PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • g95 8/4 hlm. 12-15
  • Bercakap-cakap Adalah Suatu Seni

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Bercakap-cakap Adalah Suatu Seni
  • Sedarlah!—1995
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Kita Perlu Berbicara!
  • Banyak Rintangan untuk Bercakap-cakap
  • ’Apa yang Dapat Saya Katakan?’
  • Jadilah Pendengar yang Baik
  • Minat yang Tulus Mendapat Tanggapan
  • Empati​—Fondasi Percakapan
  • Anda Pasti Bisa!
  • Cara Mengembangkan Keterampilan Bercakap-cakap
    Memperoleh Manfaat dari Pendidikan Sekolah Pelayanan Teokratis
  • Percakapan yang Membina
    Petunjuk Sekolah Pelayanan Teokratis
  • Kapan Saudara Sebaiknya Mengakhiri Percakapan?
    Kasihi Semua Orang—Jadikan Murid
  • Gimana Supaya Aku Berani Ngobrol sama Orang Lain?
    Pertanyaan Anak Muda
Lihat Lebih Banyak
Sedarlah!—1995
g95 8/4 hlm. 12-15

Bercakap-cakap Adalah Suatu Seni

MAKAN, tidur, bekerja, ini adalah kebutuhan dasar manusia. Akan tetapi, ada kebutuhan lain yang sangat menuntut agar dipenuhi. Apakah itu?

Perhatikan kata-kata seorang pria yang menghabiskan waktu lima tahun dalam sel tersendiri di penjara, kehilangan salah satu kebutuhan hidup yang paling berharga. ”Saya merindukan persahabatan, teman bicara, yang dapat diajak bercakap-cakap,” demikian pengakuannya. ”Saya mulai menyadari bahwa saya harus melakukan sesuatu untuk melawan rasa kesepian. Kesunyian dan keheningan dapat mempengaruhi pikiran saya.”

Ya, kita memiliki kebutuhan bawaan untuk berkomunikasi. Bercakap-cakap membantu memuaskan kebutuhan tersebut. Peneliti Dennis R. Smith dan L. Keith Williamson mengomentari, ”Kita membutuhkan orang kepada siapa kita dapat secara terus terang mengutarakan diri, dengan siapa kita dapat berbagi sukacita kita yang terbesar dan perasaan takut kita yang sangat mengganggu, kepada siapa kita dapat berbicara.”

Kita Perlu Berbicara!

Manusia dikaruniai dengan bakat yang luar biasa yaitu berbicara. Ya, kita dirancang untuk bercakap-cakap. Seorang pria membuat observasi ini, ”Kita diciptakan Allah untuk hidup berkelompok. Jika Anda tidak memiliki kesempatan untuk berbicara, atau jika seseorang merampas kesanggupan Anda untuk berkomunikasi, hal itu seperti hukuman. Sewaktu Anda bercakap-cakap, sesuatu yang bernilai terjadi. Anda merasa diri lebih baik, dan Anda mendapat manfaat karena mengetahui apa yang orang-orang lain pikirkan dan rasakan.”

Elaine, istri seorang rohaniwan keliling, mengatakan, ”Kata-kata mengungkapkan perasaan. Kita tidak dapat menganggap bahwa pasangan kita mengetahui betapa bernilainya dia bagi kita. Hal itu harus diucapkan; telinga perlu mendengar kata-kata tersebut. Kita perlu bercakap-cakap.”

David, putra seorang penatua Kristen, mengungkapkan dirinya begini, ”Kadang-kadang saya merasa frustrasi dan benar-benar tidak tahu bagaimana perasaan saya. Kecenderungan pertama saya adalah tutup mulut, kemudian tekanan emosi bertambah di dalam. Saya mendapati bahwa jika saya berbicara dengan seseorang, hal itu bagaikan sebuah ventilasi untuk membiarkan tekanan keluar. Seraya saya berbicara, saya mendapat kesempatan untuk mengetahui bagaimana perasaan saya sesungguhnya tentang diri saya dan bagaimana mengatasinya serta mendapatkan jalan keluar.”

