PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • Halaman Dua
    Sedarlah!—1988 (No. 27) | Sedarlah!—1988 (No. 27)
    • Halaman Dua

      Orang-orang yang sehat dari segala umur bisa dijangkiti AIDS, wabah mengerikan yang telah tersebar di seluruh dunia. Di beberapa tempat hal itu sekarang merupakan problem kesehatan nomor satu bagi kaum muda. Mungkin anda kenal seseorang yang mengidap AIDS.

      AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome atau Sindroma Hilangnya Sistem Kekebalan Tubuh) adalah keadaan rusaknya sistem kekebalan tubuh akibat sebuah virus sehingga si penderita tidak berdaya melawan infeksi.

      Sejauh manakah AIDS telah tersebar sekarang? Bagaimana itu terjadi? Apakah AIDS dapat dicegah?

  • AIDS—Pembunuh yang Merajalela ke Seluruh Dunia
    Sedarlah!—1988 (No. 27) | Sedarlah!—1988 (No. 27)
    • AIDS—Pembunuh yang Merajalela ke Seluruh Dunia

      BEBERAPA ahli medis berpendapat bahwa AIDS hampir menjadi bencana dunia. ”AIDS bisa menjadi bencana kesehatan dalam masa hidup kita,” demikian menurut The New York Times. Dr. William O’Connor, seorang ahli mikrobiologi, mengatakan, ”Kita berurusan dengan wabah yang mungkin paling memautkan yang pernah menyerang dunia.”

      Dr. Halfdan Mahler dari WHO (World Health Organization atau Organisasi Kesehatan Dunia) menyatakan, ”Tanpa perlindungan apa-apa kita menghadapi pandemi [wabah sedunia] yang sangat ganas, yang tidak kalah memautkan daripada pandemi lain manapun yang pernah ada. . . . Kesemuanya semakin lebih buruk lagi dalam AIDS.”

      Setiap tahun yang berlalu, angka kematian semakin meningkat. Kemungkinan besar, dalam waktu dekat angka kematian akan berlipat ganda. Dan hal ini akan terjadi sekalipun tidak ada orang baru yang ketularan AIDS. Mengapa? Karena banyak sekali orang yang sudah ketularan virus, yang terus akan tinggal dalam tubuh mereka seumur hidup.

      Berapa banyak yang sudah dijangkiti virus itu? Ada yang mengatakan sepuluh juta di seluruh dunia. Laporan AIDS and The Third World (AIDS dan Dunia Ketiga) memperkirakan bahwa dalam waktu singkat, ”50-100 juta orang sudah akan terkena AIDS”.

      Perkiraan itu berdasarkan apa yang telah terjadi di Afrika, Eropa, dan Amerika Utara. Tetapi AIDS juga ada di Amerika Latin dan telah menyusup ke Asia. Politiken dari Denmark menyatakan, ”Apa jadinya jika dan bila wabah tersebut mengamuk di Amerika Selatan dan Asia dalam skala besar? . . . Jumlah yang kena tidak akan serendah 50-100 juta.” Sekalipun angka tersebut agak dilebihkan, pasti ada jutaan yang sudah dijangkiti. Dan akan ada jutaan lagi pada tahun-tahun mendatang.

      Juga, mayoritas terbesar dari orang-orang yang kini mengidap virus AIDS tidak tahu bahwa mereka sudah kena. Mereka tampak sehat namun dapat menularkan virus tersebut kepada orang lain. Maka, jumlah orang yang ketularan virus AIDS pasti akan meningkat jauh lebih tinggi.

      Kepala dinas kesehatan Amerika Serikat, C. E. Koop, mengatakan, ”Sebelumnya tidak ada penyakit yang sekaligus begitu misterius, begitu memautkan, dan begitu tahan terhadap terapi dan perkembangan vaksin.” Ia menyatakan, ”Kami belum punya obat maupun vaksin untuk itu—dan mungkin ini tidak akan tersedia untuk umum sebelum akhir abad ini. Jangan terkecoh. AIDS benar-benar membawa maut dan benar-benar sedang menyebar.” Dr. Koop juga mengatakan, ”Sudah 50 tahun saya menjadi ahli bedah, namun saya belum pernah melihat ancaman sebesar AIDS.”

  • Pembawa Virus AIDS—Berapa yang Bisa Mati?
    Sedarlah!—1988 (No. 27) | Sedarlah!—1988 (No. 27)
    • Pembawa Virus AIDS—Berapa yang Bisa Mati?

      PADA tahun 1981, ketika AIDS pertama kali ditemukan, staf kesehatan memperkirakan bahwa kurang lebih 5 sampai 10 persen dari mereka yang dihinggapi virus itu akan dijangkiti penyakit tersebut dan akhirnya mati. Namun virus tersebut ternyata mempunyai masa inkubasi yang lama. Mungkin makan waktu lima tahun atau lebih sampai gejala-gejalanya menjadi nyata.

      Kini, setelah pengalaman selama delapan tahun, beberapa staf [kesehatan] memperkirakan bahwa 40 sampai 50 persen, atau lebih, dari mereka yang membawa virus AIDS akan mengembangkan penyakit itu dan mati. AIDS and The Third World (AIDS dan Dunia Ketiga) menyatakan, ”Ramalan sebuah model komputer mengatakan bahwa 50% dari pembawa HIV akan memiliki AIDS yang sudah berkembang penuh dalam lima tahun, dan 75% dalam waktu tujuh tahun.” (Istilah ”HIV” terbentuk dari kata-kata ”Human Immunodeficiency Virus atau Virus yang Mengakibatkan Hilangnya Sistem Kekebalan Tubuh”, yaitu virus AIDS.)

