereka lakukan?
10 Namun, Barnabas bersikeras mengajak Markus. Paulus juga bersikeras tidak setuju. ”Maka terjadilah kemarahan yang sengit di antara mereka, sehingga mereka berpisah,” kata Kisah 15:39. Barnabas berlayar ke Pulau Siprus, kampung halamannya, dengan membawa Markus. Paulus meneruskan rencananya. Menurut catatan, ”Paulus memilih Silas, lalu berangkat setelah saudara-saudara memercayakan dia kepada Yehuwa, yang memiliki kebaikan hati yang luar biasa”. (Kis. 15:40) Bersama-sama, mereka ”pergi ke Siria dan Kilikia dan menguatkan sidang-sidang jemaat di sana”.—Kis. 15:41.
11. Apa saja yang mutlak diperlukan untuk mencegah permusuhan yang berkepanjangan di antara kita dan seseorang yang menyinggung perasaan kita?
11 Kisah ini bisa jadi mengingatkan kita akan ketidaksempurnaan kita sendiri. Paulus dan Barnabas terlantik sebagai wakil khusus badan pimpinan. Kemungkinan besar, Paulus sendiri adalah anggota badan tersebut. Namun, pada kesempatan ini, kecenderungan manusia yang tidak sempurna menguasai Paulus dan Barnabas. Apakah mereka membiarkan situasi ini menciptakan permusuhan yang berkepanjangan di antara mereka? Meskipun tidak sempurna, Paulus dan Barnabas adalah orang-orang yang rendah hati, memiliki pikiran Kristus. Pastilah, mereka akhirnya menunjukkan semangat pengampunan dan persaudaraan Kristen. (Ef. 4:1-3) Belakangan, Paulus dan Markus bekerja bersama dalam tugas lainnya.a—Kol. 4:10.
12. Seperti Paulus dan Barnabas, para pengawas zaman sekarang hendaknya memperlihatkan sifat apa?
12 Karena insiden ini hanya terjadi satu kali, jelaslah bahwa Barnabas ataupun Paulus bukan orang yang suka meledak dalam kemarahan. Barnabas dikenal hangat dan murah hati—sampai-sampai para rasul tidak menyebut dia dengan nama aslinya, yakni Yusuf, tetapi memanggilnya Barnabas, yang berarti ”Putra Penghiburan”. (Kis. 4:36) Paulus juga dikenal berpembawaan lembut dan kalem. (1 Tes. 2:7, 8) Seperti Paulus dan Barnabas, semua pengawas Kristen sekarang, termasuk para pengawas wilayah, hendaknya selalu berupaya bersikap rendah hati dan berlaku lembut terhadap sesama penatua dan seluruh kawanan.—1 Ptr. 5:2, 3.
”Timotius Dilaporkan Baik” (Kis. 16:1-3)
13, 14. (a) Siapakah Timotius, dan kapan Paulus bertemu dengannya? (b) Apa yang membuat Paulus menaruh perhatian khusus kepada Timotius? (c) Tugas apa yang Timotius terima?
13 Dalam perjalanan utusan injil yang kedua, Paulus pergi ke Galatia, salah satu provinsi Romawi yang sudah memiliki beberapa sidang. Akhirnya, ”Paulus tiba di Derbe dan Listra”. Catatan itu melanjutkan, ”Di sana ada seorang murid bernama Timotius. Ibunya seorang wanita Yahudi yang percaya, tapi ayahnya orang Yunani.”—Kis. 16:1.b
14 Paulus rupanya pernah berjumpa dengan keluarga Timotius sewaktu pertama kali mengunjungi daerah itu kira-kira pada tahun 47 M. Sekarang, dalam kunjungannya yang kedua sekitar dua atau tiga tahun kemudian, Paulus menaruh perhatian khusus kepada Timotius muda. Mengapa? Karena Timotius ”dilaporkan baik oleh saudara-saudara”. Selain disukai oleh saudara-saudara di kota asalnya, dia pun mempunyai nama baik di sidang-sidang di kota lain. Catatan Alkitab menjelaskan bahwa saudara-saudara di Listra maupun di Ikonium, yang berjarak kira-kira 30 kilometer dari Listra, memuji dia. (Kis. 16:2) Di bawah bimbingan kuasa kudus, para penatua mempercayakan tanggung jawab yang besar kepada Timotius muda—yakni membantu Paulus dan Silas sebagai rohaniwan keliling.—Kis. 16:3.
15, 16. Apa yang membuat Timotius mendapat reputasi yang begitu baik?
15 Apa yang membuat Timotius mendapat reputasi yang begitu baik pada usia muda? Apakah kecerdasannya, penampilan fisiknya, atau bakat alaminya? Manusia sering terkesan oleh hal-hal seperti itu. Bahkan Nabi Samuel pernah terlalu dipengaruhi oleh penampilan lahiriah. Namun, Yehuwa mengingatkan dia, ”Cara manusia melihat berbeda dengan cara Allah, karena manusia melihat apa yang terlihat oleh mata, tapi Yehuwa melihat hati.” (1 Sam. 16:7) Timotius mendapat nama baik di kalangan rekan-rekan Kristennya bukan karena ciri-ciri lahiriahnya, melainkan sifat-sifat batiniahnya.
16 Bertahun-tahun kemudian, Rasul Paulus menyebutkan beberapa sifat rohani Timotius. Paulus menggambarkan watak Timotius yang baik, kasihnya yang rela berkorban, dan kerajinannya menjalankan berbagai tugas. (Flp. 2:20-22) Timotius juga dikenal memiliki ’iman yang tidak munafik’.—2 Tim. 1:5.
17. Bagaimana kaum muda zaman sekarang dapat meniru Timotius?
17 Sekarang, banyak anak muda meniru Timotius dengan mengembangkan sifat-sifat yang saleh. Dengan demikian, mereka membuat nama baik di hadapan Yehuwa dan umat-Nya, sekalipun masih berusia muda. (Ams. 22:1; 1 Tim. 4:15) Mereka memperlihatkan iman yang tidak munafik, dengan tidak mau bermuka dua. (Mz. 26:4) Alhasil, banyak anak muda, seperti Timotius, dapat memainkan peranan penting dalam sidang. Betapa senangnya semua orang yang mengasihi Yehuwa di sekitar mereka sewaktu mereka memenuhi syarat menjadi penyiar kabar baik dan akhirnya membaktikan diri kepada Yehuwa dan dibaptis!
”Iman Sidang-Sidang Jemaat Menjadi Semakin Teguh” (Kis. 16:4, 5)
18. (a) Tugas apa yang dinikmati Paulus dan Timotius sebagai rohaniwan keliling? (b) Bagaimana sidang-sidang mendapat manfaat?
18 Paulus dan Timotius bekerja sama selama bertahun-tahun. Sebagai rohaniwan keliling, mereka menjalankan berbagai tugas dari badan pimpinan. Catatan Alkitab mengatakan, ”Sambil berkeliling ke kota-kota itu, mereka menyampaikan keputusan para rasul dan para penatua di Yerusalem kepada saudara-saudara untuk dijalankan.” (Kis. 16:4) Sidang-sidang rupanya benar-benar mengikuti petunjuk dari para rasul dan penatua di Yerusalem. Sebagai hasil ketaatan tersebut, ”iman sidang-sidang jemaat menjadi semakin teguh, dan jumlah mereka bertambah dari hari ke hari”.—Kis. 16:5.
19, 20. Mengapa orang Kristen hendaknya taat kepada ”orang-orang yang memimpin”?
19 Demikian pula, Saksi-Saksi Yehuwa sekarang menikmati berkat karena tunduk dan menaati petunjuk yang diterima dari ”orang-orang yang memimpin” di antara mereka. (Ibr. 13:17) Karena dunia yang kita kenal ini hampir berakhir, sangatlah penting bagi orang Kristen untuk selalu mengikuti berbagai arahan dan instruksi dari ”budak yang setia dan bijaksana”. (Mat. 24:45; 1 Kor. 7:29-31) Dengan demikian, kita bisa terhindar dari malapetaka rohani dan kita dibantu untuk menjaga diri agar tidak ternoda oleh dunia.—Yak. 1:27.
20 Memang, para pengawas Kristen zaman sekarang, termasuk para anggota Badan Pimpinan, tidak sempurna. Paulus, Barnabas, Markus, dan para penatua terurap lainnya pada abad pertama juga tidak sempurna. (Rm. 5:12; Yak. 3:2) Akan tetapi, karena Badan Pimpinan mengikuti Firman Allah dengan saksama dan berpaut pada pola yang ditetapkan oleh para rasul, mereka terbukti dapat dipercaya. (2 Tim. 1:13, 14) Sebagai hasilnya, sidang-sidang dikuatkan, dan iman mereka menjadi semakin teguh.
a Lihat kotak ”Markus Menikmati Banyak Tugas Istimewa”.
b Lihat kotak ”Timotius ’Bekerja Keras Demi Kabar Baik’”.
-
-
”Datanglah ke Makedonia””Memberikan Kesaksian yang Saksama tentang Kerajaan Allah”
-
-
PASAL 16
”Datanglah ke Makedonia”
Berkat diperoleh jika kita mau menerima tugas dan menghadapi penganiayaan dengan bersukacita
Berdasarkan Kisah 16:6-40
1-3. (a) Bagaimana Paulus dan rekan-rekannya mendapat arahan kuasa kudus? (b) Peristiwa apa saja yang akan kita bahas?
SEKELOMPOK wanita meninggalkan kota Filipi di Makedonia. Tidak lama kemudian, mereka tiba di sungai kecil bernama Gangites. Seperti biasanya, mereka duduk di tepi sungai untuk berdoa kepada Allah Israel. Yehuwa mengamati mereka.—2 Taw. 16:9; Mz. 65:2.
2 Sementara itu, lebih dari 800 kilometer di sebelah timur Filipi, sekelompok pria meninggalkan kota Listra di selatan Galatia. Beberapa hari kemudian, mereka tiba di jalan raya yang mengarah ke barat menuju wilayah yang paling padat penduduknya di distrik Asia. Pria-pria ini—Paulus, Silas, dan Timotius—sudah tidak sabar untuk menjejaki jalan itu guna mengunjungi Efesus dan kota-kota lain tempat ribuan orang perlu mendengar berita tentang Kristus. Namun, sebelum mereka memulai perjalanan tersebut, kuasa kudus melarang mereka, tetapi caranya tidak diceritakan. Mereka tidak diperbolehkan mengabar di Asia. Mengapa? Yesus—melalui kuasa kudus Allah—ingin membimbing rombongan Paulus melintasi wilayah Asia Kecil, menyeberangi Laut Aegea, dan terus ke tepi sungai kecil bernama Gangites itu.
3 Caranya Yesus membimbing Paulus dan rekan-rekannya dalam perjalanan yang luar biasa ke Makedonia itu mengandung pelajaran berharga bagi kita sekarang. Karena itu, mari kita tinjau beberapa peristiwa yang terjadi selama perjalanan utusan injil Paulus yang kedua, yang dimulai sekitar tahun 49 M.
”Allah Telah Memanggil Kami” (Kis. 16:6-15)
4, 5. (a) Apa yang terjadi dengan rombongan Paulus di dekat Bitinia? (b) Apa yang diputuskan para murid, dan apa hasilnya?
4 Karena tidak diperbolehkan mengabar di Asia, Paulus dan rekan-rekannya berbelok ke utara untuk mengabar di kota-kota di Bitinia. Untuk ke sana, mereka mungkin sudah berjalan selama berhari-hari melewati jalan tanah melalui daerah-daerah yang jarang penduduknya di Frigia dan Galatia. Akan tetapi, saat mereka hampir tiba di Bitinia, Yesus sekali lagi menggunakan kuasa kudus untuk menghalangi mereka. (Kis. 16:6, 7) Pria-pria tersebut kini pasti merasa bingung. Mereka tahu apa yang harus dikabarkan dan bagaimana caranya mengabar, tetapi mereka tidak tahu di mana mereka harus mengabar. Mereka seolah-olah mengetuk pintu menuju Asia—tetapi tidak diperbolehkan masuk. Mereka mengetuk pintu menuju Bitinia—lagi-lagi tidak dibukakan. Namun, Paulus bertekad untuk terus mengetuk sampai dia menemukan pintu yang akan terbuka. Lalu, mereka mengambil keputusan yang mungkin tampaknya tidak masuk akal. Mereka berbelok ke barat dan berjalan sejauh 550 kilometer, tanpa singgah di kota-kota hingga mereka tiba di pelabuhan Troas, pintu gerbang untuk ke Makedonia. (Kis. 16:8) Di sana, untuk ketiga kalinya, Paulus mengetuk, dan—ya!—pintu pun terbuka lebar.
5 Sang penulis Injil Lukas, yang bergabung dengan rombongan Paulus di Troas, melaporkan apa yang terjadi, ”Malam itu, Paulus mendapat penglihatan: Ada seorang Makedonia yang berdiri sambil memohon, ’Datanglah ke Makedonia dan tolong kami.’ Segera setelah dia mendapat penglihatan itu, kami berusaha untuk pergi ke Makedonia, karena menyimpulkan bahwa Allah telah memanggil kami untuk menyampaikan kabar baik kepada mereka.”a (Kis. 16:9, 10) Akhirnya, Paulus tahu di mana mereka harus mengabar. Paulus tentu sangat gembira karena dia tidak menyerah di tengah jalan! Segera, keempat pria itu berlayar ke Makedonia.
”Maka dari Troas, kami berlayar.”—Kisah 16:11
6, 7. (a) Pelajaran apa yang bisa kita tarik dari catatan tentang perjalanan Paulus? (b) Dari pengalaman Paulus, kita bisa yakin akan hal apa?
6 Pelajaran apa yang bisa kita tarik dari catatan itu? Perhatikan: Hanya setelah Paulus berangkat ke Asia barulah kuasa kudus Allah campur tangan, hanya setelah Paulus berjalan ke Bitinia barulah Yesus turun tangan, dan hanya setelah Paulus sampai di Troas barulah Yesus mengarahkan dia ke Makedonia. Sebagai Kepala sidang, Yesus bisa jadi membimbing kita dengan cara serupa. (Kol. 1:18) Misalnya, kita mungkin telah mempertimbangkan selama beberapa waktu untuk merintis atau pindah ke sebuah daerah yang lebih membutuhkan penyiar Kerajaan. Akan tetapi, bisa jadi hanya setelah kita mengambil langkah-langkah pasti untuk mencapai tujuan itu barulah Yesus membimbing kita melalui kuasa kudus Allah. Mengapa? Pikirkan contoh ini: Seorang pengemudi baru bisa membelokkan mobilnya ke kiri atau kanan hanya jika mobil itu bergerak. Demikian pula, Yesus akan membimbing kita untuk memperluas pelayanan hanya jika kita bergerak—jika kita mengerahkan upaya nyata untuk melakukannya.
7 Namun, bagaimana jika upaya kita tidak langsung membuahkan hasil? Apakah kita menyerah saja, karena mengira kuasa kudus Allah tidak membimbing kita? Jangan. Ingatlah, Paulus juga menghadapi berbagai halangan. Tetapi, dia terus mencari sampai dia menemukan pintu yang terbuka. Kita bisa yakin bahwa ketekunan kita dalam mencari ”pintu besar yang terbuka . . . untuk melayani” juga akan diberkati.—1 Kor. 16:9, catatan kaki.
8. (a) Gambarkan seperti apa kota Filipi. (b) Hal menyukacitakan apa yang dihasilkan dari pengabaran Paulus di sebuah ”tempat berdoa”?
8 Setelah tiba di distrik Makedonia, rombongan Paulus menuju Filipi—kota yang penduduknya bangga sebagai warga negara Romawi. Bagi para pensiunan prajurit Romawi yang tinggal di sana, koloni di Filipi bagaikan kota Roma kecil di Makedonia. Di luar gerbang kota, di tepi sebuah sungai kecil, para utusan injil itu menemukan suatu kawasan. Di sana, menurut dugaan mereka, terdapat ”tempat berdoa”.b Pada hari Sabat, mereka pergi ke tempat itu dan berjumpa dengan beberapa wanita yang berkumpul untuk beribadah kepada Allah. Para murid duduk dan berbicara kepada wanita-wanita itu. Seorang wanita bernama Lidia ”mendengarkan [mereka], dan Yehuwa membuka hati Lidia lebar-lebar”. Lidia sangat tergugah oleh apa yang dia pelajari dari para utusan injil itu sehingga dia dan rumah tangganya dibaptis. Kemudian, dia mendesak Paulus dan rekan-rekan seperjalanannya untuk datang dan tinggal di rumahnya.c—Kis. 16:13-15.
9. Bagaimana banyak orang sekarang telah meniru teladan Paulus, dan apa berkatnya?
9 Bayangkan sukacita yang dihasilkan karena pembaptisan Lidia! Alangkah gembiranya Paulus karena dia menerima undangan untuk ’datang ke Makedonia’ dan karena Yehuwa berkenan menggunakan dia beserta rekan-rekannya untuk menjawab doa para wanita yang takut akan Allah tersebut! Sekarang, banyak saudara dan saudari—tua dan muda, lajang atau sudah menikah—juga pindah ke daerah yang lebih membutuhkan penyiar Kerajaan. Memang, ada kesulitan yang mereka hadapi, tetapi semua itu menjadi tidak seberapa dibandingkan dengan kepuasan yang mereka rasakan sewaktu menemukan orang-orang seperti Lidia, yang menyambut kebenaran Alkitab. Dapatkah Saudara membuat penyesuaian sehingga dapat pindah ke daerah yang lebih membutuhkan? Berkat-berkat menanti Saudara. Sebagai contoh, perhatikan Aaron, seorang saudara berusia 20-an yang pindah ke sebuah negeri di Amerika Tengah. Mewakili perasaan banyak orang yang seperti dia, dia mengatakan, ”Melayani di negeri lain telah membantu saya bertumbuh secara rohani dan semakin mendekat kepada Yehuwa. Dan, dinas pengabarannya enak sekali—saya punya delapan PAR!”
Bagaimana sekarang ini kita bisa ’datang ke Makedonia’?
”Kumpulan Orang . . . Menentang Mereka” (Kis. 16:16-24)
10. Bagaimana roh-roh jahat terlibat dalam tentangan yang timbul atas Paulus dan rekan-rekannya?
10 Setan tentu marah besar melihat kabar baik mulai bertumbuh di daerah kekuasaan dia dan roh-roh jahat lainnya. Maka, tidak mengherankan bahwa roh-roh jahat terlibat dalam tentangan yang timbul atas Paulus dan rekan-rekannya! Seraya mereka terus mengunjungi tempat berdoa itu, seorang hamba perempuan yang kesurupan roh jahat, yang menghasilkan uang bagi para majikannya dengan meramal, terus membuntuti rombongan Paulus sambil berteriak, ”Orang-orang ini adalah hamba Allah Yang Mahatinggi, dan mereka memberitakan jalan keselamatan kepada kalian.” Roh jahat tersebut mungkin menyebabkan gadis itu meneriakkan kata-kata tersebut agar ramalannya tampak seperti berasal dari sumber yang sama dengan ajaran Paulus. Dengan demikian, perhatian para pengamat bisa teralihkan dari pengikut Kristus yang sejati. Tetapi, Paulus membungkam gadis itu dengan mengusir roh jahatnya.—Kis. 16:16-18.
11. Setelah roh jahat diusir dari gadis itu, apa yang terjadi dengan Paulus dan Silas?
11 Sewaktu para majikan gadis itu tahu bahwa sumber uang mereka telah lenyap, mereka pun murka. Mereka menyeret Paulus dan Silas ke pasar, tempat bersidangnya para pejabat pengadilan, yang mewakili pemerintah Romawi. Para majikan itu membangkitkan prasangka dan rasa patriotisme para hakim. Pada intinya mereka mengatakan, ’Orang-orang Yahudi ini menimbulkan keresahan dengan mengajarkan kebiasaan-kebiasaan yang tidak dapat diterima oleh kita orang Romawi.’ Kata-kata mereka langsung menimbulkan reaksi. ”Kumpulan orang [di pasar itu] juga menentang mereka [Paulus dan Silas]”, dan para pejabat pengadilan memberi perintah agar ”mereka dipukuli dengan tongkat”. Setelah itu, Paulus dan Silas dibawa paksa ke penjara. Sang penjaga penjara melemparkan kedua pria yang babak belur itu ke penjara bagian dalam lalu memasung kaki mereka. (Kis. 16:19-24) Begitu sang penjaga menutup pintu, kegelapan yang pekat menyebabkan Paulus dan Silas nyaris tidak bisa saling melihat. Namun, Yehuwa memperhatikan.—Mz. 139:12.
12. (a) Bagaimana pandangan murid-murid Kristus tentang penganiayaan, dan mengapa? (b) Bentuk tentangan apa saja yang masih digunakan oleh Setan dan antek-anteknya?
12 Beberapa tahun sebelumnya, Yesus memberi tahu para pengikutnya, ”Mereka akan menganiaya kalian.” (Yoh. 15:20) Maka, sewaktu rombongan Paulus melangkah ke Makedonia, mereka siap menghadapi tentangan. Ketika penganiayaan menimpa, mereka memandangnya bukan sebagai tanda ketidaksenangan Yehuwa, melainkan sebagai ungkapan kemarahan Setan. Sekarang, orang-orang yang ada di bawah pengaruh Setan masih menggunakan metode yang sama seperti di Filipi. Para penentang yang licik menyalahgambarkan kita di sekolah dan di tempat kerja, untuk mengobarkan tentangan. Di beberapa negeri, penentang dari kalangan agama menuduh kita di pengadilan. Pada intinya mereka mengatakan, ’Saksi-Saksi ini menimbulkan keresahan dengan mengajarkan kebiasaan-kebiasaan yang tidak dapat diterima oleh kita yang menganut ajaran turun-temurun.’ Di beberapa tempat, rekan-rekan seiman kita dipukuli dan dijebloskan ke penjara. Namun, Yehuwa memperhatikan.—1 Ptr. 3:12.
”Dibaptis Tanpa Menunda-nunda” (Kis. 16:25-34)
13. Apa yang menyebabkan sang penjaga bertanya, ”Apa yang harus saya lakukan supaya diselamatkan?”
13 Paulus dan Silas tentu membutuhkan waktu untuk pulih dan menenangkan diri dari kekerasan yang mereka alami pada hari itu. Akan tetapi, pada tengah malam, mereka sudah cukup pulih sehingga dapat ”berdoa dan bernyanyi memuji Allah”. Lalu, tiba-tiba, gempa bumi mengguncang penjara itu! Penjaga penjara terbangun, melihat pintu-pintu terbuka, dan takut kalau-kalau para tahanan telah melarikan diri. Membayangkan bahwa dia akan dihukum karena membiarkan mereka lolos, dia ”mencabut pedangnya dan hampir bunuh diri”. Tetapi, Paulus berseru, ”Jangan bunuh diri! Kami semua ada di sini!” Penjaga yang bersusah hati itu bertanya, ”Bapak-bapak, apa yang harus saya lakukan supaya diselamatkan?” Paulus dan Silas tidak bisa menyelamatkan dia; hanya Yesus yang bisa. Maka, mereka menjawab, ”Percayalah kepada Tuan Yesus, supaya kamu dan rumah tanggamu diselamatkan.”—Kis. 16:25-31.
14. (a) Bantuan apa yang Paulus dan Silas berikan kepada sang penjaga? (b) Berkat apa yang diterima Paulus dan Silas karena menghadapi penganiayaan dengan bersukacita?
14 Apakah pertanyaan tersebut tulus? Paulus tidak meragukan kesungguhan hati orang tersebut. Sang penjaga penjara bukan orang Yahudi, sehingga tidak mengenal Kitab Suci. Sebelum bisa menjadi Kristen, dia perlu belajar dan mempercayai kebenaran dasar Alkitab. Maka, Paulus dan Silas menyediakan waktu untuk ”menyampaikan firman Yehuwa kepadanya”. Ketika asyik mengajarkan Kitab Suci, mereka mungkin lupa akan rasa sakit akibat pukulan yang mereka terima. Namun, sang penjaga penjara memperhatikan luka-luka di punggung mereka, dan dia membersihkannya. Kemudian, dia dan rumah tangganya ”dibaptis tanpa menunda-nunda”. Alangkah besar berkat yang Paulus dan Silas terima karena menghadapi penganiayaan dengan bersukacita!—Kis. 16:32-34.
15. (a) Bagaimana banyak Saksi sekarang mengikuti teladan Paulus dan Silas? (b) Mengapa kita hendaknya terus mengunjungi kembali rumah orang-orang di daerah kita?
15 Seperti Paulus dan Silas, banyak Saksi sekarang memberitakan kabar baik sewaktu dipenjarakan karena iman mereka, dan hasilnya bagus. Misalnya, di sebuah negeri yang melarangkan kegiatan kita, pernah dicatat bahwa 40 persen dari semua Saksi yang tinggal di sana mempelajari kebenaran tentang Yehuwa selagi di penjara! (Yes. 54:17) Selain itu, perhatikan bahwa sang penjaga baru meminta bantuan setelah terjadinya gempa bumi. Demikian pula sekarang, beberapa orang bisa jadi baru menyambut berita Kerajaan setelah kehidupan mereka tiba-tiba terguncang oleh suatu kejadian yang menyusahkan hati. Bila kita dengan setia berkunjung dan berkunjung lagi kepada orang-orang di daerah kita, kita memastikan bahwa kita siap mengulurkan bantuan ketika mereka membutuhkannya.
”Sekarang, Mereka Mau Mengeluarkan Kami Diam-Diam?” (Kis. 16:35-40)
16. Sehari setelah Paulus dan Silas dipukuli, bagaimana keadaan berbalik?
16 Sehari setelah pemukulan itu, para pejabat pengadilan memerintahkan agar Paulus dan Silas dilepaskan. Tetapi, Paulus berkata, ”Mereka memukuli kami di depan umum, tanpa diadili, padahal kami orang Romawi, dan menjebloskan kami ke penjara. Sekarang, mereka mau mengeluarkan kami diam-diam? Tidak bisa! Mereka sendiri harus datang dan mengantar kami ke luar.” Ketika mengetahui bahwa kedua pria itu adalah warga negara Romawi, para pejabat tersebut ”menjadi takut”, karena mereka telah melanggar hak pria-pria itu.d Keadaan pun berbalik. Murid-murid telah dipukuli di depan umum; sekarang para pejabat pengadilan itu harus meminta maaf di depan umum. Mereka memohon agar Paulus dan Silas pergi dari Filipi. Kedua murid itu menurut, tetapi sebelumnya mereka menyempatkan diri untuk menganjurkan murid-murid baru yang semakin bertambah. Setelah itu barulah mereka berangkat.
17. Hal penting apa yang dipelajari murid-murid baru itu dengan memperhatikan ketekunan Paulus dan Silas?
17 Jika sebelumnya Paulus dan Silas telah meminta agar hak mereka sebagai warga negara Romawi ditegakkan, mereka mungkin tidak sampai dipukuli. (Kis. 22:25, 26) Akan tetapi, hal itu bisa saja memberikan kesan kepada murid-murid di Filipi bahwa kedua pria itu menggunakan kedudukan mereka untuk bebas dari penderitaan demi Kristus. Bagaimana hal itu mempengaruhi iman para murid yang bukan warga negara Romawi, yang tidak dilindungi hukum dari pemukulan? Oleh karena itu, dengan menanggung penderitaan, Paulus dan rekannya memberikan teladan kepada murid-murid baru itu bahwa pengikut Kristus sanggup berdiri teguh meski dianiaya. Selain itu, dengan menuntut diakuinya kewarganegaraan mereka, Paulus dan Silas memaksa para pejabat pengadilan itu untuk mengakui di hadapan umum bahwa mereka telah melanggar hukum. Alhasil, hal itu boleh jadi mencegah mereka menganiaya rekan-rekan seiman Paulus dan memberikan perlindungan hukum terhadap serangan serupa di kemudian hari.
18. (a) Bagaimana para pengawas Kristen sekarang meniru teladan Paulus? (b) Bagaimana kita ”menggunakan hukum untuk membela kabar baik” pada zaman kita?
18 Sekarang ini, para pengawas sidang Kristen juga memberikan pengarahan melalui teladan. Para gembala Kristen rela melakukan apa pun yang mereka minta untuk dilakukan rekan-rekan seiman mereka. Demikian pula, seperti Paulus, kita mempertimbangkan dengan hati-hati bagaimana dan kapan kita bisa menggunakan hak-hak hukum kita untuk memperoleh perlindungan. Jika diperlukan, kita memanfaatkan pengadilan lokal, nasional, bahkan internasional untuk memperoleh perlindungan hukum demi menjalankan ibadah kita. Tujuan kita bukan reformasi sosial, tetapi ”menggunakan hukum untuk membela kabar baik”, seperti yang Paulus tuliskan kepada sidang di Filipi sekitar sepuluh tahun setelah pemenjaraannya di sana. (Flp. 1:7) Namun, tidak soal apa hasil kasus pengadilan demikian, seperti Paulus dan rekan-rekannya, kita bertekad untuk terus ”menyampaikan kabar baik” ke mana pun kuasa kudus Allah membimbing kita.—Kis. 16:10.
a Lihat kotak ”Lukas—Penulis Buku Kisah”.
b Mungkin orang Yahudi dilarang memiliki rumah ibadah di Filipi mengingat kota itu bernuansa militer. Atau, bisa jadi lelaki Yahudi di kota itu tidak sampai sepuluh orang—jumlah minimum yang diperlukan untuk mendirikan sebuah rumah ibadah.
c Lihat kotak ”Lidia—Penjual Kain Ungu”.
d Hukum Romawi menyatakan bahwa seorang warga negara selalu berhak untuk diadili secara pantas dan tidak boleh dihukum di hadapan umum sebelum dinyatakan bersalah.
-
-
”Dia Bertukar Pikiran dengan Mereka Berdasarkan Kitab Suci””Memberikan Kesaksian yang Saksama tentang Kerajaan Allah”
-
-
PASAL 17
”Dia Bertukar Pikiran dengan Mereka Berdasarkan Kitab Suci”
Dasar pengajaran yang efektif; teladan orang Berea
Berdasarkan Kisah 17:1-15
1, 2. Siapa yang mengadakan perjalanan dari Filipi ke Tesalonika, dan apa yang mungkin ada dalam benak mereka?
JALAN yang ramai itu, buatan para ahli teknik Romawi, melintas di pegunungan. Sesekali, berbagai suara bercampur jadi satu—ringkikan keledai, derak roda-roda kereta yang beradu dengan jalan berlapis batu, dan suara gaduh dari beragam orang, antara lain para prajurit, saudagar, dan perajin. Ketiga sekawan—Paulus, Silas, dan Timotius—sedang melintasi jalan dari Filipi ke Tesalonika yang jaraknya lebih dari 130 kilometer. Itu bukan perjalanan yang mudah, khususnya bagi Paulus dan Silas. Mereka masih merasakan sakitnya luka-luka akibat pukulan tongkat di Filipi.—Kis. 16:22, 23.
2 Bagaimana agar perjalanan jauh itu tidak terasa meletihkan? Percakapan pasti membantu. Masih segar dalam ingatan mereka pengalaman menggembirakan tentang penjaga penjara dan keluarganya yang menjadi orang percaya di Filipi. Pengalaman itu semakin memperkuat tekad mereka untuk terus memberitakan firman Allah. Akan tetapi, ketika sudah hampir tiba di kota pesisir Tesalonika, mereka mungkin bertanya-tanya bagaimana mereka akan diperlakukan oleh orang Yahudi di kota itu. Apakah mereka akan diserang, bahkan dipukuli, seperti di Filipi?
3. Bagaimana teladan Paulus dalam mengerahkan keberanian untuk mengabar bisa berguna bagi kita sekarang?
3 Perasaan Paulus belakangan terungkap dalam surat yang dia tulis untuk orang Kristen di Tesalonika, ”Kami sudah menderita dan dihina di Filipi, seperti yang kalian tahu, tapi Allah kami membuat kami berani untuk menyampaikan kabar baik Allah kepada kalian, meskipun ada banyak tentangan.” (1 Tes. 2:2) Jadi, Paulus tampaknya menyiratkan bahwa dia punya perasaan khawatir sewaktu akan memasuki kota Tesalonika, khususnya setelah kejadian di Filipi. Dapatkah Saudara memahami perasaan Paulus? Pernahkah Saudara merasa sulit untuk memberitakan kabar baik? Paulus bersandar kepada Yehuwa untuk menguatkan serta membantu dirinya mengerahkan keberanian yang dia butuhkan. Dengan mempelajari teladan Paulus, Saudara dapat dibantu untuk berbuat yang sama.—1 Kor. 4:16.
”Dia Bertukar Pikiran . . . Berdasarkan Kitab Suci” (Kis. 17:1-3)
4. Mengapa Paulus bisa jadi tinggal lebih dari tiga minggu di Tesalonika?
4 Menurut catatan, selama di Tesalonika, Paulus mengabar di rumah ibadah orang Yahudi selama tiga Sabat. Apakah ini berarti dia tinggal selama tiga minggu saja di kota itu? Belum tentu. Kita tidak tahu berapa lama setelah kedatangannya Paulus mulai pergi ke rumah ibadah. Selanjutnya, dari surat-surat Paulus terungkap bahwa selama di Tesalonika, dia dan rekan-rekannya bekerja untuk menafkahi diri. (1 Tes. 2:9; 2 Tes. 3:7, 8) Selain itu, selama di sana, dua kali Paulus menerima pemberian dari saudara-saudara di Filipi. (Flp. 4:16) Maka, bisa jadi dia tinggal lebih dari tiga minggu di Tesalonika.
5. Bagaimana cara Paulus berbicara kepada orang-orang?
5 Setelah mengerahkan keberanian untuk mengabar, Paulus berbicara kepada orang-orang yang berkumpul di rumah ibadah. Seperti kebiasaannya, ”dia bertukar pikiran dengan mereka berdasarkan Kitab Suci. Dia menjelaskan dan membuktikan dengan ayat-ayat bahwa Kristus memang perlu menderita dan dibangkitkan dari antara orang mati. Dia berkata, ’Yesus, yang saya beritakan kepada kalian, adalah Kristus.’” (Kis. 17:2, 3, catatan kaki) Perhatikan bahwa Paulus tidak berupaya menggugah emosi pendengarnya; dia mengajak mereka berpikir. Dia tahu bahwa mereka yang hadir di rumah ibadah itu mengenal baik dan menghormati Kitab Suci. Yang tidak mereka miliki adalah pemahaman. Maka, Paulus bertukar pikiran, menjelaskan, dan membuktikan dari Kitab Suci bahwa Yesus dari Nazaret adalah Mesias, atau Kristus, yang dijanjikan.