Banyak Rintangan untuk Bercakap-cakap

Memang, bercakap-cakap berarti memenuhi suatu kebutuhan. Akan tetapi, ada rintangan untuk bercakap-cakap. Sebenarnya, bagi beberapa orang, bercakap-cakap merupakan perjuangan​—kegiatan yang harus dihindari.

”Selama ini,” kata Gary, ”saya merasa lebih mudah untuk menghindari bercakap-cakap dengan orang-orang lain.” Ia menjelaskan, ”Soalnya, saya merasa kurang percaya diri. Saya masih mengalami perasaan takut bahwa sewaktu saya bercakap-cakap dengan orang-orang, saya terdengar bodoh atau seseorang mungkin merendahkan diri saya atas apa yang saya katakan.”

Elaine menyatakan bahwa kesulitannya adalah perasaan malu. Ia menjelaskan, ”Saya dibesarkan dalam keluarga yang tidak suka bercakap-cakap. Ayah saya benar-benar suka menggertak. Maka begitu saya dewasa, saya merasa bahwa tidak ada hal-hal yang berharga untuk saya bicarakan.” Ya, perasaan malu dapat membentuk penghalang yang besar untuk merasakan nikmatnya bercakap-cakap. Ya, hal itu dapat mengurung Anda di balik dinding-dinding kesunyian!

”Rasanya seperti malapetaka,” kata John, seorang penatua Kristen yang mengaku berjuang mengatasi perasaan rendah diri. ”Jika kita menyerah kepada perasaan malu, kita menutup diri. Bahkan jika ada seratus orang di dalam sebuah ruangan, kita tidak akan bercakap-cakap. Sebagai akibatnya, kita akan sangat menderita!”

Sebaliknya, seorang penatua bernama Daniel mengatakan seperti ini, ”Saya tidak mengalami kesulitan untuk berbicara. Namun, tanpa sadar, saya telah menyela pembicaraan seseorang dan memonopoli percakapan. Saya baru menyadari hal ini ketika saya melihat tatapan kesal di wajah istri saya, dan saya berkata dalam hati, ’Aduh, kenapa kebiasaan ini saya ulangi lagi.’ Saya tahu bahwa seleranya untuk melanjutkan percakapan sudah hilang.”

Bagaimana hal ini dan rintangan-rintangan lain untuk dapat bercakap-cakap bisa diatasi? Sifat-sifat apa yang sangat penting untuk seni ini? Bagaimana sifat-sifat ini dapat diterapkan?

’Apa yang Dapat Saya Katakan?’

’Apa yang dapat saya bicarakan?’ ’Saya tidak tahu apa-apa.’ ’Tak seorang pun ingin mendengarkan apa yang akan saya katakan.’ Meskipun Anda mungkin memiliki pikiran-pikiran ini, hal itu mungkin tidak benar. Anda mengetahui hal-hal tertentu lebih daripada yang Anda bayangkan, dan beberapa dari informasi tersebut kemungkinan menarik minat orang-orang lain. Misalnya, barangkali Anda baru-baru ini mengadakan perjalanan ke suatu tempat. Orang-orang mungkin ingin mengetahui bagaimana daerah tersebut dibandingkan tempat tinggal mereka.

Selain itu, Anda dapat dan seharusnya menambah pengetahuan Anda tentang berbagai pokok dengan membaca. Meluangkan waktu untuk membaca sesuatu setiap hari adalah suatu latihan yang baik. Lektur Saksi-Saksi Yehuwa berisi keterangan tentang Alkitab maupun artikel-artikel pengetahuan umum. Semakin banyak keterangan yang Anda dapatkan, semakin banyak yang dapat Anda ceritakan. Satu contoh yang bagus adalah ayat harian dalam buku kecil Menyelidiki Kitab Suci Setiap Hari seperti yang digunakan Saksi-Saksi Yehuwa. Setiap hari, hal itu memberi Anda sesuatu yang berbeda untuk dipikirkan dan untuk digunakan dalam percakapan.