      Publikasi tersebut kemudian mengatakan, ”Banyak ahli medis, dan kebanyakan ahli virologi (ilmu tentang virus), kini berpendapat bahwa angka kematian di kalangan pembawa HIV akan nyaris mendekati 100%. . . . Pendapat bahwa pada akhirnya semuanya akan mati, sebagian berdasarkan pada kenyataan bahwa seraya tiap tahun berlalu, banyak orang yang terjangkit virus itu tiga atau empat atau lima tahun yang lalu memang mengembangkan penyakit tersebut. Dan ini juga sebagian berdasarkan penelitian terhadap virus HIV itu sendiri.” Tentu saja, pendapat-pendapat tersebut baru merupakan perkiraan. Hanya waktu yang akan membuktikan apakah pendapat-pendapat tersebut benar.

      Dr. Anthony Fauci, peneliti dari Institut Kesehatan Nasional di Amerika Serikat, mencatat bahwa kira-kira 90 persen dari mereka yang hasil tes antibodi HIV-nya positif mengalami semacam kerusakan dalam fungsi kekebalan tubuh mereka dalam waktu lima tahun.

      Sekalipun ”hanya” 50 persen yang meninggal dari 50 juta sampai 100 juta pembawa virus yang diperkirakan untuk masa depan yang dekat ini, dalam kira-kira sepuluh tahun mendatang jutaan akan mati tiap tahun. Sebuah sumber mengatakan bahwa angka kematian yang diperkirakan di Afrika saja akan mencapai puluhan juta.

      Dibandingkan dengan Perang

      Akibat wabah AIDS dalam hal korban jiwa, dalam kerugian terhadap masyarakat, dan dalam biaya sedang diperbandingkan dengan akibat dari perang-perang besar.

      Misalnya, di Amerika Serikat, kira-kira 40.000 sudah meninggal. Satu sampai dua juta lebih dikatakan telah kena. Di New York City saja, diperkirakan 250.000 sampai 400.000 penduduk ditulari virus tersebut. Di beberapa bagian dari kota itu, AIDS telah menjadi penyakit menular yang paling umum di kalangan bayi-bayi yang baru lahir.

      Meskipun peningkatan di Amerika Serikat agak menurun di kalangan kelompok-kelompok berisiko tinggi dan ledakan AIDS yang ditakutkan di kalangan heteroseks tidak terjadi, jumlah kematian akan tetap sangat tinggi di masa depan yang dekat ini. Pusat Pengendalian Penyakit A.S. di Atlanta memperkirakan bahwa menjelang akhir 1991, lebih dari 200.000 orang Amerika akan meninggal akibat AIDS. Dalam satu tahun itu, tahun 1991, diperkirakan 50.000 lebih akan meninggal akibat penyakit itu. Dan pada akhir tahun 1992—hanya empat tahun dari sekarang—lebih banyak orang Amerika mungkin akan meninggal akibat AIDS daripada yang tewas dalam gabungan dari Perang Dunia I, Perang Korea, dan Perang Vietnam.

      Sebenarnya, The Futurist menyatakan, ”Pada akhir abad ini AIDS mungkin akan membunuh lebih banyak orang daripada yang tewas dalam semua perang-perang kita [dari segala bangsa].”

      Biaya yang diperkirakan mengejutkan. Di Amerika Serikat, biaya yang diperkirakan untuk setiap pasien per tahun ialah $50.000 atau lebih. Jadi pada tahun-tahun mendatang, dibutuhkan milyaran dolar setiap tahun untuk biaya perawatan pasien. Ada yang kuatir bahwa sistem perawatan kesehatan tidak akan mampu mengatasi jumlah pasien maupun biayanya.

      Lebih Buruk Lagi di Afrika

      Di Afrika, kalaupun ada, hanya sedikit peperangan yang membawa akibat seperti penyakit AIDS sekarang. New Scientist dari Inggris menyatakan, ”AIDS merajalela di Afrika.” Sebuah artikel dalam Politiken dari Denmark mengatakan, ”Kepala Bagian [untuk] AIDS di Uganda menyatakan, ’Kecuali ada perubahan, pada tahun 2000, satu dari dua orang dewasa di negeri ini akan menunjukkan positif-HIV.’ Hampir setengah dari kasus AIDS di Afrika adalah wanita usia subur. Anak-anak termasuk satu dari setiap lima kasus AIDS di Rwanda. Di Zambia, 6.000 bayi akan lahir dengan AIDS tahun ini. Di kalangan 800 wanita tuna susila yang dites di Nairobi, sembilan dari sepuluh dijangkiti HIV. Dan wanita-wanita ini rata-rata melayani 1.000 langganan per tahun.”

      ”Jika kita diam saja, benua ini akan mati,” ujar Pieter Piot, ahli berkebangsaan Belgia. Jonathan Mann, yang memimpin kampanye WHO, menyatakan, ”Pilihan lain ialah menyerah kalah di Afrika, seakan-akan dunia ini bukan satu planet tunggal. Namun wabah tersebut tidak dapat dihentikan di satu negeri manapun sebelum ini dihentikan di semua negeri.”

      Jadi, banyak ahli medis merasa bahwa bencana AIDS sedunia sudah mulai. Sekretaris Jenderal PBB Javier Pérez de Cuéllar menyebutnya ”konflik sedunia” yang ”mengancam kita sedahsyat semua akibat perang”.

      Dalam beberapa hal AIDS lebih buruk daripada peperangan. Mengapa? Karena tidak kelihatan kapan akhirnya, korban terus meningkat, dan yang ”terluka” tidak dapat sembuh.