6. Bagaimana Yesus memberi penjelasan dari Kitab Suci, dan apa hasilnya?
6 Paulus mengikuti standar yang ditetapkan Yesus, yang menggunakan Kitab Suci sebagai dasar ajarannya. Misalnya, selama pelayanannya, Yesus memberi tahu para pengikutnya bahwa menurut Kitab Suci, Putra manusia harus menderita, mati, dan dibangkitkan. (Mat. 16:21) Setelah dibangkitkan, Yesus menemui murid-muridnya. Hal itu saja sudah menunjukkan bahwa dia mengatakan kebenaran. Namun, Yesus memberi mereka lebih dari itu. Mengenai apa yang dia katakan kepada beberapa murid, kita membaca, ”Dia menjelaskan semua hal tentang dirinya yang ditulis dalam Kitab Suci, mulai dari tulisan Musa dan semua Tulisan Para Nabi.” Apa hasilnya? Murid-murid berseru, ”Pantas saja hati kita sangat tersentuh saat dia bicara dengan kita di jalan, saat dia menjelaskan isi Kitab Suci!”—Luk. 24:13, 27, 32.
7. Mengapa penting untuk menggunakan Alkitab sebagai dasar pengajaran kita?
7 Berita Firman Allah memiliki kuasa. (Ibr. 4:12) Maka, orang Kristen zaman sekarang menggunakan Firman sebagai dasar pengajaran mereka, seperti halnya Yesus, Paulus, dan rasul-rasul lainnya. Kita juga bertukar pikiran dengan orang-orang, menjelaskan makna ayat-ayat, dan membuktikan apa yang kita ajarkan dengan membuka Alkitab untuk memperlihatkan kepada penghuni rumah apa yang dikatakannya. Lagi pula, berita yang kita sampaikan bukan berasal dari diri kita. Dengan sering menggunakan Alkitab, kita membantu orang memahami bahwa yang kita beritakan bukan gagasan kita sendiri, melainkan ajaran Allah. Di pihak lain, kita sendiri hendaknya ingat bahwa berita yang kita sampaikan sepenuhnya didasarkan pada Firman Allah. Beritanya benar-benar dapat dipercaya. Tidakkah hal itu memberi Saudara keyakinan untuk menyampaikannya dengan berani, seperti Paulus?
”Sejumlah Orang . . . Menjadi Percaya” (Kis. 17:4-9)
8-10. (a) Bagaimana orang-orang Tesalonika menanggapi kabar baik? (b) Mengapa beberapa orang Yahudi cemburu terhadap Paulus? (c) Apa yang dilakukan para penentang?
8 Paulus sudah mengalami benarnya kata-kata Yesus, ”Budak tidak lebih tinggi daripada majikannya. Kalau mereka menganiaya aku, mereka akan menganiaya kalian juga. Kalau mereka menuruti kata-kataku, mereka akan menaati kata-kata kalian juga.” (Yoh. 15:20) Di Tesalonika, Paulus pun menghadapi tanggapan yang beragam—ada yang antusias menjalankan firman, tetapi ada juga yang menentang. Mengenai yang menyambut, Lukas menulis, ”Sejumlah orang dari antara mereka [orang Yahudi], banyak orang Yunani yang menyembah Allah, dan banyak wanita terkemuka menjadi percaya [orang Kristen] dan bergabung dengan Paulus dan Silas.” (Kis. 17:4) Murid-murid baru ini pasti bersukacita karena telah dibantu memahami Kitab Suci.
9 Meski ada yang menghargai perkataan Paulus, yang lain menggertakkan gigi tanda marah kepadanya. Beberapa orang Yahudi di Tesalonika cemburu melihat Paulus berhasil memenangkan ”banyak orang Yunani”. Orang-orang Yahudi itu ingin membuat orang-orang Yunani menjadi penganut agama Yahudi. Jadi, mereka memberikan ajaran dari Kitab-Kitab Ibrani kepada orang-orang Yunani dan memandang orang-orang non-Yahudi itu sebagai milik mereka. Nah, tiba-tiba, Paulus seolah-olah mencuri orang-orang Yunani ini, bahkan dari rumah ibadah mereka! Orang-orang Yahudi itu pun naik pitam.
”Mereka . . . berusaha agar Paulus dan Silas dibawa ke luar kepada para perusuh.”—Kisah 17:5
10 Lukas memberi tahu kita apa yang terjadi selanjutnya, ”Karena iri, orang-orang Yahudi memanggil orang-orang jahat di pasar, yang pergi ke sana kemari tanpa tujuan, lalu membentuk gerombolan dan membuat kerusuhan di kota itu. Mereka menyerbu rumah Yason dan berusaha agar Paulus dan Silas dibawa ke luar kepada para perusuh. Karena tidak menemukan Paulus dan Silas, mereka menyeret Yason dan beberapa saudara kepada para penguasa kota dan berseru, ’Orang-orang yang sudah mengacaukan seluruh dunia itu ada di sini, dan Yason menerima mereka sebagai tamunya. Mereka semua melawan hukum Kaisar dengan mengatakan bahwa ada seorang raja lain, yaitu Yesus.’” (Kis. 17:5-7) Apa dampak amuk massa ini terhadap Paulus dan rekan-rekannya?
11. Apa saja yang dituduhkan kepada Paulus dan para pemberita Kerajaan lainnya, dan hukum mana yang bisa jadi dimaksud oleh para penuduh? (Lihat catatan kaki.)
11 Gerombolan massa memang mengerikan. Mereka menerjang bagaikan amukan banjir bandang—ganas dan tak terkendali. Itulah senjata yang digunakan orang-orang Yahudi untuk menyingkirkan Paulus dan Silas. Lalu, setelah orang-orang Yahudi itu ”membuat kerusuhan” di kota itu, mereka mencoba meyakinkan para penguasa bahwa tuduhan mereka amat serius. Tuduhan pertama adalah bahwa Paulus dan para pemberita Kerajaan lainnya telah ”mengacaukan seluruh dunia”, padahal bukan Paulus dan rekan-rekannya yang menyebabkan kerusuhan di Tesalonika itu! Tuduhan kedua lebih serius lagi. Para utusan injil itu dituduh memberitakan adanya Raja lain, yakni Yesus, dan dengan demikian melanggar hukum Kaisar.a
12. Apa yang menunjukkan bahwa tuduhan terhadap orang Kristen di Tesalonika bisa berakibat serius?
12 Ingat bahwa para pemimpin agama melontarkan tuduhan serupa terhadap Yesus. Kepada Pilatus mereka berkata, ”Orang ini kedapatan menyesatkan bangsa kami . . . dan mengaku sebagai Kristus, seorang raja.” (Luk. 23:2) Mungkin karena takut kalau-kalau Kaisar menyimpulkan bahwa Pilatus menyetujui upaya makar, dia menjatuhkan hukuman mati kepada Yesus. Demikian pula, tuduhan terhadap orang Kristen di Tesalonika bisa berakibat serius. Sebuah karya referensi menyatakan, ”Bahaya yang mereka hadapi tidak main-main, sebab ’sekadar dugaan makar terhadap para Kaisar sering berakibat fatal bagi si tertuduh’.” Apakah serangan yang penuh kebencian ini berhasil?
13, 14. (a) Mengapa gerombolan massa itu gagal? (b) Bagaimana Paulus berhati-hati seperti Kristus, dan bagaimana kita bisa menirunya?
13 Gerombolan massa itu gagal menghentikan pengabaran di Tesalonika. Mengapa? Salah satu alasannya, Paulus dan Silas tidak dapat ditemukan. Selain itu, para penguasa kota tampaknya tidak yakin akan kebenaran tuduhan itu. Setelah memperoleh ”uang jaminan”, mereka melepaskan Yason dan saudara-saudara lain yang telah dihadapkan kepada mereka. (Kis. 17:8, 9) Sesuai dengan nasihat Yesus agar ’berhati-hati seperti ular, tapi tulus seperti merpati’, Paulus dengan bijaksana menghindar dari bahaya sehingga dia bisa terus mengabar di tempat lain. (Mat. 10:16) Jelaslah, keberanian yang Paulus kerahkan tidak sama dengan kenekatan. Bagaimana orang Kristen zaman sekarang bisa mengikuti teladannya?
14 Sekarang, para pemimpin Gereja sering mengerahkan massa untuk menyerang Saksi-Saksi Yehuwa. Mereka menuduh Saksi-Saksi Yehuwa melakukan upaya makar dan menghasut orang-orang untuk menentang pemerintah. Dengan tuduhan itu, mereka memanipulasi para penguasa untuk menyusahkan para Saksi. Seperti penganiaya pada abad pertama, penentang pada zaman sekarang pun dimotivasi oleh kecemburuan. Yang pasti, orang Kristen sejati tidak mencari masalah. Sebisa mungkin, kita menghindari konfrontasi dengan orang-orang yang pemarah dan tidak masuk akal. Sebaliknya, kita berupaya meneruskan pekerjaan kita dengan damai, mungkin dengan kembali lain kali sewaktu situasi sudah tenang.
Mereka ”Lebih Terbuka Pikirannya” (Kis. 17:10-15)
15. Bagaimana orang Berea menanggapi kabar baik?
15 Demi keselamatan mereka, Paulus dan Silas diminta pergi ke Berea, sejauh kira-kira 65 kilometer. Setibanya di sana, Paulus pergi ke rumah ibadah orang Yahudi dan berbicara kepada hadirin. Alangkah senangnya Paulus karena mereka ternyata suka menyambut! Lukas menulis bahwa orang-orang Yahudi di Berea ”lebih terbuka pikirannya daripada orang-orang di Tesalonika, karena mereka bersemangat sekali menerima firman Allah. Mereka memeriksa Kitab Suci dengan teliti setiap hari untuk memastikan kebenarannya”. (Kis. 17:10, 11) Apakah itu berarti orang-orang yang menyambut kebenaran di Tesalonika kurang baik? Sama sekali tidak. Paulus belakangan menulis kepada mereka, ”Kami juga bersyukur kepada Allah tanpa henti, karena saat kalian mendengar firman Allah dari kami, kalian tidak menerimanya sebagai kata-kata manusia, tapi seperti yang seharusnya, yaitu sebagai kata-kata Allah, yang memengaruhi diri kalian para pengikut Tuan.” (1 Tes. 2:13) Jadi, apa yang membuat orang Yahudi di Berea begitu terbuka pikirannya?
16. Mengapa cocok dikatakan bahwa orang Berea ”terbuka pikirannya”?
16 Meskipun mendengar tentang sesuatu yang baru, orang Berea tidak langsung curiga atau terlalu kritis; tetapi mereka pun tidak asal percaya. Mula-mula, mereka mendengarkan baik-baik apa yang Paulus katakan. Lalu, mereka memastikan apa yang mereka pelajari dengan memeriksa Kitab Suci yang Paulus jelaskan. Selain itu, mereka rajin mempelajari Firman Allah, bukan pada hari Sabat saja, tetapi setiap hari. Dan, mereka melakukannya dengan ”bersemangat sekali”, mengerahkan diri untuk mencari tahu apa yang Alkitab singkapkan sehubungan dengan ajaran baru tersebut. Selanjutnya, mereka cukup rendah hati untuk berubah, sebab ”banyak dari antara mereka menjadi percaya”. (Kis. 17:12) Tidak heran, Lukas mengatakan bahwa mereka ”terbuka pikirannya”, atau mau belajar!
17. Mengapa teladan orang Berea sangat terpuji, dan bagaimana kita bisa terus menirunya tidak soal berapa lama kita dalam kebenaran?
17 Orang Berea itu sendiri tidak menyangka bahwa sambutan mereka akan kabar baik dilestarikan dalam Firman Allah untuk dijadikan teladan yang sangat bagus hingga zaman sekarang. Mereka melakukan persis seperti apa yang Paulus harapkan dan Allah Yehuwa inginkan. Itu juga yang kita anjurkan kepada orang-orang—agar mereka memeriksa Alkitab dengan saksama sehingga iman mereka didasarkan dengan teguh pada Firman Allah. Namun, setelah kita mengenal kebenaran, apakah kita tidak perlu lagi suka belajar, atau punya pikiran yang terbuka? Justru kita harus semakin antusias untuk belajar dari Yehuwa dan segera menerapkan ajaran-ajaran-Nya. Dengan demikian, kita membiarkan Yehuwa membentuk dan melatih kita sesuai dengan kehendak-Nya. (Yes. 64:8) Kita pun dapat tetap digunakan oleh Bapak surgawi kita dan benar-benar menyenangkan Dia.
18, 19. (a) Mengapa Paulus meninggalkan Berea, namun bagaimana kegigihannya patut ditiru? (b) Siapa yang berikutnya akan Paulus beri kesaksian, dan di mana?
18 Paulus tidak bisa berlama-lama di Berea. Kita membaca, ”Ketika orang Yahudi di Tesalonika mendengar bahwa Paulus memberitakan firman Allah di Berea juga, mereka datang ke sana untuk menghasut dan meresahkan orang-orang. Maka, saudara-saudara segera menyuruh Paulus pergi sampai ke dekat laut, tapi Silas dan Timotius tetap berada di sana. Tapi, saudara-saudara yang menemani Paulus membawanya sampai ke Athena, lalu pergi setelah diberi petunjuk bahwa Silas dan Timotius harus secepatnya datang kepada Paulus.” (Kis. 17:13-15) Para musuh kabar baik itu benar-benar tidak kenal lelah! Mereka tidak puas dengan mengusir Paulus dari Tesalonika; mereka pergi ke Berea dan berupaya menimbulkan masalah serupa di sana—tetapi percuma saja. Paulus tahu bahwa daerahnya masih sangat luas, maka dia pergi mengabar ke tempat lain. Sekarang, semoga kita juga punya tekad yang tak kalah kuat untuk menggagalkan upaya orang-orang yang ingin menghentikan pekerjaan pengabaran!
19 Setelah memberikan kesaksian yang saksama kepada orang Yahudi di Tesalonika dan Berea, Paulus tentunya telah banyak belajar tentang pentingnya bersikap berani dan bertukar pikiran dari Alkitab. Kita pun demikian. Namun, sekarang Paulus akan berhadapan dengan pendengar yang sama sekali berbeda—orang-orang non-Yahudi di Athena. Apa yang akan terjadi dengannya di kota itu? Kita akan mengetahuinya di pasal berikut.
a Menurut seorang pakar, kala itu berlaku hukum Kaisar yang melarang siapa pun meramalkan ”datangnya raja atau kerajaan baru, terutama yang disebut-sebut akan menggantikan atau menghakimi kaisar yang sedang berkuasa”. Musuh Paulus mungkin saja menyalahgambarkan berita sang rasul sebagai pelanggaran hukum tersebut. Lihat kotak ”Para Kaisar di Buku Kisah”.
-
-
’Carilah Allah, dan Temukan Dia’”Memberikan Kesaksian yang Saksama tentang Kerajaan Allah”
-
-
PASAL 18
’Carilah Allah, dan Temukan Dia’
Paulus mencari titik temu dan menyesuaikan pendekatannya dengan pendengarnya
Berdasarkan Kisah 17:16-34
1-3. (a) Mengapa Rasul Paulus merasa geram di Athena? (b) Apa yang dapat kita pelajari dari teladan Paulus?
PAULUS merasa geram. Dia sedang berada di Athena, Yunani, pusat ilmu pengetahuan tempat Sokrates, Plato, dan Aristoteles pernah mengajar. Suasana religius terasa kental di Athena. Di mana-mana—di kuil-kuil, di lapangan-lapangan, dan di jalan-jalan—Paulus melihat banyak sekali berhala, karena orang Athena menyembah beragam dewa-dewi. Paulus tahu bagaimana pandangan Yehuwa, Allah yang benar, mengenai penyembahan berhala. (Kel. 20:4, 5) Sang rasul yang setia itu juga punya pandangan yang sama—dia muak terhadap berhala!
2 Apa yang Paulus lihat ketika memasuki agora, atau pasar, teramat menjijikkan. Sejumlah besar patung Dewa Hermes, yang menonjolkan alat kelamin pria, berjajar di sudut barat laut, dekat jalan masuk utama. Tempat pemujaan tersebar di setiap sudut pasar. Bagaimana rasul yang bersemangat ini akan mengabar di lingkungan yang begitu sarat dengan penyembahan berhala? Dapatkah dia mengendalikan emosi dan mencari titik temu dengan pendengarnya? Berhasilkah dia membantu orang-orang mencari dan menemukan Allah yang benar?
3 Apa yang Paulus katakan di hadapan kaum terpelajar Athena, sebagaimana dicatat di Kisah 17:22-31, menjadi contoh seni persuasi, kehati-hatian berbicara, dan pertimbangan yang baik. Dengan mempelajari teladan Paulus, kita bisa tahu banyak tentang caranya mencari titik temu dan membantu pendengar kita bernalar.
Mengajar ”di Pasar” (Kis. 17:16-21)
4, 5. Di Athena, Paulus mengabar di mana, dan siapa pendengar yang dia hadapi?
4 Paulus berkunjung ke Athena dalam perjalanan utusan injilnya yang kedua, kira-kira pada tahun 50 M.a Sementara menunggu kedatangan Silas dan Timotius dari Berea, ”di rumah ibadah di [Athena]”, Paulus seperti biasa ”mulai memberi penjelasan kepada orang Yahudi”. Dia juga pergi ke tempat dia bisa menemui warga Athena non-Yahudi, yaitu ”di pasar”, atau agora. (Kis. 17:17) Agora Athena terletak di sebelah barat laut Akropolis, luasnya sekitar lima hektar. Pasar itu bukan sekadar tempat berjual beli, melainkan semacam alun-alun kota. Menurut sebuah karya referensi, tempat itu merupakan ”jantung ekonomi, politik, dan kebudayaan kota tersebut”. Orang Athena suka sekali berkumpul di sana dan bertukar pikiran.
5 Di pasar itu, Paulus menghadapi pendengar yang sulit diyakinkan. Mereka antara lain adalah para penganut Epikuros dan Stoa, dua aliran filsafat yang bersaing.b Penganut Epikuros percaya bahwa kehidupan muncul secara kebetulan. Pandangan mereka tentang kehidupan bisa diringkaskan sebagai berikut: ”Tak ada yang perlu ditakuti dari Allah; Tak ada yang dapat dirasakan dalam kematian; Kebaikan dapat diraih; Kejahatan dapat ditanggung.” Penganut Stoa menandaskan penalaran serta logika dan tidak percaya kepada Allah sebagai Pribadi. Baik penganut Epikuros maupun Stoa tidak percaya akan kebangkitan yang diajarkan murid-murid Kristus. Jelaslah, pandangan filosofis kedua golongan ini tidak sejalan dengan kebenaran-kebenaran Kristen yang luhur, yang Paulus beritakan.
6, 7. Bagaimana reaksi beberapa cendekiawan Yunani terhadap pengajaran Paulus, dan reaksi serupa apa yang mungkin kita hadapi sekarang?
6 Bagaimana reaksi kaum cendekiawan Yunani itu terhadap pengajaran Paulus? Ada yang menjuluki Paulus dengan istilah Yunani yang berarti ”orang yang banyak bicara”, atau ”pemungut biji”. (Lihat keterangan tambahan Kis. 17:18, nwtsty.) Mengenai istilah itu, seorang pakar mengatakan, ”Kata itu pada mulanya memaksudkan burung kecil yang berkeliaran memunguti biji, dan belakangan mengartikan orang yang memulung remah-remah makanan dan sampah lainnya di pasar. Kemudian, kata itu digunakan secara kiasan untuk orang yang memunguti cuplikan-cuplikan informasi dari sana-sini, khususnya orang yang tidak bisa memadukannya dengan benar.” Dengan kata lain, kaum terpelajar itu menjuluki Paulus si bodoh yang cuma bisa menjiplak. Namun, sebagaimana akan kita lihat, Paulus tidak terintimidasi oleh julukan tersebut.
7 Situasinya tidak berbeda sekarang. Sebagai Saksi-Saksi Yehuwa, kita sering dikata-katai dengan berbagai julukan karena kepercayaan kita yang berdasarkan Alkitab. Misalnya, ada guru-guru yang mengajarkan evolusi sebagai fakta dan menegaskan bahwa orang pintar pasti mempercayainya. Dengan kata lain, mereka mencap bodoh orang yang tidak mau mempercayainya. Kaum terpelajar itu ingin membuat orang mengira kita ”banyak bicara” sewaktu kita menyampaikan apa yang Alkitab katakan dan menunjukkan bukti rancangan di alam. Namun, kita tidak terintimidasi. Sebaliknya, kita dengan yakin membela kepercayaan kita bahwa kehidupan di bumi adalah karya Perancang yang cerdas, Allah Yehuwa.—Why. 4:11.
8. (a) Apa reaksi beberapa orang yang mendengar Paulus? (b) Bisa jadi, apa artinya Paulus digiring ke Areopagus? (Lihat catatan kaki.)
8 Pendengar lain di pasar itu memberikan reaksi yang berbeda. ”Sepertinya dia memberitakan dewa-dewa lain,” demikian kesimpulan mereka. (Kis. 17:18) Apakah Paulus memang memperkenalkan allah-allah baru kepada orang Athena? Ini bukan soal sepele, karena hampir sama dengan salah satu tuduhan yang menyebabkan Sokrates diadili dan dihukum mati beberapa abad sebelumnya. Maka, Paulus digiring ke Areopagus dan diminta untuk menjelaskan ajaran yang terdengar aneh di telinga orang Athena.c Bagaimana Paulus membela beritanya di hadapan orang-orang yang tidak mengenal Kitab Suci?
’Orang-Orang Athena, Saya Memperhatikan’ (Kis. 17:22, 23)
9-11. (a) Bagaimana Paulus berupaya mencari titik temu dengan para pendengarnya? (b) Bagaimana kita bisa meniru Paulus dalam pelayanan kita?
9 Ingat bahwa Paulus merasa geram melihat semua berhala di kota itu. Namun, dia tidak langsung melancarkan serangan habis-habisan terhadap penyembahan berhala. Sebaliknya, dia tetap tenang. Dengan sangat berhati-hati, dia berupaya mengambil hati pendengarnya dengan mencari titik temu. Dia mulai dengan berkata, ”Orang-orang Athena, saya perhatikan bahwa dalam segala hal, kalian sepertinya sangat takut kepada dewa-dewa, melebihi orang-orang lain.” (Kis. 17:22) Dengan kata lain, Paulus mengatakan, ’Saya perhatikan kalian orang yang taat beribadah.’ Paulus dengan bijaksana memuji bahwa mereka bersifat religius. Dia mengetahui bahwa beberapa orang yang dibutakan oleh kepercayaan palsu mungkin memiliki hati yang suka menyambut. Lagi pula, Paulus tahu bahwa dia pun dahulu bertindak ”tanpa pengetahuan dan iman”.—1 Tim. 1:13.
10 Paulus kemudian mengembangkan titik temu itu dengan menyebutkan bahwa dia telah melihat bukti nyata tentang sifat religius orang Athena—mezbah yang dibaktikan ”Untuk Allah yang Tidak Dikenal”. Menurut sebuah sumber, ”orang Yunani dan bangsa lainnya biasa membaktikan mezbah-mezbah untuk ’allah-allah yang tidak dikenal’ agar tidak mengundang kemarahan allah mana pun yang mungkin terlewatkan dalam ibadah mereka”. Melalui mezbah tersebut, orang Athena mengakui adanya Allah yang tidak mereka kenal. Paulus menggunakan keberadaan mezbah itu sebagai jembatan untuk menyampaikan kabar baik. Dia menjelaskan, ”Saya akan memberi tahu kalian tentang Allah ini, yang kalian sembah dan tidak kalian kenal.” (Kis. 17:23) Paulus menuntun pendengarnya dengan cara yang tidak kentara namun ampuh. Dia tidak memberitakan allah yang baru atau asing, sebagaimana dituduhkan beberapa orang. Dia menjelaskan tentang Allah yang tidak mereka kenal—Allah yang benar.
11 Bagaimana kita bisa meniru teladan Paulus dalam pelayanan kita? Jika kita jeli, kita mungkin melihat tanda-tanda bahwa seseorang saleh beribadah. Mungkin ada benda-benda keagamaan yang dia kenakan atau pajang di rumah atau di halamannya. Kita bisa mengatakan, ’Kelihatannya Ibu/Bapak orang yang religius. Saya senang berbicara dengan orang yang berminat akan hal-hal rohani.’ Jika kita dengan bijaksana mengakui bahwa orang itu taat beragama, kita mungkin bisa mendapatkan titik temu yang bisa kita kembangkan. Ingat bahwa tujuan kita bukan untuk menghakimi orang berdasarkan keyakinan agama mereka. Di antara rekan-rekan seiman kita, banyak yang dahulu dengan tulus mempercayai ajaran agama palsu.
Carilah titik temu yang dapat dikembangkan
Allah ”Tidak Jauh dari Kita Masing-Masing” (Kis. 17:24-28)
12. Bagaimana Paulus menyesuaikan pendekatannya dengan pendengarnya?
12 Paulus telah mendapatkan titik temu, namun dapatkah dia mempertahankannya saat memberikan kesaksian? Karena tahu bahwa para pendengarnya telah mendapatkan pendidikan filsafat Yunani dan tidak mengenal Kitab Suci, dia menyesuaikan pendekatannya dengan beberapa cara. Pertama, dia menyampaikan ajaran Alkitab tanpa mengutip Kitab Suci secara langsung. Kedua, dia menyejajarkan diri dengan para pendengarnya, dengan kadang-kadang menggunakan kata ”kita”. Ketiga, dia mengutip dari karya sastra Yunani untuk memperlihatkan bahwa beberapa hal yang dia ajarkan telah dinyatakan dalam tulisan mereka sendiri. Sekarang, mari kita cermati pembelaan Paulus yang luar biasa. Kebenaran penting apa yang dia sampaikan tentang Allah yang tidak dikenal orang Athena?
13. Apa yang Paulus jelaskan tentang asal mula alam semesta, dan pokok apa yang ingin Paulus sampaikan?
13 Allah menciptakan alam semesta. Paulus mengatakan, ”Allah yang menciptakan dunia dan semua isinya, yang adalah Tuan atas langit dan bumi, tidak tinggal di kuil buatan manusia.”d (Kis. 17:24) Alam semesta tidak terjadi secara kebetulan. Allah yang benar adalah Pencipta segala sesuatu. (Mz. 146:6) Tidak seperti Dewi Athena atau dewa-dewi lain yang kemuliaannya bergantung pada kuil dan mezbah, Tuan Yang Mahatinggi atas langit dan bumi tidak bisa dimuat dalam kuil buatan tangan manusia. (1 Raj. 8:27) Pokok yang ingin Paulus sampaikan sangat jelas: Allah yang benar lebih mulia daripada semua berhala buatan manusia yang ada dalam kuil-kuil buatan manusia.—Yes. 40:18-26.
14. Bagaimana Paulus memperlihatkan bahwa Allah tidak bergantung pada manusia?
14 Allah tidak bergantung pada manusia. Para penyembah berhala sering memakaikan baju-baju mewah, melimpahkan hadiah-hadiah mahal, atau membawakan makanan dan minuman bagi berhala mereka—seolah-olah patung-patung tersebut membutuhkan semua itu! Akan tetapi, di antara para filsuf Yunani yang mendengarkan Paulus, mungkin ada yang percaya bahwa allah tidak memerlukan apa-apa dari manusia. Mereka tentu setuju dengan pernyataan Paulus bahwa Allah ”tidak perlu dilayani oleh tangan manusia, seolah-olah Dia membutuhkan sesuatu”. Ya, memang tidak ada benda apa pun yang bisa manusia berikan kepada Sang Pencipta! Sebaliknya, Dialah yang memberikan segala yang dibutuhkan manusia—”kehidupan, napas, dan segala sesuatu”, termasuk matahari, hujan, dan tanah yang subur. (Kis. 17:25; Kej. 2:7) Jadi, Allah, Sang Pemberi, tidak bergantung pada manusia, sang penerima.
15. Bagaimana Paulus membahas kepercayaan orang Athena bahwa mereka lebih unggul daripada orang non-Yunani, dan pelajaran penting apa yang dapat kita peroleh dari teladannya?
15 Allah membuat manusia. Orang Athena percaya bahwa mereka lebih unggul daripada orang non-Yunani. Namun, kebanggaan ras serta kebangsaan bertentangan dengan kebenaran Alkitab. (Ul. 10:17) Paulus mengemukakan masalah yang sensitif ini dengan hati-hati dan terampil. Paulus mengatakan, ”Dari satu orang, [Allah] membuat semua bangsa.” Kata-katanya itu tidak diragukan membuat para pendengarnya berpikir. (Kis. 17:26) Dia merujuk catatan buku Kejadian tentang Adam, leluhur seluruh umat manusia. (Kej. 1:26-28) Karena semua manusia memiliki leluhur yang sama, tidak ada ras atau bangsa yang lebih unggul daripada yang lain. Semua pendengar Paulus pasti mengerti maksudnya. Kita memperoleh pelajaran penting dari teladannya. Meskipun kita ingin berhati-hati dan masuk akal ketika memberikan kesaksian, kita tidak mau mengencerkan kebenaran Alkitab agar lebih mudah diterima oleh orang lain.
16. Apa kehendak Sang Pencipta bagi manusia?
16 Allah menghendaki agar manusia dekat dengan-Nya. Sekalipun para filsuf tersebut sudah lama memperdebatkan tujuan keberadaan manusia, mereka tidak pernah bisa menjelaskannya dengan memuaskan. Namun, Paulus dengan jelas menyingkapkan kehendak Sang Pencipta bagi manusia, yaitu supaya mereka ”mencari Allah. Kalau mereka mencari Dia dengan sungguh-sungguh, mereka bisa menemukan Dia. Dia sebenarnya tidak jauh dari kita masing-masing”. (Kis. 17:27) Allah yang tidak dikenal orang Athena sama sekali bukan Allah yang mustahil dikenal. Sebaliknya, Dia tidak jauh dari mereka yang benar-benar ingin menemukan Dia dan belajar tentang Dia. (Mz. 145:18) Perhatikan bahwa Paulus menggunakan kata ”kita”, jadi dia menyertakan dirinya di antara orang-orang yang perlu ”mencari” bahkan ”mencari [Allah] dengan sungguh-sungguh”.
17, 18. Mengapa seharusnya manusia merasa ingin dekat dengan Allah, dan apa yang bisa kita pelajari dari cara Paulus menggugah minat pendengarnya?
17 Manusia seharusnya merasa ingin dekat dengan Allah. Oleh karena Dialah ”kita hidup, bergerak, dan ada”, kata Paulus. Beberapa pakar mengatakan bahwa di sini Paulus menyinggung kata-kata Epimenides, seorang pujangga Kreta pada abad keenam SM dan ”tokoh penting dalam kepercayaan agama orang Athena”. Paulus memberikan alasan lain mengapa manusia seharusnya merasa ingin dekat dengan Allah: ”Seperti yang dikatakan para penyair kalian sendiri, yaitu, ’Kita juga anak-anak-Nya.’” (Kis. 17:28) Manusia seharusnya merasakan ikatan kekeluargaan dengan Allah; Dia menciptakan satu manusia yang darinya semua manusia berasal. Untuk menggugah minat hadirinnya, Paulus dengan bijaksana langsung mengutip dari tulisan Yunani yang pasti dihormati oleh para pendengarnya.e Sesuai dengan teladan Paulus, kadang-kadang kita menggunakan kutipan dari sejarah sekuler, ensiklopedia, atau karya referensi lain yang umum digunakan. Misalnya, kutipan dari sumber yang disegani mungkin bisa lebih meyakinkan seorang non-Saksi sehubungan dengan asal usul suatu kebiasaan atau perayaan agama palsu.
18 Sampai di sini, Paulus telah menyampaikan kebenaran-kebenaran penting tentang Allah, secara terampil menyesuaikan kata-katanya dengan para pendengarnya. Tindakan apa yang sang rasul ingin agar dilakukan orang-orang Athena itu sehubungan dengan keterangan penting tersebut? Tanpa menunda, dia memberi tahu mereka.
”Semua Orang di Mana-Mana . . . Harus Bertobat” (Kis. 17:29-31)
19, 20. (a) Bagaimana Paulus dengan bijaksana menyingkapkan betapa bodohnya penyembahan berhala buatan manusia? (b) Tindakan apa yang perlu dilakukan pendengar Paulus?
19 Paulus siap untuk mendesak pendengarnya bertindak. Dia menyebutkan kembali kutipan dari tulisan Yunani itu, demikian, ”Jadi karena kita anak-anak Allah, kita hendaknya tidak berpikir bahwa Allah itu seperti emas atau perak atau batu, seperti patung yang dipahat menurut seni dan rancangan manusia.” (Kis. 17:29) Ya, jika manusia adalah hasil karya Allah, bagaimana mungkin Allah mengambil wujud sebagai berhala, yang adalah buatan manusia? Argumen Paulus yang bijaksana menyingkapkan betapa bodohnya penyembahan berhala buatan manusia. (Mz. 115:4-8; Yes. 44:9-20) Dengan mengatakan ”kita hendaknya tidak”, Paulus berupaya agar nasihatnya tidak terdengar terlalu keras.
20 Sang rasul menunjukkan dengan jelas bahwa mereka perlu bertindak: ”Dulu ada masanya Allah membiarkan orang-orang [berpikir bahwa Dia senang kepada manusia yang menyembah berhala]. Tapi sekarang, Dia sedang memberi tahu semua orang di mana-mana bahwa mereka harus bertobat.” (Kis. 17:30) Beberapa pendengar Paulus mungkin terperangah mendengar desakan untuk bertobat. Tetapi, kata-kata yang tegas itu dengan jelas memperlihatkan bahwa mereka berutang kehidupan kepada Allah dan karenanya harus bertanggung jawab kepada-Nya. Mereka perlu mencari Allah, mempelajari kebenaran tentang Dia, dan menyelaraskan seluruh jalan kehidupan mereka dengan kebenaran tersebut. Bagi orang Athena, itu berarti mereka harus sadar dan berbalik dari dosa penyembahan berhala.
21, 22. Paulus mengakhiri pembelaannya dengan pernyataan tegas apa, dan apa maknanya bagi kita sekarang?
21 Paulus mengakhiri pembelaannya dengan pernyataan tegas, ”[Allah] sudah menetapkan suatu hari untuk menghakimi dunia dengan adil melalui seorang manusia yang sudah Dia tunjuk, dan Dia sudah memberikan jaminan kepada semua orang dengan membangkitkan orang itu dari antara orang mati.” (Kis. 17:31) Datangnya Hari Penghakiman—sungguh suatu alasan yang seharusnya menyadarkan mereka untuk mencari dan menemukan Allah yang benar! Paulus tidak menyebutkan siapa Hakim yang telah ditetapkan itu. Sebaliknya, Paulus mengatakan sesuatu yang mengejutkan tentang Hakim tersebut: Dia pernah hidup sebagai manusia, mati, dan kemudian dibangkitkan oleh Allah!