Untuk terlibat dalam percakapan tidak berarti bahwa seseorang harus memborong pembicaraan. Kedua pihak hendaknya menyatakan pikiran dan perasaan masing-masing. Biarkan orang lain berbicara. Jika ia diam saja, Anda dapat memancingnya dengan pertanyaan-pertanyaan yang bijaksana. Misalnya, Anda bercakap-cakap dengan seseorang yang lebih tua. Anda dapat menanyakan kepadanya tentang peristiwa-peristiwa di masa lalu dan bagaimana dunia atau kehidupan keluarga telah berubah sejak ia masih muda. Anda akan senang mendengarkan dia, dan Anda akan belajar.

Jadilah Pendengar yang Baik

Mendengarkan dengan saksama adalah aset yang berharga dalam bercakap-cakap. Cara kita mendengarkan orang-orang lain dapat mendukung orang-orang yang berupaya memperoleh bantuan menghilangkan beban mereka. Seorang pria, yang menganggap dirinya ’tak berguna’, sedang merasa gundah dan menelepon seorang teman untuk minta bantuan. Meskipun waktunya sangat tidak tepat, teman tersebut mendengarkan dengan senang hati​—selama dua jam! Pria itu sekarang menganggap bahwa percakapan tersebut menjadi titik balik dalam kehidupannya. Apa yang membuat percakapan itu berhasil? ”Hanya dengan menjadi pendengar yang baik,” demikian pengakuan teman yang menaruh perhatian tersebut. ”Seingat saya, saya tidak mengucapkan kata-kata yang bijaksana. Saya hanya mengajukan pertanyaan yang tepat, ’Mengapa Anda merasa demikian?’ ’Mengapa hal itu mengganggu Anda?’ ’Apa yang mungkin membantu?’ Ia menjawab semua pertanyaannya sendiri sewaktu ia menjawab pertanyaan-pertanyaan saya!”

Anak-anak menghormati orang-tua yang meluangkan waktu untuk bercakap-cakap dengan mereka. Seorang anak lelaki bernama Scott mengomentari, ”Senang rasanya bila orang-tua kita datang kepada kita dan ingin mengetahui apa yang ada dalam benak kita. Baru-baru ini Ayah telah melakukan hal itu, dan itu membantu karena ada beberapa hal yang tidak dapat kita atasi sendiri.”

”Kita harus menciptakan suatu lingkungan yang membuat anak-anak kita mau berbicara kepada kita,” saran seorang pria. Ia tetap tentu menggunakan waktu secara pribadi bersama masing-masing dari keempat anaknya karena ia merasa bahwa mendengarkan dengan penuh perhatian dan simpati dari orang-tua sangat penting agar anak-anak dapat mengembangkan kepribadian yang mudah menyesuaikan diri. Apa yang ia anjurkan? Jika ada kesempatan dan seorang anak ingin berbicara, bersiaplah untuk mendengarkan. ”Tidak soal betapa lelah atau susahnya Anda, jangan pernah mengecilkan hati mereka! Dengarkan,” katanya.

Minat yang Tulus Mendapat Tanggapan

Banyak orang membutuhkan dukungan emosi agar dapat terbuka dan menyatakan diri mereka dalam percakapan. Seorang pria muda mengeluh, ’Saya perlu berbicara kepada seseorang, namun kepada siapa? Tidak mudah bagi saya untuk berbicara. Saya membutuhkan seseorang yang sungguh-sungguh memperhatikan saya!’ Minat yang tulus dan ikhlas dapat menciptakan suasana penuh rasa percaya dan aman, yang membuat seseorang lebih mudah untuk berbicara dan membuka hatinya kepada orang lain.

Seorang pria menceritakan, ”Beberapa tahun yang lalu, ketika saya mengalami kesulitan dalam mengatasi keadaan keluarga, saya mencoba untuk berbicara dengan seorang teman. Yang dikatakannya hanyalah, ’Kamu harus sabar, harus kuat. Semua pasti beres.’ Tidak ada percakapan dari hati ke hati, dan kata-katanya sia-sia saja. Malahan itu membuat saya kembali menutup diri. Bertentangan dengan itu, belakangan saya berbicara dengan seorang pengawas dari Saksi-Saksi Yehuwa. Melalui tatapan matanya, ekspresi wajahnya, dan sikapnya yang baik hati, saya tahu ia menunjukkan simpati. Sebagai hasilnya, saya mulai membuka diri dan lebih banyak berbicara karena ia memiliki minat yang tulus. Ia mengatakan, ’Kami akan melakukan apa saja yang dapat kami lakukan untuk mendukung saudara dalam situasi saudara.’ Anda senang berurusan dengan orang-orang seperti itu!”