      [Blurb di hlm. 5]

      ’Banyak orang sekarang percaya bahwa angka kematian di kalangan pembawa HIV akan nyaris mendekati 100 persen’

      [Blurb di hlm. 5]

      ”Pada akhir abad ini AIDS mungkin akan membunuh lebih banyak orang daripada yang tewas dalam semua perang-perang kita”

  • Mengapa AIDS Begitu Mematikan
    Sedarlah!—1988 (No. 27) | Sedarlah!—1988 (No. 27)
    • Mengapa AIDS Begitu Mematikan

      UNTUK lebih mengerti cara melindungi diri terhadap AIDS kita perlu mengetahui mengapa itu begitu memautkan. Apa yang membuat virus ini lebih sukar diatasi daripada virus-virus lain?

      Virus adalah organisme paling kecil penyebab timbulnya penyakit, jauh lebih kecil dari bakteri. Influenza, polio, dan selesma yang umum diakibatkan oleh virus yang berbeda. Sekali ia masuk ke dalam sel, virus dapat membunuh sel tersebut atau ”tidur” saja di sana sampai kemudian menjadi lebih aktif. Virus AIDS membutuhkan waktu kira-kira lima tahun atau lebih sebelum gejala-gejalanya timbul.

      Mengapa Begitu Memautkan

      Yang membuat virus AIDS begitu memautkan adalah fakta bahwa ia menyerang dan melumpuhkan sel-sel utama, termasuk sel-sel darah putih yang dibuat tubuh untuk membantu menangkal penyakit. Sel-sel darah putih ini (yang disebut limfosit T-4) adalah pertahanan tubuh yang utama terhadap penyakit.

      Bila sel-sel darah putih ini dilumpuhkan oleh virus AIDS, sel-sel tersebut tidak dapat melakukan tugasnya. Maka, sistem kekebalan tubuh rusak. Infeksi-infeksi yang tadinya tidak berbahaya kini mengancam jiwa. Ini termasuk virus-virus lain, parasit, bakteri, jamur, atau berbagai macam kanker.

      Karena tubuh tidak dapat lagi melawan infeksi-infeksi ini, mereka berkembang sampai korbannya meninggal. Infeksi-infeksi ini disebut oportunistik. Mereka mengambil manfaat dari kesempatan yang ada akibat sistem kekebalan tubuh yang lemah. Penderita AIDS bisa kena beberapa macam infeksi sedemikian pada waktu yang sama.

      Beberapa gejala awal dari AIDS adalah: rasa lelah yang berkepanjangan dan tanpa sebab; kelenjar-kelenjar yang membengkak selama berbulan-bulan; demam yang terus-menerus atau berkeringat pada malam hari; terus murus-murus (diarrhea); berat badan turun tanpa sebab; luka-luka hitam pada kulit atau selaput lendir yang tidak bisa sembuh; batuk-batuk yang berkepanjangan dan tanpa sebab; adanya lapisan putih tebal pada lidah dan dalam kerongkongan; mudah memar atau pendarahan tanpa sebab. Gejala-gejala awal ini sering disebut ”AIDS Related Complex” (Kompleks yang Berhubungan dengan AIDS), atau ARC.

      Bila AIDS sudah berkembang penuh, penyakit-penyakit yang ganas lain berkembang. Di antara yang lebih umum adalah infeksi paru-paru yang disebabkan oleh kuman parasit yang dikenal sebagai Pneumocystis carinii, dan kanker kulit yang disebut sarcoma Kaposi, yang juga menyangkut organ-organ tubuh bagian dalam. Tambahan pula, virus AIDS dapat menyerang otak, yang menyebabkan orang menjadi lumpuh, buta, tidak waras, dan akhirnya meninggal. Dr. Richard T. Johnson, profesor neurologi dari Universitas Johns Hopkins, mengatakan, ”HIV [virus AIDS] ada dalam otak dari sedikitnya 1 juta orang di A.S.”

      AIDS yang berkembang penuh akan disertai rasa nyeri dan menurunnya berat badan secara tak terkendali, dengan tubuh semakin lemah sampai akhirnya kematian menyusul. Di Afrika, kata The Lancet, AIDS ”dihubungkan dengan ’penyakit langsing’, istilah yang menggambarkan sangat turunnya berat badan yang disertai murus-murus”. Dari saat mulainya penyakit tersebut sampai saat kematian dibutuhkan waktu kira-kira satu tahun atau kurang, atau dapat juga beberapa tahun.

      Virus yang Kuat

      Ada faktor lain yang membuat virus AIDS lebih memautkan daripada virus-virus lain. Di dalam virus ini terdapat mekanisme ketahanan yang tidak ada dalam virus-virus lain.

      Misalnya, dalam tubuh manusia virus influenza hanya dapat bertahan beberapa hari atau minggu, dan ia merangsang pembuatan antibodi yang dapat membantu melindungi sang korban terhadap infeksi lebih lanjut yang ditimbulkan oleh virus tersebut. Setelah wabah itu selesai masanya, ia menghilang. Wabah flu sedunia pada tahun 1918 hanya bertahan satu tahun. Virus demam kuning bergantung pada nyamuk, yang akan menghilang dengan bergantinya musim. Penyakit cacar bisa juga menjalar dengan cepat di kalangan penduduk yang mudah kena, lalu menghilang.

      Tetapi, virus AIDS dianggap sangat gigih. Mungkin ia tinggal di dalam tubuh pembawanya seumur hidup dan tidak hilang dengan sendirinya. Sang korban tidak dapat pulih dari penyakit AIDS yang telah berkembang penuh sehingga tidak dapat membangun tingkat kekebalan yang dapat melawan timbul kembalinya penyakit tersebut.

      Lagi pula, virus AIDS mempunyai variasi yang penting dalam komposisi genetikanya sehingga sukar untuk memperkembangkan vaksin. Dan virus itu biasanya bermutasi, yaitu, berubah sifat. Misalnya, ada banyak jenis influenza dan virus-virus selesma. Jenis virus AIDS kedua sudah ditemukan di Afrika dan tempat-tempat lain. Vaksin yang berbeda mungkin diperlukan untuk setiap jenis.