22 Bagi kita sekarang, penutup yang menggugah itu sungguh bermakna. Kita tahu bahwa Hakim yang Allah tetapkan adalah Yesus Kristus yang telah dibangkitkan. (Yoh. 5:22) Kita juga tahu bahwa Hari Penghakiman akan berlangsung selama seribu tahun dan sudah sangat dekat. (Why. 20:4, 6) Kita tidak takut dengan Hari Penghakiman, sebab kita mengerti bahwa hari itu akan mendatangkan berkat yang tak terlukiskan bagi orang-orang yang dinyatakan setia. Penggenapan harapan tentang masa depan yang gemilang itu dijamin oleh mukjizat terbesar—kebangkitan Yesus Kristus!
”Ada Orang-Orang yang . . . Menjadi Percaya” (Kis. 17:32-34)
23. Berbagai reaksi apa yang timbul seusai pembelaan Paulus?
23 Pembelaan Paulus ditanggapi dengan berbagai reaksi. ”Ada yang mulai mengejek” ketika mendengar tentang kebangkitan. Yang lain menampik dengan sopan, ”Lain kali saja kami mendengarkan kamu tentang ini.” (Kis. 17:32) Akan tetapi, ada beberapa yang menyambut: ”Ada orang-orang yang bergabung dengannya dan menjadi percaya. Di antara mereka ada seorang hakim dari pengadilan Areopagus bernama Dionisius, seorang wanita bernama Damaris, dan orang-orang lainnya.” (Kis. 17:34) Kita mengalami berbagai reaksi serupa dalam pelayanan kita. Beberapa orang mungkin mengejek kita, sedangkan yang lain bersikap sopan tetapi tidak berminat. Akan tetapi, kita sangat senang sewaktu ada yang menerima berita Kerajaan dan menjadi orang percaya.
24. Apa yang dapat kita pelajari dari pembelaan yang Paulus sampaikan di Areopagus?
24 Jika kita merenungkan pembelaan Paulus, kita bisa belajar banyak tentang pengembangan gagasan yang logis dan argumentasi yang meyakinkan, juga tentang cara menyesuaikan pendekatan kita dengan para pendengar. Selain itu, kita bisa belajar perlunya sabar dan berhati-hati dalam berbicara dengan orang-orang yang dibutakan kepercayaan agama palsu. Kita juga mendapat pelajaran penting ini: Kita tidak boleh mengkompromikan kebenaran Alkitab hanya untuk menyenangkan pendengar kita. Lagi pula, dengan meniru teladan Rasul Paulus, kita bisa menjadi pengajar yang lebih efektif dalam dinas lapangan. Selain itu, para pengawas bisa menjadi pengajar yang lebih cakap di dalam sidang. Dengan demikian, kita akan diperlengkapi untuk membantu orang lain ”mencari Allah [dan] menemukan Dia”.—Kis. 17:27.
a Lihat kotak ”Athena—Pusat Kebudayaan Dunia Kuno”.
b Lihat kotak ”Penganut Epikuros dan Stoa”.
c Areopagus, yang berlokasi di sebelah barat laut Akropolis, adalah tempat yang dahulu biasa digunakan oleh dewan tertinggi Athena untuk bersidang. Istilah ”Areopagus” bisa memaksudkan dewannya atau bukitnya. Maka, ada pro kontra di antara para pakar tentang apakah Paulus dibawa ke bukit ini atau ke tempat persidangan di lokasi lain, mungkin di agora.
d Kata Yunani yang diterjemahkan ”dunia” adalah koʹsmos, dan orang Yunani menggunakan kata itu untuk memaksudkan alam semesta. Dalam upaya mempertahankan titik temu dengan para pendengar Yunaninya, Paulus bisa jadi menggunakan kata itu dalam pengertian tersebut.
e Paulus mengutip dari puisi tentang astronomi berjudul Phaenomena, karya penyair Stoa bernama Aratus. Kata-kata serupa terdapat dalam tulisan-tulisan Yunani lainnya, misalnya Himne kepada Zeus, karya penulis Stoa bernama Kleantes.
-
-
”Teruslah Berbicara dan Jangan Diam””Memberikan Kesaksian yang Saksama tentang Kerajaan Allah”
-
-
PASAL 19
”Teruslah Berbicara dan Jangan Diam”
Paulus bekerja menafkahi diri tetapi memprioritaskan pelayanannya
Berdasarkan Kisah 18:1-22
1-3. Mengapa Rasul Paulus datang ke Korintus, dan tantangan apa saja yang dia hadapi?
SAAT itu menjelang akhir tahun 50 M. Rasul Paulus berada di Korintus, pusat perdagangan yang kaya, yang dihuni banyak orang Yunani, Romawi, dan Yahudi.a Paulus tidak datang ke sana untuk berjual beli barang atau mencari pekerjaan sekuler. Dia datang ke Korintus untuk alasan yang jauh lebih penting—memberikan kesaksian tentang Kerajaan Allah. Namun, Paulus tetap membutuhkan tempat tinggal, dan dia bertekad untuk tidak membebani orang lain secara keuangan. Dia tidak mau memberi kesan bahwa dia mengambil keuntungan dari firman Allah. Apa yang akan dia lakukan?
2 Paulus memiliki keterampilan sebagai pembuat kemah. Itu bukan pekerjaan yang mudah, tetapi dia rela melakukan pekerjaan fisik guna menafkahi diri. Apakah dia akan mendapat pekerjaan di kota yang sibuk ini? Apakah dia akan menemukan tempat tinggal yang cocok? Meski menghadapi beberapa tantangan ini, Paulus tidak melalaikan pekerjaan utamanya, yaitu pelayanan.
3 Paulus tinggal cukup lama di Korintus, dan pelayanannya di sana membuahkan banyak hasil. Apa yang dapat kita pelajari dari kegiatan Paulus di Korintus, yang akan membantu kita memberikan kesaksian yang saksama tentang Kerajaan Allah di daerah kita?
’Keahlian Mereka Membuat Kemah’ (Kis. 18:1-4)
4, 5. (a) Selama di Korintus, di mana Paulus tinggal, dan pekerjaan sekuler apa yang dia lakukan? (b) Bagaimana Paulus bisa menjadi seorang pembuat kemah?
4 Beberapa saat setelah tiba di Korintus, Paulus bertemu dengan pasangan yang suka menerima tamu—seorang Yahudi asli bernama Akuila dan istrinya, Priskila, atau Priska. Suami istri ini pindah ke Korintus oleh karena dekret Kaisar Klaudius yang memerintahkan ”semua orang Yahudi untuk meninggalkan Roma”. (Kis. 18:1, 2) Akuila dan Priskila mengajak Paulus tidak saja untuk tinggal bersama mereka, tetapi juga untuk bekerja dengan mereka. Kita membaca, ”Karena keahliannya sama dengan mereka, yaitu membuat kemah, [Paulus] tinggal di rumah mereka dan bekerja bersama mereka.” (Kis. 18:3) Paulus tinggal di rumah suami istri yang baik hati ini selama pelayanannya di Korintus. Sementara tinggal bersama Akuila dan Priskila, Paulus bisa jadi menulis beberapa surat yang kemudian menjadi bagian dari kanon Alkitab.b
5 Sebagai orang yang dididik ”oleh Gamaliel”, bagaimana Paulus bisa memiliki keterampilan sebagai pembuat kemah? (Kis. 22:3) Orang Yahudi pada abad pertama tampaknya tidak merasa malu untuk mengajarkan suatu keterampilan kepada anak-anak mereka, sekalipun anak-anak itu juga menerima pendidikan tambahan. Karena berasal dari Tarsus di Kilikia, daerah yang terkenal dengan kain yang disebut cilicium untuk membuat kemah, Paulus kemungkinan besar mempelajari keterampilan itu semasa mudanya. Apa saja yang tersangkut dalam membuat kemah? Bisa jadi itu termasuk menenun kain kemah atau memotong serta menjahit bahan yang kaku dan kasar itu. Yang pasti, hal itu membutuhkan kerja keras.
6, 7. (a) Bagaimana pandangan Paulus mengenai pekerjaan membuat kemah, dan apa yang menunjukkan bahwa Akuila dan Priskila memiliki pandangan yang sama? (b) Bagaimana orang Kristen zaman sekarang mengikuti teladan Paulus, Akuila, dan Priskila?
6 Paulus tidak menganggap pekerjaan membuat kemah sebagai pekerjaan utama, atau kariernya. Dia melakukannya sekadar untuk menafkahi diri dalam pelayanan, yakni memberitakan kabar baik ”tanpa dibayar”. (2 Kor. 11:7) Bagaimana pandangan Akuila dan Priskila mengenai pekerjaan sekuler mereka? Sebagai orang Kristen, mereka tentunya memiliki pandangan yang sama seperti Paulus. Malah, sewaktu Paulus meninggalkan Korintus pada tahun 52 M, Akuila dan Priskila ikut pindah bersamanya ke Efesus. Dan, rumah mereka di sana digunakan sebagai tempat perhimpunan sidang setempat. (1 Kor. 16:19) Belakangan, mereka pulang ke Roma lalu kembali lagi ke Efesus. Suami istri yang bersemangat itu memprioritaskan kepentingan Kerajaan dan rela mengerahkan diri demi melayani orang lain, sehingga ”sidang jemaat dari bangsa-bangsa lain” berterima kasih kepada mereka.—Rm. 16:3-5; 2 Tim. 4:19.
7 Orang Kristen zaman sekarang mengikuti teladan Paulus, Akuila, dan Priskila. Para rohaniwan yang bersemangat bekerja keras supaya ”tidak membebani” orang lain. (1 Tes. 2:9) Patut dipujikan, banyak pemberita Kerajaan sepenuh waktu melakukan pekerjaan penggal waktu atau musiman guna menunjang pekerjaan utama mereka, yaitu pelayanan Kristen. Seperti Akuila dan Priskila, banyak hamba Yehuwa yang baik hati membuka rumah mereka bagi para pengawas wilayah. Mereka yang ’membiasakan diri untuk bermurah hati’ dengan cara tersebut tahu alangkah membesarkan hati dan membinanya hal itu.—Rm. 12:13.
”Banyak Orang Korintus . . . Menjadi Percaya” (Kis. 18:5-8)
8, 9. Bagaimana tanggapan Paulus ketika pengabarannya yang giat kepada orang Yahudi menemui tentangan, lalu ke mana dia pergi mengabar?
8 Bahwa Paulus memandang pekerjaan sekuler hanya sebagai sarana menjadi jelas sewaktu Silas dan Timotius datang dari Makedonia membawa banyak pemberian. (2 Kor. 11:9) Paulus langsung ”mulai sibuk memberitakan firman [”mempergunakan seluruh waktunya untuk mengabarkan berita dari Allah”, Bahasa Indonesia Masa Kini-LAI]”. (Kis. 18:5) Akan tetapi, pengabaran yang giat kepada orang Yahudi itu menemui banyak tentangan. Sebagai tanda bahwa dia menolak tanggung jawab lebih lanjut karena orang Yahudi tidak mau menerima berita yang menyelamatkan kehidupan tentang Kristus, Paulus mengebaskan pakaiannya dan memberi tahu para penentangnya, ”Kalian akan menanggung darah kalian sendiri. Saya bersih dari darah kalian. Mulai sekarang, saya akan pergi kepada orang-orang dari bangsa lain.”—Kis. 18:6; Yeh. 3:18, 19.
9 Lalu, ke mana Paulus kini mengabar? Seorang pria bernama Titius Yustus, mungkin seorang penganut agama Yahudi yang rumahnya bersebelahan dengan rumah ibadah orang Yahudi, membuka rumahnya bagi Paulus. Maka, Paulus pindah dari rumah ibadah itu ke rumah Yustus. (Kis. 18:7) Rumah Akuila dan Priskila tetap menjadi tempat tinggal Paulus selama di Korintus, sedangkan rumah Yustus menjadi pusat kegiatan pengabaran sang rasul.
10. Apa yang menunjukkan bahwa Paulus tidak memutuskan untuk mengabar kepada orang-orang dari bangsa lain saja?
10 Apakah pernyataan Paulus tersebut, bahwa mulai sejak itu dia akan pergi kepada orang-orang dari bangsa lain, memaksudkan bahwa dia sama sekali mengalihkan perhatian dari semua orang Yahudi dan penganut agama Yahudi, bahkan yang mau menyambut? Sama sekali tidak. Sebagai contoh, ”Krispus, ketua rumah ibadah itu, bersama seluruh rumah tangganya, menjadi percaya kepada Tuan”. Rupanya, sejumlah anggota rumah ibadah itu bergabung dengan Krispus, sebab Alkitab mengatakan, ”Banyak orang Korintus yang mendengar kabar baik menjadi percaya dan dibaptis.” (Kis. 18:8) Rumah Titius Yustus pun menjadi tempat perhimpunan bagi sidang Kristen yang baru terbentuk di Korintus. Jika catatan Kisah ini disampaikan dengan gaya penulisan Lukas—yakni kronologis—itu berarti pertobatan orang-orang Yahudi dan non-Yahudi itu terjadi setelah Paulus mengebaskan pakaiannya. Hal ini jelas menunjukkan bahwa sang rasul bersifat fleksibel.
11. Bagaimana Saksi-Saksi Yehuwa sekarang meniru Paulus sewaktu mereka berupaya mendekati orang-orang yang mengaku Kristen?
11 Sekarang, gereja-gereja di banyak negeri sudah mapan dan berpengaruh kuat atas para anggotanya. Di beberapa negeri dan kepulauan, utusan injil dari agama-agama yang mengaku Kristen telah menobatkan banyak orang. Orang-orang yang mengaku Kristen sering kali masih terikat pada tradisi, seperti halnya orang Yahudi di Korintus pada abad pertama. Namun, seperti Paulus, kita sebagai Saksi-Saksi Yehuwa dengan bersemangat berupaya mendekati orang-orang seperti itu, untuk mengembangkan pengetahuan apa pun yang mereka miliki tentang Alkitab. Sekalipun mereka menentang kita atau para pemimpin agama mereka menganiaya kita, kita tidak berputus asa. Di antara orang-orang yang ”bersemangat melayani Allah, tapi tidak sesuai dengan pengetahuan yang tepat”, bisa jadi ada banyak orang lembut hati yang perlu dicari dan ditemukan.—Rm. 10:2.
”Banyak Orang di Kota Ini Akan Percaya Kepadaku” (Kis. 18:9-17)
12. Jaminan apa yang Paulus terima dalam suatu penglihatan?
12 Seandainya Paulus sempat ragu untuk meneruskan pelayanannya di Korintus, perasaan itu pasti hilang pada malam ketika Tuan Yesus menemui dia dalam suatu penglihatan dan mengatakan, ”Jangan takut. Teruslah berbicara dan jangan diam, karena aku menyertaimu dan tidak seorang pun akan menyerangmu untuk menyakitimu. Banyak orang di kota ini akan percaya kepadaku.” (Kis. 18:9, 10) Benar-benar penglihatan yang membesarkan hati! Tuan sendiri meyakinkan Paulus bahwa dia akan dilindungi dari celaka dan bahwa ada banyak orang yang layak di kota itu. Bagaimana Paulus menanggapi penglihatan tersebut? Kita membaca, ”Dia tinggal di sana selama satu tahun enam bulan dan mengajarkan firman Allah kepada mereka.”—Kis. 18:11.
13. Peristiwa apa yang mungkin Paulus ingat sewaktu dia mendekati kursi penghakiman, tetapi mengapa dia bisa yakin akan mengalami hal yang berbeda?
13 Setelah tinggal selama kira-kira satu tahun di Korintus, Paulus mendapat bukti lebih lanjut akan dukungan Tuan. ”Orang Yahudi bersatu melawan Paulus dan membawanya ke hadapan kursi penghakiman”, yang disebut beʹma. (Kis. 18:12) Menurut beberapa orang, beʹma adalah panggung dari marmer biru dan putih yang dihiasi banyak ukiran, yang mungkin terletak agak di tengah pasar Korintus. Di depan beʹma terdapat area terbuka yang cukup luas untuk menampung banyak orang. Berdasarkan temuan arkeologis, diduga kursi penghakiman itu hanya beberapa langkah dari rumah ibadah orang Yahudi dan, karena itu, dari rumah Yustus. Sewaktu Paulus mendekati beʹma, dia mungkin mengingat pembunuhan Stefanus, yang kadang disebut sebagai martir Kristen yang pertama. Paulus, yang ketika itu dikenal sebagai Saul, ”setuju Stefanus dibunuh”. (Kis. 8:1) Apakah Paulus kini akan mengalami hal serupa? Tidak, sebab dia telah menerima janji: ”Tidak seorang pun akan . . . menyakitimu.”—Kis. 18:10.
”Dia pun menyuruh mereka pergi dari kursi penghakiman itu.”—Kisah 18:16
14, 15. (a) Tuduhan apa yang dilontarkan orang Yahudi terhadap Paulus, dan mengapa Galio menutup kasus tersebut? (b) Apa yang terjadi atas Sostenes, dan apa yang mungkin dia lakukan belakangan?
14 Apa yang terjadi sewaktu Paulus sampai di hadapan kursi penghakiman itu? Pejabat pengadilan yang duduk di situ adalah gubernur Akhaya bernama Galio—kakak filsuf Romawi Seneka. Orang Yahudi melontarkan tuduhan ini terhadap Paulus: ”Orang ini menghasut orang-orang untuk beribadah kepada Allah dengan cara yang bertentangan dengan hukum.” (Kis. 18:13) Mereka menyiratkan bahwa Paulus secara tidak sah membuat orang berganti agama. Namun, Galio melihat bahwa Paulus tidak membuat ”kesalahan” dan tidak melakukan ”kejahatan serius”. (Kis. 18:14) Galio tidak mau ikut campur dalam pertikaian orang Yahudi. Jadi, bahkan sebelum Paulus sempat mengucapkan sepatah kata pembelaan, Galio menutup kasus itu! Para penuduh itu geram dan melampiaskan kemarahan mereka pada Sostenes, yang mungkin telah menggantikan Krispus sebagai ketua rumah ibadah. Mereka menangkap Sostenes ”dan mulai memukuli dia di depan kursi penghakiman”.—Kis. 18:17.
15 Mengapa Galio tidak mencegah orang banyak memukuli Sostenes? Barangkali Galio berpikir bahwa Sostenes-lah biang keributan yang menentang Paulus dan karena itu dia pantas menerimanya. Apa pun penyebabnya, insiden itu mungkin membuahkan hasil baik. Dalam suratnya yang pertama kepada sidang Korintus, yang ditulis beberapa tahun kemudian, Paulus menyebut tentang seorang saudara bernama Sostenes. (1 Kor. 1:1, 2) Apakah dia Sostenes yang sama yang dipukuli di Korintus? Jika ya, pengalaman pahit itu mungkin telah membantu Sostenes memeluk Kekristenan.
16. Bagaimana kata-kata Tuan ”teruslah berbicara dan jangan diam, karena aku menyertaimu” mempengaruhi pelayanan kita?
16 Ingat bahwa setelah orang Yahudi menolak pengabaran Paulus, barulah Tuan Yesus meyakinkan Paulus, ”Jangan takut. Teruslah berbicara dan jangan diam, karena aku menyertaimu.” (Kis. 18:9, 10) Kita hendaknya mengingat kata-kata itu, khususnya apabila berita kita ditolak. Jangan pernah lupa bahwa Yehuwa bisa membaca hati dan menarik orang-orang yang berhati jujur kepada-Nya. (1 Sam. 16:7; Yoh. 6:44) Ini benar-benar menganjurkan kita untuk tetap sibuk dalam pelayanan! Setiap tahun, ratusan ribu orang dibaptis—ratusan setiap harinya. Bagi mereka yang mengindahkan perintah untuk ’membuat orang-orang dari segala bangsa menjadi murid’, Yesus memberikan jaminan ini: ”Aku akan selalu menyertai kalian sampai penutup zaman ini.”—Mat. 28:19, 20.
”Kalau Yehuwa Menghendaki” (Kis. 18:18-22)
17, 18. Apa yang mungkin Paulus pikirkan selama pelayaran ke Efesus?
17 Tidak dapat dipastikan apakah sikap Galio terhadap para penuduh Paulus menghasilkan masa kedamaian bagi sidang Kristen yang baru terbentuk di Korintus. Tetapi, Paulus tinggal ”beberapa hari lagi” sebelum mengucapkan selamat berpisah kepada saudara-saudaranya di Korintus. Pada musim semi tahun 52 M, dia berencana untuk berlayar ke Siria dari pelabuhan Kenkhrea, sekitar 11 kilometer di sebelah timur Korintus. Namun, sebelum meninggalkan Kenkhrea, Paulus ”memotong pendek rambutnya . . . , karena dia sudah berikrar”.c (Kis. 18:18) Selanjutnya, dia membawa serta Akuila dan Priskila lalu berlayar menyeberangi Laut Aegea menuju Efesus di Asia Kecil.
18 Sambil berlayar dari Kenkhrea, Paulus mungkin mengingat-ingat pengalamannya di Korintus. Dia mendapat banyak kenangan indah dan alasan untuk merasa sangat puas. Pelayanannya selama 18 bulan di sana telah membuahkan hasil. Sidang pertama di Korintus telah terbentuk, dengan rumah Yustus sebagai tempat perhimpunan. Mereka yang menjadi orang percaya antara lain ialah Yustus, Krispus dan rumah tangganya, dan banyak lagi yang lain. Paulus mengasihi mereka semua, sebab dia telah membantu mereka menjadi orang Kristen. Belakangan, dia menulis surat bagi mereka dan menyebut mereka sebagai surat pujian yang ditulis pada hatinya. Kita juga merasa dekat dengan orang-orang yang kita bantu menganut ibadah sejati. Alangkah memuaskannya melihat ”surat-surat pujian” yang hidup seperti itu!—2 Kor. 3:1-3.
19, 20. Apa yang Paulus lakukan setibanya di Efesus, dan apa yang kita pelajari darinya sehubungan dengan melaksanakan tujuan-tujuan rohani?
19 Setibanya di Efesus, Paulus langsung sibuk. Dia ”masuk ke rumah ibadah dan memberi penjelasan kepada orang-orang Yahudi”. (Kis. 18:19) Pada kesempatan ini, Paulus hanya singgah sebentar di Efesus. Meskipun diminta untuk tinggal lebih lama, ”dia tidak mau”. Sewaktu mengucapkan selamat berpisah, dia memberi tahu saudara-saudara di Efesus, ”Saya akan kembali kepada kalian, kalau Yehuwa menghendaki.” (Kis. 18:20, 21) Paulus tentu sadar bahwa ada banyak pekerjaan pengabaran yang harus dilakukan di Efesus. Sang rasul berencana kembali, tetapi dia menyerahkan segala sesuatunya ke tangan Yehuwa. Bukankah itu teladan yang bagus untuk kita ingat? Dalam melaksanakan tujuan-tujuan rohani, kita perlu mengambil inisiatif. Akan tetapi, kita harus selalu mengandalkan bimbingan Yehuwa dan berupaya bertindak selaras dengan kehendak-Nya.—Yak. 4:15.
20 Akuila dan Priskila ditinggalkan di Efesus, dan Paulus berangkat berlayar lalu sampai di Kaisarea. Kelihatannya, dia ”naik” ke Yerusalem dan memberi salam kepada sidang di sana. (Lihat keterangan tambahan Kis. 18:22, nwtsty.) Kemudian, Paulus pergi ke pangkalannya—Antiokhia Siria. Perjalanan utusan injilnya yang kedua selesai dengan sukses. Apa yang menantinya dalam perjalanan utusan injilnya yang terakhir?
a Lihat kotak ”Korintus—Penguasa Dua Laut”.
b Lihat kotak ”Surat-Surat Terilham yang Memberikan Anjuran”.
c Lihat kotak ”Ikrar Paulus”.
-
-
”Tersebar dan Berkuasa” Sekalipun Ditentang”Memberikan Kesaksian yang Saksama tentang Kerajaan Allah”
-
-
PASAL 20
”Tersebar dan Berkuasa” Sekalipun Ditentang
Bagaimana Apolos dan Paulus berperan dalam memajukan kabar baik
Berdasarkan Kisah 18:23–19:41
1, 2. (a) Paulus dan rekan-rekannya menghadapi bahaya apa di Efesus? (b) Apa yang akan kita bahas dalam pasal ini?
JALAN-JALAN Efesus ribut dengan berbagai teriakan, seruan, dan gemuruh suara banyak orang yang berlari. Massa telah terbentuk, dan kerusuhan besar tak pelak lagi akan segera terjadi! Dua rekan seperjalanan Paulus ditangkap dan diseret. Jalanan lebar dengan banyak toko di sisinya itu segera kosong sementara massa yang semakin beringas berlari ke amfiteater besar di kota tersebut, yang bisa mengakomodasi 25.000 penonton. Kebanyakan orang bahkan tidak tahu apa penyebab kericuhan itu, tetapi mereka curiga bahwa kuil dan dewi tercinta mereka, Artemis, sedang terancam. Maka, mereka mulai berteriak-teriak, ”Hidup Artemis dewi orang Efesus!”—Kis. 19:34.
2 Lagi-lagi, kita melihat upaya Setan dalam menggunakan kekerasan massa untuk menghentikan penyebaran kabar baik Kerajaan Allah. Tentu saja, ancaman kekerasan bukan satu-satunya taktik Setan. Di pasal ini, kita akan membahas sejumlah taktik licik Setan untuk merongrong pekerjaan dan persatuan orang-orang Kristen abad pertama. Yang lebih penting, kita akan melihat bahwa semua taktiknya gagal, karena ”dengan luar biasa, firman Yehuwa terus tersebar dan berkuasa”. (Kis. 19:20) Mengapa orang-orang Kristen itu bisa mengalahkan Setan? Alasannya sama seperti kita sekarang. Tentu saja, kemenangan itu adalah milik Yehuwa, bukan kita. Tetapi, seperti orang Kristen abad pertama, kita harus melakukan bagian kita. Dengan bantuan kuasa kudus Yehuwa, kita bisa memperoleh sifat-sifat yang akan turut menyukseskan pelayanan kita. Pertama-tama, mari kita bahas teladan Apolos.
”Dia . . . Tahu Banyak tentang Kitab Suci” (Kis. 18:24-28)
3, 4. Kekurangan apa yang Akuila dan Priskila lihat dalam diri Apolos, dan apa yang mereka lakukan?
3 Sewaktu Paulus menuju Efesus dalam perjalanan utusan injilnya yang ketiga, seorang Yahudi bernama Apolos tiba di kota itu. Dia berasal dari kota Aleksandria yang terkenal di Mesir. Apolos memiliki beberapa keunggulan yang luar biasa. Dia adalah pembicara yang sangat baik. Di samping persuasif, ”dia . . . tahu banyak tentang Kitab Suci”. Selain itu, dia punya ”semangat yang dikobarkan kuasa kudus”. Apolos yang antusias berbicara dengan berani di hadapan hadirin Yahudi di rumah ibadah.—Kis. 18:24, 25.
4 Akuila dan Priskila hadir sewaktu Apolos berbicara. Pastilah, mereka senang sekali mendengar Apolos ”mengajar tentang Yesus dengan tepat”. Apa yang dia katakan tentang Yesus memang akurat. Tetapi, tak lama kemudian, pasangan Kristen itu menyadari adanya hal penting yang tidak Apolos ketahui. Dia ”hanya tahu tentang baptisan Yohanes”. Pasangan yang sederhana ini, pembuat kemah, tidak terintimidasi dengan kemampuan berbicara dan pendidikan Apolos. Sebaliknya, ”mereka mengundangnya dan memberinya penjelasan yang lebih tepat tentang jalan Allah”. (Kis. 18:25, 26) Dan, apa reaksi pembicara yang hebat serta terpelajar ini? Tampaknya, dia memperlihatkan salah satu sifat penting orang Kristen—kerendahan hati.
5, 6. Apa yang membuat Apolos lebih berguna bagi Yehuwa, dan apa yang bisa kita pelajari dari contoh Apolos?
5 Karena menerima bantuan Akuila dan Priskila, Apolos menjadi hamba Yehuwa yang lebih efektif. Dia pergi ke Akhaya, di mana dia ”banyak membantu” orang Kristen. Dia juga memberikan kesaksian yang efektif kepada orang-orang Yahudi di kawasan itu yang berkeras bahwa Yesus bukanlah Mesias yang dinubuatkan. Lukas melaporkan, ”Dengan penuh semangat, dia membuktikan dengan jelas bahwa ajaran orang Yahudi salah. Dia menunjukkan dari Kitab Suci bahwa Yesus adalah Kristus.” (Kis. 18:27, 28) Apolos benar-benar menjadi berkat! Sesungguhnya, pelayanan dia turut membuat ”firman Yehuwa” terus berkuasa. Apa yang bisa kita pelajari dari teladan Apolos?
6 Kerendahan hati adalah sifat yang mutlak dipupuk orang Kristen. Kita semua diberkati dengan karunia masing-masing—entah dari bakat alam, pengalaman, atau pengetahuan yang kita kumpulkan. Tetapi, kerendahan hati kita harus lebih besar daripada karunia kita. Jika tidak, kelebihan kita bisa menjadi pangkal kejatuhan kita. Kita bisa menjadi lahan subur dari tanaman beracun keangkuhan. (1 Kor. 4:7; Yak. 4:6) Jika kita betul-betul rendah hati, kita akan berupaya memandang orang lain lebih unggul daripada kita. (Flp. 2:3) Kita tidak akan merasa jengkel jika dikoreksi atau menolak diajar oleh orang lain. Kita tentu saja tidak akan berkukuh pada pendapat kita sendiri setelah mengetahui bahwa itu tidak selaras dengan tuntunan kuasa kudus yang terkini. Selama kita tetap rendah hati, kita berguna bagi Yehuwa dan Putra-Nya.—Luk. 1:51, 52.
7. Bagaimana Paulus dan Apolos menjadi teladan kerendahan hati?
7 Kerendahan hati juga mencegah timbulnya persaingan. Dapatkah Saudara bayangkan betapa inginnya Setan menciptakan perpecahan di antara orang Kristen masa awal? Betapa senangnya dia jika Apolos dan Rasul Paulus, dua tokoh yang dinamis itu, membiarkan persaingan muncul di antara mereka, mungkin dengan berebut pengaruh di sidang-sidang! Mudah saja kecemburuan timbul di antara mereka. Di Korintus, beberapa orang Kristen mulai mengatakan, ”Saya pengikut Paulus,” sementara yang lain mengatakan, ”Kalau saya, pengikut Apolos.” Apakah Paulus dan Apolos menganjurkan sikap yang memecah belah seperti itu? Tidak! Dan Paulus dengan rendah hati mengakui sumbangsih Apolos terhadap pekerjaan pemberitaan, dengan memberi dia berbagai tugas tambahan. Sementara itu, Apolos mengikuti pengarahan Paulus. (1 Kor. 1:10-12; 3:6, 9; Tit. 3:12, 13) Benar-benar teladan kerja sama dan kerendahan hati bagi kita sekarang!
”Memberi Penjelasan yang Meyakinkan tentang Kerajaan Allah” (Kis. 18:23; 19:1-10)
8. Lewat rute mana Paulus kembali ke Efesus, dan mengapa?
8 Paulus telah berjanji untuk kembali ke Efesus, dan dia menepatinya.a (Kis. 18:20, 21) Namun, perhatikan caranya dia kembali. Terakhir, dia ada di Antiokhia, Siria. Untuk mencapai Efesus, dia bisa saja mengambil rute singkat ke Seleukia, naik kapal, dan berlayar langsung ke tujuannya. Tetapi, dia malah ”melewati daerah-daerah pedalaman”. Menurut suatu perkiraan, perjalanan Paulus yang dicatat di Kisah 18:23 dan 19:1 mencapai ribuan kilometer! Mengapa Paulus memilih rute yang meletihkan itu? Karena dia bertujuan untuk ”menguatkan semua murid”. (Kis. 18:23) Perjalanan utusan injilnya yang ketiga, seperti dua perjalanan sebelumnya, akan menuntut banyak pengorbanan darinya, tetapi dia menganggap itu semua tidak sia-sia. Para pengawas wilayah dan istri mereka sekarang memperlihatkan semangat serupa. Tidakkah kita menghargai kasih dan pengorbanan mereka?
9. Mengapa ada sekelompok murid yang harus dibaptis ulang, dan pelajaran apa yang bisa kita tarik dari sikap mereka?
9 Setibanya di Efesus, Paulus bertemu dengan kira-kira dua belas murid Yohanes Pembaptis. Mereka telah dibaptis di bawah pengaturan yang sudah tidak berlaku lagi. Selain itu, mereka hanya tahu sedikit atau malah tidak tahu sama sekali tentang kuasa kudus. Paulus memberikan keterangan terkini kepada mereka, dan seperti Apolos, mereka ternyata rendah hati dan suka belajar. Setelah dibaptis dengan nama Yesus, mereka menerima kuasa kudus dan beberapa karunia mukjizat. Maka, jelaslah, mengikuti gerak maju organisasi Yehuwa mendatangkan banyak berkat.—Kis. 19:1-7.
10. Mengapa Paulus pindah dari rumah ibadah ke ruang pertemuan sekolah, dan itu menjadi teladan apa bagi pelayanan kita?
10 Contoh kemajuan lain segera menyusul. Paulus mengabar dengan berani di rumah ibadah orang Yahudi selama tiga bulan. Meskipun dia ”memberi penjelasan yang meyakinkan tentang Kerajaan Allah”, beberapa mengeraskan diri dan menjadi penentang yang sengit. Alih-alih membuang-buang waktu dengan orang-orang yang ”menjelek-jelekkan Jalan Tuan”, Paulus memutuskan untuk berbicara di ruang pertemuan sekolah. (Kis. 19:8, 9) Orang-orang yang ingin membuat kemajuan rohani perlu pindah dari rumah ibadah ke ruang pertemuan itu. Seperti Paulus, kita dapat permisi jika penghuni rumah tidak mau mendengar atau hanya ingin berdebat. Masih ada banyak orang seperti domba yang perlu mendengar berita kita yang membina!
11, 12. (a) Bagaimana Paulus menjadi teladan dalam hal bekerja keras dan menyesuaikan diri? (b) Bagaimana Saksi-Saksi Yehuwa berupaya untuk bekerja keras dan menyesuaikan diri dalam pengabaran?
11 Paulus mungkin berbicara di ruang pertemuan sekolah itu setiap hari dari sekitar pukul 11 siang hingga sekitar pukul 4 sore. (Lihat keterangan tambahan Kis. 19:9, nwtsty.) Saat-saat itu kemungkinan besar merupakan jam-jam paling sepi sekaligus paling panas, saat banyak orang berhenti bekerja untuk makan dan beristirahat. Bayangkan jika Paulus mengikuti jadwal sepadat itu selama dua tahun penuh, itu berarti dia mengajar selama lebih dari 3.000 jam.b Maka, inilah alasan lain firman Yehuwa terus tersebar dan berkuasa. Paulus bekerja keras dan pandai menyesuaikan diri. Dia menyesuaikan jadwalnya sehingga pelayanannya memenuhi kebutuhan orang-orang di masyarakat itu. Hasilnya? ”Seluruh penduduk Provinsi Asia, baik orang Yahudi maupun orang Yunani, mendengar firman Tuhan.” (Kis. 19:10) Betapa saksama kesaksian yang diberikannya!
Kita berupaya menghubungi orang-orang di mana pun mereka bisa ditemukan
12 Saksi-Saksi Yehuwa zaman modern juga bekerja keras dan pandai menyesuaikan diri. Kita berupaya menemui orang di mana pun dan kapan pun mereka bisa ditemukan. Kita mengabar di jalan, di pasar, dan di tempat parkir. Kita menghubungi orang lewat telepon atau surat. Dan dalam pengabaran dari rumah ke rumah, kita berupaya menemui orang pada waktu-waktu mereka kemungkinan besar ada di rumah.
”Tersebar dan Berkuasa” Sekalipun Ada Roh-Roh Jahat (Kis. 19:11-22)
13, 14. (a) Yehuwa memungkinkan Paulus melakukan apa? (b) Kesalahan apa yang dibuat putra-putra Skewa, dan bagaimana banyak orang Gereja zaman sekarang membuat kekeliruan serupa?
13 Lukas memberi tahu kita bahwa pengabaran Paulus mendapatkan sukses besar, terutama karena Yehuwa memungkinkan dia melaksanakan ”tindakan penuh kuasa yang luar biasa”. Bahkan saputangan dan celemek Paulus diambil untuk menyembuhkan orang sakit, dan berhasil. Roh-roh jahat diusir dengan benda-benda itu juga.c (Kis. 19:11, 12, catatan kaki.) Kemenangan luar biasa atas kekuatan Setan itu menarik banyak perhatian, tetapi tidak semuanya positif.
14 Beberapa ”orang Yahudi yang berkeliling untuk mengusir roh jahat” mencoba menjiplak mukjizat Paulus. Di antara mereka, ada yang berupaya mengusir roh jahat dengan menyebut nama Yesus dan Paulus. Lukas memberi contoh tentang tujuh putra Skewa—anggota keluarga imam—yang berupaya melakukan hal itu. Roh jahat itu mengatakan kepada mereka, ”Saya kenal Yesus, dan saya tahu Paulus, tapi kalian siapa?” Orang yang kerasukan itu kemudian menyerang ketujuh penipu tersebut, melompat ke atas mereka seperti binatang buas, dan membuat mereka lari tunggang-langgang, dalam keadaan terluka dan telanjang. (Kis. 19:13-16) Ini adalah kemenangan besar bagi ”firman Yehuwa”, karena perbedaan antara kuasa yang diberikan kepada Paulus dan ketidakberdayaan para penganut agama palsu itu terlihat sangat jelas. Sekarang, ada jutaan orang yang dengan keliru mengira bahwa sekadar menyebut nama Yesus atau mengaku diri ”Kristen” sudah cukup. Namun, seperti kata Yesus, hanya orang-orang yang betul-betul melakukan kehendak Bapaknya yang memiliki harapan sejati di masa depan.—Mat. 7:21-23.
15. Dalam hal spiritisme dan benda-benda yang berkaitan dengan spiritisme, bagaimana kita bisa mengikuti teladan orang Efesus?
15 Dengan dipermalukannya putra-putra Skewa, rasa takut kepada Allah pun merebak, yang mendorong banyak orang untuk menjadi Kristen dan meninggalkan praktek spiritisme. Kebudayaan Efesus sarat dengan ilmu gaib. Jimat sering digunakan, begitu pula mantra dan jampi-jampi, sering kali dalam bentuk tertulis. Banyak orang Efesus sekarang tergerak untuk mengeluarkan buku-buku ilmu gaib mereka dan membakarnya di depan umum—meskipun buku-buku itu bernilai puluhan ribu dolar jika dihitung menurut ukuran saat ini.d Lukas melaporkan, ”Maka dengan luar biasa, firman Yehuwa terus tersebar dan berkuasa.” (Kis. 19:17-20) Benar-benar kemenangan besar bagi kebenaran atas kepalsuan dan ilmu gaib! Orang-orang yang setia itu memberikan teladan bagi kita sekarang. Kita juga hidup dalam dunia yang sarat spiritisme. Jika kita memiliki sesuatu yang berkaitan dengan spiritisme, kita akan melakukan apa yang dilakukan orang Efesus—segera menyingkirkannya! Mari kita jauhi praktek-praktek menjijikkan demikian, tidak soal seberapa mahal itu.
”Terjadilah Kekacauan Besar” (Kis. 19:23-41)
”Teman-teman, kalian pasti tahu bahwa kita makmur karena bisnis ini.”—Kisah 19:25
16, 17. (a) Jelaskan bagaimana Demetrius memprovokasi massa di Efesus. (b) Bagaimana orang Efesus memperlihatkan sikap fanatik?
16 Kita sekarang tiba pada taktik Setan yang dijelaskan Lukas, yang menulis tentang terjadinya ”kekacauan besar yang menyangkut Jalan Tuan”. Dia tidak sedang melebih-lebihkan.e (Kis. 19:23) Seorang perajin perak bernama Demetrius memulai masalah. Dia berhasil menarik perhatian sesama perajin perak dengan pertama-tama mengingatkan bahwa mereka makmur karena berjualan berhala. Dia lalu mengatakan bahwa pesan yang Paulus beritakan merugikan bisnis, karena orang Kristen tidak menyembah berhala. Kemudian, dia membangkitkan kebanggaan mereka sebagai warga Efesus dan nasionalisme mereka, serta memperingatkan mereka bahwa Dewi Artemis dan kuilnya yang terkenal sedunia berisiko ”dianggap tidak berarti”.—Kis. 19:24-27.
17 Pidato Demetrius berhasil. Para perajin itu mulai meneriakkan ”Hidup Artemis dewi orang Efesus!” dan kota itu menjadi rusuh, yang mengakibatkan kericuhan massa fanatik sebagaimana diceritakan di bagian awal pasal ini.f Paulus, sebagai orang yang rela berkorban, ingin pergi ke amfiteater untuk berbicara kepada massa, tetapi murid-murid berkukuh agar dia menjauhi bahaya. Seseorang bernama Aleksander berdiri di depan massa dan berupaya bicara. Karena dia orang Yahudi, dia mungkin ingin menjelaskan perbedaan antara orang Yahudi dan orang Kristen. Penjelasan seperti itu pastilah tidak penting bagi massa tersebut. Ketika mereka tahu bahwa dia orang Yahudi, mereka berteriak agar dia turun, dengan mengulang-ulang seruan ”Hidup Artemis dewi orang Efesus!” selama sekitar dua jam. Fanatisme keagamaan belum berubah hingga sekarang. Hal itu masih membuat orang bersikap sangat tidak masuk akal.—Kis. 19:28-34.
18, 19. (a) Bagaimana sang wali kota menenangkan massa di Efesus? (b) Bagaimana umat Yehuwa kadang-kadang dilindungi oleh para pejabat pemerintah, dan apa peran kita dalam menghasilkan perlindungan demikian?
18 Akhirnya, sang wali kota berhasil menenangkan massa. Pejabat yang kompeten dan berpikiran jernih itu meyakinkan massa bahwa kuil dan dewi mereka tidak berada dalam bahaya akibat orang-orang Kristen itu, bahwa Paulus dan rekan-rekannya tidak melakukan kejahatan atas kuil Artemis, dan bahwa tersedia prosedur resmi untuk mengangkat masalah itu. Mungkin yang paling meyakinkan, dia mengingatkan massa bahwa mereka bisa dituntut karena telah melakukan tindakan yang tidak tertib dan tidak sah menurut hukum Romawi. Maka, mereka bubar. Secepat kemarahan mereka meledak, secepat itu pula kemarahan tersebut kini mereda karena kata-kata yang logis dan realistis itu.—Kis. 19:35-41.
19 Ini bukan pertama kalinya pejabat yang bijaksana bertindak untuk melindungi para pengikut Yesus, juga bukan yang terakhir. Sesungguhnya, itulah yang Rasul Yohanes saksikan dalam suatu penglihatan. Selama hari-hari terakhir ini, bagian dunia yang stabil (yang dilambangkan oleh ”bumi”) akan menelan banjir penindasan dari Setan terhadap para pengikut Yesus. (Why. 12:15, 16) Hal itu memang benar. Dalam banyak kasus, hakim yang bijaksana telah tergerak untuk melindungi hak Saksi-Saksi Yehuwa dalam melakukan pertemuan ibadah dan menceritakan kabar baik kepada orang-orang lain. Tentu saja, tingkah laku kita juga penting dalam menghasilkan kemenangan demikian. Tingkah laku Paulus tampaknya membuat dia direspek oleh beberapa pejabat pemerintah di Efesus, sehingga mereka ingin melindungi dia. (Kis. 19:31) Semoga tingkah laku kita yang jujur dan penuh respek juga menghasilkan kesan yang baik pada diri orang-orang yang kita temui. Kita tidak pernah tahu seberapa jauh efeknya.
20. (a) Bagaimana perasaan Saudara saat melihat firman Allah berkuasa pada abad pertama dan di zaman sekarang? (b) Apa tekad Saudara sehubungan dengan kemenangan Yehuwa pada zaman kita?
20 Tidakkah kita takjub saat merenungkan bagaimana ”firman Yehuwa terus tersebar dan berkuasa” pada abad pertama? Kita juga takjub saat memperhatikan bagaimana Yehuwa menyebabkan kemenangan serupa sekarang. Apakah Saudara ingin mendapat kehormatan untuk memainkan peranan, tidak soal seberapa kecil, dalam kemenangan itu? Maka, belajarlah dari contoh-contoh yang telah kita bahas. Tetaplah rendah hati, terus ikuti gerak maju organisasi Yehuwa, terus bekerja keras, tolak spiritisme, dan kerahkan upaya yang terbaik untuk memberikan kesaksian yang bagus lewat tingkah laku Saudara yang jujur dan penuh respek.
a Lihat kotak ”Efesus—Ibu Kota Asia”.
b Paulus juga menulis 1 Korintus selagi di Efesus.
c Saputangan itu mungkin diikatkan oleh Paulus di sekeliling dahinya untuk mencegah keringat mengalir ke matanya. Paulus mengenakan celemek barangkali karena dia bekerja membuat kemah selama waktu-waktu bebasnya, mungkin pagi-pagi sekali.—Kis. 20:34, 35.
d Lukas menyebut nilai 50.000 keping perak. Jika yang dia maksud uang dinar, dibutuhkan waktu 50.000 hari—sekitar 137 tahun—bagi seorang pekerja abad pertama untuk memperoleh uang sebanyak itu jika dia bekerja tujuh hari seminggu.
e Ada yang berpendapat bahwa insiden inilah yang Paulus maksud ketika dia memberi tahu orang Korintus, ”Kami berpikir bahwa kami pasti mati.” (2 Kor. 1:8) Tetapi, mungkin saja dia sedang memikirkan peristiwa berbahaya lain. Ketika Paulus menulis bahwa dia ”bertarung dengan binatang-binatang buas di Efesus”, dia boleh jadi menyinggung pengalamannya saat berhadapan dengan hewan-hewan buas di arena atau orang-orang yang menentang. (1 Kor. 15:32) Frasa itu bisa diartikan secara harfiah atau bisa juga secara kiasan.
f Serikat, atau persatuan, para perajin bisa sangat kuat. Sekitar seabad kemudian, misalnya, serikat pembuat roti menyulut kerusuhan serupa di Efesus.
-
-
”Aku Bersih dari Darah Semua Orang””Memberikan Kesaksian yang Saksama tentang Kerajaan Allah”
-
-
PASAL 21
”Aku Bersih dari Darah Semua Orang”
Semangat Paulus dalam pelayanan dan nasihatnya kepada para penatua
Berdasarkan Kisah 20:1-38
1-3. (a) Ceritakan bagaimana sampai Eutikhus mati. (b) Apa yang dilakukan Paulus, dan apa yang dapat kita pelajari dari peristiwa itu tentang Paulus?
PAULUS berada di ruang atas yang penuh sesak di Troas. Dia berbicara cukup panjang kepada saudara-saudara, karena inilah malam terakhir dia bersama mereka. Sekarang sudah tengah malam. Ada cukup banyak lampu minyak di ruangan itu, sehingga udara terasa semakin panas dan mungkin semakin menyesakkan. Di salah satu jendela, duduk seorang pemuda bernama Eutikhus. Sembari Paulus berbicara, Eutikhus terlelap dan jatuh dari jendela lantai tiga itu!
2 Sebagai dokter, Lukas bisa jadi adalah yang pertama bergegas keluar dan memeriksa keadaan anak muda itu. Kondisinya sudah jelas. Eutikhus ”sudah mati ketika diangkat”. (Kis. 20:9) Tetapi, kemudian terjadi mukjizat. Paulus merebahkan dirinya di atas pemuda itu dan memberi tahu orang yang berkerumun, ”Jangan khawatir lagi. Dia hidup.” Paulus telah membangkitkan Eutikhus!—Kis. 20:10.
3 Peristiwa itu memperlihatkan hebatnya kuasa kudus Allah. Paulus tidak bisa dipersalahkan sebagai penyebab kematian Eutikhus. Namun, dia tidak mau kematian anak muda itu menodai acara penting tersebut atau membuat seseorang tersandung. Dengan bangkitnya Eutikhus, sidang itu akan terhibur dan sangat termotivasi untuk meneruskan pelayanan sepeninggal Paulus. Jelaslah, Paulus merasa sangat bertanggung jawab atas nyawa orang lain. Kita teringat akan kata-katanya yang berbunyi, ”Aku bersih dari darah semua orang.” (Kis. 20:26) Mari kita bahas bagaimana teladan Paulus bisa membantu kita dalam segi ini.
Dia ”Memulai Perjalanannya ke Makedonia” (Kis. 20:1, 2)
4. Pengalaman buruk apa yang baru Paulus dapatkan?
4 Sebagaimana dibahas di pasal sebelumnya, Paulus baru saja mendapat pengalaman buruk. Pelayanannya di Efesus telah menimbulkan kerusuhan yang cukup besar. Ya, para tukang perak yang sumber nafkahnya bergantung pada ibadah Artemis turut dalam kerusuhan itu! ”Setelah kerusuhan itu reda,” tutur Kisah 20:1, ”Paulus memanggil murid-murid dan menguatkan mereka, lalu pamit dan memulai perjalanannya ke Makedonia.”
5, 6. (a) Berapa lama Paulus tinggal di Makedonia, dan apa yang dia lakukan bagi saudara-saudara di sana? (b) Sikap apa yang terus Paulus perlihatkan kepada rekan-rekan seimannya?
5 Dalam perjalanan ke Makedonia, Paulus mampir di pelabuhan Troas selama beberapa waktu. Di sana, Paulus berharap bisa bertemu dengan Titus, yang telah diutus ke Korintus. (2 Kor. 2:12, 13) Tetapi, setelah jelas bahwa Titus tidak akan datang, Paulus pergi ke Makedonia, mungkin tinggal selama kira-kira setahun untuk ”menyampaikan kata-kata yang menguatkan murid-murid di sana”.a (Kis. 20:2) Titus akhirnya menemui Paulus di Makedonia, dengan membawa kabar baik tentang tanggapan orang Korintus atas surat Paulus yang pertama. (2 Kor. 7:5-7) Hal itu menggerakkan Paulus untuk menulis surat lagi kepada mereka, yang sekarang kita kenal sebagai 2 Korintus.
6 Menarik, Lukas menggunakan kata ”menguatkan” untuk melukiskan kunjungan Paulus kepada saudara-saudara di Efesus dan Makedonia. Betapa tepat kata itu mengungkapkan sikap Paulus terhadap rekan seiman! Kontras dengan orang Farisi, yang memandang hina orang lain, Paulus memandang domba-domba sebagai rekan sekerja. (Yoh. 7:47-49; 1 Kor. 3:9) Paulus tetap mempertahankan sikap itu bahkan ketika dia harus memberi mereka nasihat yang keras.—2 Kor. 2:4.
7. Bagaimana para pengawas Kristen zaman sekarang bisa meniru teladan Paulus?
7 Sekarang, para penatua sidang dan pengawas wilayah berupaya meniru teladan Paulus. Bahkan sewaktu mereka memberikan teguran, tujuannya adalah untuk menguatkan orang-orang yang membutuhkan bantuan. Para pengawas dengan penuh empati berupaya menguatkan dan bukannya menyalahkan. Seorang pengawas wilayah yang berpengalaman mengatakan, ”Kebanyakan saudara-saudari kita ingin melakukan apa yang benar, tetapi mereka sering harus berjuang melawan frustrasi, ketakutan, dan perasaan tidak berdaya untuk menolong diri sendiri.” Para pengawas bisa menjadi sumber kekuatan bagi rekan-rekan seiman seperti itu.—Ibr. 12:12, 13.
”Dia Mendengar Rencana Jahat Orang Yahudi Terhadapnya” (Kis. 20:3, 4)
8, 9. (a) Apa yang mengganggu rencana Paulus untuk berlayar ke Siria? (b) Mengapa orang Yahudi membenci Paulus?
8 Dari Makedonia, Paulus pergi ke Korintus.b Setelah tinggal selama tiga bulan, dia ingin melanjutkan perjalanan ke Kenkhrea, dan di sana dia berencana untuk naik kapal ke Siria. Dari sana, dia bisa pergi ke Yerusalem guna mengantarkan sumbangan kepada saudara-saudara yang berkekurangan.c (Kis. 24:17; Rm. 15:25, 26) Tetapi, sebuah peristiwa yang tak terduga mengubah rencana Paulus. Kisah 20:3 melaporkan, ”Dia mendengar rencana jahat orang Yahudi terhadapnya”!
9 Tidaklah mengejutkan bahwa orang-orang Yahudi sangat membenci Paulus, karena mereka menganggapnya murtad. Sebelumnya, pelayanannya telah menghasilkan pertobatan Krispus—seorang tokoh terkemuka di rumah ibadah orang Yahudi di Korintus. (Kis. 18:7, 8; 1 Kor. 1:14) Pada peristiwa lain, orang-orang Yahudi di Korintus pernah mengajukan berbagai tuduhan tentang Paulus kepada Galio, gubernur Akhaya. Namun, Galio menolaknya karena tidak berdasar—keputusan yang membuat marah musuh-musuh Paulus. (Kis. 18:12-17) Orang Yahudi di Korintus mungkin telah mengetahui atau mengira bahwa Paulus akan segera berlayar dari Kenkhrea, sehingga mereka merancang siasat untuk menyerang dia di sana. Apa yang harus Paulus lakukan?
10. Apakah Paulus pengecut karena menghindari Kenkhrea? Jelaskan.
10 Demi keselamatan dirinya—dan demi melindungi dana yang telah dipercayakan kepadanya—Paulus memilih untuk menghindari Kenkhrea dan kembali lewat Makedonia. Memang, perjalanan lewat darat pun berbahaya. Pada zaman dahulu, perampok sering mengintai di sepanjang jalan. Bahkan penginapan pun belum tentu aman. Namun, Paulus memilih risiko di darat itu ketimbang menghadapi orang-orang yang menunggunya di Kenkhrea. Syukurlah, dia tidak sendirian. Paulus ditemani oleh rekan-rekannya, antara lain Aristarkhus, Gayus, Sekundus, Sopater, Tikhikus, Timotius, dan Trofimus.—Kis. 20:3, 4.
11. Apa yang dilakukan orang Kristen zaman sekarang untuk melindungi diri, dan teladan apa yang Yesus berikan dalam hal ini?
11 Seperti Paulus, orang Kristen zaman sekarang berupaya melindungi diri selagi mengabar. Di daerah tertentu, mereka pergi secara berkelompok—atau setidaknya berdua-dua—ketimbang sendirian. Bagaimana dengan penindasan? Orang Kristen sadar bahwa hal itu tak dapat dielakkan. (Yoh. 15:20; 2 Tim. 3:12) Namun, mereka tidak dengan sengaja membahayakan diri. Perhatikan contoh Yesus. Pada suatu peristiwa, ketika para penentang di Yerusalem mulai mengambil batu untuk dilemparkan kepadanya, ”Yesus . . . bersembunyi dan keluar dari bait”. (Yoh. 8:59) Belakangan, ketika orang Yahudi berkomplot untuk membunuh dia, ”Yesus tidak lagi berkeliling di depan umum di antara orang-orang Yahudi. Sebaliknya, dia berangkat dari sana menuju daerah di dekat padang belantara”. (Yoh. 11:54) Yesus mengambil tindakan yang masuk akal untuk melindungi diri selama hal itu tidak bertentangan dengan kehendak Allah. Orang Kristen zaman sekarang melakukan hal serupa.—Mat. 10:16.
Mereka ”Merasa Begitu Terhibur” (Kis. 20:5-12)
12, 13. (a) Apa pengaruh kebangkitan Eutikhus terhadap sidang? (b) Harapan Alkitab apa yang menghibur orang-orang yang telah kehilangan orang yang dikasihi akibat kematian?
12 Setelah bersama-sama melintasi Makedonia, Paulus dan rombongannya tampaknya berpisah, namun kemudian berkumpul lagi di Troas.d Ayatnya mengatakan, ”Setelah lima hari, kami datang kepada mereka di Troas.”e (Kis. 20:6) Di sinilah pria muda Eutikhus dibangkitkan, sebagaimana dibahas di awal pasal ini. Bayangkan bagaimana perasaan saudara-saudara saat melihat rekan mereka Eutikhus dibangkitkan! Seperti dilaporkan ayatnya, mereka ”merasa begitu terhibur”.—Kis. 20:12.
13 Tentu saja, tidak ada mukjizat seperti itu sekarang. Namun, orang-orang yang telah kehilangan orang yang dikasihinya akibat kematian ”merasa begitu terhibur” oleh harapan kebangkitan berdasarkan Alkitab. (Yoh. 5:28, 29) Pertimbangkan: Karena tidak sempurna, Eutikhus akhirnya mati lagi. (Rm. 6:23) Tetapi, orang-orang yang dibangkitkan di dunia baru Allah memiliki harapan untuk hidup selama-lamanya! Selain itu, orang-orang yang dibangkitkan untuk memerintah bersama Yesus di surga dikaruniai tubuh yang tidak bisa mati. (1 Kor. 15:51-53) Orang Kristen zaman sekarang—kaum terurap maupun ”domba-domba lain”—memiliki alasan yang bagus untuk ”merasa begitu terhibur”.—Yoh. 10:16.
”Di Depan Umum dan dari Rumah ke Rumah” (Kis. 20:13-24)
14. Apa yang Paulus katakan kepada para penatua Efesus ketika dia bertemu mereka di Miletus?
14 Paulus dan kelompoknya pergi dari Troas ke Asos, kemudian ke Mitilene, Khios, Samos, dan Miletus. Paulus bermaksud tiba di Yerusalem pada saat perayaan Pentakosta. Itu sebabnya dia memilih kapal yang tidak singgah di Efesus pada perjalanan pulang. Tetapi, karena Paulus ingin berbicara kepada para penatua Efesus, dia meminta agar mereka menemuinya di Miletus. (Kis. 20:13-17) Setelah mereka tiba, Paulus mengatakan kepada mereka, ”Kalian tahu betul seperti apa hidupku di antara kalian sejak hari pertama aku melangkah ke Provinsi Asia. Aku bekerja sebagai budak Tuhan dengan penuh kerendahan hati, air mata, dan cobaan yang menimpaku karena rencana jahat orang Yahudi. Aku tidak menahan diri untuk memberi tahu kalian semua hal yang bermanfaat bagi kalian, atau untuk mengajar kalian di depan umum dan dari rumah ke rumah. Aku bersaksi dengan saksama kepada orang Yahudi dan orang Yunani tentang pertobatan kepada Allah dan iman kepada Tuan kita Yesus.”—Kis. 20:18-21.
15. Apa saja keuntungan memberikan kesaksian dari rumah ke rumah?
15 Sekarang, ada banyak cara untuk mengabar kepada orang-orang. Seperti Paulus, kita berupaya pergi ke mana pun orang ada, entah di halte bus, jalanan yang sibuk, atau di pasar. Namun, pergi dari rumah ke rumah masih menjadi metode pengabaran utama yang digunakan Saksi-Saksi Yehuwa. Mengapa? Salah satunya, pengabaran dari rumah ke rumah memberi kesempatan bagi semua orang untuk mendengar berita Kerajaan secara rutin, dengan demikian memperlihatkan bahwa Yehuwa tidak pilih kasih. Hal itu juga memungkinkan orang-orang yang berhati jujur untuk menerima bantuan pribadi sesuai dengan kebutuhan mereka. Selain itu, pelayanan dari rumah ke rumah membangun iman dan ketekunan orang-orang yang melakukannya. Ya, ciri khas orang Kristen sejati adalah semangat mereka dalam memberikan kesaksian ”di depan umum dan dari rumah ke rumah”.
16, 17. Bagaimana Paulus mempertunjukkan sikap berani, dan bagaimana orang Kristen zaman sekarang meniru teladannya?
16 Paulus menjelaskan kepada para penatua Efesus itu bahwa dia tidak tahu bahaya apa yang menunggunya di Yerusalem. Dia berkata, ”Meski begitu, aku tidak menganggap nyawaku penting bagiku. Yang penting, aku bisa berlari sampai garis finis dan menyelesaikan tugas pelayananku dari Tuan Yesus, yaitu bersaksi dengan saksama tentang kabar baik mengenai kebaikan hati Allah yang luar biasa.” (Kis. 20:24) Tanpa gentar, Paulus menolak untuk membiarkan situasi apa pun—entah kesehatan yang buruk atau tentangan yang sengit—mencegahnya untuk menunaikan tugas.
17 Orang Kristen zaman sekarang juga mengalami berbagai situasi buruk. Ada yang menghadapi pelarangan dan penganiayaan oleh pemerintah. Ada yang dengan tegar berjuang menghadapi penyakit fisik dan emosi yang melumpuhkan. Anak-anak muda Kristen menghadapi tekanan teman di sekolah. Tidak soal situasi yang mereka alami, Saksi-Saksi Yehuwa bersikap teguh, sama seperti Paulus. Mereka bertekad untuk ’memberikan kesaksian yang saksama tentang kabar baik’.
”Perhatikanlah Diri Kalian Sendiri dan Seluruh Kawanan” (Kis. 20:25-38)
18. Bagaimana Paulus terbebas dari utang darah, dan bagaimana para penatua Efesus bisa melakukannya juga?
18 Paulus kemudian memberikan nasihat yang terus terang kepada para penatua Efesus, dengan menggunakan dirinya sebagai contoh. Pertama, dia memberi tahu mereka bahwa ini mungkin pertemuan terakhir dengan mereka. Kemudian, dia mengatakan, ”Aku bersih dari darah semua orang, karena aku tidak menahan diri untuk memberi tahu kalian seluruh kehendak Allah.” Bagaimana para penatua Efesus bisa meniru Paulus, sehingga bebas dari utang darah? Dia memberi tahu mereka, ”Perhatikanlah diri kalian sendiri dan seluruh kawanan itu, karena kalian telah dilantik dengan kuasa kudus sebagai pengawas mereka, untuk menggembalakan sidang jemaat Allah, yang Dia beli dengan darah Putra-Nya sendiri.” (Kis. 20:26-28) Paulus memperingatkan bahwa ”serigala-serigala buas” akan menyusupi kawanan dan akan ”menyampaikan ajaran sesat untuk membuat murid-murid menyimpang kepada mereka”. Apa yang harus dilakukan para penatua itu? ”Tetaplah sadar,” Paulus mengingatkan, ”dan ingatlah bahwa siang malam selama tiga tahun, aku tak henti-hentinya menasihati kalian masing-masing sambil meneteskan air mata.”—Kis. 20:29-31.
19. Kemurtadan apa yang berkembang pada akhir abad pertama, dan apa yang dihasilkannya pada abad-abad setelah itu?
19 ”Serigala-serigala buas” muncul pada akhir abad pertama. Sekitar tahun 98 M, Rasul Yohanes menulis, ”Sekarang pun antikristus sudah banyak. . . . Mereka tadinya bersama-sama kita, tapi mereka keluar karena mereka berbeda dengan kita. Kalau mereka sama dengan kita, mereka pasti masih bersama kita.” (1 Yoh. 2:18, 19) Pada abad ketiga, kemurtadan telah menghasilkan golongan klerus Gereja, dan pada abad keempat, Kaisar Konstantin memberikan pengakuan resmi pada ”Kekristenan” murtad itu. Dengan memasukkan berbagai ritual yang tidak sesuai standar Allah dan memolesnya hingga berkesan ”Kristen”, para pemimpin agama memang ”menyampaikan ajaran sesat”. Efek kemurtadan masih terlihat sampai sekarang dalam berbagai ajaran dan kebiasaan Gereja.
20, 21. Bagaimana Paulus memperlihatkan semangat rela berkorban, dan bagaimana para penatua Kristen zaman sekarang bisa melakukan hal serupa?
20 Haluan hidup Paulus sangat bertolak belakang dengan orang-orang yang belakangan memanfaatkan kawanan. Dia bekerja untuk mendukung dirinya sendiri sehingga tidak membebani sidang. Kerja kerasnya demi rekan-rekan seiman bukan untuk memperkaya diri. Paulus mendesak para penatua Efesus untuk memperlihatkan semangat rela berkorban. ”Kalian harus membantu orang yang lemah,” katanya, ”dan harus mengingat kata-kata Tuan Yesus sendiri, yaitu, ’Lebih bahagia memberi daripada menerima.’”—Kis. 20:35.
21 Seperti Paulus, para penatua Kristen zaman sekarang rela berkorban. Berbeda dengan para pemimpin Gereja, yang menarik uang dari kawanan, orang-orang yang dipercayakan dengan tanggung jawab untuk ”menggembalakan sidang jemaat Allah” melaksanakan tugas mereka tanpa mementingkan diri. Kesombongan dan ambisi tidak memiliki tempat dalam sidang Kristen, karena orang-orang yang ”mencari kemuliaan bagi diri sendiri” pada akhirnya akan gagal. (Ams. 25:27) Kelancangan hanya akan mengakibatkan kehinaan.—Ams. 11:2.
”Mereka semua menangis tersedu-sedu.”—Kisah 20:37
22. Apa yang membuat para penatua Efesus menyayangi Paulus?
22 Paulus mengasihi saudara-saudaranya dengan tulus, maka saudara-saudaranya pun menyayangi dia. Sesungguhnya, saat dia akan berangkat, ”mereka semua menangis tersedu-sedu sambil memeluk Paulus dan mencium dia”. (Kis. 20:37, 38) Orang-orang Kristen sungguh menghargai dan mengasihi orang-orang yang, seperti Paulus, memberikan waktu, energi, dan materi tanpa mementingkan diri demi kawanan. Setelah membahas teladan Paulus yang sangat bagus, tidakkah Saudara setuju bahwa dia tidak menyombongkan diri ataupun melebih-lebihkan ketika mengatakan, ”Aku bersih dari darah semua orang”?—Kis. 20:26.
a Lihat kotak ”Surat-Surat Paulus dari Makedonia”.
b Kemungkinan besar, Paulus menulis surat kepada orang Roma selagi berada di Korintus.
c Lihat kotak ”Paulus Mengantarkan Dana Kemanusiaan”.
d Lukas menggunakan kata ”kami” di Kisah 20:5, 6 mungkin karena dia berkumpul lagi dengan Paulus di Filipi setelah berada di sana selama beberapa waktu.—Kis. 16:10-17, 40.
e Perjalanan dari Filipi ke Troas memakan waktu lima hari. Mungkin saat itu angin tidak menguntungkan, karena sebelumnya perjalanan serupa ditempuh hanya dalam dua hari.—Kis. 16:11.
-
-
”Semoga Kehendak Yehuwa Terjadi””Memberikan Kesaksian yang Saksama tentang Kerajaan Allah”
-
-
PASAL 22
”Semoga Kehendak Yehuwa Terjadi”
Karena bertekad melakukan kehendak Allah, Paulus pergi ke Yerusalem
Berdasarkan Kisah 21:1-17
1-4. Mengapa Paulus pergi ke Yerusalem, dan apa yang menantinya di sana?
PERPISAHAN di Miletus sungguh mengharukan. Berat rasanya bagi Paulus dan Lukas untuk meninggalkan para penatua Efesus, mengingat kasih sayang yang telah bertumbuh di antara mereka selama ini! Kedua utusan injil tersebut berdiri di dek kapal. Mereka membawa perbekalan yang dibutuhkan untuk perjalanan itu. Mereka juga membawa dana yang dikumpulkan bagi orang Kristen yang berkekurangan di Yudea dan ingin segera mengantarkannya dengan selamat hingga ke tujuan.
2 Angin yang lembut menerpa layar, dan kapal itu meninggalkan keramaian pelabuhan. Kedua pria itu, bersama tujuh rekan seperjalanan mereka, memandang wajah sedih saudara-saudara mereka di pelabuhan. (Kis. 20:4, 14, 15) Paulus dan rekan-rekannya terus melambaikan tangan hingga teman-teman mereka menghilang di kejauhan.
3 Selama sekitar tiga tahun, Paulus telah bekerja erat dengan para penatua di Efesus. Tetapi sekarang, atas pengarahan kuasa kudus, dia berangkat ke Yerusalem. Dia sedikit banyak tahu apa yang akan terjadi dengan dirinya. Sebelumnya, dia memberi tahu para penatua itu, ”Karena dorongan kuasa kudus, aku pergi menuju Yerusalem, walaupun aku tidak tahu apa yang akan kualami di sana. Aku hanya tahu kesaksian yang diberikan kepadaku dari kota ke kota melalui kuasa kudus, bahwa penjara dan kesengsaraan sedang menunggu aku.” (Kis. 20:22, 23) Meski menghadapi bahaya, Paulus merasakan ”dorongan kuasa kudus”—merasa wajib sekaligus rela untuk mengikuti pengarahan kuasa kudus, yakni pergi ke Yerusalem. Dia menyayangi nyawanya, tetapi melakukan kehendak Allah adalah hal terpenting baginya.
4 Itukah yang juga Saudara rasakan? Saat kita membaktikan diri kepada Yehuwa, kita dengan khidmat berjanji untuk mendahulukan kehendak Allah sebagai hal terpenting dalam kehidupan. Kita bisa memperoleh manfaat dengan membahas teladan Rasul Paulus yang setia.
Melewati ”Pulau Siprus” (Kis. 21:1-3)
5. Jalur mana yang dilewati Paulus dan rekan-rekannya dalam perjalanan ke Tirus?
5 Kapal yang Paulus dan rekan-rekannya tumpangi ”berlayar langsung ke Kos”. Maksudnya, kapal itu melaju tanpa berkelok-kelok karena didorong angin yang bagus hingga mereka mencapai Kos pada hari yang sama. (Kis. 21:1) Tampaknya, kapal itu berlabuh di sana semalam sebelum berlayar ke Rodes dan Patara. Di Patara, di pesisir selatan Asia Kecil, saudara-saudara itu naik ke sebuah kapal kargo yang besar, yang membawa mereka langsung ke Tirus, Fenisia. Di perjalanan, mereka melewati ”Pulau Siprus . . . di sebelah kiri”. (Kis. 21:3) Mengapa Lukas, sang penulis buku Kisah, menyebutkan perincian itu?
6. (a) Mengapa Paulus bisa jadi berbesar hati saat melihat Siprus? (b) Ketika Saudara merenungkan bagaimana Yehuwa telah memberkati dan membantu Saudara, apa yang bisa Saudara simpulkan?
6 Mungkin Paulus menunjuk pulau itu dan menceritakan pengalamannya di sana. Pada perjalanan utusan injilnya yang pertama sekitar sembilan tahun sebelumnya, Paulus, bersama Barnabas dan Yohanes Markus, harus menghadapi Elimas si ahli sihir, yang menentang pengabaran mereka. (Kis. 13:4-12) Dengan melihat pulau itu dan merenungkan apa yang pernah terjadi di sana, Paulus bisa jadi termotivasi dan dikuatkan untuk menghadapi apa yang akan terjadi pada dirinya. Kita juga bisa mendapat manfaat dengan merenungkan bagaimana Allah telah memberkati kita dan membantu kita bertekun menghadapi cobaan. Perenungan demikian bisa membantu kita menarik kesimpulan yang sama seperti Daud, yang menulis, ”Kesulitan orang benar itu banyak, tapi Yehuwa membebaskan dia dari semuanya itu.”—Mz. 34:19.
”Kami Mencari dan Menemukan Murid-Murid” (Kis. 21:4-9)
7. Apa yang dilakukan Paulus dan rekan-rekannya setibanya di Tirus?
7 Paulus menghargai nilai pergaulan Kristen dan sangat ingin berada bersama rekan-rekan seiman. Lukas menulis bahwa setibanya di Tirus, mereka ”mencari dan menemukan murid-murid”. (Kis. 21:4) Mengetahui ada rekan-rekan Kristen di Tirus, Paulus dan rekan-rekannya mencari mereka dan kemungkinan besar tinggal bersama mereka. Salah satu berkat besar karena memiliki kebenaran adalah bahwa tidak soal ke mana kita pergi, kita bisa menemukan rekan-rekan seiman yang berpikiran serupa yang akan menyambut kita. Orang-orang yang mengasihi Allah dan yang mempraktekkan ibadah sejati memiliki teman di seluruh dunia.
8. Apa artinya Kisah 21:4?
8 Saat menjelaskan ketujuh hari mereka tinggal di Tirus, Lukas mencatat sesuatu yang mungkin awalnya tampak membingungkan: ”Dengan bimbingan kuasa kudus, [saudara-saudara di Tirus] berulang-ulang memberi tahu Paulus untuk tidak menginjakkan kaki di Yerusalem.” (Kis. 21:4) Apakah Yehuwa berubah pikiran? Apakah Dia sekarang mengarahkan Paulus untuk tidak pergi ke Yerusalem? Tidak. Kuasa kudus menunjukkan bahwa Paulus akan dianiaya di Yerusalem, bukan melarangnya pergi ke kota itu. Tampaknya, melalui kuasa kudus, saudara-saudara di Tirus dengan benar menyimpulkan bahwa Paulus akan mengalami kesulitan di Yerusalem. Maka, karena mengkhawatirkan Paulus, mereka menyarankan agar dia tidak pergi ke Yerusalem. Keinginan mereka untuk melindungi Paulus dari bahaya yang mengancam dapat dimaklumi. Meskipun demikian, karena bertekad untuk melakukan kehendak Allah, Paulus meneruskan perjalanannya ke Yerusalem.—Kis. 21:12.
9, 10. (a) Setelah mendengar kekhawatiran saudara-saudara di Tirus, Paulus mungkin mengingat situasi serupa apa? (b) Pemikiran apa yang umum di dunia sekarang ini, dan bagaimana hal itu bertentangan dengan kata-kata Yesus?
9 Setelah mendengar kekhawatiran saudara-saudara, mungkin Paulus ingat bahwa Yesus pernah menemui reaksi serupa setelah memberi tahu para muridnya bahwa dia akan ke Yerusalem, menderita banyak hal, dan dibunuh. Tergerak oleh emosi, Petrus mengatakan kepada Yesus, ”Kasihanilah dirimu sendiri, Tuan. Itu sama sekali tidak akan terjadi padamu.” Yesus menjawab, ”Pergi ke belakangku, Setan! Kamu menjadi batu sandungan bagiku, karena kamu tidak memikirkan pikiran Allah, tapi pikiran manusia.” (Mat. 16:21-23) Yesus bertekad untuk mengorbankan diri sesuai tugas yang telah Allah berikan kepadanya. Paulus merasakan hal serupa. Saudara-saudara di Tirus, seperti Rasul Petrus, tak diragukan memiliki maksud baik, tetapi mereka tidak memahami kehendak Allah.
Mengikuti Yesus menuntut semangat rela berkorban
10 Sekarang, banyak orang senang untuk mengasihani diri sendiri atau mengikuti jalan yang paling mudah. Orang-orang pada umumnya mencari agama yang nyaman dan yang tidak banyak tuntutannya. Sebaliknya, Yesus menganjurkan sikap mental yang sama sekali berbeda. Dia memberi tahu murid-muridnya, ”Kalau seseorang ingin mengikuti aku, dia harus menyangkal diri dan memikul tiang siksaannya dan terus mengikuti aku.” (Mat. 16:24) Mengikuti Yesus adalah hal yang bijaksana dan tepat, tetapi tidak mudah.
11. Bagaimana murid-murid di Tirus memperlihatkan kasih sayang dan dukungan kepada Paulus?
11 Paulus, Lukas, dan rekan-rekan lainnya harus segera meneruskan perjalanan. Catatan tentang keberangkatan mereka sungguh menyentuh hati. Nyata sekali bahwa saudara-saudara di Tirus mengasihi Paulus dan sangat mendukung pelayanannya. Para pria, wanita, dan anak-anak menemani Paulus dan rekan-rekannya ke pantai. Bersama-sama, mereka berlutut dan berdoa, kemudian mengucapkan selamat tinggal. Setelah itu, Paulus, Lukas, dan rekan-rekan seperjalanan mereka menumpang kapal lain dan meneruskan perjalanan ke Ptolemais, di mana mereka bertemu dengan saudara-saudara dan tinggal bersama mereka selama satu hari.—Kis. 21:5-7.
12, 13. (a) Apa riwayat pelayanan yang setia yang dimiliki Filipus? (b) Mengapa Filipus menjadi teladan bagi para ayah Kristen sekarang?
12 Kemudian, tulis Lukas, Paulus dan rekan-rekannya berangkat ke Kaisarea. Setibanya di sana, mereka ”masuk ke rumah Filipus penginjil itu”.a (Kis. 21:8) Mereka pasti senang sekali bertemu dengan Filipus. Sekitar 20 tahun sebelumnya di Yerusalem, dia diangkat oleh para rasul untuk turut mengurusi pembagian makanan kepada sidang Kristen yang baru dibentuk. Filipus memiliki riwayat panjang sebagai pengabar yang bersemangat. Ingat bahwa ketika penganiayaan membuat murid-murid terpencar, Filipus pergi ke Samaria dan mulai mengabar. Belakangan, dia mengabar kepada sang pejabat Etiopia dan membaptisnya. (Kis. 6:2-6; 8:4-13, 26-38) Benar-benar riwayat pelayanan yang setia!
13 Filipus belum kehilangan semangatnya dalam pelayanan. Dia kini tinggal di Kaisarea dan masih sibuk dalam pekerjaan pengabaran, sebagaimana diperlihatkan Lukas dengan menyebutnya ”penginjil itu”. Kita juga diberi tahu bahwa dia sekarang memiliki empat anak perempuan yang bernubuat, yang memperlihatkan bahwa mereka mengikuti jejak ayahnya.b (Kis. 21:9) Maka, Filipus pasti rajin membangun kerohanian keluarganya. Para ayah Kristen sekarang hendaknya mengikuti contoh Filipus, dengan menjadi teladan dalam pelayanan dan membantu anak-anak mereka mengembangkan kecintaan terhadap pekerjaan penginjilan.
14. Apa yang pasti dihasilkan ketika Paulus mengunjungi rekan-rekan seimannya, dan kesempatan apa yang ada sekarang?
14 Di mana pun Paulus berada, dia selalu mencari rekan-rekan seiman dan bergaul dengan mereka. Tentu, saudara-saudara setempat sangat ingin mengulurkan keramahtamahan kepada sang utusan injil dan rekan-rekannya. Kunjungan itu pasti menghasilkan kesempatan untuk ”saling menguatkan”. (Rm. 1:11, 12) Kesempatan serupa ada sekarang. Saudara akan memperoleh manfaat besar dengan membuka rumah Saudara, tidak soal seberapa sederhana, bagi pengawas wilayah dan istrinya.—Rm. 12:13.
’Mati Pun Aku Siap’ (Kis. 21:10-14)
15, 16. Berita apa yang Agabus sampaikan, dan apa reaksi orang-orang yang mendengarnya?
15 Selama Paulus tinggal dengan Filipus, datanglah seorang tamu lain yang dihormati—Agabus. Orang-orang yang berkumpul di rumah Filipus tahu bahwa Agabus adalah nabi; dia pernah menubuatkan kelaparan yang parah selama masa pemerintahan Klaudius. (Kis. 11:27, 28) Mungkin mereka bertanya-tanya, ’Mengapa Agabus datang? Pesan apa yang mau dia sampaikan?’ Sementara mereka memperhatikan dengan cermat, dia mengambil ikat pinggang Paulus—kain panjang yang bisa menjadi tempat uang dan barang lain. Dengannya, Agabus mengikat kaki dan tangannya sendiri. Dia kemudian berbicara. Pesannya sungguh mengagetkan: ”Inilah yang dikatakan melalui kuasa kudus, ’Pemilik ikat pinggang ini akan diikat seperti ini oleh orang-orang Yahudi di Yerusalem, dan dia akan diserahkan ke tangan orang-orang dari bangsa lain.’”—Kis. 21:11.
16 Nubuat itu memastikan bahwa Paulus akan pergi ke Yerusalem. Hal itu juga memperlihatkan bahwa urusannya dengan orang Yahudi akan membuat dirinya diserahkan ”ke tangan orang-orang dari bangsa lain”. Nubuat itu mengundang reaksi orang-orang yang ada di rumah itu. Lukas menulis, ”Mendengar itu, kami dan orang-orang yang ada di sana memohon agar Paulus tidak pergi ke Yerusalem. Lalu Paulus berkata, ’Kenapa kalian menangis dan berusaha melemahkan tekadku? Percayalah, jangankan diikat, mati di Yerusalem pun aku siap demi nama Tuan Yesus.’”—Kis. 21:12, 13.
17, 18. Bagaimana Paulus memperlihatkan tekadnya yang teguh, dan apa tanggapan rekan-rekannya?
17 Bayangkan situasinya. Saudara-saudara, termasuk Lukas, memohon agar Paulus tidak meneruskan perjalanannya. Beberapa menangis. Melihat kepedulian mereka kepada dirinya, Paulus dengan lembut mengatakan bahwa mereka ”berusaha melemahkan tekad[nya]”, atau, menurut beberapa terjemahan, mereka ”membuat hati[nya] hancur”. Namun, tekadnya sudah bulat, dan sama seperti ketika dia menemui saudara-saudara di Tirus, dia tidak akan membiarkan permohonan atau tangisan menggoyahkan dia. Sebaliknya, dia menjelaskan kepada mereka mengapa dia harus tetap berangkat. Sungguh kuat keberanian dan keteguhan hatinya! Seperti Yesus, Paulus bertekad bulat untuk pergi ke Yerusalem. (Ibr. 12:2) Paulus bukannya berniat menjadi martir, tetapi jika itu terjadi, dia akan menganggapnya sebagai kehormatan untuk mati sebagai pengikut Yesus Kristus.
18 Apa tanggapan saudara-saudara? Mereka merespek keputusan itu. Kita membaca, ”Karena dia tidak bisa dibujuk, kami tidak memaksa lagi, dan kami berkata, ’Semoga kehendak Yehuwa terjadi.’” (Kis. 21:14) Orang-orang yang berupaya meyakinkan Paulus untuk tidak pergi ke Yerusalem tidak memaksakan pendapat mereka. Mereka mendengarkan Paulus dan mengalah, mengakui dan menerima kehendak Yehuwa, meskipun dengan berat hati. Paulus telah memulai suatu perjalanan menuju kematiannya. Jauh lebih mudah baginya jika orang-orang yang mengasihinya tidak berupaya melemahkan dia.
19. Pelajaran berharga apa yang kita tarik dari pengalaman Paulus?
19 Kita menarik pelajaran yang berharga dari apa yang terjadi pada Paulus: Kita hendaknya tidak mencoba membujuk agar seseorang mengurungkan niatnya untuk melakukan tindakan yang rela berkorban demi melayani Yehuwa. Kita bisa menerapkan pelajaran ini pada banyak situasi, bukan hanya pada situasi hidup dan mati. Misalnya, meskipun banyak orang tua Kristen merasa sedih ketika anak mereka meninggalkan rumah guna melayani Yehuwa di tempat yang jauh, mereka bertekad untuk tidak membujuk sang anak agar mengurungkan niatnya. Phyllis, yang tinggal di Inggris, ingat bagaimana perasaannya ketika putri tunggalnya pergi menjadi utusan injil di Afrika. ”Saya sangat sedih saat itu,” kata Phyllis. ”Sulit bagi saya untuk menerima bahwa dia akan pergi jauh. Saya merasa sedih sekaligus bangga. Saya banyak berdoa tentang perasaan saya. Tapi itu keputusan dia dan saya tidak pernah mencoba mengubahnya. Lagi pula, saya memang selalu mengajarnya untuk mendahulukan Kerajaan Allah! Dia telah melayani di luar negeri selama 30 tahun terakhir ini, dan setiap hari saya berterima kasih kepada Yehuwa untuk kesetiaannya.” Sungguh bagus jika kita membesarkan hati rekan seiman yang rela berkorban!
Sungguh bagus jika kita membesarkan hati rekan seiman yang rela berkorban
”Saudara-Saudara Menyambut Kami dengan Senang Hati” (Kis. 21:15-17)
20, 21. Apa saja yang memperlihatkan bahwa Paulus ingin berada bersama saudara-saudara seiman, dan mengapa dia ingin berada bersama mereka?
20 Persiapan pun dibuat, dan Paulus meneruskan perjalanannya, ditemani oleh saudara-saudaranya yang selalu mendukung dia dengan sepenuh hati. Pada setiap tahap perjalanannya ke Yerusalem, Paulus dan rekan-rekannya berupaya mencari saudara-saudara seiman. Di Tirus, mereka menemukan murid-murid dan tinggal bersama mereka selama tujuh hari. Di Ptolemais, mereka menyapa saudara dan saudari dan tinggal bersama mereka selama sehari. Di Kaisarea, mereka tinggal selama beberapa hari di rumah Filipus. Kemudian, beberapa murid dari Kaisarea mengantar Paulus dan rekan-rekannya ke Yerusalem, di mana mereka dijamu oleh Mnason, seorang murid masa awal. Setelah mereka tiba di Yerusalem, Lukas melaporkan bahwa ”saudara-saudara menyambut [mereka] dengan senang hati”.—Kis. 21:17.
21 Jelaslah, Paulus ingin berada bersama rekan-rekan seiman. Sang rasul memperoleh dorongan moril dari saudara-saudarinya, sama seperti kita sekarang. Tak diragukan, dorongan moril itu memperkuat Paulus untuk menghadapi kemurkaan para penentang yang akan berupaya membunuhnya.
a Lihat kotak ”Kaisarea—Ibu Kota Provinsi Yudea”.
b Lihat kotak ”Dapatkah Wanita Menjadi Rohaniwan Kristen?”
-
-
”Dengarkanlah Pembelaan Saya””Memberikan Kesaksian yang Saksama tentang Kerajaan Allah”
-
-
PASAL 23
”Dengarkanlah Pembelaan Saya”
Paulus membela kebenaran di hadapan massa yang marah dan Sanhedrin
Berdasarkan Kisah 21:18–23:10
1, 2. Apa yang membuat Rasul Paulus datang ke Yerusalem, dan kesulitan apa saja yang akan dia hadapi di sana?
YERUSALEM! Sekali lagi, Paulus menyusuri jalan-jalannya yang sempit dan ramai. Tidak ada kota lain di dunia yang begitu erat kaitannya dengan sejarah umat Yehuwa. Hampir seluruh penduduknya sangat membanggakan kejayaan masa lalunya. Paulus tahu bahwa banyak orang Kristen di sini terlalu mengandalkan masa lalu, dan tidak membuat kemajuan sesuai dengan perkembangan kehendak Yehuwa. Jadi, Paulus bisa melihat adanya kondisi kekurangan rohani selain kekurangan materi yang telah menyebabkan dia—ketika masih di Efesus—memutuskan untuk datang lagi ke kota yang masyhur ini. (Kis. 19:21) Meski ada bahaya mengintai, dia tidak membatalkan niatnya.
2 Nah, sekarang, apa yang akan Paulus hadapi di Yerusalem? Satu kesulitan akan datang dari beberapa pengikut Kristus, yang merasa gundah karena kabar yang mereka dengar tentang dirinya, sedangkan kesulitan-kesulitan lain yang lebih besar akan datang dari para musuh Kristus. Mereka akan melontarkan tuduhan palsu terhadap Paulus, memukuli dia, dan mengancam untuk membunuhnya. Situasi yang penuh pergolakan itu juga akan memberi Paulus kesempatan untuk menyampaikan pembelaan. Kerendahan hati, keberanian, serta imannya dalam menangani berbagai kesulitan tersebut menjadi teladan yang luar biasa bagi orang Kristen sekarang. Mari kita simak.
”Mereka Mulai Memuliakan Allah” (Kis. 21:18-20a)
3-5. (a) Pertemuan apa yang Paulus hadiri di Yerusalem, dan apa yang dibicarakan? (b) Pelajaran apa saja yang kita peroleh dari pertemuan Paulus dengan para penatua di Yerusalem?
3 Sehari setelah kedatangannya ke Yerusalem, Paulus dan rekan-rekannya pergi menemui para penatua yang bertanggung jawab atas sidang jemaat. Tak satu pun dari para rasul yang masih hidup disebut-sebut dalam catatan ini; mungkin pada saat itu mereka semua telah pergi untuk melayani di bagian-bagian lain di dunia. Tetapi, Yakobus saudara Yesus masih ada di sana. (Gal. 2:9) Kemungkinan besar, Yakobus mengetuai pertemuan dengan Paulus, dan dalam pertemuan itu ”semua penatua ada di sana”.—Kis. 21:18.
4 Paulus memberi salam kepada para penatua itu ”dan mulai menceritakan dengan terperinci hal-hal yang Allah lakukan di antara bangsa-bangsa melalui pelayanannya”. (Kis. 21:19) Bisa kita bayangkan betapa membesarkan hatinya hal itu. Sekarang, kita pun amat senang jika mendengar tentang kemajuan pekerjaan di negeri-negeri lain.—Ams. 25:25.
5 Di tengah-tengah ceritanya, Paulus tentu menyebutkan juga tentang sumbangan yang dia bawa dari Eropa. Kepedulian yang ditunjukkan oleh saudara-saudara di tempat-tempat jauh pastilah menghangatkan hati para pendengar Paulus. Ya, setelah mendengar laporan Paulus, catatan itu mengatakan, ”Mereka [para penatua itu] mulai memuliakan Allah”! (Kis. 21:20a) Demikian pula sekarang, banyak orang yang terkena bencana atau sakit parah sangat tersentuh sewaktu rekan-rekan seiman memberikan bantuan dan kata-kata penghiburan yang tepat waktu.
Banyak Orang Masih ”Bersemangat Menjalankan Taurat” (Kis. 21:20b, 21)
6. Problem apa yang diberitahukan kepada Paulus?
6 Para penatua itu kemudian memberi tahu Paulus bahwa di Yudea ada problem menyangkut dirinya. Mereka mengatakan, ”Kamu lihat, saudaraku, sudah ribuan orang Yahudi menjadi percaya, dan semuanya bersemangat menjalankan Taurat. Tapi, mereka mendengar kabar bahwa kamu mengajar semua orang Yahudi di antara bangsa lain untuk meninggalkan Hukum Musa, bahwa kamu melarang mereka menyunat anak-anak mereka atau mengikuti adat istiadat.”a—Kis. 21:20b, 21.
7, 8. (a) Banyak orang Kristen di Yudea memiliki pandangan keliru apa? (b) Mengapa pemikiran keliru dari beberapa orang Yahudi itu bukan berarti kemurtadan?
7 Mengapa begitu banyak orang Kristen masih bergairah untuk Hukum Musa, lebih dari 20 tahun setelah hukum itu ditiadakan? (Kol. 2:14) Pada tahun 49 M, rasul-rasul dan para penatua yang mengadakan rapat di Yerusalem telah mengirimkan surat kepada sidang-sidang yang menjelaskan bahwa orang Kristen yang berasal dari bangsa lain tidak perlu disunat dan menjalankan Hukum Musa. (Kis. 15:23-29) Tetapi, surat itu tidak menyebut tentang orang Kristen Yahudi, dan banyak dari mereka tidak mengerti bahwa Hukum Musa tidak berlaku lagi.
8 Apakah pemikiran yang salah tersebut membuat orang-orang Yahudi itu tidak memenuhi syarat sebagai orang Kristen? Tidak. Mereka tidak seperti orang-orang yang tadinya menyembah dewa-dewi dan sekarang masih mengikuti kebiasaan agama mereka sebelumnya. Hukum Musa yang begitu penting bagi orang Kristen Yahudi itu pada mulanya diberikan oleh Yehuwa. Jadi, hukum itu sendiri tidak salah atau mengandung pengaruh jahat. Tetapi, hukum itu berkaitan dengan perjanjian lama, sedangkan orang Kristen kini berada di bawah perjanjian baru. Jadi, dalam ibadah yang murni, tidak ada gunanya lagi seseorang menjalankan perjanjian Hukum Musa. Orang Kristen Ibrani yang bergairah untuk hukum itu kurang memiliki pemahaman dan kurang beriman akan sidang Kristen. Mereka perlu menyelaraskan pemikiran mereka dengan pemahaman terkini mengenai kebenaran.b—Yer. 31:31-34; Luk. 22:20.
”Kabar . . . Itu Tidak Benar” (Kis. 21:22-26)
9. Apa yang Paulus ajarkan berkenaan dengan Hukum Musa?
9 Bagaimana dengan kabar yang menyatakan bahwa Paulus ”melarang [orang Yahudi yang tinggal di antara bangsa lain] menyunat anak-anak mereka atau mengikuti adat istiadat”? Paulus adalah rasul untuk orang non-Yahudi, dan kepada mereka dia menjunjung keputusan bahwa orang non-Yahudi tidak perlu tunduk kepada Hukum Musa. Dia juga menyingkapkan kesalahan siapa pun yang berupaya membujuk orang Kristen non-Yahudi untuk disunat sebagai tanda ketundukan kepada Hukum Musa. (Gal. 5:1-7) Paulus juga memberitakan kabar baik kepada orang Yahudi di kota-kota yang dia kunjungi. Dia tentu menjelaskan kepada mereka yang suka mendengar bahwa kematian Yesus telah membuat Hukum Musa tidak berlaku dan bahwa seseorang dinyatakan benar karena beriman, bukan karena menjalankan hukum.—Rm. 2:28, 29; 3:21-26.
10. Sikap seimbang apa yang Paulus tunjukkan sehubungan dengan hukum Taurat dan sunat?
10 Meskipun demikian, Paulus berpengertian terhadap orang-orang yang merasa nyaman menjalankan beberapa kebiasaan Yahudi, misalnya tidak bekerja pada hari Sabat atau berpantang makanan tertentu. (Rm. 14:1-6) Dan, dia tidak menggariskan aturan-aturan tentang sunat. Malah, Paulus menyuruh Timotius disunat agar orang-orang Yahudi tidak mencurigai Timotius, yang ayahnya orang Yunani. (Kis. 16:3) Sunat merupakan keputusan pribadi. Paulus memberi tahu orang-orang Galatia, ”Yang penting bukan disunat atau tidak, tapi iman yang dinyatakan melalui kasih.” (Gal. 5:6) Akan tetapi, tidaklah benar jika seseorang disunat agar berada di bawah hukum Taurat atau menyatakan bahwa sunat diperlukan untuk diperkenan Yehuwa. Hal itu menunjukkan kurangnya iman.
11. Nasihat apa yang diberikan para penatua kepada Paulus, tapi apa yang kelihatannya tidak bakal Paulus lakukan? (Lihat juga catatan kaki.)
11 Jadi, meskipun kabar itu sama sekali tidak benar, orang-orang Kristen Yahudi tetap gundah mendengarnya. Oleh karena itu, para penatua memberikan arahan ini kepada Paulus, ”Di sini ada empat orang yang sudah berikrar. Bawalah mereka bersamamu, jalani upacara menyucikan diri bersama mereka, dan bayar semua pengeluaran mereka, supaya mereka bisa mencukur rambut kepala mereka. Lalu, semua orang akan tahu bahwa kabar yang mereka dengar tentang kamu itu tidak benar, karena kamu bertingkah laku baik dan menjalankan Taurat.”c—Kis. 21:23, 24.
12. Bagaimana Paulus menunjukkan sikap lentuk dan suka bekerja sama ketika menanggapi nasihat para penatua di Yerusalem?
12 Paulus bisa saja membantah bahwa problem sesungguhnya bukanlah kabar tentang dirinya, melainkan fanatisme orang-orang Kristen Yahudi terhadap Hukum Musa. Tetapi, dia bersedia untuk bersikap lentuk selama dia tidak harus mengkompromikan prinsip-prinsip Allah. Sebelumnya dia pernah menulis, ”Kepada orang yang terikat hukum, saya menjadi orang yang terikat hukum supaya bisa membantu mereka, walaupun saya sendiri tidak terikat hukum.” (1 Kor. 9:20) Pada kesempatan ini, Paulus bekerja sama dengan para penatua di Yerusalem dan menjadi seperti ”orang yang terikat hukum”. Tindakannya itu menjadi teladan bagi kita sekarang untuk bekerja sama dengan para penatua dan tidak berkeras melakukan sesuatu menurut cara kita sendiri.—Ibr. 13:17.
Apabila tidak ada prinsip Alkitab yang dilanggar, Paulus mengalah. Apakah Saudara juga?
”Dia Tidak Pantas Hidup!” (Kis. 21:27–22:30)
13. (a) Mengapa beberapa orang Yahudi menimbulkan kerusuhan di bait? (b) Bagaimana nyawa Paulus diselamatkan?
13 Di bait, situasi tidak berjalan lancar. Ketika hari-hari untuk menyelesaikan ikrar itu sudah hampir berakhir, orang-orang Yahudi dari Asia melihat Paulus, dan mereka menuduh dia membawa orang-orang non-Yahudi ke dalam bait, lalu mereka menyulut huru-hara. Kalau saja komandan pasukan Romawi tidak turun tangan, Paulus tentu sudah mati dipukuli. Namun, Paulus kemudian ditahan oleh sang komandan Romawi. Dan, lebih dari empat tahun kemudian Paulus baru memperoleh kembali kebebasannya. Sekarang ini pun, bahaya masih membayangi Paulus. Sewaktu sang komandan bertanya kepada orang-orang Yahudi mengapa mereka menyerang Paulus, mereka meneriakkan tuduhan ini dan itu. Di tengah ingar-bingar tersebut, sang komandan tidak bisa mengerti apa-apa. Akhirnya, Paulus terpaksa diamankan dengan dibawa pergi dari situ. Sewaktu Paulus dan para prajurit Romawi sudah hampir memasuki markas prajurit, Paulus mengatakan kepada sang komandan, ”Saya mohon, izinkan saya berbicara kepada orang-orang ini.” (Kis. 21:39) Sang komandan mengabulkannya, dan selanjutnya Paulus membela imannya dengan berani.
14, 15. (a) Apa yang Paulus jelaskan kepada orang-orang Yahudi? (b) Apa saja yang dilakukan sang komandan Romawi untuk mengetahui mengapa orang-orang Yahudi itu marah?
14 ”Dengarkanlah pembelaan saya,” Paulus mulai berkata. (Kis. 22:1) Paulus berbicara kepada orang banyak itu dengan bahasa Ibrani, sehingga mereka pun tenang. Dia memberikan penjelasan yang terus terang mengapa dia kini menjadi pengikut Kristus. Dalam penjelasannya, Paulus dengan terampil menyebutkan pokok-pokok yang dapat dipastikan keakuratannya oleh orang-orang Yahudi itu. Paulus pernah mendapat pendidikan dari Gamaliel yang masyhur dan pernah menganiaya pengikut Kristus, sebagaimana mungkin diketahui oleh beberapa yang hadir. Akan tetapi, dalam perjalanan ke Damaskus, dia mendapat penglihatan tentang Kristus yang telah dibangkitkan, yang berbicara kepadanya. Rekan-rekan seperjalanan Paulus melihat cahaya terang dan mendengar suatu suara, tetapi mereka tidak memahami kata-katanya. (Lihat keterangan tambahan Kis. 9:7; 22:9, nwtsty.) Kemudian, rekan-rekannya itu harus menuntun Paulus, yang menjadi buta karena penglihatan tersebut, ke Damaskus. Di sana, Ananias, pria yang dikenal oleh orang-orang Yahudi di daerah itu, memulihkan penglihatan Paulus melalui mukjizat.
15 Paulus selanjutnya menceritakan bahwa sekembalinya dia ke Yerusalem, Yesus menemuinya di bait. Mendengar hal itu, orang-orang Yahudi menjadi marah, dan mereka berteriak-teriak, ”Singkirkan orang seperti ini dari bumi! Dia tidak pantas hidup!” (Kis. 22:22) Guna menyelamatkan Paulus, sang komandan harus membawanya ke dalam markas prajurit. Karena ingin mencari tahu mengapa orang Yahudi marah kepada Paulus, sang komandan memerintahkan agar dia dipersiapkan untuk ditanyai sambil dicambuk. Namun, Paulus memanfaatkan perlindungan hukum yang ada dan memberitahukan bahwa dia warga negara Romawi. Para penyembah Yehuwa sekarang pun menggunakan perlindungan hukum yang tersedia bagi mereka untuk membela iman. (Lihat kotak ”Hukum Romawi dan Warga Negara Romawi” dan kotak ”Perjuangan Hukum Zaman Modern”.) Begitu mendengar bahwa Paulus warga negara Romawi, sang komandan sadar bahwa dia harus mencari cara lain untuk mendapat lebih banyak keterangan. Keesokan harinya, dia membawa Paulus ke pertemuan khusus dengan Sanhedrin, Mahkamah Agung Yahudi.
”Saya Adalah Orang Farisi” (Kis. 23:1-10)
16, 17. (a) Gambarkan apa yang terjadi ketika Paulus berbicara di hadapan Sanhedrin. (b) Sewaktu dia dipukul, bagaimana Paulus memberikan teladan kerendahan hati?
16 Paulus memulai pembelaannya di depan Sanhedrin dengan mengatakan, ”Saudara-saudara, di hadapan Allah, saya bertingkah laku dengan hati nurani yang benar-benar bersih sampai hari ini.” (Kis. 23:1) Namun, dia tidak bisa melanjutkan kata-katanya. Catatan itu mengatakan, ”Mendengar itu, Imam Besar Ananias menyuruh orang-orang yang berdiri di dekatnya untuk memukul mulutnya.” (Kis. 23:2) Itu benar-benar penghinaan! Tindakan itu menyingkapkan prasangka, seolah-olah Paulus pembohong, padahal belum ada bukti apa pun! Tidak heran Paulus menanggapinya dengan mengatakan, ”Kamu seperti tembok yang dicat putih. Allah akan memukul kamu. Apakah kamu duduk untuk mengadili saya menurut hukum Taurat, dan pada saat yang sama melanggar hukum itu dengan menyuruh agar saya dipukul?”—Kis. 23:3.
17 Beberapa orang yang berdiri di situ terkejut—bukan karena orang yang memukul Paulus tetapi karena reaksi Paulus! Mereka mengatakan, ”Apakah kamu menghina imam besar Allah?” Dalam jawabannya, Paulus memberikan suatu pelajaran kerendahan hati dan respek akan hukum Taurat. Dia mengatakan, ”Saudara-saudara, saya tidak tahu bahwa dia imam besar. Ada tertulis, ’Jangan menghina pemimpin bangsa kalian.’”d (Kis. 23:4, 5; Kel. 22:28) Paulus sekarang menggunakan strategi lain. Karena ingat bahwa Sanhedrin terdiri dari orang Farisi dan orang Saduki, dia mengatakan, ”Saudara-saudara, saya adalah orang Farisi, keturunan orang Farisi. Saya sekarang diadili karena harapan kebangkitan orang mati.”—Kis. 23:6.
Seperti Paulus, kita mencari titik temu sewaktu berbicara dengan orang-orang yang berbeda agama
18. Mengapa Paulus menyebut dirinya orang Farisi, dan bagaimana kita bisa menggunakan penalaran serupa dalam situasi tertentu?
18 Mengapa Paulus menyebut dirinya orang Farisi? Karena dia adalah ”keturunan orang Farisi”, dari keluarga yang menganut sekte tersebut. Karena itu, banyak yang mungkin masih menganggapnya demikian.e Namun, bagaimana Paulus bisa mengaitkan dirinya dengan kepercayaan orang Farisi tentang kebangkitan? Menurut laporan, orang Farisi percaya bahwa jiwa secara sadar terus hidup setelah kematian dan bahwa jiwa orang benar akan hidup kembali dalam tubuh manusia. Paulus tidak mempercayai gagasan tersebut. Dia mempercayai kebangkitan seperti yang diajarkan Yesus. (Yoh. 5:25-29) Namun, Paulus setuju dengan orang Farisi tentang adanya harapan kehidupan setelah kematian—tidak seperti orang Saduki, yang tidak mempercayai adanya kehidupan di masa depan. Kita bisa menggunakan penalaran serupa sewaktu berdiskusi dengan orang Katolik atau Protestan. Kita dapat mengatakan bahwa seperti mereka, kita percaya kepada Allah. Memang, mereka percaya kepada Tritunggal sedangkan kita percaya kepada Allah Alkitab. Tetapi, kita sama-sama percaya bahwa Allah itu ada.
19. Mengapa pertemuan Sanhedrin berakhir ricuh?
19 Pernyataan Paulus membuat Sanhedrin terbagi. Menurut catatan itu, ”terjadilah keributan besar, dan beberapa ahli Taurat dari sekte Farisi berdiri dan mulai berkata dengan sengit, ’Kami tidak menemukan kesalahan apa pun pada orang ini. Mungkin ada makhluk roh atau malaikat yang berbicara kepadanya.’” (Kis. 23:9) Pernyataan bahwa seorang malaikat mungkin telah berbicara kepada Paulus sama sekali tidak dapat diterima oleh orang Saduki, yang tidak mempercayai adanya malaikat! (Lihat kotak ”Orang Saduki dan Orang Farisi”.) Kericuhan makin menjadi-jadi sehingga komandan militer Romawi itu sekali lagi menyelamatkan sang rasul. (Kis. 23:10) Namun, Paulus belum terlepas dari bahaya. Apa yang akan dialami sang rasul? Kita akan tahu lebih banyak di pasal berikut.
a Mengingat begitu besarnya jumlah orang Kristen Yahudi, ada kemungkinan banyak sidang berhimpun di rumah-rumah pribadi.
b Beberapa tahun kemudian, Rasul Paulus menulis surat kepada orang-orang Ibrani, yang isinya membuktikan keunggulan perjanjian baru. Di surat itu, dia memperjelas bahwa perjanjian baru membuat perjanjian lama tidak dibutuhkan lagi. Selain menyediakan argumen kuat yang dapat digunakan oleh orang Kristen Yahudi untuk menjawab orang-orang yang berkeras mempertahankan Hukum Musa, penalaran Paulus yang jitu tentu menguatkan iman beberapa orang Kristen yang terlalu mementingkan Hukum Musa.—Ibr. 8:7-13.
c Para pakar memperkirakan bahwa pria-pria itu telah membuat ikrar sebagai orang Nazir. (Bil. 6:1-21) Memang, Hukum Musa, yang mengatur penyelenggaraan ikrar tersebut, kini sudah tidak berlaku. Namun, Paulus mungkin bernalar bahwa tidaklah salah bagi pria-pria itu untuk memenuhi suatu ikrar kepada Yehuwa. Oleh karena itu, tidaklah salah baginya untuk membayar pengeluaran mereka dan menyertai mereka. Kita tidak tahu persis ikrar apa yang tersangkut, tetapi apa pun itu, kelihatannya Paulus tidak bakal mendukung persembahan korban binatang (seperti yang dilakukan orang Nazir) karena dia tahu bahwa hal itu tidak akan membersihkan manusia dari dosa. Dengan adanya korban Kristus yang sempurna, korban binatang tidak lagi memiliki nilai untuk mengadakan pendamaian bagi dosa. Apa pun yang Paulus lakukan, kita bisa yakin bahwa dia tidak bakal menyetujui apa pun yang akan melanggar hati nuraninya.
d Ada yang menduga bahwa Paulus memiliki gangguan penglihatan sehingga dia tidak bisa mengenali imam besar. Atau, mungkin dia sudah sedemikian lamanya tidak ada di Yerusalem sehingga tidak tahu siapa imam besar saat itu. Atau, karena ada banyak orang di situ, Paulus tidak bisa melihat siapa yang memberikan perintah untuk memukul dia.
e Pada tahun 49 M, sewaktu rasul-rasul dan para penatua membahas apakah orang non-Yahudi harus tunduk kepada Hukum Musa, beberapa orang Kristen yang hadir disebut sebagai ”orang dari sekte Farisi, yang sudah menjadi percaya”. (Kis. 15:5) Jelaslah, orang-orang Kristen itu dalam arti tertentu masih dikaitkan dengan latar belakang mereka sebagai orang Farisi.
-
-
”Tetaplah Berani!””Memberikan Kesaksian yang Saksama tentang Kerajaan Allah”
-
-
PASAL 24
”Tetaplah Berani!”
Paulus luput dari rencana pembunuhan dan menyampaikan pembelaan di hadapan Feliks
Berdasarkan Kisah 23:11–24:27
1, 2. Mengapa Paulus tidak heran dengan penganiayaan yang dia hadapi di Yerusalem?
SETELAH direnggut dari gerombolan orang yang marah di Yerusalem, Paulus dimasukkan lagi ke dalam penjara. Rasul yang bersemangat itu tidak heran dengan penganiayaan yang dia hadapi di Yerusalem. Dia sudah diberi tahu bahwa ”penjara dan kesengsaraan” menantinya di kota ini. (Kis. 20:22, 23) Meskipun tidak tahu persis apa yang bakal menimpanya, Paulus tahu bahwa dia akan terus menderita demi nama Yesus.—Kis. 9:16.
2 Para nabi Kristen pun telah memperingatkan Paulus bahwa dia akan dibelenggu dan diserahkan ”ke tangan orang-orang dari bangsa lain”. (Kis. 21:4, 10, 11) Belum lama ini, segerombolan massa Yahudi berupaya membunuhnya, dan tidak lama kemudian, dia seolah-olah ”akan dicabik-cabik” oleh para anggota Sanhedrin yang bertikai mengenai dirinya. Sekarang, sang rasul menjadi tahanan prajurit Romawi dan akan menghadapi lebih banyak persidangan serta tuduhan. (Kis. 21:31; 23:10) Rasul Paulus benar-benar membutuhkan dukungan moril!
3. Dari mana kita menerima dukungan moril untuk terus giat dalam pekerjaan pengabaran?
3 Pada zaman akhir, kita tahu bahwa ”semua yang ingin mengabdi kepada Allah sebagai pengikut Kristus Yesus akan dianiaya juga”. (2 Tim. 3:12) Dari waktu ke waktu, kita pun membutuhkan dukungan moril untuk terus giat dalam pekerjaan pengabaran. Betapa bersyukurnya kita atas perkataan yang tepat waktu serta membesarkan hati yang kita terima melalui publikasi dan perhimpunan yang diatur oleh ”budak yang setia dan bijaksana”! (Mat. 24:45) Yehuwa telah menjamin bahwa musuh-musuh kabar baik tidak akan berhasil. Mereka tidak akan membinasakan hamba-hamba-Nya sebagai suatu kelompok ataupun menghentikan pekerjaan pengabaran. (Yes. 54:17; Yer. 1:19) Namun, bagaimana dengan Rasul Paulus? Apakah dia menerima dukungan moril untuk terus memberikan kesaksian yang saksama meski ditentang? Jika ya, dalam bentuk apa, dan bagaimana dia menanggapinya?
Menggagalkan Komplotan Orang yang Terikat Sumpah (Kis. 23:11-34)
4, 5. Dukungan moril apa yang Paulus terima, dan mengapa itu tepat waktu?
4 Rasul Paulus menerima dukungan moril yang amat dia butuhkan pada malam setelah dia diselamatkan dari Sanhedrin. Catatan terilham memberi tahu kita, ”Tuan datang kepada Paulus dan berkata, ’Tetaplah berani! Kamu harus bersaksi di Roma, sama seperti kamu bersaksi dengan saksama tentang aku di Yerusalem.’” (Kis. 23:11) Melalui kata-kata Yesus yang membesarkan hati ini, Paulus mendapat jaminan keselamatan. Dia tahu bahwa dia akan tetap hidup untuk pergi ke Roma dan mendapat kehormatan untuk memberikan kesaksian tentang Yesus di sana.
”Lebih dari 40 orang sudah menunggu untuk menyergap dia.”—Kisah 23:21
5 Dukungan moril bagi Paulus itu tepat waktu. Persis keesokan harinya, lebih dari 40 pria Yahudi ”berkomplot dan bersumpah bahwa mereka tidak akan makan atau minum sampai mereka membunuh Paulus”. Ini menunjukkan betapa kuat tekad orang-orang Yahudi itu untuk membunuh sang rasul. Kalau rencana mereka gagal, mereka percaya bahwa sebagai akibatnya, mereka akan ditimpa kutukan, atau kemalangan. (Kis. 23:12-15) Rencana mereka, yang disetujui oleh para imam kepala dan para pemimpin, adalah meminta agar Paulus dibawa kembali ke Sanhedrin untuk dimintai lebih banyak keterangan, seolah-olah untuk memastikan perkaranya dengan lebih saksama. Tetapi dalam perjalanan, mereka akan mengadang Paulus untuk menyerang serta membunuhnya.
6. Bagaimana rencana pembunuhan Paulus tersingkap, dan teladan apa yang bisa diperoleh kaum muda zaman sekarang dari catatan ini?
6 Akan tetapi, keponakan Paulus mendengar tentang rencana jahat itu dan melaporkannya kepada Paulus. Selanjutnya, Paulus menyuruh pemuda itu melaporkannya kepada komandan militer Romawi Klaudius Lisias. (Kis. 23:16-22) Sekarang pun, Yehuwa pastilah mengasihi kaum muda yang, seperti keponakan Paulus yang tidak disebutkan namanya itu, dengan berani mendahulukan kesejahteraan umat Yehuwa di atas kesejahteraan diri mereka sendiri dan yang dengan setia berbuat sebisa-bisanya untuk memajukan kepentingan Kerajaan.
7, 8. Pengaturan apa yang dilakukan Klaudius Lisias untuk keselamatan Paulus?
7 Segera setelah diberi tahu tentang rencana pembunuhan Paulus itu, Klaudius Lisias, yang mengepalai 1.000 prajurit, memerintahkan dibentuknya pengawalan militer yang terdiri dari 470 orang—prajurit, orang bersenjatakan tombak, dan penunggang kuda—untuk pergi dari Yerusalem malam itu juga dan mengantar Paulus dengan selamat ke Kaisarea. Setibanya di sana, dia harus diserahkan kepada Gubernur Feliks.a Kaisarea adalah ibu kota pemerintahan Romawi di Yudea. Dan, meskipun ada cukup banyak orang Yahudi yang tinggal di sana, mayoritas penduduknya adalah orang non-Yahudi. Ketertiban yang ada di sana sangat kontras dengan situasi di Yerusalem, di mana banyak orang secara emosional mempertunjukkan prasangka keagamaan dan terlibat dalam banyak kerusuhan. Kaisarea juga merupakan markas besar pasukan militer Romawi di Yudea.
8 Sesuai dengan hukum Romawi, Lisias mengirimkan surat yang menjelaskan kasus itu kepada Feliks. Lisias menyebutkan bahwa setelah mengetahui Paulus seorang warga negara Romawi, dia menyelamatkan Paulus saat Paulus ’nyaris dibunuh’ oleh orang Yahudi. Lisias menyatakan bahwa dia tidak mendapati Paulus bersalah melakukan apa pun ”yang membuatnya pantas mati atau dipenjarakan”, tetapi karena adanya rencana jahat terhadap Paulus, dia menyerahkan Paulus kepada Feliks agar sang gubernur dapat mendengar apa yang mau dikatakan para penuduh dan memutuskan perkaranya.—Kis. 23:25-30.
9. (a) Bagaimana hak Paulus sebagai warga negara Romawi dilanggar? (b) Mengapa kita bisa memanfaatkan hak kita sebagai warga suatu negara?
9 Apakah Lisias menuliskan yang sebenarnya? Tidak sepenuhnya. Tampaknya dia berupaya memberikan kesan yang terbaik mengenai dirinya. Sebenarnya, dia menyelamatkan Paulus bukan karena tahu bahwa sang rasul warga negara Romawi. Selain itu, Lisias tidak menyebutkan bahwa dia telah menyuruh agar Paulus ”diikat dengan dua rantai” dan belakangan memerintahkan agar dia ”ditanyai sambil dicambuk”. (Kis. 21:30-34; 22:24-29) Jadi, Lisias telah melanggar hak Paulus sebagai warga negara Romawi. Sekarang, Setan menggunakan fanatisme keagamaan para penentang untuk mengobarkan api penganiayaan, dan kemerdekaan sipil kita bisa jadi dilanggar. Tetapi, seperti Paulus, umat Allah sering kali bisa memanfaatkan hak-hak yang mereka miliki sebagai warga suatu negara dan mengupayakan perlindungan berdasarkan hukum.
”Saya Senang Menyampaikan Pembelaan Saya” (Kis. 23:35–24:21)
10. Tuduhan serius apa saja yang ditujukan terhadap Paulus?
10 Di Kaisarea, Paulus ”ditahan di istana Herodes” sambil menunggu kedatangan para penuduh dari Yerusalem. (Kis. 23:35) Lima hari kemudian tibalah mereka—Imam Besar Ananias, Tertulus selaku pembicara yang bertindak sebagai pengacara, dan beberapa pemimpin Yahudi. Tertulus pertama-tama menyanjung Feliks atas apa yang dia lakukan bagi orang Yahudi, jelaslah dengan tujuan menjilat.b Lalu, ketika sampai pada masalahnya, Tertulus menyebut Paulus sebagai ”tukang cari masalah”. Tertulus juga berkata, ”Dia menghasut orang Yahudi di seluruh dunia, dan dialah ujung tombak sekte orang Nazaret. Dia juga mencoba mencemari bait, maka kami menangkapnya.” Orang-orang Yahudi lain ”ikut menyerang dia dan membenarkan tuduhan-tuduhan itu”. (Kis. 24:5, 6, 9) Menghasut orang-orang, menyebarkan sekte berbahaya, dan mencemari bait—ini tuduhan-tuduhan serius yang bisa mengakibatkan vonis hukuman mati.
11, 12. Bagaimana Paulus menyangkal berbagai tuduhan atas dirinya?
11 Kemudian, Paulus diperbolehkan berbicara. ”Saya senang menyampaikan pembelaan saya,” katanya. Dia dengan tandas menyangkal tuduhan-tuduhan itu. Sang rasul tidak mencemari bait, dia pun tidak menghasut orang-orang. Dia menunjukkan bahwa selama ”bertahun-tahun”, dia bahkan tidak ada di Yerusalem dan datang untuk membawa ”sedekah”—sumbangan bagi orang Kristen yang miskin akibat kelaparan dan penganiayaan. Paulus menegaskan bahwa sebelum memasuki bait, dia sudah ”menjalani upacara menyucikan diri” dan bahwa dia berupaya ”agar hati nurani[nya] tetap bersih di hadapan Allah dan manusia”.—Kis. 24:10-13, 16-18, catatan kaki.
12 Namun, Paulus memang mengakui bahwa dia melakukan pelayanan suci kepada Allah leluhurnya ”sesuai dengan jalan hidup yang mereka sebut ’sekte’”. Tetapi, dia menegaskan bahwa dia mempercayai ”semua hal yang ada dalam Taurat dan Tulisan Para Nabi”. Dan, seperti para penuduhnya, dia mempercayai harapan ”kebangkitan bagi orang-orang yang benar maupun yang tidak benar”. Paulus kemudian menantang para penuduhnya, ”Biarkan orang-orang di sini mengatakan sendiri kesalahan apa yang mereka temukan waktu itu, pada waktu saya dibawa ke hadapan Sanhedrin. Mereka hanya bisa menuduh saya karena satu hal ini, yaitu ketika saya berdiri di hadapan mereka, saya berkata, ’Hari ini saya diadili di hadapan kalian karena harapan kebangkitan orang mati!’”—Kis. 24:14, 15, 20, 21.
13-15. Mengapa kita bisa menganggap Paulus sebagai contoh bagus dalam memberikan kesaksian yang berani di hadapan kalangan berwenang sekuler?
13 Paulus memberikan teladan bagus untuk kita ikuti seandainya kita dihadapkan ke kalangan berwenang sekuler karena ibadah kita dan jika kita mendapat tuduhan palsu bahwa kita pembuat keributan, melawan pemerintah, atau anggota ”sekte berbahaya”. Paulus tidak berupaya menjilat sang gubernur dengan kata-kata sanjungan seperti Tertulus. Paulus tetap tenang dan penuh respek. Dengan bijaksana, dia memberikan kesaksian dengan jelas dan benar. Paulus menyebutkan bahwa ”beberapa orang Yahudi dari Provinsi Asia” yang telah menuduhnya mencemari bait tidak hadir dan secara hukum dia seharusnya bisa mengkonfrontasi mereka serta mendengar tuduhan mereka.—Kis. 24:18, 19.
14 Dan yang paling mencolok, Paulus tidak menahan diri untuk memberikan kesaksian tentang kepercayaannya. Dengan berani, sang rasul menegaskan kembali kepercayaannya tentang kebangkitan, masalah yang telah menimbulkan keributan besar ketika dia berada di hadapan Sanhedrin. (Kis. 23:6-10) Dalam pembelaannya, Paulus menandaskan harapan kebangkitan. Mengapa? Karena Paulus memberikan kesaksian tentang Yesus dan tentang kebangkitan Yesus dari antara orang mati—sesuatu yang tidak bisa diterima oleh para penentangnya. (Kis. 26:6-8, 22, 23) Ya, pertikaian itu berpusat pada masalah kebangkitan—lebih tepatnya, kepercayaan kepada Yesus dan kebangkitannya.
15 Seperti Paulus, kita bisa memberikan kesaksian yang berani dan dikuatkan oleh apa yang Yesus katakan kepada murid-muridnya: ”Kalian juga akan dibenci oleh semua orang karena namaku. Tapi orang yang bertekun sampai akhir akan diselamatkan.” Perlukah kita khawatir mengenai apa yang harus kita katakan? Tidak, sebab Yesus memberikan jaminan ini: ”Sewaktu mereka sedang membawa kalian untuk menyerahkan kalian, jangan khawatir tentang apa yang harus dikatakan. Katakan saja apa pun yang diberikan kepada kalian pada waktu itu, karena yang bicara bukan kalian, tapi kuasa kudus.”—Mrk. 13:9-13.
”Feliks Menjadi Takut” (Kis. 24:22-27)
16, 17. (a) Apa yang Feliks lakukan sewaktu mengadili Paulus? (b) Mengapa Feliks menjadi takut, tetapi untuk alasan apa dia terus memanggil Paulus?
16 Ini bukan pertama kalinya Gubernur Feliks mendengar tentang kepercayaan Kristen. Catatan itu menyatakan, ”Feliks, yang tahu banyak tentang Jalan Tuan [istilah untuk menggambarkan Kekristenan masa awal], menunda persidangan itu dan berkata, ’Setelah Komandan Lisias datang, saya akan membuat keputusan dalam kasus kalian.’ Lalu, dia memberi perintah kepada perwira agar Paulus tetap ditahan tapi diberi sedikit kebebasan, dan agar teman-temannya diizinkan untuk mengurus kebutuhannya.”—Kis. 24:22, 23.
17 Beberapa hari kemudian, Feliks bersama istrinya, Drusila, seorang wanita Yahudi, memanggil Paulus dan ”mendengarkan Paulus berbicara tentang kepercayaan kepada Kristus Yesus”. (Kis. 24:24) Akan tetapi, sewaktu Paulus berbicara tentang ”tingkah laku yang benar, pengendalian diri, dan penghakiman yang akan datang, Feliks menjadi takut”, mungkin karena hal-hal itu mengganggu hati nuraninya mengingat segala kejahatan yang dia lakukan. Maka, dia menyuruh Paulus pergi, dengan mengatakan, ”Sekarang kamu pergi dulu. Saya akan panggil kamu lagi kalau ada kesempatan.” Setelah itu, Feliks memang sering memanggil Paulus, bukan karena dia ingin belajar tentang kebenaran, tetapi karena dia berharap Paulus akan memberinya suap.—Kis. 24:25, 26.
18. Mengapa Paulus berbicara kepada Feliks dan istrinya tentang ”tingkah laku yang benar, pengendalian diri, dan penghakiman yang akan datang”?
18 Mengapa Paulus berbicara kepada Feliks dan istrinya tentang ”tingkah laku yang benar, pengendalian diri, dan penghakiman yang akan datang”? Ingat, mereka ingin mengetahui apa yang tersangkut dalam ”kepercayaan kepada Kristus Yesus”. Paulus, yang mengetahui latar belakang mereka yang amoral, kejam, dan tidak adil, menyatakan dengan terus terang apa yang dituntut dari semua orang yang mau menjadi pengikut Yesus. Apa yang Paulus katakan memperlihatkan kontras tajam antara standar kebenaran Allah dan jalan hidup Feliks serta istrinya. Hal ini seharusnya membantu mereka mengerti bahwa semua manusia harus bertanggung jawab kepada Allah atas apa yang mereka pikirkan, katakan, serta lakukan, dan bahwa penghakiman yang akan mereka jalani di hadapan Allah lebih penting daripada penghakiman yang akan dijatuhkan kepada Paulus. Tidak heran, Feliks ”menjadi takut”!
19, 20. (a) Dalam pelayanan, bagaimana caranya kita menangani orang-orang yang tampaknya berminat tetapi sebenarnya tidak mau berubah dari jalan hidup mereka? (b) Dari mana kita tahu bahwa Feliks bukan teman bagi Paulus?
19 Dalam pelayanan kita, kita mungkin bertemu dengan orang-orang yang seperti Feliks. Mula-mula, mereka mungkin tampaknya berminat akan kebenaran, tetapi sebenarnya mereka tidak mau berubah dari jalan hidup mereka yang mementingkan diri. Kita memang seharusnya jeli saat membantu orang-orang seperti itu. Namun, seperti Paulus, kita bisa dengan bijaksana memberitahukan standar-standar Allah kepada mereka. Siapa tahu kebenaran akan menyentuh hati mereka. Akan tetapi, jika ternyata mereka tidak berniat meninggalkan jalan hidup mereka yang berdosa, kita tinggalkan saja mereka dan kita cari lagi orang-orang yang memang mencari kebenaran.
20 Mengenai Feliks, keadaan hatinya yang asli tersingkap dari kata-kata ini, ”Setelah dua tahun, Feliks digantikan oleh Porkius Festus, dan karena Feliks ingin disukai oleh orang Yahudi, dia membiarkan Paulus ditahan.” (Kis. 24:27) Feliks sama sekali bukan teman bagi Paulus. Feliks tahu bahwa para pengikut ”Jalan Tuan” bukanlah pemberontak ataupun pejuang revolusi. (Kis. 19:23) Dia juga tahu bahwa Paulus tidak pernah melanggar hukum Romawi mana pun. Namun, karena ingin ”disukai oleh orang Yahudi”, Feliks tetap membiarkan sang rasul di penjara.
21. Apa yang terjadi atas Paulus setelah Porkius Festus menjadi gubernur, dan tidak diragukan Paulus terus dikuatkan oleh apa?
21 Sebagaimana diperlihatkan dalam ayat terakhir di Kisah pasal 24, Paulus masih berada dalam tahanan sewaktu Porkius Festus menggantikan Feliks sebagai gubernur. Maka, dimulailah serangkaian pemeriksaan pengadilan, dan Paulus diserahkan dari satu pejabat ke pejabat lainnya. Ya, rasul yang berani ini ”dibawa ke hadapan raja-raja dan gubernur-gubernur”. (Luk. 21:12) Sebagaimana akan kita lihat, dia belakangan akan memberikan kesaksian kepada sang penguasa tertinggi pada zamannya. Selama semuanya itu, iman Paulus tidak pernah goyah. Tidak diragukan, dia terus dikuatkan oleh kata-kata Yesus, ”Tetaplah berani!”
a Lihat kotak ”Feliks—Prokurator Yudea”.
b Tertulus berterima kasih kepada Feliks atas ”kedamaian besar” yang dia datangkan bagi bangsa mereka. Tetapi sebenarnya, kedamaian di Yudea justru berkurang selama Feliks menjabat ketimbang pada masa pemerintahan gubernur-gubernur sebelum dia hingga pemberontakan melawan Roma. Yang juga tidak benar adalah disebutkannya ”rasa terima kasih yang sebesar-besarnya” dari orang Yahudi atas reformasi yang Feliks lakukan. Pada kenyataannya, kebanyakan orang Yahudi membenci Feliks karena telah menyengsarakan kehidupan mereka dan karena kekejamannya dalam memadamkan pemberontakan mereka.—Kis. 24:2, 3.
-
-
”Saya Naik Banding kepada Kaisar!””Memberikan Kesaksian yang Saksama tentang Kerajaan Allah”
-
-
PASAL 25
”Saya Naik Banding kepada Kaisar!”
Paulus memberikan teladan dalam membela kabar baik
Berdasarkan Kisah 25:1–26:32
1, 2. (a) Situasi apa yang Paulus hadapi? (b) Pertanyaan apa yang timbul mengenai permintaan banding Paulus kepada Kaisar?
PAULUS masih berada di bawah penjagaan ketat di Kaisarea. Dua tahun sebelumnya, hanya dalam beberapa hari setelah dia kembali ke Yudea, sudah sedikitnya tiga kali orang Yahudi berupaya membunuhnya. (Kis. 21:27-36; 23:10, 12-15, 27) Hingga kini musuh-musuhnya belum berhasil, tetapi mereka tidak menyerah. Sewaktu Paulus melihat bahwa dia bisa jatuh lagi ke tangan mereka, dia mengatakan kepada Gubernur Romawi Festus, ”Saya naik banding kepada Kaisar!”—Kis. 25:11.
2 Apakah Yehuwa mendukung keputusan Paulus untuk meminta banding kepada kaisar Roma? Jawabannya penting bagi kita yang memberikan kesaksian saksama tentang Kerajaan Allah pada zaman akhir ini. Kita perlu tahu apakah Paulus memberikan pola untuk kita ikuti ”ketika kita menggunakan hukum untuk membela kabar baik”.—Flp. 1:7.
”Berdiri di Hadapan Kursi Penghakiman” (Kis. 25:1-12)
3, 4. (a) Ada apa di balik permintaan orang Yahudi agar Paulus dibawa ke Yerusalem, dan bagaimana dia luput dari kematian? (b) Bagaimana Yehuwa menguatkan hamba-hamba-Nya pada zaman modern, seperti Dia menguatkan Paulus?
3 Tiga hari setelah menjabat, Festus, gubernur baru Yudea, pergi ke Yerusalem.a Di sana, dia mendengarkan ketika para imam kepala dan pemuka Yahudi menuduh Paulus melakukan berbagai kejahatan serius. Mereka tahu bahwa gubernur baru itu mendapat tekanan untuk menjaga perdamaian dengan mereka dan semua orang Yahudi. Maka, mereka memohon kepada Festus: Bawa Paulus ke Yerusalem, dan adili dia di sana. Tetapi, ada rencana jahat di balik permintaan tersebut. Para musuh berencana membunuh Paulus di jalan yang menghubungkan Kaisarea dan Yerusalem. Festus tidak mengabulkannya, dengan mengatakan, ”Sebaiknya para pemimpin kalian . . . ikut dengan saya [ke Kaisarea] dan menuduhnya kalau dia memang sudah berbuat salah.” (Kis. 25:5) Lagi-lagi, Paulus luput dari kematian.
4 Selama semua persidangan yang Paulus jalani, Yehuwa melalui Tuan Yesus Kristus menguatkan dia. Ingat bahwa dalam sebuah penglihatan, Yesus memberi tahu rasulnya, ”Tetaplah berani!” (Kis. 23:11) Sekarang, hamba-hamba Allah juga menghadapi berbagai kendala dan ancaman. Yehuwa tidak melindungi kita dari setiap kesulitan, tetapi Dia memberi kita hikmat serta kekuatan untuk bertahan. Kita dapat selalu mengandalkan ”kesanggupan . . . yang begitu luar biasa” yang disediakan oleh Allah kita yang pengasih.—2 Kor. 4:7.
5. Bagaimana Festus menangani Paulus?
5 Beberapa hari kemudian, Festus ”duduk di kursi penghakiman” di Kaisarea.b Di hadapan dia berdirilah Paulus dan para penuduhnya. Untuk membantah berbagai tuduhan mereka yang tidak berdasar, Paulus mengatakan, ”Saya tidak bersalah terhadap Hukum orang Yahudi, terhadap bait, ataupun terhadap Kaisar.” Sang rasul tidak bersalah dan selayaknya dibebaskan. Apa keputusan Festus? Karena ingin menyenangkan orang Yahudi, dia bertanya kepada Paulus, ”Apakah kamu mau pergi ke Yerusalem dan diadili di hadapan saya di sana untuk kasus ini?” (Kis. 25:6-9) Benar-benar usulan yang tidak masuk akal! Jika Paulus dikirim kembali ke Yerusalem, penuduhnya akan menjadi hakimnya, dan dia pasti mati. Pada kesempatan ini, Festus memilih keuntungan politik dan bukannya keadilan sejati. Sebelumnya, ada gubernur yang pernah bertindak serupa, yakni Pontius Pilatus, dalam kasus seorang tahanan yang jauh lebih penting. (Yoh. 19:12-16) Hakim zaman modern juga bisa menyerah pada tekanan politik. Karena itu, dalam kasus-kasus menyangkut umat Allah, kita tidak perlu heran apabila pengadilan menjatuhkan keputusan yang bertentangan dengan bukti.
6, 7. Mengapa Paulus meminta banding kepada Kaisar, dan dengan demikian, contoh apa yang dia berikan bagi orang Kristen zaman sekarang?
6 Niat Festus untuk memuaskan hati orang Yahudi bisa berujung kematian bagi Paulus. Karena itu, Paulus menggunakan haknya sebagai warga negara Romawi. Dia memberi tahu Festus, ”Saya sedang berdiri di hadapan kursi penghakiman Kaisar, dan di sinilah saya seharusnya diadili. Saya tidak bersalah terhadap orang Yahudi, dan Bapak tahu benar tentang itu. . . . Saya naik banding kepada Kaisar!” Begitu diucapkan, permintaan seperti itu biasanya tidak dapat ditarik kembali. Festus menandaskan hal ini, dengan mengatakan, ”Kamu naik banding kepada Kaisar, maka kamu akan pergi kepada Kaisar.” (Kis. 25:10-12) Permintaan banding Paulus kepada wewenang hukum yang lebih tinggi menjadi contoh bagi orang Kristen zaman sekarang. Sewaktu para penentang berupaya ”merencanakan masalah atas nama hukum”, Saksi-Saksi Yehuwa memanfaatkan sarana-sarana hukum untuk membela kabar baik.c—Mz. 94:20.
7 Demikianlah, setelah dua tahun dipenjarakan untuk kejahatan yang tidak dia lakukan, Paulus diberi kesempatan mengajukan kasusnya di Roma. Tetapi, sebelum dia berangkat, ada penguasa lain yang ingin bertemu dengannya.
Kita naik banding jika ada keputusan hukum yang tidak menguntungkan
”Saya Menaati Penglihatan dari Surga” (Kis. 25:13–26:23)
8, 9. Mengapa Raja Agripa berkunjung ke Kaisarea?
8 Beberapa hari setelah Festus mendengar permintaan banding Paulus kepada Kaisar, Raja Agripa dan saudara perempuannya, Bernike, ”mengadakan kunjungan kehormatan” kepada gubernur baru itu.d Pada zaman Romawi, para pejabat memiliki kebiasaan untuk berkunjung kepada gubernur yang baru dilantik. Dengan mengucapkan selamat kepada Festus atas pelantikannya, Agripa tentu berupaya menjalin hubungan politik dan persahabatan yang bisa berguna di kemudian hari.—Kis. 25:13.
9 Festus memberi tahu Raja tentang Paulus, dan Agripa pun ingin bertemu dengannya. Keesokan harinya, kedua penguasa itu duduk di kursi penghakiman. Namun, pameran kuasa serta kemegahan mereka tidaklah lebih mengesankan ketimbang kata-kata yang akan diucapkan sang tahanan di hadapan mereka.—Kis. 25:22-27.
10, 11. Bagaimana Paulus menunjukkan respek kepada Agripa, dan perincian apa saja tentang masa lalunya yang Paulus ceritakan kepada sang raja?
10 Paulus dengan penuh respek berterima kasih kepada Raja Agripa atas kesempatan menyampaikan pembelaan di hadapannya, mengakui bahwa sang raja ahli dalam semua kebiasaan maupun perbantahan di antara orang-orang Yahudi. Paulus selanjutnya menceritakan kehidupannya di masa lalu, ”Saya hidup sebagai orang Farisi, menurut sekte yang paling keras dalam agama kami.” (Kis. 26:5) Sebagai orang Farisi, Paulus mengharapkan kedatangan sang Mesias. Kini, sebagai orang Kristen, dia dengan berani menyatakan bahwa Yesus Kristus adalah Mesias yang telah lama dinanti-nantikan itu. Dia dan para penuduhnya memiliki kepercayaan yang sama—yaitu harapan tentang penggenapan janji Allah kepada leluhur mereka—dan karena keyakinan itulah Paulus diadili pada hari tersebut. Penjelasan ini menyebabkan Agripa semakin berminat mendengar apa yang Paulus katakan.e
11 Paulus mengingat kembali perlakuannya yang kejam terhadap orang Kristen, dan mengatakan, ”Dulu, saya sendiri yakin bahwa saya harus berbuat sebisa-bisanya untuk menentang nama Yesus orang Nazaret. . . . Karena sangat membenci mereka [pengikut Kristus], saya bahkan menganiaya mereka sampai ke kota-kota lain.” (Kis. 26:9-11) Paulus tidak membesar-besarkan hal itu. Banyak orang mengetahui kekejaman yang dia lakukan kepada orang Kristen. (Gal. 1:13, 23) ’Apa yang bisa membuat orang seperti itu berubah?’ Agripa mungkin bertanya-tanya.
12, 13. (a) Bagaimana Paulus menceritakan pertobatannya? (b) Apa artinya Paulus ”menendang kusa”?
12 Kata-kata Paulus berikutnya memberikan jawabannya: ”Saya pergi ke Damaskus dengan izin dan tugas dari para imam kepala. Di jalan, pada tengah hari, ya Raja, saya melihat suatu cahaya, yang lebih terang daripada matahari, memancar dari langit ke sekeliling saya dan orang-orang yang pergi bersama saya. Kami semua terjatuh, dan saya mendengar suatu suara berkata kepada saya dalam bahasa Ibrani, ’Saul, Saul, kenapa kamu menganiaya aku? Dengan terus menendang kusa, kamu menyakiti dirimu sendiri.’ Tapi saya berkata, ’Tuan siapa?’ Tuan menjawab, ’Aku Yesus, yang kamu aniaya.’”f—Kis. 26:12-15, catatan kaki.
13 Sebelum peristiwa itu, Paulus secara kiasan telah ”menendang kusa”, atau tongkat untuk menggiring ternak. Sama seperti seekor binatang beban akan melukai dirinya dengan menendang-nendang ujung tongkat yang tajam, Paulus mencederai dirinya secara rohani dengan melawan kehendak Allah. Dengan menemui Paulus di jalan menuju Damaskus, Yesus yang telah dibangkitkan mengubah pikiran pria yang tulus namun salah arah itu.—Yoh. 16:1, 2.
14, 15. Apa yang Paulus katakan tentang perubahan dalam kehidupannya?
14 Paulus memang membuat perubahan drastis dalam kehidupannya. Kepada Agripa, dia mengatakan, ”Saya menaati penglihatan dari surga itu. Pertama kepada orang-orang di Damaskus, lalu kepada orang-orang di Yerusalem dan di seluruh Yudea, dan setelah itu kepada bangsa-bangsa lain, saya memberitakan bahwa mereka harus bertobat dan berbalik kepada Allah dengan melakukan hal-hal yang membuktikan pertobatan mereka.” (Kis. 26:19, 20) Selama bertahun-tahun, Paulus telah menjalankan tugas yang Yesus Kristus berikan kepadanya dalam penglihatan pada tengah hari itu. Apa hasilnya? Orang-orang yang menyambut kabar baik yang Paulus beritakan bertobat dari tingkah laku mereka yang amoral serta tidak jujur dan berbalik kepada Allah. Mereka menjadi warga negara yang baik, yang merespek hukum serta menggalang ketertiban.
15 Namun, manfaat-manfaat tersebut tidak ada artinya bagi para penentang Paulus. Paulus mengatakan, ”Karena itulah orang-orang Yahudi menangkap saya di bait dan berusaha membunuh saya. Tapi karena saya sudah merasakan bantuan Allah, sampai hari ini saya terus bersaksi kepada orang kecil maupun orang besar.”—Kis. 26:21, 22.
16. Bagaimana kita bisa meniru Paulus saat menjelaskan kepercayaan kita kepada para hakim dan penguasa?
16 Sebagai orang Kristen sejati, kita harus ”selalu siap menjawab orang yang mempertanyakan” iman kita. (1 Ptr. 3:15) Saat menjelaskan kepercayaan kita kepada para hakim dan penguasa, ada gunanya kita meniru metode yang Paulus gunakan ketika berbicara kepada Agripa dan Festus. Jika kita dengan penuh respek menceritakan bahwa kebenaran Alkitab telah mengubah orang-orang menjadi lebih baik—kita sendiri maupun mereka yang menyambut berita kita—hati para pejabat tinggi tersebut mungkin bisa tersentuh.
”Kamu Akan Meyakinkan Saya untuk Menjadi Orang Kristen” (Kis. 26:24-32)
17. Apa reaksi Festus mendengar pembelaan Paulus, dan sikap serupa apa yang ditunjukkan orang-orang zaman sekarang?
17 Setelah mendengarkan kesaksian Paulus yang meyakinkan, kedua penguasa itu mau tidak mau memberikan reaksi. Perhatikan apa yang terjadi: ”Sementara Paulus mengatakan hal-hal ini dalam pembelaannya, Festus berteriak, ’Kamu sudah gila, Paulus! Terlalu banyak belajar membuatmu gila!’” (Kis. 26:24) Luapan emosi Festus bisa jadi mengungkapkan sikap orang-orang zaman sekarang. Mereka yang mengajarkan apa yang sebenarnya Alkitab katakan dianggap fanatik oleh banyak orang. Kaum cendekiawan dunia ini sering merasa sulit mempercayai ajaran Alkitab tentang kebangkitan orang mati.
18. Apa jawaban Paulus bagi Festus, dan apa selanjutnya tanggapan Agripa?
18 Tetapi, Paulus memiliki jawaban bagi sang gubernur, ”Saya tidak gila, Yang Mulia Festus. Kata-kata saya ini benar dan keluar dari pikiran yang sehat. Malah, saya leluasa berbicara kepada Raja, karena dia tahu betul tentang hal-hal ini. . . . Raja Agripa, apakah Raja percaya pada Tulisan Para Nabi? Saya tahu bahwa Raja percaya.” Agripa menanggapi, ”Sebentar lagi, kamu akan meyakinkan saya untuk menjadi orang Kristen.” (Kis. 26:25-28) Entah tulus atau tidak, kata-kata itu menunjukkan bahwa kesaksian Paulus sangat mempengaruhi sang raja.
19. Apa kesimpulan Festus dan Agripa mengenai Paulus?
19 Kemudian Agripa dan Festus berdiri, sebagai tanda bahwa pertemuan itu sudah berakhir. ”Sambil keluar, mereka berkata satu sama lain, ’Orang ini tidak melakukan apa pun yang membuatnya pantas mati atau dipenjarakan.’ Kemudian Agripa berkata kepada Festus, ’Sebenarnya dia bisa dilepaskan kalau dia tidak naik banding kepada Kaisar.’” (Kis. 26:31, 32) Mereka tahu bahwa pria yang tampil di hadapan mereka itu tidak bersalah. Mungkin kini mereka memiliki pandangan yang lebih baik tentang orang Kristen.
20. Apa hasil kesaksian Paulus kepada para pejabat tinggi?
20 Kedua penguasa dalam catatan ini tampaknya tidak menerima kabar baik Kerajaan Allah. Jadi, apakah ada manfaatnya Rasul Paulus tampil di hadapan mereka? Jawabannya ialah ya. Karena Paulus ”dibawa ke hadapan raja-raja dan gubernur-gubernur” di Yudea, para pejabat Romawi, yang tadinya tidak terjangkau, bisa mendapat kesaksian. (Luk. 21:12, 13) Selain itu, pengalaman serta kesetiaannya di bawah cobaan membesarkan hati saudara-saudari seimannya.—Flp. 1:12-14.
21. Dengan terus giat melakukan pekerjaan Kerajaan, hasil positif apa saja yang bisa kita peroleh?
21 Demikian pula sekarang. Dengan terus giat melakukan pekerjaan Kerajaan meski menghadapi cobaan dan tentangan, kita bisa memperoleh beberapa hasil positif. Kita bisa memberikan kesaksian kepada para pejabat yang tadinya sulit dijangkau. Ketekunan dan kesetiaan kita bisa menjadi sumber anjuran bagi saudara-saudari Kristen kita, menggugah mereka untuk lebih berani dalam memberikan kesaksian yang saksama tentang Kerajaan Allah.
a Lihat kotak ”Prokurator Romawi Porkius Festus”.
b ”Kursi penghakiman” adalah kursi yang ditempatkan di atas panggung. Posisi yang lebih tinggi itu menunjukkan bahwa keputusan sang hakim harus dihormati dan tidak bisa diganggu gugat. Pilatus duduk di kursi penghakiman sewaktu menimbang tuduhan-tuduhan terhadap Yesus.
c Lihat kotak ”Naik Banding Demi Ibadah Sejati pada Zaman Modern”.
d Lihat kotak ”Raja Herodes Agripa II”.
e Sebagai orang Kristen, Paulus menerima Yesus sebagai Mesias. Orang Yahudi, yang menolak Yesus, menganggap Paulus murtad.—Kis. 21:21, 27, 28.
f Mengenai kata-kata Paulus bahwa dia mengadakan perjalanan ”pada tengah hari”, seorang pakar Alkitab menyatakan, ”Kecuali sedang amat tergesa-gesa, seseorang yang bepergian biasanya beristirahat pada tengah hari yang panas terik. Jadi, kita bisa melihat betapa gigihnya Paulus dalam misi penganiayaan ini.”
-
-
”Tidak Satu Pun dari Kalian Akan Binasa””Memberikan Kesaksian yang Saksama tentang Kerajaan Allah”
-
-
PASAL 26
”Tidak Satu Pun dari Kalian Akan Binasa”
Ketika mengalami karam kapal, Paulus menunjukkan kasih bagi orang lain dan memperlihatkan iman yang besar
Berdasarkan Kisah 27:1–28:10
1, 2. Perjalanan seperti apa yang akan Paulus lakukan, dan apa saja yang mungkin dia khawatirkan?
PAULUS masih memikirkan kata-kata Festus, sebab hal itu akan sangat mempengaruhi masa depannya. ”Kamu akan pergi kepada Kaisar,” kata Gubernur Festus. Sudah dua tahun Paulus mendekam di penjara, maka perjalanan panjang ke Roma setidaknya akan memberikan suasana baru. (Kis. 25:12) Akan tetapi, terbayang jelas dalam ingatan Paulus bahwa perjalanan laut tidak selalu berarti angin sepoi-sepoi dan pemandangan yang indah. Perjalanan menghadap Kaisar ini pun bisa jadi menimbulkan beberapa pertanyaan serius di benak Paulus tentang masa depannya.
2 Paulus sering ”menghadapi bahaya . . . di laut”. Dia pernah tiga kali mengalami karam kapal, bahkan terkatung-katung selama sehari semalam di laut lepas. (2 Kor. 11:25, 26) Selain itu, perjalanan ini akan sangat berbeda dari perjalanan-perjalanan utusan injil yang dia lakukan sebagai orang merdeka. Paulus akan berangkat sebagai tahanan dan menempuh jarak yang sangat jauh—sekitar 3.000 kilometer dari Kaisarea ke Roma. Dapatkah dia tiba di sana tanpa kurang suatu apa pun? Andai pun dia selamat, apakah dia berlayar hanya untuk menemui ajalnya? Ingat, dia akan diadili oleh pemerintah yang paling berkuasa di dunia Setan kala itu.
3. Apa tekad Paulus, dan apa yang akan kita bahas di pasal ini?
3 Dari semua yang telah Saudara baca tentang Paulus, apakah menurut Saudara dia akan terpuruk dalam keputusasaan akan masa depannya? Tentu saja tidak! Dia tahu dia akan mengalami berbagai kesulitan, tetapi dia tidak tahu dalam bentuk apa. Jadi, buat apa dia kehilangan sukacita pelayanannya karena memusingkan hal-hal yang di luar kendalinya? (Mat. 6:27, 34) Paulus tahu bahwa Yehuwa menghendaki agar dia menggunakan setiap kesempatan untuk memberitakan kabar baik Kerajaan Allah, bahkan kepada para penguasa sekuler. (Kis. 9:15) Paulus bertekad untuk menjalankan tugasnya itu, apa pun yang terjadi. Bukankah itu tekad kita juga? Maka, mari kita ikuti perjalanan Paulus yang bersejarah ini sambil memperhatikan manfaat praktis yang bisa diambil dari teladannya.
”Angin yang Bertiup dari Arah yang Berlawanan” (Kis. 27:1-7a)
4. Paulus memulai pelayarannya dengan naik kapal apa, dan siapa yang menemaninya?
4 Paulus dan beberapa tahanan lain dipercayakan kepada seorang perwira Romawi bernama Yulius, yang memutuskan untuk naik kapal dagang yang datang ke Kaisarea. Kapal itu berasal dari Adramitium, pelabuhan di pesisir barat Asia Kecil, di seberang kota Mitilene di Pulau Lesbos. Kapal ini akan berlayar ke utara lalu ke barat, dan singgah di beberapa pelabuhan untuk bongkar muat barang. Kapal seperti itu tidak dirancang untuk kenyamanan penumpang, apalagi bagi para tahanan. (Lihat kotak ”Perjalanan dan Rute Perdagangan Lewat Laut”.) Syukurlah, Paulus bukan satu-satunya orang Kristen yang harus berada di tengah-tengah para kriminal itu. Ada sedikitnya dua rekan seiman yang menemani dia—Aristarkhus dan Lukas. Tentu saja, Lukas-lah yang menulis catatan ini. Kita tidak tahu apakah kedua teman yang setia ini membayar sendiri biaya perjalanan mereka atau bertindak sebagai pelayan Paulus.—Kis. 27:1, 2.
5. Pergaulan apa yang dapat Paulus nikmati di Sidon, dan apa pelajarannya bagi kita?
5 Setelah berlayar selama satu hari sejauh kira-kira 110 kilometer ke utara, kapal berlabuh di Sidon, di pesisir Siria. Rupanya Yulius tidak memperlakukan Paulus seperti kriminal biasa, mungkin karena Paulus adalah warga negara Romawi yang belum terbukti bersalah. (Kis. 22:27, 28; 26:31, 32) Yulius mengizinkan Paulus turun untuk bertemu dengan rekan-rekan Kristennya. Alangkah senangnya saudara-saudari bisa mengurus sang rasul yang telah lama dipenjarakan! Dapatkah Saudara memikirkan kapan Saudara mungkin bisa mengulurkan kasih serta kemurahan hati serupa dan merasa terbina sebagai imbalannya?—Kis. 27:3.
6-8. Bagaimana perjalanan Paulus dari Sidon menuju Knidus, dan kesempatan apa yang pasti Paulus manfaatkan dalam hal pengabaran?
6 Setelah bertolak dari Sidon, kapal menyusuri pantai ke utara dan melewati Kilikia, dekat Tarsus, kampung halaman Paulus. Lukas tidak menyebutkan bahwa kapal singgah di tempat lain, namun dia menyebutkan perincian yang menyiratkan pertanda bahaya, yaitu ”angin yang bertiup dari arah yang berlawanan”. (Kis. 27:4, 5) Tetapi, kita bisa membayangkan bahwa Paulus memanfaatkan setiap kesempatan untuk menceritakan kabar baik. Dia pasti memberikan kesaksian kepada sesama tahanan dan orang-orang lain di kapal, termasuk awak kapal dan para prajurit, juga kepada orang-orang di setiap pelabuhan tempat kapal itu berlabuh. Sekarang, apabila kita mendapat kesempatan untuk mengabar, apakah kita juga memanfaatkannya?
7 Kemudian, kapal tiba di Mira, pelabuhan di pesisir selatan Asia Kecil. Di sana, Paulus dan penumpang lainnya harus pindah ke kapal lain, yang akan membawa mereka ke Roma, tujuan akhir mereka. (Kis. 27:6) Pada zaman itu, Mesir adalah lumbung gandum bagi Roma, dan kapal-kapal pengangkut biji-bijian dari Mesir berlabuh di Mira. Yulius menemukan kapal seperti itu dan memerintahkan para prajurit serta para tahanan untuk naik. Kapal ini pasti jauh lebih besar daripada kapal yang pertama, karena bisa mengangkut muatan berharga berupa gandum, dan juga 276 penumpang—awak kapal, prajurit, tahanan, dan orang-orang lain yang pergi ke Roma. Jelaslah, dengan pergantian kapal, daerah pengabaran Paulus pun meluas, dan dia pasti memanfaatkan situasi ini.
8 Persinggahan berikut adalah Knidus, di sudut barat daya Asia Kecil. Apabila angin menguntungkan, sebuah kapal bisa mencapainya kira-kira dalam satu hari. Namun, Lukas melaporkan bahwa ”setelah berlayar lambat selama berhari-hari, [mereka] sampai di Knidus dengan susah payah”. (Kis. 27:7a) Kondisi pelayaran telah memburuk. (Lihat kotak ”Angin yang Berlawanan di Laut Tengah”.) Bayangkan keadaan para penumpang saat kapal berupaya menerjang angin di tengah-tengah laut yang bergelora.
”Badai Itu Terus Mengempaskan Kami ke Sana Kemari” (Kis. 27:7b-26)
9, 10. Kesulitan apa yang timbul di daerah Kreta?
9 Kapten kapal ingin meneruskan perjalanan ke arah barat dari Knidus, tetapi sang saksi mata, Lukas, mengatakan, ”Angin bertiup dari arah yang berlawanan.” (Kis. 27:7b) Ketika menjauh dari daratan, kapal itu terlepas dari arus pesisir, lalu angin kencang dari barat laut menyeret kapal ke arah selatan, mungkin dengan kecepatan tinggi. Sebagaimana Pulau Siprus sebelumnya telah melindungi kapal dari angin yang berlawanan, kali ini mereka terlindung oleh Pulau Kreta. Begitu kapal melewati Tanjung Salmone di ujung timur Pulau Kreta, keadaan sedikit membaik. Mengapa? Kapal masuk ke sisi selatan pulau itu sehingga agak terlindung dari angin yang kencang. Bayangkan kelegaan yang tentu dirasakan semua penumpang kapal, tetapi tidak untuk waktu lama! Sebab, selama kapal ada di laut lepas, awak kapal tidak bisa mengabaikan datangnya musim dingin. Mereka tentu sangat khawatir.
10 Lukas menceritakannya secara akurat: ”Setelah berlayar dengan susah payah di dekat pesisir [Kreta], kami sampai di sebuah tempat yang disebut Pelabuhan Indah.” Bahkan di balik naungan pulau itu, kapal sulit dikendalikan. Tetapi, akhirnya mereka bisa membuang jangkar di sebuah teluk kecil yang mungkin berada persis sebelum garis pantai berbelok ke utara. Berapa lama mereka di sana? Lukas mengatakan selama ”banyak waktu”, tetapi mereka tidak bisa tinggal berlama-lama. Pada bulan September/Oktober, pelayaran akan semakin berbahaya.—Kis. 27:8, 9.
11. Saran apa yang Paulus berikan kepada orang-orang di kapal, tetapi keputusan apa yang diambil?
11 Beberapa penumpang mungkin meminta saran dari Paulus karena dia berpengalaman dalam mengarungi Laut Tengah. Dia menyarankan agar kapal tidak meneruskan perjalanan. Jika kapal berangkat, akan ada ”kesusahan dan kerugian besar”, bahkan mungkin ada yang kehilangan nyawa. Akan tetapi, pengemudi dan pemilik kapal ingin meneruskan perjalanan; mungkin mereka merasa harus segera mencari tempat yang lebih aman. Mereka meyakinkan Yulius, dan kebanyakan orang merasa bahwa mereka seharusnya mencoba mencapai Feniks, pelabuhan yang letaknya lebih ke barat. Di sana, bisa jadi ada pelabuhan yang lebih besar dan lebih baik untuk bersandar selama musim dingin. Maka, sewaktu ada angin yang bertiup lembut dari selatan, kapal itu pun bertolak.—Kis. 27:10-13.
12. Setelah meninggalkan Kreta, bahaya apa yang dihadapi kapal itu, dan bagaimana awak kapal berjuang untuk menghindari bencana?
12 Lalu timbul masalah lagi: ”angin badai” dari timur laut. Untuk sementara, mereka terlindung di balik sebuah ”pulau kecil yang namanya Kauda”, sekitar 65 kilometer dari Pelabuhan Indah. Namun, kapal itu terancam bahaya terseret ke selatan dan menabrak timbunan pasir di lepas pantai Afrika. Maka, dengan panik para awak kapal berupaya menaikkan sekoci yang ditarik oleh kapal. Itu bukan tugas mudah, sebab sekoci itu kemungkinan besar sudah penuh air. Lalu mereka bekerja keras untuk mengikat bagian bawah kapal besar itu dengan melingkarkan tali dan rantai agar papan-papan dari badan kapal tetap rapat. Dan, mereka menarik tali-tali layar utama, serta berjuang agar kapal tetap mengikuti arah angin untuk melewati badai tersebut. Bayangkan betapa menakutkannya pengalaman ini! Bahkan upaya-upaya tadi sepertinya belum cukup, sebab ”badai itu terus mengempaskan [kapal] ke sana kemari”. Pada hari ketiga, mereka membuang beberapa perlengkapan kapal, mungkin agar kapal tetap terapung.—Kis. 27:14-19.
13. Seperti apa rasanya berada di kapal yang Paulus tumpangi selama badai tersebut?
13 Kengerian pasti meliputi semua orang. Tetapi Paulus dan rekan-rekannya yakin akan selamat. Tuan Yesus sudah meyakinkan Paulus bahwa sang rasul akan memberikan kesaksian di Roma, dan seorang malaikat belakangan meneguhkan janji tersebut. (Kis. 19:21; 23:11) Meskipun demikian, siang dan malam selama dua minggu, badai ganas itu tak kunjung reda. Oleh karena hujan yang terus-menerus dan awan tebal yang menutupi matahari serta bintang, pengemudi kapal tidak bisa melakukan pengamatan untuk menentukan lokasi atau tujuan kapal. Untuk makan saja tidak mungkin. Di tengah-tengah udara dingin, mabuk laut, dan ketakutan, mana mungkin terpikir oleh mereka untuk makan?
14, 15. (a) Ketika berbicara kepada orang-orang di kapal, mengapa Paulus menyebutkan peringatan yang dia berikan sebelumnya? (b) Apa yang bisa kita pelajari dari berita pengharapan yang Paulus sampaikan?
14 Paulus bangkit berdiri. Dia menyebutkan peringatan yang dia berikan sebelumnya tetapi tidak untuk seolah-olah mengatakan, ’Bukankah sudah saya bilang?’ Namun, perkembangan kejadian itu menjadi bukti bahwa kata-katanya patut diindahkan. Kemudian dia mengatakan, ”Sekarang saya mohon agar kalian tabah, karena tidak satu pun dari kalian akan binasa. Hanya kapal ini yang akan binasa.” (Kis. 27:21, 22) Kata-kata itu pasti sangat menghangatkan hati para pendengarnya! Paulus pun pasti sangat senang bahwa Yehuwa memberinya berita yang membangkitkan harapan itu untuk disampaikan. Penting sekali agar kita ingat bahwa Yehuwa peduli terhadap setiap nyawa manusia. Tiap-tiap orang berarti bagi-Nya. Rasul Petrus menulis, ”Yehuwa . . . tidak ingin seorang pun dimusnahkan. Dia ingin agar semuanya bertobat.” (2 Ptr. 3:9) Maka, sangatlah mendesak agar kita berupaya menyampaikan berita pengharapan dari Yehuwa kepada sebanyak mungkin orang! Kehidupan yang berharga sedang dalam bahaya.
15 Kemungkinan besar, Paulus sudah memberikan kesaksian kepada banyak orang di kapal tentang harapan akan ”janji yang Allah berikan”. (Kis. 26:6; Kol. 1:5) Kini, Paulus bisa memberikan alasan yang kuat untuk berharap bahwa mereka dapat selamat dari kemungkinan karam kapal. Dia mengatakan, ”Tadi malam Allah yang saya sembah . . . mengutus malaikat-Nya untuk berdiri di dekat saya dan berkata, ’Jangan takut, Paulus. Kamu akan berdiri di hadapan Kaisar, dan demi kamu, Allah akan berbaik hati menyelamatkan semua orang yang berlayar bersamamu.’” Paulus mendesak mereka, ”Jadi tabahlah, saudara-saudara, karena saya percaya bahwa Allah akan bertindak persis seperti yang dikatakan kepada saya itu. Meski begitu, kita pasti akan terdampar di sebuah pulau.”—Kis. 27:23-26.
”Mereka Semua Sampai di Darat dengan Selamat” (Kis. 27:27-44)
”Dia . . . mengucap syukur kepada Allah di depan mereka semua.”—Kisah 27:35
16, 17. (a) Kesempatan apa yang Paulus gunakan untuk berdoa, dan apa hasilnya? (b) Bagaimana peringatan Paulus menjadi kenyataan?
16 Setelah dua minggu yang penuh kengerian, dan setelah kapal terseret sejauh kira-kira 870 kilometer, para awak merasakan adanya perubahan, mungkin karena mereka mendengar deburan ombak memecah di pantai. Mereka membuang beberapa jangkar dari bagian belakang kapal agar kapal tidak hanyut dan untuk mengarahkan bagian depan kapal ke daratan kalau-kalau mereka bisa mendarat. Pada saat itu, awak kapal berniat meninggalkan kapal tetapi dicegah oleh para prajurit. Paulus memberi tahu sang perwira dan para prajurit, ”Kalau mereka tidak tetap berada di kapal ini, kalian tidak bisa selamat.” Setelah kapal sedikit lebih stabil, Paulus mendesak semua orang untuk makan, dan sekali lagi meyakinkan bahwa mereka akan selamat. Lalu, Paulus ”mengucap syukur kepada Allah di depan mereka semua”. (Kis. 27:31, 35) Dengan memanjatkan doa syukur tersebut, dia memberikan teladan bagi Lukas, Aristarkhus, dan orang Kristen zaman sekarang. Apakah doa Saudara di hadapan umum membesarkan hati dan menguatkan orang lain?
17 Setelah Paulus berdoa, ”mereka semua menjadi tabah dan mulai makan”. (Kis. 27:36) Mereka kembali memperingan kapal dengan membuang muatan gandum ke laut, dengan demikian kapal dapat lebih terangkat dan dapat mendekati pantai. Ketika hari sudah siang, awak kapal memotong tali jangkar-jangkar, melonggarkan tali-tali kemudi sepak di bagian belakang kapal, dan menaikkan layar depan yang kecil agar mereka bisa sedikit mengarahkan kapal sambil berupaya mendaratkannya. Kemudian, bagian depan kapal tersangkut, mungkin pada timbunan pasir atau lumpur, dan bagian belakang kapalnya mulai hancur terhantam ombak. Beberapa prajurit ingin membunuh para tahanan agar tidak ada yang kabur, tetapi Yulius mencegahnya. Dia menyuruh semua orang berenang atau berpegang pada benda yang terapung untuk sampai ke pantai. Apa yang Paulus nubuatkan ternyata benar—ke-276 penumpang semuanya selamat. Ya, ”mereka semua sampai di darat dengan selamat”. Tetapi, ada di mana mereka sekarang?—Kis. 27:44.
”Penduduknya Sangat Baik” (Kis. 28:1-10)
18-20. Mengapa Lukas mencatat bahwa penduduk Malta ”sangat baik”, dan mukjizat apa yang Allah lakukan melalui Paulus?
18 Ternyata, mereka terdampar di Pulau Malta, di sebelah selatan Sisilia. (Lihat kotak ”Malta—Di Mana?”) Penduduk pulau yang berbahasa asing itu ”sangat baik”. (Kis. 28:2) Mereka membuatkan api unggun untuk orang-orang tak dikenal yang terdampar di pantai mereka dalam keadaan basah kuyup dan menggigil. Api unggun itu menghangatkan tubuh mereka yang kedinginan dan kehujanan. Dan, karena api unggun itu juga, terjadilah suatu mukjizat.
19 Paulus turut membantu dengan mengumpulkan beberapa potongan kayu, yang dia taruh di atas api. Tiba-tiba, muncullah seekor ular berbisa lalu menggigit tangannya, dan tidak mau lepas. Orang-orang Malta mengira bahwa itu semacam hukuman dari Allah.a
20 Penduduk setempat yang melihat Paulus digigit mengira bahwa dia akan ”bengkak”. Menurut sebuah karya referensi, dalam bahasa aslinya, kata yang digunakan di ayat ini adalah ”istilah medis”. Tidaklah mengherankan bahwa istilah itu langsung terpikir oleh Lukas, sang ”tabib”. (Kis. 28:6; Kol. 4:14) Yang pasti, Paulus mengebaskan ular berbisa itu dan tidak celaka.
21. (a) Sebutkan beberapa contoh keakuratan yang kita dapati dalam catatan Lukas ini. (b) Mukjizat apa yang Paulus lakukan, dan apa pengaruhnya atas penduduk Malta?
21 Seorang pemilik tanah yang kaya bernama Publius tinggal di daerah tersebut. Bisa jadi, dialah pejabat Romawi tertinggi di Malta. Lukas menyebut dia sebagai ”pemimpin pulau itu”, gelar yang persis sama dengan yang tertera pada dua tulisan kuno yang ditemukan di Malta. Dia dengan murah hati menjamu Paulus dan rekan-rekannya selama tiga hari. Namun, ayah Publius sedang sakit. Sekali lagi, Lukas menggambarkan kondisinya dengan akurat. Dia menulis bahwa pria itu ”terbaring di tempat tidur karena demam dan disentri”, dengan demikian menyebutkan dengan tepat jenis penyakitnya secara medis. Paulus berdoa dan meletakkan tangannya ke atas pria itu, dan dia pun sembuh. Karena sangat terkesan oleh mukjizat itu, penduduk setempat membawa orang-orang sakit lain untuk disembuhkan, dan mereka membawa banyak pemberian untuk memenuhi kebutuhan Paulus serta rekan-rekannya.—Kis. 28:7-10.
22. (a) Bagaimana seorang profesor memuji catatan Lukas tentang pelayaran ke Roma? (b) Apa yang akan kita bahas di pasal berikut?
22 Kisah pelayaran Paulus yang kita bahas sejauh ini diceritakan dengan tepat dan akurat. Seorang profesor mengatakan, ”Catatan Lukas . . . adalah salah satu deskripsi yang paling hidup penulisannya di seluruh Alkitab. Perinciannya tentang pelayaran pada abad pertama begitu tepat dan gambarannya tentang kondisi daerah timur Laut Tengah begitu akurat” sehingga pasti didasarkan atas semacam jurnal harian. Boleh jadi Lukas menulis catatan harian selama perjalanan bersama sang rasul. Jika demikian, ada banyak yang bisa dia tulis selama bagian berikutnya dalam perjalanan itu. Apa yang akan terjadi atas Paulus sewaktu mereka akhirnya tiba di Roma? Mari kita lihat.
a Kata bahasa Yunani yang diterjemahkan menjadi ”ular berbisa” di Kisah 28:3 memaksudkan ular viper. Fakta bahwa orang-orang mengetahui ular seperti itu menunjukkan bahwa pada zaman dahulu, ular viper ada di pulau tersebut. Sekarang, ular jenis itu tidak ditemukan di Pulau Malta. Hal itu mungkin akibat perubahan lingkungan selama berabad-abad. Atau, pertambahan populasi manusia di pulau itu mungkin telah menyebabkan musnahnya ular viper.
-
-
”Bersaksi dengan Saksama””Memberikan Kesaksian yang Saksama tentang Kerajaan Allah”
-
-
PASAL 27
”Bersaksi dengan Saksama”
Dalam penjara di Roma, Paulus terus mengabar
Berdasarkan Kisah 28:11-31
1. Keyakinan apa yang dimiliki Paulus serta rekan-rekannya, dan mengapa?
KAPAL besar dengan patung lambang ”Putra-Putra Zeus”, yang tampaknya mengangkut biji-bijian, sedang berlayar dari Pulau Malta di Laut Tengah menuju Italia. Saat itu kira-kira tahun 59 M. Di kapal itu ada Rasul Paulus—tahanan di bawah penjagaan—dan rekan-rekan Kristennya, yakni Lukas dan Aristarkhus. (Kis. 27:2) Tidak seperti awak kapal tersebut, para penginjil itu tidak mengandalkan perlindungan kedua putra dewa Yunani Zeus—si kembar Kastor dan Poluks. (Lihat keterangan tambahan Kis. 28:11, nwtsty.) Sebaliknya, Paulus dan rekan-rekannya melayani Yehuwa, yang telah menyatakan bahwa Paulus akan memberitakan kebenaran di Roma dan berdiri di hadapan Kaisar.—Kis. 23:11; 27:24.
2, 3. Rute mana yang dilewati kapal Paulus, dan dukungan apa yang Paulus nikmati sejak awal?
2 Tiga hari setelah singgah di Sirakuse, kota yang indah di Sisilia yang hampir menyamai Athena dan Roma, kapal itu berlayar ke Regium di ujung selatan Semenanjung Italia. Kemudian, dengan bantuan angin selatan, kapal itu menempuh jarak 320 kilometer dan sampai di pelabuhan Puteoli, Italia (dekat Napoli modern), lebih cepat daripada biasanya, yakni pada hari kedua.—Kis. 28:12, 13.
3 Tibalah Paulus pada bagian akhir perjalanannya ke Roma untuk menghadap Kaisar Nero. Sejak awal hingga akhir, ”Allah segala penghiburan” selalu menyertai Paulus. (2 Kor. 1:3) Sebagaimana akan kita lihat, dukungan itu tetap kuat; Paulus pun tidak kehilangan semangatnya sebagai utusan injil.
”Paulus Bersyukur kepada Allah dan Merasa Dikuatkan” (Kis. 28:14, 15)
4, 5. (a) Keramahtamahan apa yang diterima oleh Paulus dan rekan-rekannya di Puteoli, dan mengapa mereka diberi begitu banyak keleluasaan? (b) Bahkan sewaktu dalam penjara, bagaimana tingkah laku yang baik bermanfaat bagi orang Kristen?
4 Di Puteoli, Paulus dan rekan-rekannya ”bertemu dengan saudara-saudara dan didesak untuk tinggal bersama mereka selama tujuh hari”. (Kis. 28:14) Benar-benar teladan keramahtamahan Kristen yang bagus! Keramahtamahan saudara-saudara itu pastilah mendapatkan imbalan berkali-kali lipat, mengingat mereka tentu sangat dikuatkan secara rohani oleh Paulus dan rekan-rekannya. Namun, mengapa tahanan yang diawasi seperti Paulus bisa mendapat begitu banyak keleluasaan? Mungkin karena sang rasul telah mendapat kepercayaan penuh dari para prajurit Romawi yang menjaganya.
5 Demikian pula pada zaman modern, hamba-hamba Yehuwa, ketika berada di penjara dan kamp konsentrasi, sering diberi keleluasaan serta kelonggaran khusus oleh karena tingkah laku Kristen mereka. Di Rumania, misalnya, seorang perampok yang dihukum 75 tahun penjara mulai belajar Firman Allah dan kepribadiannya berubah drastis. Hasilnya, para petugas penjara menugasi dia pergi ke kota—tanpa penjagaan—untuk membeli barang-barang keperluan penjara! Dan yang terutama, tingkah laku kita yang baik tentu memuliakan Yehuwa.—1 Ptr. 2:12.
6, 7. Bagaimana saudara-saudara di Roma mempertunjukkan kasih yang luar biasa?
6 Dari Puteoli, Paulus dan rekan-rekannya kemungkinan berjalan kaki sekitar 50 kilometer ke Kapua melalui Jalan Apia yang mengarah ke Roma. Jalan yang terkenal ini dilapisi batu-batu lava yang besar dan pipih, dan orang yang melintas di sana bisa menikmati pemandangan daerah pedesaan Italia yang indah dan sesekali melihat Laut Tengah. Jalan ini juga melintasi Rawa Pontin, daerah berawa sekitar 60 kilometer dari Roma. Di situlah letak Pasar Apius. Sewaktu saudara-saudara di Roma ”mendengar tentang kami”, tulis Lukas, beberapa datang menyusul sampai ke pasar itu, sedangkan yang lain-lain menunggu di Tiga Kedai Minum, perhentian sekitar 50 kilometer dari Roma. Betapa luar biasa kasih yang mereka tunjukkan!—Kis. 28:15.
7 Pasar Apius bukan tempat istirahat yang nyaman bagi orang-orang yang kelelahan akibat perjalanan jauh. Seorang penyair Romawi bernama Horatius menggambarkan bahwa pasar tersebut ”ramai dengan para pelaut dan pemilik penginapan yang kasar”. Dia menulis bahwa ”airnya sangat menjijikkan”. Dia bahkan tidak mau makan di tempat itu! Namun, tidak soal segala ketidaknyamanan tersebut, rombongan dari Roma dengan gembira menunggu Paulus dan rekan-rekannya guna menemani mereka sepanjang akhir perjalanan mereka.
8. Mengapa Paulus bersyukur kepada Allah ”saat melihat” saudara-saudaranya?
8 Menurut catatan, ”saat melihat” saudara-saudara, ”Paulus bersyukur kepada Allah dan merasa dikuatkan”. (Kis. 28:15) Ya, hanya dengan melihat orang-orang yang dia kasihi, yang beberapa mungkin sudah dia kenal, dia merasa terbina dan terhibur. Mengapa Paulus bersyukur kepada Allah? Dia tahu bahwa kasih yang tidak mementingkan diri itu adalah salah satu aspek buah kuasa kudus. (Gal. 5:22) Sekarang pun, kuasa kudus menggerakkan orang Kristen untuk mau repot demi satu sama lain dan untuk menghibur mereka yang berkekurangan.—1 Tes. 5:11, 14.
9. Bagaimana kita bisa memperlihatkan semangat seperti yang ditunjukkan saudara-saudara yang menemui Paulus?
9 Misalnya, kuasa kudus menggugah beberapa orang untuk menunjukkan keramahtamahan kepada para pengawas wilayah, utusan injil, dan pelayan sepenuh waktu lainnya, yang banyak di antaranya telah membuat pengorbanan besar agar dapat lebih banyak melayani Yehuwa. Tanyai diri Saudara, ’Dapatkah saya berbuat lebih banyak untuk mendukung kunjungan pengawas wilayah, mungkin dengan mengundang dia, dan istrinya jika dia sudah menikah, untuk makan atau menginap? Dapatkah saya mengatur jadwal untuk bekerja sama dengan mereka dalam dinas?’ Sebagai imbalannya, Saudara bisa menerima berkat yang limpah. Misalnya, bayangkan sukacita saudara-saudara dari Roma saat mendengarkan Paulus dan rekan-rekannya menceritakan sebagian dari banyak pengalaman mereka yang membina.—Kis. 15:3, 4.
”Ditentang di Mana-Mana” (Kis. 28:16-22)
10. Bagaimana keadaan Paulus di Roma, dan apa yang sang rasul lakukan tidak lama setelah kedatangannya?
10 Sewaktu rombongan itu akhirnya masuk ke Roma, ”Paulus diizinkan untuk tinggal sendiri dan dijaga seorang prajurit”. (Kis. 28:16) Agar tidak meloloskan diri, tahanan rumah biasanya diikat tangannya dengan rantai yang tersambung ke seorang penjaga. Sekalipun begitu, Paulus adalah seorang pemberita Kerajaan, dan rantai pastinya tidak bisa membungkam mulutnya. Maka, setelah tiga hari saja memulihkan diri dari perjalanan, dia mengundang para pemuka Yahudi di Roma untuk berkumpul, guna memperkenalkan diri dan memberikan kesaksian.
11, 12. Sewaktu berbicara kepada sesama orang Yahudi, bagaimana Paulus mencoba menyingkirkan prasangka yang mungkin mereka miliki?
11 ”Saudara-saudara,” kata Paulus, ”walaupun saya tidak melawan bangsa kita atau kebiasaan leluhur kita, saya diserahkan ke tangan orang-orang Romawi sebagai tahanan dari Yerusalem. Setelah saya diperiksa, ternyata tidak ada dasar untuk menghukum mati saya, dan mereka mau melepaskan saya. Tapi karena orang-orang Yahudi keberatan, saya terpaksa naik banding kepada Kaisar, bukan karena saya mau menuduh bangsa saya.”—Kis. 28:17-19.
12 Dengan menyapa orang-orang Yahudi itu sebagai ”saudara-saudara”, Paulus mencoba mendapatkan titik temu dengan mereka dan menyingkirkan prasangka yang mungkin mereka miliki. (1 Kor. 9:20) Selain itu, dia mengatakan dengan jelas bahwa dia ada di sana bukan untuk menuduh sesama orang Yahudi, melainkan untuk naik banding kepada Kaisar. Namun, masyarakat Yahudi setempat agaknya belum mendengar apa-apa dari orang Yahudi di Yudea tentang permintaan banding Paulus. (Kis. 28:21) Mengapa ada kesenjangan komunikasi ini? Sebuah buku referensi mengatakan, ”Kapal Paulus pasti termasuk kapal yang pertama tiba di Italia setelah musim dingin, dan para wakil dari kalangan berwenang Yahudi di Yerusalem, atau surat mengenai kasus itu, pasti belum tiba.”
13, 14. Bagaimana Paulus memasukkan tema Kerajaan, dan bagaimana kita bisa meniru teladannya?
13 Paulus kini memasukkan tema Kerajaan dengan mengatakan sesuatu yang pasti membangkitkan rasa ingin tahu para tamunya. Dia mengatakan, ”Itulah alasannya saya meminta untuk bertemu dan berbicara dengan kalian. Harapan Israel membuat saya dirantai seperti ini.” (Kis. 28:20) Harapan itu, tentu saja, berkaitan erat dengan sang Mesias dan Kerajaannya, seperti yang diberitakan oleh sidang jemaat Kristen. ”Kami mau mendengar pendapatmu,” jawab para penatua Yahudi itu, ”karena kami tahu bahwa sekte ini ditentang di mana-mana.”—Kis. 28:22.
14 Apabila kita mendapat kesempatan untuk memberitakan kabar baik, kita bisa meniru Paulus dengan menggunakan pernyataan atau pertanyaan yang menggugah minat pendengar kita. Saran-saran yang sangat bagus terdapat di publikasi Bertukar Pikiran mengenai Ayat-Ayat Alkitab, Memperoleh Manfaat dari Pendidikan Sekolah Pelayanan Teokratis, dan Teruslah Bersungguh-sungguh dalam Membaca dan Mengajar. Apakah Saudara memanfaatkan alat-alat bantu belajar Alkitab ini?
”Bersaksi dengan Saksama”—Pola untuk Kita Ikuti (Kis. 28:23-29)
15. Empat hal apa yang menonjol sehubungan dengan kesaksian Paulus?
15 Pada suatu hari yang telah ditetapkan, ”lebih banyak” orang Yahudi datang ke tempat Paulus menginap. Paulus memberi mereka penjelasan ”dari pagi sampai malam . . . dan bersaksi dengan saksama tentang Kerajaan Allah, untuk meyakinkan mereka tentang Yesus melalui Hukum Musa dan Tulisan Para Nabi”. (Kis. 28:23) Ada empat hal yang menonjol sehubungan dengan kesaksian Paulus. Pertama, dia berfokus pada Kerajaan Allah. Kedua, dia berupaya meyakinkan pendengarnya dengan menggunakan persuasi. Ketiga, dia bertukar pikiran dari Alkitab. Keempat, dia memperlihatkan sikap rela berkorban, dengan memberikan kesaksian ”dari pagi sampai malam”. Sungguh teladan yang bagus bagi kita! Hasilnya? ”Ada orang-orang yang mulai percaya”, dan ada juga yang tidak. Karena pendapat mereka berbeda-beda, ”mereka mulai pergi dari sana”, lapor Lukas.—Kis. 28:24, 25a.
16-18. Mengapa Paulus tidak heran dengan tanggapan negatif orang-orang Yahudi di Roma, dan bagaimana hendaknya perasaan kita apabila berita kita ditolak?
16 Paulus tidak heran dengan tanggapan tersebut, sebab hal itu cocok dengan nubuat Alkitab dan sesuai dengan pola yang sudah dikenalnya. (Kis. 13:42-47; 18:5, 6; 19:8, 9) Maka, kepada tamu-tamunya yang tidak mau menerima dan akan pergi, Paulus mengatakan, ”Dengan bimbingan kuasa kudus, Nabi Yesaya dengan tepat berkata kepada leluhur kalian, ’Pergilah kepada bangsa ini dan katakan, ”Kalian memang akan mendengar, tapi sama sekali tidak mengerti, dan kalian memang akan memandang, tapi sama sekali tidak melihat. Sebab hati bangsa ini sudah tertutup.”’” (Kis. 28:25b-27) Dalam bahasa aslinya, kata yang diterjemahkan ”tertutup” menunjukkan hati yang ”menebal”, atau ”berlemak”, sehingga berita Kerajaan tidak bisa menembusnya. Betapa tragisnya situasi tersebut!
17 Tidak seperti orang-orang Yahudi itu, ”bangsa-bangsa lain . . . pasti mendengarkannya”, demikian Paulus mengakhiri kata-katanya. (Kis. 28:28; Mz. 67:2; Yes. 11:10) Ya, sang rasul bisa menyatakan hal itu dengan yakin, sebab dia sendiri telah melihat banyak orang non-Yahudi menyambut berita Kerajaan!—Kis. 13:48; 14:27.
18 Seperti Paulus, semoga kita tidak tersinggung apabila orang-orang menolak kabar baik. Bukankah kita tahu bahwa hanya relatif sedikit yang akan menempuh jalan menuju kehidupan? (Mat. 7:13, 14) Dan, apabila orang-orang yang memiliki sikap yang benar sungguh-sungguh berpihak kepada ibadah sejati, marilah kita bersukacita dan membuka hati kita untuk menyambut mereka.—Luk. 15:7.
”Memberitakan tentang Kerajaan Allah” (Kis. 28:30, 31)
19. Bagaimana Paulus memanfaatkan sepenuhnya situasi yang dia alami?
19 Lukas menutup kisahnya dengan nada yang sangat positif dan hangat, katanya, ”Paulus tinggal di rumah yang disewanya sendiri itu selama dua tahun, dan dia selalu menyambut semua orang yang datang kepadanya, sambil memberitakan tentang Kerajaan Allah kepada mereka dan mengajar tentang Tuan Yesus Kristus dengan benar-benar leluasa, tanpa halangan.” (Kis. 28:30, 31) Benar-benar teladan yang bagus dalam hal iman, semangat, dan sikap suka menerima tamu!
20, 21. Siapa saja yang mendapat manfaat dari pelayanan Paulus di Roma?
20 Seseorang yang Paulus terima dengan baik hati adalah pria bernama Onesimus, budak yang kabur dari Kolose. Paulus membantu Onesimus menjadi Kristen, dan belakangan Onesimus menjadi ’saudara yang setia dan yang dikasihi’ Paulus. Malah, Paulus menggambarkan dia sebagai ”anakku, . . . karena [Paulus] sudah seperti ayahnya”. (Kol. 4:9; Flm. 10-12) Onesimus pasti telah membuat Paulus sangat terbina!a
21 Ada orang-orang lain lagi yang mendapat manfaat dari teladan Paulus. Kepada orang Filipi, dia menulis, ”Apa yang saya alami ternyata memajukan kabar baik. Semua Pengawal Kerajaan dan semua orang lain sudah tahu bahwa saya dipenjarakan demi Kristus. Kebanyakan saudara yang melayani Tuan dikuatkan karena saya dipenjarakan, dan mereka bertambah berani dalam menyampaikan firman Allah, tanpa perasaan takut.”—Flp. 1:12-14.
22. Bagaimana Paulus memanfaatkan masa tahanannya di Roma?
22 Paulus memanfaatkan masa tahanannya di Roma untuk menulis beberapa surat penting yang sekarang menjadi bagian dari Kitab-Kitab Yunani Kristen.b Surat-surat yang ditujukan untuk orang-orang Kristen abad pertama itu bermanfaat bagi mereka. Sekarang pun, nasihat-nasihat yang ada dalam surat-surat itu masih bermanfaat dan cocok bagi kita.—2 Tim. 3:16, 17.
23, 24. Seperti Paulus, bagaimana banyak orang Kristen zaman modern bersikap positif sekalipun dipenjarakan secara tidak adil?
23 Pada waktu dia dibebaskan, yang tidak disebutkan di buku Kisah, Paulus sudah ditahan selama kira-kira empat tahun—dua tahun di Kaisarea dan dua tahun di Roma.c (Kis. 23:35; 24:27) Tetapi, dia terus berpandangan positif, melakukan apa saja yang bisa dia lakukan dalam dinas kepada Allah. Demikian pula, banyak hamba Yehuwa sekarang tetap bersukacita dan terus mengabar meski dipenjarakan secara tidak adil karena iman mereka. Perhatikan contoh Adolfo, yang dipenjarakan di Spanyol oleh karena kenetralan Kristen. ”Kami kagum kepadamu,” kata seorang petugas. ”Kami telah membuat hidupmu sengsara, tetapi semakin buruk perlakuan kami, kamu malah makin sering tersenyum dan berbicara ramah.”
24 Belakangan, Adolfo dipercaya sampai-sampai pintu selnya dibiarkan terbuka. Para penjaga sering datang untuk bertanya tentang Alkitab. Salah seorang penjaga bahkan masuk ke sel Adolfo untuk membaca Alkitab, sementara Adolfo berjaga kalau-kalau ada yang lewat. Jadi, sang tahanan justru ”menjaga” si penjaga! Semoga teladan bagus Saksi-Saksi yang setia seperti itu menggerakkan kita untuk ”bertambah berani dalam menyampaikan firman Allah, tanpa perasaan takut”, bahkan di bawah kondisi yang sulit.
25, 26. Dalam kurang dari 30 tahun, penggenapan nubuat luar biasa apa yang Paulus saksikan, dan apa persamaannya dengan zaman kita?
25 Seorang rasul Kristus dalam tahanan rumah yang ”memberitakan tentang Kerajaan Allah” kepada semua orang yang mengunjunginya—pernyataan yang sungguh menghangatkan hati untuk menutup buku Kisah yang sarat aksi! Di pasal pertama, kita membaca tentang tugas yang Yesus berikan kepada para pengikutnya sewaktu dia mengatakan, ”Kalian akan mendapat kuasa sewaktu kuasa kudus datang ke atas kalian, dan kalian akan menjadi saksiku di Yerusalem, di seluruh Yudea dan Samaria, dan sampai ke bagian yang paling jauh di bumi.” (Kis. 1:8) Tidak sampai 30 tahun kemudian, berita Kerajaan telah ”diberitakan di antara semua ciptaan di bawah langit”.d (Kol. 1:23) Bukti yang sungguh kuat tentang kuasa kudus Allah!—Za. 4:6.
26 Sekarang, kuasa kudus yang sama telah menguatkan saudara-saudara Kristus yang masih hidup, bersama rekan-rekan mereka ”domba-domba lain”, untuk terus memberikan kesaksian yang saksama tentang Kerajaan Allah di 240 negeri! (Yoh. 10:16; Kis. 28:23) Apakah Saudara ikut serta sepenuhnya dalam pekerjaan tersebut?
a Paulus ingin agar Onesimus tetap menemani dia, tetapi hal ini merupakan pelanggaran hukum Romawi dan pelanggaran hak majikan Onesimus, yakni seorang Kristen bernama Filemon. Karena itu, Onesimus pulang kepada Filemon, sambil membawa surat dari Paulus yang menganjurkan Filemon untuk menerima budaknya dengan baik, sebagai saudara rohaninya.—Flm. 13-19.
b Lihat kotak ”Lima Surat Paulus Selama Pemenjaraannya yang Pertama di Roma”.
c Lihat kotak ”Kehidupan Paulus Setelah Tahun 61 M”.
d Lihat kotak ”Kabar Baik ’Diberitakan di Antara Semua Ciptaan’”.
-
-
”Sampai ke Bagian yang Paling Jauh di Bumi””Memberikan Kesaksian yang Saksama tentang Kerajaan Allah”
-
-
PASAL 28
”Sampai ke Bagian yang Paling Jauh di Bumi”
Saksi-Saksi Yehuwa meneruskan pekerjaan yang dimulai oleh para pengikut Yesus Kristus pada abad pertama Masehi
1. Apa saja kesamaan antara orang Kristen masa awal dan Saksi-Saksi Yehuwa sekarang?
MEREKA memberikan kesaksian dengan penuh semangat. Mereka tergugah untuk menerima bantuan dan bimbingan kuasa kudus. Penganiayaan tidak membungkam mulut mereka. Dan, Allah memberkati mereka dengan limpah. Itulah yang dapat dikatakan mengenai orang Kristen masa awal, dan juga mengenai Saksi-Saksi Yehuwa sekarang.
2, 3. Apa yang khususnya menarik tentang buku Kisah?
2 Tentu Saudara merasa terbina oleh kisah-kisah yang menguatkan iman yang terdapat dalam buku Kisah Para Rasul yang sarat aksi! Buku ini unik, sebab inilah satu-satunya catatan sejarah yang diilhamkan Allah mengenai Kekristenan masa awal.
3 Buku Kisah menyebutkan nama 95 orang dari 32 negeri, 54 kota, dan 9 pulau. Buku ini memuat kisah yang mendebarkan tentang orang-orang—rakyat biasa, pemeluk agama yang tinggi hati, politikus yang sombong, penganiaya yang garang. Tetapi yang terutama, buku ini bercerita tentang saudara-saudari seiman Saudara pada abad pertama, yang tidak saja mengalami berbagai kesulitan umum dalam kehidupan tetapi juga bersemangat memberitakan kabar baik.
4. Mengapa kita merasakan keterikatan khusus dengan orang-orang seperti Paulus, Tabita, dan saksi-saksi setia lainnya pada zaman dahulu?
4 Mereka antara lain Rasul Petrus dan Paulus yang bersemangat, tabib Lukas yang dikasihi, Barnabas yang murah hati, Stefanus yang berani, Tabita yang baik hati, Lidia yang suka menerima tamu, dan masih banyak lagi saksi yang setia. Memang, mereka hidup hampir 2.000 tahun yang lalu, namun kita merasakan keterikatan khusus dengan mereka. Mengapa? Karena kita memiliki tugas yang sama, yakni membuat murid. (Mat. 28:19, 20) Sungguh kehormatan besar bagi kita bisa turut berperan serta!
”. . . sampai ke bagian yang paling jauh di bumi.”—Kisah 1:8
5. Di mana para pengikut Yesus masa awal mulai melaksanakan tugas mereka?
5 Renungkan tugas yang Yesus berikan kepada para pengikutnya. ”Kalian akan mendapat kuasa sewaktu kuasa kudus datang ke atas kalian,” katanya, ”dan kalian akan menjadi saksiku di Yerusalem, di seluruh Yudea dan Samaria, dan sampai ke bagian yang paling jauh di bumi.” (Kis. 1:8) Pertama-tama, kuasa kudus memberikan kuasa kepada para murid untuk menjadi saksi ”di Yerusalem”. (Kis. 1:1–8:3) Selanjutnya, di bawah pengarahan kuasa kudus, mereka memberikan kesaksian ”di seluruh Yudea dan Samaria”. (Kis. 8:4–13:3) Lalu, mereka mulai menyampaikan kabar baik ”sampai ke bagian yang paling jauh di bumi”.—Kis. 13:4–28:31.
6, 7. Dalam melaksanakan pelayanan, keuntungan apa yang kita nikmati dibandingkan rekan-rekan kita pada abad pertama?
6 Saudara-saudari seiman Saudara pada abad pertama tidak mempunyai Alkitab lengkap untuk digunakan ketika memberikan kesaksian. Injil Matius baru tersedia setidaknya pada tahun 41 M. Beberapa surat Paulus ditulis sebelum buku Kisah selesai, kira-kira pada tahun 61 M. Karena itu, orang Kristen masa awal tidak mempunyai salinan Kitab Suci secara lengkap ataupun beragam publikasi untuk ditempatkan kepada para peminat. Sebelum menjadi murid Yesus, orang Kristen Yahudi pernah mendengar Kitab-Kitab Ibrani dibacakan di rumah ibadah. (2 Kor. 3:14-16) Tetapi, mereka pun perlu rajin belajar, sebab ayat-ayat yang mereka kutip harus mereka ingat di luar kepala.
7 Sekarang, kebanyakan dari kita memiliki Alkitab sendiri dan banyak sekali bacaan Alkitab. Kita membuat murid dengan memberitakan kabar baik di 240 negeri dan dalam banyak bahasa.
Diberi Kuasa oleh Kuasa Kudus
8, 9. (a) Kuasa kudus memungkinkan murid-murid Yesus melakukan apa? (b) Apa yang diproduksi budak yang setia dengan bantuan kuasa kudus Allah?
8 Sewaktu Yesus menugasi murid-muridnya untuk menjadi saksi, dia memberi tahu mereka, ”Kalian akan mendapat kuasa sewaktu kuasa kudus datang ke atas kalian.” Di bawah pengarahan kuasa kudus Allah, atau tenaga-Nya, para pengikut Yesus pada akhirnya akan melayani sebagai saksi di seluruh bumi. Dengan kuasa kudus, Petrus dan Paulus melakukan penyembuhan, mengusir roh jahat, bahkan membangkitkan orang mati! Akan tetapi, kuasa yang diterima melalui kuasa kudus mempunyai tujuan yang lebih penting. Kuasa kudus memungkinkan para rasul dan murid-murid lain untuk menyampaikan pengetahuan saksama yang berarti kehidupan abadi.—Yoh. 17:3.
9 Pada hari Pentakosta 33 M, murid-murid Yesus berbicara ”dalam bahasa-bahasa lain, sesuai dengan bimbingan kuasa itu”. Dengan cara itulah mereka memberikan kesaksian tentang ”perbuatan Allah yang luar biasa”. (Kis. 2:1-4, 11) Sekarang, kita tidak bisa berbicara dalam berbagai bahasa secara mukjizat. Namun, dengan bantuan kuasa kudus Allah, budak yang setia memproduksi bacaan Alkitab dalam banyak bahasa. Misalnya, jutaan majalah Menara Pengawal dan Sadarlah! dicetak setiap bulan, dan situs web kita, jw.org, menyediakan publikasi dan video berdasarkan Alkitab dalam lebih dari 1.000 bahasa. Semua ini membantu kita memberitakan ”perbuatan Allah yang luar biasa” kepada orang-orang dari semua bangsa, suku, dan bahasa.—Why. 7:9.
10. Sejak tahun 1989, bagaimana perkembangan penerjemahan Alkitab?
10 Sejak tahun 1989, budak yang setia memberikan perhatian khusus untuk menyediakan Kitab Suci Terjemahan Dunia Baru dalam banyak bahasa. Alkitab ini sudah diterjemahkan ke dalam lebih dari 200 bahasa, dan telah dicetak sebanyak puluhan juta eksemplar—dan masih banyak lagi yang akan dicetak. Hanya Allah dan kuasa kudus-Nya yang dapat menyukseskan berbagai upaya ini.
11. Bagaimana perkembangan penerjemahan publikasi Saksi-Saksi Yehuwa?
11 Penerjemahan dilakukan oleh ribuan sukarelawan Kristen di lebih dari 150 negeri. Kita tidak perlu heran, sebab tidak ada organisasi lain di bumi yang dibimbing oleh kuasa kudus dalam memberikan kesaksian yang saksama di seluruh dunia tentang Allah Yehuwa, Kerajaan surgawi yang telah berdiri, serta Rajanya!—Kis. 28:23.
12. Bagaimana Paulus dan orang-orang Kristen lain bisa melakukan pekerjaan kesaksian?
12 Sewaktu Paulus memberikan kesaksian kepada orang Yahudi dan non-Yahudi di Antiokhia Pisidia, ”semua yang memiliki sikap yang benar untuk mendapat kehidupan abadi menjadi percaya”. (Kis. 13:48) Ketika Lukas mengakhiri catatan buku Kisah, Paulus sedang ”memberitakan tentang Kerajaan Allah . . . dengan benar-benar leluasa, tanpa halangan”. (Kis. 28:31) Di mana sang rasul memberikan kesaksian? Ya! Di Roma—ibu kota kuasa dunia! Baik melalui ceramah maupun sarana lain, para pengikut Yesus masa awal melakukan segala pekerjaan kesaksian mereka dengan bantuan dan bimbingan kuasa kudus.
Bertekun Meski Dianiaya
13. Mengapa kita hendaknya berdoa sewaktu dianiaya?
13 Sewaktu murid-murid Yesus masa awal mengalami penganiayaan, mereka memohon keberanian kepada Yehuwa. Hasilnya? Mereka dipenuhi dengan kuasa kudus dan menerima kuasa untuk membicarakan firman Allah dengan berani. (Kis. 4:18-31) Kita pun berdoa memohon hikmat dan kekuatan untuk terus memberikan kesaksian meski dianiaya. (Yak. 1:2-8) Karena kita diberkati oleh Allah dan dibantu oleh kuasa kudus-Nya, kita terus giat dalam dinas Kerajaan. Tidak ada yang bisa menghentikan pekerjaan kesaksian—entah itu tentangan yang sengit ataupun penganiayaan yang kejam. Sewaktu dianiaya, kita tentunya perlu berdoa memohon kuasa kudus dan hikmat serta keberanian untuk memberitakan kabar baik.—Luk. 11:13.
14, 15. (a) Apa yang terjadi sebagai hasil dari kesengsaraan yang timbul ”setelah Stefanus dibunuh”? (b) Pada zaman kita, bagaimana banyak orang di Siberia bisa mengenal kebenaran?
14 Stefanus memberikan kesaksian yang berani sebelum mati di tangan musuh-musuhnya. (Kis. 6:5; 7:54-60) Ketika sidang jemaat ”mulai dianiaya dengan parah”, semua murid kecuali para rasul terpencar ke seluruh Yudea dan Samaria. Tetapi, hal itu tidak menghentikan pekerjaan kesaksian. Filipus pergi ke Samaria ”memberitakan tentang Kristus” dan mendapatkan hasil yang sangat bagus. (Kis. 8:1-8, 14, 15, 25) Selain itu, kita diberi tahu, ”Setelah Stefanus dibunuh, murid-murid dibuat sengsara dan terpencar sampai ke Fenisia, Siprus, dan Antiokhia, tapi mereka menyampaikan firman hanya kepada orang Yahudi. Meski begitu, ada murid-murid dari Siprus dan Kirene yang datang ke Antiokhia, dan mereka mulai memberitakan kabar baik tentang Tuan Yesus kepada orang-orang berbahasa Yunani.” (Kis. 11:19, 20) Pada waktu itu, penganiayaan membuat berita Kerajaan tersebar.
15 Pada zaman kita, hal serupa terjadi di bekas Uni Soviet. Khususnya pada tahun 1950-an, ribuan Saksi Yehuwa diasingkan ke Siberia. Karena mereka terpencar di berbagai permukiman, kabar baik terus menyebar di wilayah yang luas tersebut. Mustahil begitu banyak Saksi bisa mempunyai uang untuk mengadakan perjalanan sejauh kira-kira 10.000 kilometer untuk memberitakan kabar baik! Akan tetapi, pemerintah sendiri yang mengirim mereka ke bagian yang jauh tersebut. ”Ternyata,” kata seorang saudara, ”kalangan berwenang sendirilah yang memungkinkan ribuan orang yang tulus di Siberia mengenal kebenaran.”
Diberi Berkat Limpah oleh Yehuwa
16, 17. Buku Kisah memberi kita bukti apa bahwa Yehuwa memberkati pekerjaan kesaksian?
16 Tidak diragukan lagi, Yehuwa memberkati orang Kristen masa awal. Paulus dan yang lain-lain menanam serta menyiram, ”tapi Allah yang membuatnya tumbuh”. (1 Kor. 3:5, 6) Laporan dalam buku Kisah memberikan bukti bahwa pertumbuhan tersebut terjadi karena Yehuwa memberkati pekerjaan kesaksian. Sebagai contoh, ”firman Allah terus tersebar, dan jumlah murid berlipat ganda secara luar biasa di Yerusalem”. (Kis. 6:7) Seiring dengan meluasnya pekerjaan kesaksian, ”sidang jemaat di seluruh Yudea, Galilea, dan Samaria memasuki masa damai dan menjadi kuat. Jumlah mereka terus berlipat ganda karena mereka hidup sesuai dengan jalan Yehuwa dan penghiburan dari kuasa kudus”.—Kis. 9:31.
17 Di Antiokhia Siria, baik orang Yahudi maupun orang-orang yang berbahasa Yunani mendengar kebenaran dari para saksi yang berani. Catatan itu berkata, ”Tangan Yehuwa menyertai mereka, dan ada banyak yang mulai percaya kepada Tuan dan menjadi muridnya.” (Kis. 11:21) Mengenai kemajuan selanjutnya di kota itu, kita membaca, ”Firman Yehuwa terus tersebar, dan semakin banyak orang menjadi murid.” (Kis. 12:24) Dan, seraya Paulus serta rekan-rekan lainnya giat memberikan kesaksian yang saksama di antara orang-orang non-Yahudi, ”dengan luar biasa, firman Yehuwa terus tersebar dan berkuasa”.—Kis. 19:20.
18, 19. (a) Mengapa kita yakin bahwa ”tangan Yehuwa” menyertai kita? (b) Berikan contoh, termasuk yang Saudara ingat, bahwa Yehuwa mendukung umat-Nya.
18 ”Tangan Yehuwa” tidak diragukan menyertai kita juga sekarang. Itulah sebabnya ada begitu banyak orang yang menjadi percaya dan melambangkan pembaktian mereka kepada Allah dengan dibaptis. Selain itu, hanya dengan bantuan dan berkat Allah kita bisa bertekun menahan tentangan yang sengit—kadang-kadang, penganiayaan yang hebat—dan berhasil melaksanakan pelayanan kita, sama seperti Paulus dan orang Kristen masa awal lainnya. (Kis. 14:19-21) Yehuwa akan selalu menyertai kita. ”Lengan-Nya yang abadi” senantiasa mendukung kita dalam semua cobaan yang kita alami. (Ul. 33:27) Kita juga hendaknya mengingat bahwa demi nama-Nya yang mulia, Yehuwa tidak akan pernah meninggalkan umat-Nya.—1 Sam. 12:22; Mz. 94:14.
19 Sebagai contoh: Karena Saudara Harald Abt terus memberikan kesaksian, Nazi mengirimnya ke kamp konsentrasi Sachsenhausen selama Perang Dunia II. Pada bulan Mei 1942, Gestapo pergi ke rumah istrinya, Elsa, mengambil bayi perempuan mereka, dan menangkap Elsa. Dia dikirim ke berbagai kamp. ”Tahun-tahun yang saya lalui di kamp-kamp konsentrasi Jerman mengajarkan sesuatu yang luar biasa,” kata Saudari Abt, ”bahwa kuasa kudus Yehuwa dapat sangat menguatkan kita sewaktu kita berada di bawah cobaan yang ekstrem! Sebelum ditangkap, saya pernah membaca surat dari seorang saudari yang mengatakan bahwa di bawah cobaan yang berat, kuasa kudus Yehuwa membuat kita diliputi ketenangan. Saya tadinya mengira dia agak membesar-besarkan hal itu. Tetapi, ketika saya sendiri mengalaminya, ternyata apa yang dia katakan itu benar. Hal itu benar-benar terjadi. Sulit membayangkannya, kalau kita belum mengalaminya sendiri. Namun, itulah yang benar-benar saya rasakan.”
Teruslah Berikan Kesaksian yang Saksama!
20. Apa yang Paulus lakukan sementara dalam tahanan rumah, dan bagaimana hal ini membesarkan hati beberapa saudara-saudari kita?
20 Buku Kisah ditutup dengan catatan bahwa Paulus dengan bersemangat ”memberitakan tentang Kerajaan Allah”. (Kis. 28:31) Karena berada dalam tahanan rumah, dia tidak bebas untuk mengabar dari rumah ke rumah di Roma. Meskipun demikian, dia terus memberikan kesaksian kepada semua orang yang datang kepadanya. Sekarang, beberapa saudara-saudari yang kita kasihi tidak bisa keluar rumah, mungkin terbaring di tempat tidur, atau tinggal di panti wreda karena usia tua, penyakit, atau kelemahan fisik. Namun, kasih mereka kepada Allah dan hasrat mereka untuk memberikan kesaksian tetap kuat. Kita mendoakan mereka dan bisa meminta agar Bapak surgawi kita mempertemukan mereka dengan orang-orang yang ingin belajar tentang diri-Nya dan kehendak-Nya yang menakjubkan.
21. Mengapa kita harus memberikan kesaksian dengan perasaan mendesak?
21 Kebanyakan dari kita bisa melakukan pelayanan dari rumah ke rumah dan kegiatan lain dari pekerjaan membuat murid. Maka, marilah kita masing-masing berbuat sebisa-bisanya untuk memenuhi peranan kita sebagai pemberita Kerajaan, ikut memberikan kesaksian ”sampai ke bagian yang paling jauh di bumi”. Pekerjaan ini harus dilakukan dengan perasaan mendesak, sebab ”tanda” kehadiran Kristus sudah jelas terlihat. (Mat. 24:3-14) Setiap kesempatan harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Sekarang ini, kita mau ”selalu sibuk mengerjakan banyak hal bagi Tuhan”.—1 Kor. 15:58.
22. Kita hendaknya bertekad melakukan apa sambil menantikan hari Yehuwa?
22 Sementara kita menantikan kedatangan ”hari Yehuwa yang hebat dan dahsyat”, marilah kita bertekad untuk terus memberikan kesaksian dengan berani dan setia. (Yl. 2:31) Kita masih akan menemukan banyak orang seperti orang Berea yang ”bersemangat sekali menerima firman Allah”. (Kis. 17:10, 11) Karena itu, semoga kita memberikan kesaksian sampai kita seolah-olah mendengar kata-kata ini: ”Bagus sekali, budak yang baik dan setia!” (Mat. 25:23) Jika kita dengan penuh semangat melakukan bagian kita dalam pekerjaan membuat murid dan terus setia kepada Yehuwa, kita pasti akan bersukacita selama-lamanya karena kita telah mendapat kehormatan untuk ikut memberikan kesaksian yang saksama tentang Kerajaan Allah!
-