Dapatkah lebih banyak dari antara kita membuka hati dan menarik orang-orang lain ke dalam percakapan yang penuh arti? Apabila kita melihat seseorang tersisih dari sekelompok orang yang sedang bercakap-cakap, terlalu malu untuk berbicara, apakah kita mencoba melibatkan orang tersebut dalam percakapan kita? John yang disebutkan mula-mula mengatakan, ”Saya dapat merasakan perasaan malu tersebut karena saya melihat diri saya sendiri di sana, dan saya ikut menderita bersamanya!” Ia menambahkan, ”Sungguh penting agar kita tergerak untuk mendekatinya dan melibatkannya. Kita bahkan dapat berdoa dalam hati mengenai hal ini.”

Danny mengatakan tentang seorang teman, ”Roy kurang percaya diri sehubungan kemampuannya untuk berbicara sehingga ketika sekelompok orang akan berbicara, ia selalu berdiri mundur beberapa langkah. Maka saya mengajukan satu pertanyaan kepadanya, ’Katakan Roy, bagaimana menurutmu tentang hal ini atau itu?’ Maka ia akan mulai berbicara. Sebagai hasilnya, orang-orang lain melihat satu sisi dari dirinya yang mereka kira tidak ada.” Danny mendesak, ”Jangan menyerah apabila seseorang sulit untuk diajak bicara dan selalu menutup diri. Katakan kepada diri Anda bahwa sebenarnya dia adalah orang baik yang ingin berbicara. Teruslah mengajaknya berbicara dan teruslah upayakan hal itu.”

Dengan memupuk minat yang pengasih dan tulus kepada orang-orang lain, Anda memperoleh manfaat​—bahkan jika Anda memiliki problem berupa perasaan malu. John mendapati bahwa hal ini membantunya mengatasi kecenderungan untuk mengasingkan diri. ”Kasih tidak mencari kepentingan diri sendiri,” ia menjelaskan. (1 Korintus 13:5) ”Untuk melakukan hal-hal yang penuh kasih, Anda harus berbicara dengan dan menanyakan tentang orang-orang. Menyerah kepada kekurangan Anda tidak akan memperbaiki diri Anda. Anda dapat dengan sungguh-sungguh mengatasi kecenderungan pribadi Anda.” Ia menambahkan, ”Ada imbalan yang demikian besar karena melakukan hal itu. Jika Anda melihat orang-orang lain memberikan tanggapan dan memperhatikan bagaimana mereka terbina, Anda akan terbina juga. Dan hal itu hendaknya membangkitkan keberanian Anda untuk terus mendekati orang-orang yang pemalu pada lain waktu.”

Empati​—Fondasi Percakapan

Di antara sifat-sifat manusia yang paling berharga adalah empati. Apa sebenarnya empati itu? Dr. Bernard Guerney dari Pennsylvania State University mengatakan bahwa empati adalah ’kesanggupan untuk menghargai perasaan dan sudut pandangan orang lain​—tidak soal Anda setuju dengannya atau tidak’. Seberapa pentingkah empati dalam percakapan? ”Itu menjadi fondasi! Itu adalah dasar yang di atasnya segala sesuatu dibangun.”

Dr. Guerney menjelaskan bahwa percakapan sangat dibutuhkan untuk semua hubungan yang baik. Tentu saja, perbedaan pendapat bisa terjadi. Untuk menyelesaikan perbedaan-perbedaan dan mempertahankan hubungan tersebut, kita harus bersedia membicarakan problemnya. Banyak orang menghindari melakukan hal itu karena mereka tidak mengetahui bagaimana berbicara tanpa membuat orang lain tersinggung dan marah. Menurut Dr. Guerney, ”kebanyakan orang mengaburkan arti dari penghargaan dan respek terhadap pendirian orang lain dengan menyetujui pendirian tersebut. Akibatnya, sewaktu mereka tidak setuju, mereka tidak memperlihatkan penghargaan dan respek. Empati membuat Anda dapat membedakan antara persetujuan dan penghargaan”.