      Tetapi mengapa AIDS begitu meluas? Praktik-praktik apa yang terlibat sehingga mempercepat penyusupannya yang berbahaya ke dalam keluarga manusia?

      [Kotak di hlm. 7]

      FAKTOR-FAKTOR YANG MEMUNGKINKAN TIMBULNYA AIDS

      Menurut majalah kedokteran Inggris The Lancet, setiap tahun lebih dari 300 juta orang baru di seluruh dunia dijangkiti penyakit-penyakit yang ditularkan melalui hubungan seks, seperti gonorrhea, sifilis, herpes, dan klamidia. Ini dapat melemahkan tubuh sehingga lebih mudah dihinggapi virus AIDS. Penggunaan obat bius secara iseng atau tidak sah, juga melemahkan pertahanan tubuh terhadap AIDS.

      Juga, di negara-negara yang sedang berkembang, kurangnya gizi karena kemiskinan dan kurangnya fasilitas perawatan kesehatan yang memadai tidak menguntungkan pembangunan daya tahan tubuh untuk melawan AIDS. Kesehatan ratusan juta orang di sana sudah kurang dari standar normal, sehingga mempermudah virus AIDS untuk menelan korban tambahan.

      [Gambar di hlm. 7]

      Sel-sel darah putih T dari sistem kekebalan tubuh biasanya menyerang pendatang-pendatang yang berbahaya

  • Mengapa AIDS Tersebar Begitu Luas?
    Sedarlah!—1988 (No. 27) | Sedarlah!—1988 (No. 27)
    • Mengapa AIDS Tersebar Begitu Luas?

      MENGAPA AIDS sudah begitu meluas? Walaupun tidak diketahui dengan tepat bagaimana, kapan dan dari mana asalnya, ada pola-pola umum yang menjelaskan penyebarannya. Di Amerika Serikat dan Eropa, misalnya, saluran utama dari penyebaran AIDS adalah kegiatan homoseks pria. Ketika wabah AIDS pertama kali ditemukan, secara eksklusif ini hanya muncul di kalangan pria homoseks (dan biseks). Sampai baru-baru ini, lebih dari 70 persen dari korban orang dewasa adalah pria-pria homoseks.

      Kemudian AIDS mulai muncul di kalangan pemakai obat bius melalui suntikan. Dalam beberapa tahun, 15 persen lebih dari semua kasus berasal dari kelompok ini, dan semakin bertambah. Di beberapa tempat, setengah jumlah pemakai obat bius dengan suntikan telah dihinggapi virus AIDS. Maka, majalah Science menyatakan, ”Mayoritas terbesar orang Amerika yang dijangkiti [AIDS] dewasa ini adalah pria homoseks atau pemakai obat bius dengan suntikan.”

      Di San Francisco, 50 persen atau lebih dari pria-pria homoseks dihinggapi virus AIDS. Masyarakat homoseks di kota tersebut dilanda kematian akibat AIDS. Penyelidikan jangka panjang mengenai pria homoseks di sana menunjukkan bahwa dari mereka yang didiagnosa telah dihinggapi virus AIDS tujuh tahun yang lalu, 78 persen sudah memiliki AIDS yang telah berkembang penuh, gejala-gejala awalnya, atau kerusakan dalam sistem kekebalan. Dan meskipun kasus-kasus baru di kalangan homoseks agak menurun, tidak banyak yang dapat dilakukan bagi mereka yang sudah mengidapnya.

      Mengenai Haiti, Los Angeles Times mencatat, ”Data baru menyatakan bahwa virus AIDS masuk ke Karibia terutama melalui hubungan homoseks antara penduduk setempat dengan orang-orang Amerika.”

      Mengapa Begitu Mudah Kena?

      Mengapa kaum homoseks begitu mudah dihinggapi AIDS? Karena praktik-praktik seks mereka. Meskipun AIDS juga menyebar melalui hubungan seks oral (melalui mulut), namun hubungan seks melalui lubang dubur (sodomi) merupakan cara utama untuk menularkan AIDS di antara kaum homoseks.

      Lubang dubur manusia dirancang untuk pembuangan kotoran—tinja—dan bukan untuk hubungan seks. Bagian ini hanya dilindungi lapisan tipis dari sel-sel epitel, yaitu jaringan yang melapisi lubang dubur. Hubungan melalui lubang dubur mengakibatkan koyaknya lapisan ini dan pendarahan. Air mani yang sudah mengidap AIDS yang masuk ke lubang dubur dapat menjadi sumber AIDS, sama halnya dengan lecet-lecet dan luka pada alat kelamin laki-laki. Juga, jaringan dubur yang rusak dari si penerima akan mengeluarkan cairan yang sudah ketularan yang akan meneruskan infeksi itu kepada pasangan seks yang lain lagi.

      Selain itu, kaum homoseks sering mempunyai banyak pasangan—ratusan, bahkan ribuan—dalam masa hidupnya. Seorang pria muda homoseks yang telah menulari banyak orang sebelum meninggal karena AIDS dilaporkan telah mengadakan 2.500 hubungan homoseks dalam waktu 10 tahun. Pekerjaannya dengan perusahaan penerbangan memungkinkan dia untuk sering bepergian. Seorang lain mengaku telah mengadakan 5.000 hubungan homoseks dalam waktu 20 tahun. Kemungkinan bagi orang-orang sedemikian untuk menyebarkan AIDS besar sekali.

      Faktor lain lagi adalah karena praktik-praktik seks mereka, penyakit-penyakit lain, seperti hepatitis, gonorrhea, dan herpes, sangat umum di kalangan homoseks. Penyakit-penyakit ini merusak tubuh dan, diperkirakan, membuat mereka mudah ketularan AIDS.

      Homoseksualitas, Apakah Tidak Wajar?

      Tidak ada keraguan dalam hal ini: Hubungan homoseks sangat mempercepat penyebaran AIDS. Praktik-praktik demikian bertentangan dengan rancangan biologis tubuh manusia.

      Jadi, homoseksualitas tidak dapat dianggap sekedar ’gaya hidup yang lain’. Hal ini tidak wajar, bertentangan dengan cara kita diciptakan. Alkitab menggolongkan ini ke dalam perbuatan-perbuatan sebagai akibat ”pikiran-pikiran yang terkutuk” dan mengatakan, ”Allah menyerahkan mereka kepada hawa nafsu yang memalukan, sebab isteri-isteri mereka menggantikan persetubuhan yang wajar dengan yang tak wajar. Demikian juga suami-suami meninggalkan persetubuhan yang wajar dengan isteri mereka dan menyala-nyala dalam berahi mereka seorang terhadap yang lain, sehingga mereka melakukan kemesuman, laki-laki dengan laki-laki, dan karena itu mereka menerima dalam diri mereka balasan yang setimpal untuk kesesatan mereka.”—Roma 1:26-32.

      Juga, Taurat Allah bagi bangsa Israel purba mengatakan, ”Bila seorang laki-laki tidur dengan laki-laki secara orang bersetubuh dengan perempuan, . . . keduanya melakukan suatu kekejian.”—Imamat 20:13.

      Bahwa perbuatan homoseksual tidak wajar dapat dilihat dari kenyataan penting berikut: Andaikan semua orang adalah homoseks, umat manusia akan lenyap dalam satu generasi.

      Apakah ini berarti, sebagaimana ada yang menyatakan, bahwa Allah memberikan tulah AIDS kepada kaum homoseks? Tidak, Alkitab tidak mengatakan demikian. Namun, ini adalah soal ’menuai apa yang mereka tabur’. (Galatia 6:7) Firman Allah menetapkan prinsip ini, ”Mereka sendiri telah berlaku busuk; . . . cacat itu mereka buat sendiri.”—Ulangan 32:5, NW.

      Kaum Heteroseks Juga Ketularan

      Tetapi AIDS bukan hanya penyakit kaum homoseks; itu juga sudah tersebar di kalangan pria dan wanita heteroseks. Salah satu cara ialah melalui pria-pria biseks yang sudah ketularan dari hubungan seks mereka dengan pria lain dan kemudian menularkannya kepada pasangan wanita mereka melalui persetubuhan.

      Para pemakai obat bius dengan suntikan yang sama-sama menggunakan satu jarum suntik yang sudah tercemar juga meneruskan AIDS kepada orang lain. Kemudian mereka dapat menulari pria dan wanita yang berhubungan seks dengan mereka. Di banyak tempat terdapat persentase yang tinggi dari wanita tuna susila yang mengidap AIDS dan mereka menularkannya kepada langganan mereka.

      Di Afrika, AIDS tersebar luas di kalangan kaum heteroseks. Jumlah wanita yang telah mengidapnya sama dengan jumlah pria. Sekalipun penyebaran AIDS di kalangan kaum heteroseks di Eropa, Amerika Serikat, dan negeri-negeri lain tidak seluas di Afrika, peningkatan dalam kelompok itu juga ada. Jadi makin lama makin banyak wanita dan pria yang bukan homoseks ataupun biseks yang mendapat AIDS dan menyebarkannya kepada orang lain. Sebuah laporan mengatakan, ”AIDS telah menjadi pembunuh No. 1 dari wanita berumur 25-34 di New York City.” Dan sangat menyedihkan, sejumlah besar—beberapa mengatakan kira-kira 50 persen—dari wanita-wanita pembawa virus AIDS melahirkan bayi yang sudah dihinggapi penyakit tersebut.

      Karena sikap serba boleh terhadap moralitas seks selama beberapa dasawarsa ini, percabulan dan perzinahan menjadi umum. Pria dan wanita sering mempunyai banyak pasangan seks yang berbeda. Dan mereka yang sudah dijangkiti AIDS dapat menularkannya kepada orang lain. Perbuatan yang tidak senonoh itu juga dikutuk dalam Alkitab.—1 Korintus 6:9, 10; Wahyu 22:15.

      Darah—Sumber Penularan Lain

      Ada juga yang ketularan melalui transfusi darah. The Medical Post dari Kanada melaporkan, ”Dr. Thomas Peterman, ahli epidemiologi medis yang bekerja untuk cabang AIDS dari Pusat Pengendalian Penyakit . . . memperkirakan bahwa 12.000 orang Amerika telah dihinggapi HIV [virus AIDS] karena penularan melalui transfusi darah pada tahun 1978-1984.”

      Banyak dari para penerima darah sudah meninggal atau sedang sekarat. Berbagai rumah sakit menganjurkan kepada mereka yang menerima transfusi darah sebelum metode tes yang baru diperkenalkan pada tahun 1985, untuk memeriksakan diri sehubungan AIDS.

      Penelitian oleh Pusat Federal untuk Pengendalian Penyakit di Atlanta memperkirakan bahwa pada awal tahun 1985 kebanyakan dari 10.000 orang Amerika penderita hemofilia berat sudah dihinggapi virus AIDS. Selain itu, 30 sampai 50 persen dari penderita hemofilia ringan juga sudah ketularan. Diperkirakan bahwa lebih dari setengah penderita hemofilia di Brasilia mungkin sudah dihinggapi virus AIDS.

      Dr. Margaret Hilgartner dari Rumah Sakit New York—Pusat Medis Cornell mengatakan, ”Seorang penderita hemofilia berat kemungkinan akan mendapat darah dari antara 800.000 sampai 1 juta donor berbeda setiap tahun. Sebelum perusahaan obat mulai mengolah produk darah dengan pemanasan, risiko pencemaran sangat tinggi.” Ia juga mengatakan, ”Kami menjumpai meningkatnya jumlah penderita hemofilia muda yang bunuh diri. Mereka sangat marah. Mereka merasa dijadikan kambing hitam.”

      Jonathan Goldsmith dari Pusat Hemofilia untuk Wilayah Nebraska di Omaha mengatakan bahwa pengobatan dengan transfusi ”selalu berbahaya karena kita berurusan dengan produk biologis [hidup]. Tetapi ini yang terburuk. Hal ini telah membuat para dokter sangat sedih. Kami tidak pernah mengharap hal ini bakal terjadi”.

      Orang-orang yang sudah menikah yang ketularan AIDS melalui transfusi darah dapat menularkan penyakit tersebut kepada teman hidupnya melalui hubungan seks. Dalam sebuah penyelidikan atas pria-pria yang sudah kawin yang ketularan AIDS melalui transfusi darah, didapati bahwa 14 persen dari istri mereka juga telah dihinggapi virus tersebut.

      Di Afrika, dilaporkan bahwa kira-kira 10 persen dari semua pria dan wanita yang dihinggapi virus AIDS menerimanya melalui transfusi darah yang sudah ketularan atau dari jarum yang sudah tercemar, seperti melalui vaksinasi. Beberapa orang memperkirakan kemungkinan adanya kurang lebih lima juta pengidap penyakit AIDS di sana, maka ini dapat berarti ada lebih dari 500.000 orang di Afrika Tengah yang mendapat virus AIDS dari darah yang tercemar.

      Dengan meluasnya AIDS sekarang, apa yang dapat dilakukan untuk melindungi diri?

      [Blurb di hlm. 10]

      Di Afrika, AIDS tersebar luas di kalangan heteroseks

      [Blurb di hlm. 10]

      Di Afrika, kira-kira 10 persen yang dihinggapi virus itu memperolehnya melalui darah yang sudah tercemar

      [Gambar di hlm. 9]

      AIDS mula-mula menyebar terutama melalui kaum homoseks dan pecandu obat bius. Transfusi darah juga menyebarkan AIDS

  • Bagaimana Menghindari AIDS
    Sedarlah!—1988 (No. 27) | Sedarlah!—1988 (No. 27)
    • Bagaimana Menghindari AIDS

      BANYAK pemerintahan dan badan swasta mengadakan kampanye pendidikan untuk membantu masyarakat mempelajari cara menghindari AIDS. Namun yang sering tidak ada dalam nasihat sedemikian adalah pertimbangan moral. Jarang sekali terdengar seruan untuk menghindari suatu perbuatan karena hal itu salah secara moral.

      Mengenai hal ini, komentator TV Ted Koppel berkata kepada sebuah kelas perguruan tinggi, ”Kita benar-benar telah meyakinkan diri sendiri bahwa slogan-slogan akan menyelamatkan kita. Suntikkanlah [obat bius] kalau memang perlu, tapi gunakan jarum yang bersih. Nikmati seks kapan saja dan dengan siapa saja yang anda suka, tapi pakailah kondom. Tidak boleh! Jawabannya adalah tidak boleh. Bukan karena itu tidak aman atau tidak pintar atau karena anda bisa masuk penjara atau mati di bangsal AIDS, tetapi tidak boleh, karena itu salah, karena kita sudah hidup 5.000 tahun sebagai bangsa manusia yang rasional . . . mencari kebenaran dan hal-hal mutlak dalam moral. Dalam bentuknya yang paling murni, kebenaran bukan tepukan sopan di bahu. Itu merupakan celaan yang kuat. Apa yang dibawa Musa dari Gunung Sinai bukan Sepuluh Saran.”

      Cara Mencegah AIDS

      Wabah AIDS sebenarnya dapat dicegah. Seperti dikatakan The New York Times Magazine, ”Ini wabah pertama sepanjang sejarah umat manusia yang pengendaliannya semata-mata bergantung pada perbuatan yang kita sadari sepenuhnya.”

      Untuk mencegah AIDS, hukum utamanya adalah: Tempuhlah hidup yang bermoral. Ini berarti tidak melakukan hubungan seks di luar perkawinan dan tidak menggunakan obat bius secara gelap. Ya, harus ada perubahan dalam pola tingkah laku, karena, seperti dilaporkan Science News, ”jelas bahwa perbuatanlah yang menularkan virus penyebab AIDS”.

      Jarang sekali orang-orang yang hidup bermoral ketularan AIDS. Memang, salah satu pihak dari suami-istri bisa jadi bermoral, namun pihak yang lain mungkin tidak sehingga ketularan AIDS, dan meneruskan penyakit tersebut kepada pasangannya yang tidak bersalah. Tentu saja pihak yang tidak bersalah yang mencurigai pihak lain telah berlaku imoral atau menggunakan obat bius berhak untuk mengambil langkah-langkah pencegahan. Pihak yang tidak bersalah tidak dituntut untuk bunuh diri.

      Surat kabar Tokyo Asahi Shimbun mengutip kata-kata para staf kesehatan, ”Jika anda menempuh kehidupan yang biasa, anda tidak akan dijangkiti penyakit itu. Maka tidak ada alasan untuk merasa kuatir secara berlebihan terhadap penyakit tersebut. Tetapi kalau anda ingin ’main-main’, tanggunglah risikonya, risiko bunuh diri.” Shoko Nagaya dari kementerian kesehatan menasihati, ”Kenalilah pasangan anda.”

      Tetapi, apakah benar-benar mungkin untuk ’mengenal pasangan anda’ dalam dunia yang serba boleh yang membiarkan imoralitas? Bagaimana anda bisa memastikan bahwa pasangan anda tidak imoral dalam hal seks atau menyalahgunakan obat bius sehingga membuka diri terhadap AIDS?

      Apa yang dibutuhkan adalah pendidikan yang mendorong orang untuk membenci apa yang salah secara moral. Dan tidak soal pandangan yang serba boleh dewasa ini, seks di luar perkawinan adalah imoral, sama halnya dengan penggunaan obat bius secara gelap. Praktik-praktik ini dapat menimbulkan penyakit dan kematian sebelum waktunya.

      Tidak Ada Jaminan

      Di satu negeri, 93 persen dari pria dan wanita usia 18 dan 19 yang diwawancarai telah melakukan hubungan seks yang imoral. Hanya 25 persen dari pria-pria dan 20 persen dari wanita-wanita itu mengatakan bahwa mereka pernah menggunakan kondom—sarana medis yang dianjurkan oleh beberapa staf kesehatan sebagai pencegah AIDS. Di negeri lain, suatu penyelidikan menunjukkan bahwa setelah didiagnosa positif AIDS, pria-pria homoseks hanya mengurangi jumlah pasangan mereka dalam enam bulan dari 12 sampai 5. Kebanyakan dari mereka merasa aman karena lebih banyak menggunakan kondom.

      Tetapi apakah penggunaan kondom suatu jaminan? Berbagai staf kesehatan memperkirakan bahwa angka kegagalan dari kondom adalah 2 sampai 10 persen atau lebih, dan kondom yang terbuat dari selaput alami jauh kurang efektif daripada yang terbuat dari lateks (getah pohon karet). The Financial Post dari Kanada melaporkan, ”Jack Layton, ketua Jawatan Kesehatan Toronto, mengatakan bahwa kegagalan prophylactics [kondom] sampai 30% dalam mencegah kehamilan.”

      Beth Aub, menulis dalam The Daily Gleaner dari Jamaica, mengatakan, ”Dewasa ini kondom tidak lebih aman dari dahulu. Bahkan lebih tidak aman, karena virus AIDS jauh lebih kecil daripada sperma manusia sehingga akan lebih mudah lolos, dan kalau wanita hanya bisa hamil dalam beberapa hari tertentu dalam satu bulan, ia bisa mendapat AIDS setiap kali ia berhubungan seks dengan pria yang sudah ketularan. Kondom tidak aman.” Dan Koop, Kepala Dinas Kesehatan, memperingatkan bahwa tingkat kegagalan kondom ”luar biasa tinggi” jika digunakan oleh kaum homoseks.

      Maka, sarana-sarana ini bukan jaminan dalam mencegah AIDS. Sebaliknya, hidup menurut standar-standar moral Alkitab yang tinggi adalah perlindungan yang paling baik.

      Apakah Persediaan Darah Aman?

      Sebelum tes darah dimulai pada tahun 1985, ribuan orang (mungkin ratusan ribu jika termasuk Afrika) mendapatkan AIDS melalui darah yang tercemar. Di beberapa tempat jumlah ini masih besar. Sebuah laporan dari Afrika tahun ini mengatakan, ”Hampir satu dari setiap 15 anak di Afrika Tengah yang menerima transfusi darah untuk melawan anemia yang disebabkan malaria mungkin telah dihinggapi virus AIDS sebagai akibatnya, demikian ditemukan oleh suatu penelitian. Transfusi kini adalah sumber penyebaran AIDS No. 2 di daerah tersebut.”

      Di negara-negara Barat dikatakan bahwa persediaan darah sekarang sebetulnya aman. Tetapi seberapa aman? Dalam tes biasa untuk AIDS, antibodi-lah yang menunjukkan adanya virus itu. Tetapi, sebagaimana dinyatakan The Economist, ”antibodi yang diambil dalam tes itu membutuhkan waktu sampai ia muncul”. Para donor darah bisa jadi mempunyai virus AIDS namun belum mengembangkan antibodi. Jadi, sekalipun dinyatakan bebas dari AIDS, mereka memiliki virus itu dan dapat menularkannya sewaktu darah mereka digunakan dalam transfusi. Dan Pusat Darah New York memperkirakan bahwa kira-kira 90 persen yang menerima transfusi dari bahkan satu unit darah yang sudah ketularan AIDS, akan dihinggapi virus AIDS.

      Dr. Harvey Klein dari Institut Kesehatan Nasional A.S. mengatakan bahwa mungkin dibutuhkan waktu enam minggu sampai tiga bulan hingga antibodi dikembangkan. Selama waktu itu, darah orang yang baru dijangkiti mungkin belum mempunyai antibodi, atau belum mempunyai cukup banyak antibodi, agar dapat terlihat dalam pengetesan.

      The Medical Post dari Kanada menyatakan, ”Antibodi, yang dapat ditemukan melalui tes penyaringan yang ada sekarang, bisa membutuhkan waktu enam bulan untuk berkembang.” Penelitian oleh Institut Kanker Nasional A.S. menunjukkan bahwa ada orang-orang yang tidak mengembangkan antibodi yang dapat dites sampai 14 bulan setelah dihinggapi virus AIDS. Penemuan yang lebih baru lagi yang dilaporkan oleh The Lancet, majalah medis Inggris, mengungkapkan bahwa virus AIDS dapat berlipat ganda dalam tubuh bahkan jauh sebelum ini tampak dalam tes. Walaupun ada upaya untuk mengembangkan tes yang dapat mendeteksi virus itu bahkan sebelum antibodi muncul, penelitian ini baru pada tahap awal.

      Sebuah laporan medis oleh para ahli di Universitas Mainz di Republik Federasi Jerman menyatakan, ”Pengobatan dengan transfusi harus menerima kenyataan bahwa darah yang mutlak bebas dari HIV tidak ada lagi.”

      Penyakit-Penyakit Darah yang Lain

      Yang lebih memperburuk keadaan ialah kenyataan bahwa penyakit-penyakit selain penyakit AIDS jauh lebih umum ditularkan melalui transfusi darah. Dr. Klein menyatakan, ”AIDS mendapat publisitas yang luas. Namun selama 25 tahun terakhir, sesungguhnya problem yang paling utama dalam transfusi darah ialah hepatitis pascatransfusi darah. Dan bahkan sekarang, penyebab terbesar dari kematian yang berkaitan dengan transfusi darah ialah hepatitis pascatransfusi.”

      Salah satu bentuk dari penyakit ini disebut hepatitis non-A/non-B. Di Amerika Serikat, lebih dari 190.000 orang mendapat penyakit itu melalui transfusi darah setiap tahun. Dari mereka, kira-kira 10.000 meninggal atau cacat seumur hidup. Virus tersebut belum dapat dikenali dengan jelas, dan pada saat ini belum ada tes yang pasti untuk itu.

      Maka, harian medis Perancis Le Quotidien du Médecin menyatakan, ”Mungkin Saksi-Saksi Yehuwa benar dalam menolak penggunaan produk darah, karena memang sejumlah besar unsur patogenik dapat disebarkan melalui transfusi darah.”

      Anda Punya Pilihan

      Sehubungan dengan hal ini setiap orang harus memilih. Jika pilihannya adalah meneruskan hubungan yang imoral atau penggunaan obat bius secara gelap, maka orang tersebut harus menghadapi akibatnya: menuai celaka karena menabur kesalahan moral.

      Tetapi siapa yang menetapkan nilai-nilai moral yang benar? Ya, siapa yang paling tahu mengenai unsur-unsur yang membentuk sifat kita dan akibat-akibat dari pelanggaran standar moral sedemikian? Sudah tentu sang Pencipta manusia. Dan dalam Firman-Nya yang terilham, Alkitab, dengan jelas Ia menyatakan, ”Allah tidak membiarkan diriNya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya. Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya.”—Galatia 6:7, 8.

      Tidak ada keraguan lagi bahwa Pencipta manusia telah menetapkan bahwa homoseksualitas, percabulan, dan perzinahan adalah salah secara moral, sebagaimana juga penggunaan obat bius secara gelap. Firman-Nya memberitahu kita, ”Janganlah sesat! Orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit” tidak dapat mengharapkan perkenan Allah.—1 Korintus 6:9; lihat juga 2 Korintus 7:1.

      Alkitab memperingatkan, ”Kamu harus menjauhkan diri dari makanan yang dipersembahkan kepada berhala, dari darah, dari daging binatang yang mati dicekik dan dari percabulan.” (Kisah 15:29) Kata Yunani yang digunakan di sini untuk ”percabulan” mencakup segala macam hubungan seks selain antara seorang pria dan istrinya. Dan apakah anda memperhatikan bahwa menghindari penggunaan darah juga termasuk dalam perintah ini?

      Kata-kata selanjutnya dari ayat tersebut dewasa ini berlaku dengan lebih tandas lagi. Dikatakan, ”Jika kamu hati-hati menjaga diri dari hal-hal ini, kamu akan sejahtera. Semoga kalian tetap sehat!” (NW) Pikirkan berapa banyak yang telah mati dan akan mati karena AIDS, akibat dari kegiatan seks yang imoral dan obat bius, juga ribuan (di Afrika mungkin ratusan ribu) akibat darah yang tercemar. Pertimbangkan juga, ratusan juta yang kesehatannya dirusak oleh penyakit-penyakit lain yang ditularkan melalui hubungan seks, maupun oleh komplikasi lain dari transfusi darah dan penyalahgunaan obat bius.

      Jika semua ini digabung, jumlah korban merosotnya kesehatan dan kematian sebelum waktunya menjulang tinggi. Mengingat akibat-akibatnya, kita dapat melihat hikmat dari larangan sang Pencipta terhadap praktik-praktik seperti ini.

      Profesor Vicente Amato Neto, ahli penyakit menular dari Brasilia, mengatakan, ”Saya sering mengatakan bahwa pencegahan terbaik terhadap AIDS ialah menjadi Saksi-Saksi Yehuwa, karena anggota agama tersebut tidak ada yang homoseks ataupun biseks, mereka loyal kepada perkawinan mereka—mereka menghubungkannya dengan perkembangbiakan—mereka tidak menggunakan obat bius dan, untuk memberi gambaran yang lengkap, mereka tidak menerima transfusi darah.”

      Majalah Toronto Life menyatakan, ”Satu-satunya jawaban yang paling jelas sehubungan AIDS ialah kehidupan melajang yang mengarah kepada monogami.” Dan Valentin Pokrovsky, presiden Akademi Ilmu Medis Uni Soviet, menegaskan, ”Pemberantasan AIDS tidak bisa bergantung pada upaya-upaya medis saja. Cara hidup yang sehat, hubungan yang bersih antara dua jenis yang berbeda dan kesetiaan hubungan suami-istri adalah sarana terbaik untuk mencegah AIDS.”

      Ya, menerima standar-standar Pencipta untuk tingkah laku manusia adalah cara terbaik untuk menghindari AIDS.

      [Blurb di hlm. 13]

      ”Apa yang dibawa Musa dari Gunung Sinai bukan Sepuluh Saran”

      [Gambar di hlm. 13]

      Transfusi darah telah menyebarkan AIDS—dan terus sampai sekarang

      [Gambar di hlm. 15]

      Kemurnian yang menuntun kepada perkawinan dapat mencegah banyak sakit hati, termasuk AIDS

Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
Log Out
Log In
  • Indonesia
  • Bagikan
  • Pengaturan
  • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
  • Syarat Penggunaan
  • Kebijakan Privasi
  • Pengaturan Privasi
  • JW.ORG
  • Log In
Bagikan