Apa Penyebab Ketidakbahagiaan dalam Keluarga?
’DIA malas!’ seru Robert. ’Dia tidak becus mengurus rumah tangga!’
’Sama sekali tidak benar!’ jawab Jenny dengan pedas. ’Dia tidak menghargai apa pun yang saya coba lakukan. Dia laki-laki yang paling kritis yang pernah saya temui.’
Apa yang salah dalam kehidupan Robert dan Jenny?a Perkawinan mereka baru berumur empat bulan, tetapi sudah mendekati kehancuran. Namun, kasus mereka bukan hal yang istimewa, karena statistik memperlihatkan bahwa ketidakharmonisan dalam perkawinan sudah umum. Para ahli dewasa ini mengatakan bahwa separuh dari semua perkawinan di Amerika Serikat akan berakhir dengan perceraian. Statistik di banyak negara lain memperlihatkan hal yang sama suramnya. Namun, perceraian hanyalah sebagian dari keadaan yang suram itu. Begitu banyak keluarga, lebih-lebih daripada sebelumnya, tidak bahagia, karena berbagai alasan.
Beberapa Alasan Ketidakbahagiaan dalam Keluarga
Anak-anak akan sangat terpengaruh bila suatu keluarga tidak bahagia. Majalah Newsweek melaporkan, ”Sepertiga dari semua anak yang lahir dalam dasawarsa terakhir ini [di Amerika Serikat] mungkin akan hidup dalam keluarga tiri sebelum mereka berusia 18 tahun. Dewasa ini satu dari setiap empat anak dibesarkan oleh orang-tua tunggal. Sekarang kira-kira 22 persen anak lahir di luar perkawinan; kira-kira sepertiga di antaranya lahir dari ibu belasan tahun.”
Ketika menyebutkan penyebab yang berkaitan dengan ketidakbahagiaan dalam keluarga, ahli dalam masalah penganiayaan anak-anak, J. Patrick Gannon, berkata, ”Survai yang dilakukan baru-baru ini memperlihatkan bahwa puluhan juta orang dibesarkan dalam keluarga-keluarga yang [berfungsi secara tidak normal] yang setiap hari mengalami kekerasan, inses (hubungan seks antar saudara kandung), atau pengumbaran emosi akibat pengaruh alkohol.” Tak heran bila banyak anak yang mengalami hal-hal ini tidak mengetahui bagaimana caranya menghindari ketidakbahagiaan dalam keluarga sewaktu mereka dewasa.
Beberapa pengamat berpendapat bahwa ketidakbahagiaan dalam keluarga mungkin disebabkan oleh perubahan moral, sosial, dan ekonomi yang telah melanda negara-negara industri. Misalnya, dengan masuknya kaum wanita dalam skala besar ke dalam angkatan kerja peranan dan tanggung jawab dalam rumah tangga perlu ditata kembali, dan ini sering membingungkan. Dengan gugup ibu-ibu mengasah kembali keterampilan kerja mereka yang sudah lama tidak dipakai, para ayah dengan berat hati harus melakukan sendiri pekerjaan rumah tangga, dan anak-anak dengan sedih hati harus menyesuaikan diri dengan keadaan di pusat-pusat penitipan anak.
Banyak keluarga berada di bawah tekanan berat di berbagai negeri di seluas bumi. Ada orang-tua yang bekerja, menyamakan keadaan ini dengan ”hidup dalam keadaan darurat terus-menerus”. Tidak heran bahwa hampir separuh dari orang-orang yang ditanyai pada waktu diadakan survai Gallup baru-baru ini mengatakan bahwa ’keadaan keluarga Amerika dewasa ini lebih buruk daripada 10 tahun yang lalu’, dan hanya sedikit orang yang percaya bahwa situasinya akan membaik.
Oleh karena itu ketidakbahagiaan dalam keluarga menjadi topik pembicaraan terus-menerus di televisi dan di acara-acara temu wicara radio. Masyarakat melahap buku-buku mengenai keluarga yang dapat membantu mereka, yang beberapa di antaranya memberikan nasihat yang cukup bagus dan praktis. Meskipun nasihat untuk ’berkomunikasi dengan lebih terbuka’ atau untuk ’turut menghayati perasaan seseorang’ dapat membantu, nasihat ini belum cukup berhasil untuk mengatasi penyebab yang sebenarnya dari problem-problem rumah tangga. Artikel berikut akan membantu saudara dan akan memperlihatkan bagaimana mengatasi ketidakbahagiaan dalam keluarga.
[Catatan Kaki]
a Nama samaran digunakan untuk menjaga kerahasiaan.