Dengan secara mental menempatkan diri Anda pada posisi orang lain, Anda akan berperasaan dan berpikir seperti dia. Di bawah keadaan-keadaan demikian, Anda akan mendapati bahwa pengertian, penghargaan, dan respek akan bertumbuh, bahkan jika Anda tidak sependapat.

Pertimbangkan Janet, seorang ibu dengan empat anak. Suatu waktu ia merasa putus asa dan merasa tidak berguna. Ia sekarang menyadari betapa pentingnya empati dalam membantu seseorang. Ia menceritakan, ”Saya ingat sewaktu suami saya berbicara dengan saya serta menjelaskan bahwa saya berjasa dalam berbagai hal, padahal saya berpikir bahwa tindakan saya sama sekali tidak berarti. Ia dengan sangat pengasih mendengarkan saya sewaktu saya menangis, kemudian ia menguatkan saya. Namun seandainya ia meremehkan pendapat saya atau mengatakan, ’Ah, itu tidak masuk akal,’ atau mengatakan sesuatu seperti itu, saya akan diam dan menarik diri. Sebaliknya, sore itu kami menikmati percakapan yang panjang dan berarti.”

’Empati membuktikan bahwa Anda peduli. Hal itu mendorong adanya komunikasi, semacam timbal balik yang diperluas yang diinginkan dan diperlukan oleh kebanyakan orang,’ demikian kesimpulan Dr. Guerney.

Anda Pasti Bisa!

Anda dapat menjadi seorang yang mahir bercakap-cakap. Kita telah mengulas beberapa hal penting untuk menguasai seni bercakap-cakap, namun ada banyak hal lain. Antara lain termasuk keramahan, rasa humor, dan kebijaksanaan. Namun, seperti seorang pelukis, yang melewati masa pelatihan dan praktek yang saksama dalam menggoreskan kuasnya ke atas kanvas untuk menciptakan karya agung yang indah, kita perlu mengerahkan upaya dalam mengembangkan sifat-sifat yang diperlukan ini.

Misalnya, Daniel telah menjadi seorang yang mahir bercakap-cakap. Bagaimana? Dengan belajar mengendalikan kecenderungannya untuk menyela dan memborong percakapan. Ia mengakui, ”Saya harus membuat upaya sungguh-sungguh untuk tidak memborong suatu percakapan. Bagi saya, hal itu berarti menahan lidah saya. Ketika saya merasa ingin menambahkan sedikit keterangan yang menarik, secara mental saya menginjak rem! Jika saya pikir bahwa suatu komentar akan mengubah arah percakapan atau melenyapkan kemampuan berbicara seseorang, saya tidak akan mengatakannya!”

Apa yang membantu Elaine? Setelah ia memperoleh pengetahuan yang saksama tentang Alkitab, ia menyadari bahwa ia memiliki sesuatu yang bernilai dan bermanfaat untuk dibicarakan. Ia mengatakan, ”Saya mendapati bahwa jika saya mengalihkan perhatian dari diri saya dan berbicara tentang hal-hal rohani dengan orang-orang lain, saya bisa lebih merasa senang bercakap-cakap. Membaca lektur berdasarkan Alkitab yang kami terima secara tetap tentu juga membantu. Jika saya selalu mengikuti terbitan-terbitan terbarunya, saya memiliki sesuatu yang baru dan hangat untuk diceritakan dan dapat bercakap-cakap dengan lebih mudah.”

Upayakanlah untuk mengembangkan sifat-sifat yang sangat penting ini dalam percakapan Anda. Maka Anda juga dapat membawa kesegaran dan perasaan senang kepada orang-orang lain serta mendapat kepuasan karena menguasai suatu seni yang benar-benar memuaskan kebutuhan seorang manusia.

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan