-
Halaman DuaSedarlah!—1990 (No. 35) | Sedarlah!—1990 (No. 35)
-
-
Manusia merusak hutan-hutan tropis di bumi.
Padahal, hutan-hutan ini sangat penting bagi kehidupan di atas planet ini. Mereka adalah pabrik-pabrik yang senyap dan indah—memproduksi oksigen, makanan, benda-benda hidup yang tak terhitung banyaknya. Jika semua hutan dimusnahkan, kehidupan di bumi akan sangat menderita. Dan hutan-hutan ini sedang lenyap dengan cepat! ”Hanya Allah yang dapat menciptakan pohon,” tulis seorang penyair. Benar. Namun tidak ada yang memusnahkannya sehebat manusia.
-
-
Lenyap dalam Sekejap!Sedarlah!—1990 (No. 35) | Sedarlah!—1990 (No. 35)
-
-
Lenyap dalam Sekejap!
ANDA berjalan-jalan di suatu kawasan yang serba hijau di kala senja hari, di antara deretan pepohonan yang menjulang setinggi bangunan 15 tingkat. Di atas anda terdapat beraneka ragam kehidupan, ekosfer yang paling padat dan kaya di bumi. Pepohonan itu dihiasi tumbuh-tumbuhan merambat yang panjangnya ratusan atau bahkan ribuan meter dan dililiti tanaman-tanaman yang menempel pada seluruh batang dan cabang-cabangnya. Bunga-bunga tropis yang rimbun memenuhi udara rumah kaca yang hening dengan baunya yang harum.
Inilah hutan tropis. Namun ini bukan sekedar tempat yang indah, bukan sekedar deretan pepohonan yang padat dan berkabut yang ditimpa berkas-berkas sinar matahari. Hutan merupakan mesin yang sangat rumit yang bagian-bagiannya bekerja sama dengan sangat teliti.
Daerah seperti ini penuh dengan kehidupan, suatu variasi yang tak ada bandingnya di tempat lain manapun di daratan planet kita. Hutan-hutan tropis hanya mencakup 6 persen dari luas tanah bumi, namun memiliki setengah dari semua spesies tanaman dan binatang. Hutan-hutan ini menghasilkan kira-kira sepertiga dari semua zat hidup di atas permukaan tanah. Jauh di atas anda, kerimbunan hutan yang membentuk tudung menjadi tempat tinggal bagi serangga-serangga dan burung-burung yang aneh, monyet dan mamalia lainnya. Kebanyakan dari makhluk-makhluk ini tidak pernah menginjak tanah sama sekali. Pepohonan menyediakan makanan dan perumahan bagi mereka, dan sebaliknya mereka menyerbuki pohon-pohon atau memakan buah-buahnya, menyebarkan benih-benih pada waktu menjatuhkannya.
Hujan turun setiap hari, membasahi hutan dan menyediakan bahan bakar bagi siklus kehidupannya yang rumit. Hujan menyapu daun-daun dan kotoran ke bawah melalui batang pohon dalam bentuk ”sop” yang kaya gizi yang memberikan makanan kepada tumbuhan yang disebut epifit yang tumbuh pada pohon-pohon. Sebaliknya, epifit membantu pohon menyerap makanan utamanya, nitrogen dari udara. Banyak epifit mempunyai ”tangki-tangki” daun yang menampung berliter-liter air, membentuk kolam-kolam mini tinggi di udara yang merupakan habitat bagi katak pohon, salamander (sejenis kadal) dan burung.
Makanan apapun yang mencapai tanah akan disergap dengan cepat. Mamalia, kumpulan serangga, dan bakteri semua bekerja sama untuk menghancurkan kacang-kacangan, bangkai binatang dan daun-daun menjadi sampah. Kemudian tanah sendiri dengan bergairah menerimanya. Jika anda menyeka sisa-sisa sampah tadi di dekat kaki anda, anda akan menemukan suatu keset seperti spons yang berserat putih, suatu jaringan akar dan cendawan. Cendawan-cendawan ini membantu akar untuk segera menyerap makanan sebelum hujan menghanyutkannya.
Tetapi sekarang andai kata anda berjalan-jalan di sebagian kecil dari suatu hutan tropis, di daerah seluas lapangan sepak bola Amerika. Tiba-tiba, seluruh bagian dari hutan itu musnah. Sama sekali punah—dalam sekejap! Dan seraya anda menyaksikan dengan kengerian, bagian hutan di sebelah anda yang sama luasnya, dimusnahkan dalam detik berikutnya, dan bagian lainnya pada detik berikutnya lagi, dan seterusnya. Akhirnya, anda berdiri sendirian di suatu dataran yang kosong, di atas tanah yang terbakar sinar matahari tropis yang terik.
Menurut beberapa perkiraan, demikianlah kecepatan proses pemunahan hutan-hutan tropis di dunia. Ada yang memperkirakan bahwa prosesnya bahkan lebih cepat lagi. Menurut majalah Newsweek, suatu daerah yang luasnya setengah Kalifornia dikikis setiap tahun. Majalah Scientific American terbitan September 1989 menyebut daerah itu berukuran sama dengan gabungan negara Swiss dan Belanda.
Tetapi seberapapun luasnya, kerusakannya mengerikan. Penggundulan hutan telah menghebohkan seluruh dunia, dan hal ini terutama dipusatkan pada satu negara.
Kasus yang Dimaksud: Brasil
Pada tahun 1987 foto-foto satelit dari Lembah Sungai Amazone menunjukkan bahwa laju penggundulan di daerah ini saja lebih tinggi dibandingkan dengan perkiraan laju penggundulan di seluruh planet! Pada waktu orang membakar hutan dengan tujuan membuka lahan pertanian, ribuan kebakaran menerangi malam hari. Gumpalan asapnya sampai berukuran seluas India dan begitu pekat sehingga beberapa bandar udara harus ditutup. Suatu perkiraan menunjukkan bahwa Lembah Sungai Amazone setiap tahun kehilangan daerah hutan tropis seluas Belgia.
Pakar lingkungan hidup José Lutzenberger menyebutnya ”bencana terbesar dalam sejarah kehidupan”. Di seluruh dunia, para pakar lingkungan hidup sangat marah. Mereka menarik perhatian masyarakat kepada keadaan kritis hutan-hutan tropis ini. Bahkan pada baju kaos dan konser rock diumumkan, ”Selamatkan hutan-hutan tropis.” Lalu, timbullah tekanan keuangan.
Brasil memiliki utang luar negeri lebih dari seratus ribu juta dolar dan harus menggunakan 40 persen dari penghasilan ekspornya untuk membayar bunganya saja. Negara ini sangat bergantung kepada bantuan dan pinjaman luar negeri. Jadi bank-bank internasional mulai menghentikan pemberian pinjaman yang dapat digunakan untuk merusak hutan-hutan. Negara-negara maju menawarkan untuk menukar sejumlah utang Brasil dengan perlindungan lingkungan hidup yang lebih baik. Presiden A.S. Bush bahkan meminta Jepang untuk tidak memberikan pinjaman dana kepada Brasil yang dipakai untuk membangun jalan raya yang melintasi hutan-hutan tropis yang masih ”perawan”.
Dilema Sedunia
Bagi banyak warga Brasil, semua tekanan ini sangat berbau kemunafikan. Negara-negara maju sudah sejak dulu menggunduli hutan-hutan mereka sendiri dan hampir tidak pernah mengizinkan negara asing mencegah mereka berbuat itu. Amerika Serikat akhir-akhir ini sedang memusnahkan hutan-hutan tropisnya yang terakhir. Memang ini bukan hutan-hutan tropis, tetapi hutan-hutan di Pasifik Barat Daya yang beriklim sedang. Spesies binatang dan tumbuhan di sana juga akan punah.
Jadi penggundulan merupakan masalah sedunia, bukan hanya bagi Brasil. Menghilangnya hutan tropis kini sangat gawat. Kira-kira separuh lebih dari kehilangan itu dialami di luar Brasil. Afrika Tengah dan Asia Tenggara adalah dua di antara daerah-daerah hutan tropis lain yang terbesar di dunia, dan di sini juga hutan-hutan lenyap dengan cepat.
Penggundulan mempunyai akibat yang sama di seluruh dunia. Ini berarti kelaparan, kehausan dan kematian bagi jutaan orang. Ini merupakan problem yang benar-benar menyangkut kehidupan anda. Ini menyangkut makanan yang anda makan, obat-obatan yang anda gunakan, cuaca di tempat anda tinggal—mungkin bahkan masa depan umat manusia.
Tetapi mungkin sekali anda bertanya, ’Bagaimana mungkin hutan-hutan tropis ini mempunyai akibat yang luas? Bagaimana seandainya hutan-hutan itu punah dalam waktu beberapa dekade, sebagaimana dikatakan oleh beberapa ahli? Apakah ini benar-benar akan menjadi tragedi yang demikian besar?’
Sebelum kita dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, pertanyaan lain harus diajukan dulu: Pertama-tama, apa yang menjadi penyebab punahnya hutan tropis?
[Bagan/Peta di hlm. 5]
Hutan-Hutan Tropis yang Lenyap (Untuk keterangan lengkap, lihat publikasinya)
Sebelum penggundulan
Keadaan sekarang
Tahun 2000 dengan kecepatan penggundulan seperti sekarang
-
-
Siapa yang Membabati Hutan Tropis?Sedarlah!—1990 (No. 35) | Sedarlah!—1990 (No. 35)
-
-
Siapa yang Membabati Hutan Tropis?
PERTANYAAN itu sering dijawab dengan menyalahkan golongan miskin di dunia. Selama berabad-abad, para petani di negara-negara tropis bercocok tanam dengan cara babat-bakar. Mereka membabat sebidang tanah di hutan lalu membakarnya, dan tepat sebelum atau segera sesudah itu, mereka menanaminya dengan tanaman penghasil. Abu pembakaran menjadi pupuknya.
Cara pertanian ini telah lama menyingkapkan kebenaran yang mengejutkan tentang hutan-hutan tropis. Sekitar 95 persen dari hutan tumbuh di tanah yang sangat tandus. Hutan mendaur-ulang makanan dengan begitu cepat sehingga kebanyakan tersimpan di pepohonan dan tanaman yang tinggi, aman terhadap hujan yang akan menghanyutkannya. Karena itu hutan tropis sangat cocok dengan lingkungannya. Tetapi berita tersebut tidak terlalu baik bagi sang petani.
Keadaan Kritis Orang-Orang Miskin
Dengan cepat, air hujan menghanyutkan makanan yang disediakan oleh abu pembakaran hutan. Perlahan-lahan, pertanian menjadi mimpi buruk. Seorang petani miskin Bolivia mengatakan, ”Tahun pertama, saya menebang pohon-pohon dan membakarnya. Jagung bertumbuh tinggi dan manis karena pupuk abu, dan kami semua berpikir bahwa kami akhirnya berhasil. . . . Tetapi sejak waktu itu, segalanya menjadi buruk. Tanah menjadi semakin gersang, tidak lagi menumbuhkan sesuatu kecuali rumput liar. Dan hama? Saya belum pernah melihat begitu banyak jenis . . . Harapan kami benar-benar kandas.”
Pada zaman dulu, seorang petani hanya sekedar membuka tanah-tanah baru di sebuah hutan dan membiarkan tanah yang lama tidak ditanami. Segera sesudah hutan itu pulih kepada keadaan semula, pohon-pohonnya dapat ditebangi lagi. Tetapi agar proses ini berhasil, tanah-tanah yang telah bersih dari pepohonan harus dikelilingi oleh hutan asalnya sehingga serangga, burung dan binatang dapat menebarkan benih dan menyerbuki pohon-pohon baru. Ini makan waktu.
Peledakan penduduk juga telah mengubah keadaan. Karena para petani hidup berdesakan, periode tanah tidak ditanami semakin lama semakin singkat. Sering kali, para petani pendatang sekedar menggarap tanah mereka habis-habisan dalam waktu beberapa tahun dan pindah ke hutan, membakar pohon-pohonnya secara besar-besaran.
Suatu faktor lain memperburuk keadaan. Kira-kira dua pertiga penduduk di negara-negara yang kurang maju bergantung pada kayu sebagai bahan bakar untuk memasak dan pemanasan. Lebih dari satu milyar penduduk dapat memenuhi kebutuhan bahan bakar mereka hanya dengan menebangi kayu bakar di hutan dengan lebih cepat daripada waktu untuk meremajakannya kembali.
Penyebab-Penyebab Lebih Jauh
Menyalahkan orang miskin memang mudah. Tetapi seperti dikatakan oleh pakar ekologi James D. Nations dan Daniel I. Komer ini sama dengan ”mempersalahkan para prajurit sebagai penyebab peperangan”. Mereka menambahkan, ”Mereka sekedar bidak-bidak dalam permainan seorang jenderal. Untuk mengerti peranan penduduk baru dalam penggundulan hutan, kita harus bertanya mengapa keluarga-keluarga ini memasuki hutan tropis. Jawabannya sederhana: karena tidak ada tanah bagi mereka di tempat lain.”
Di sebuah negara tropis, sekitar 72 persen tanah dimiliki oleh hanya 2 persen tuan tanah. Padahal, sekitar 83 persen keluarga petani tidak memiliki cukup tanah untuk dapat tetap hidup dari itu atau tidak memiliki tanah sama sekali. Pola itu berulang dalam berbagai tingkat di seluruh dunia. Biaya yang sangat besar untuk tanah swasta digunakan, bukan untuk menghasilkan pangan bagi rakyat setempat, tapi untuk meningkatkan produk ekspor yang akan dijual kepada bangsa-bangsa yang kaya di wilayah beriklim sedang.
Industri kayu gelondongan adalah biang keladi lain yang terkenal. Ini tidak saja merusak hutan secara langsung, tetapi juga menyebabkan hutan-hutan tropis mudah diserang kebakaran—dan manusia. Jalan-jalan untuk mengangkut kayu tersebut yang dibuat dengan membuldoser hutan-hutan yang belum tersentuh, mengakibatkan lebih banyak petani pindah ke daerah itu.
Dan jika pertanian gagal, seperti sering terjadi, para pengusaha peternakan sapi memborong tanah dan menjadikannya padang rumput untuk memberi makan sapi mereka. Ini khususnya terjadi di Amerika Selatan dan Tengah. Kebanyakan daging sapi yang mereka hasilkan diekspor kepada bangsa-bangsa yang lebih kaya. Rata-rata kucing piaraan di Amerika Serikat makan lebih banyak daging sapi dalam setahun daripada rata-rata rakyat di Amerika Tengah.
Akhirnya, bangsa-bangsa majulah yang membiayai pemusnahan hutan-hutan tropis—untuk memenuhi nafsu mereka yang serakah. Kayu tropis yang unik, hasil tanahnya, daging sapi, yang mereka beli dengan bersemangat dari bangsa-bangsa tropis menuntut pemusnahan atau perusakan atas hutan. Keinginan besar orang Amerika dan Eropa untuk mendapatkan kokain berarti penebangan ratusan ribu hektar hutan tropis di Peru untuk menghasilkan panen koka yang menguntungkan.
Keuntungan yang Meningkat
Banyak pemerintahan dengan aktif menganjurkan penebangan hutan. Mereka memberikan kelonggaran pajak untuk pengusaha peternakan, perusahaan kayu, dan pertanian tanaman ekspor. Ada negara yang akan memberikan sebidang tanah kepada seorang petani jika dia ”mengembangkan” tanah itu dengan cara membuka lahan pertanian di daerah hutan. Sebuah negeri di Asia Tenggara telah mengirim jutaan petani sebagai transmigran ke hutan-hutan tropis yang terpencil.
Alasan yang dikemukakan untuk kebijaksanaan itu ialah memanfaatkan hutan-hutan demi kefaedahan orang-orang miskin atau untuk meningkatkan ekonomi yang terus merosot. Tetapi sebagaimana disadari oleh para kritikus, bahkan keuntungan jangka pendek ini menyesatkan. Misalnya, tanah yang gersang untuk tanaman penghasil mungkin juga tidak lebih baik untuk sapi-sapi pengusaha ternak. Daerah peternakan pada umumnya ditelantarkan setelah sepuluh tahun.
Industri kayu sering tidak lebih baik keadaannya. Bila kayu-kayu keras tropis diambil dari hutan tanpa mempertimbangkan masa depannya, hutan-hutan semakin cepat berkurang. Bank Dunia memperkirakan bahwa lebih 20 negara dari 33 negara yang saat ini mengekspor kayu tropis mereka, akan kehabisan kayu dalam waktu sepuluh tahun lagi. Penggundulan hutan di Thailand begitu drastis sehingga negara ini harus mengeluarkan undang-undang melarang semua usaha kayu gelondongan. Diperkirakan hutan-hutan Filipina akan habis digunduli pada pertengahan tahun 1990-an.
Tetapi ironi yang paling menyedihkan adalah: Penelitian membuktikan bahwa sebidang tanah di hutan tropis dapat menghasilkan lebih banyak pendapatan jika tanah itu dibiarkan tetap utuh dan hasilnya—misalnya buah-buahan dan karet—dipanen. Ya, lebih banyak uang dapat dihasilkan daripada mengusahakan pertanian, peternakan atau penebangan pohon pada tanah yang sama. Meskipun begitu pemusnahan terus berlangsung.
Bola bumi ini tidak sanggup terus-menerus diperlakukan demikian. Sebagaimana dikatakan buku Saving the Tropical Forests (Menyelamatkan Hutan-Hutan Tropis), ”Jika kita meneruskan pemusnahan seperti sekarang ini masalahnya bukan apakah hutan tropis akan lenyap tetapi kapan ini akan terjadi.” Namun apakah dunia benar-benar akan menderita jika semua hutan tropis dimusnahkan?
[Gambar di hlm. 7]
Penyebab Penggundulan
Genangan yang disebabkan oleh bendungan
Pertanian babat-bakar
Industri kayu gelondongan
Peternakan
-
-
Mengapa Menyelamatkan Hutan Tropis?Sedarlah!—1990 (No. 35) | Sedarlah!—1990 (No. 35)
-
-
Mengapa Menyelamatkan Hutan Tropis?
SUATU kumpulan orang banyak sedang menonton pertandingan sepakbola dan bersorak-sorai tak terkendali. Mereka ingin pertandingan berlangsung selamanya. Tetapi mereka terus menembaki para pemain. Satu per satu, mayat mereka diangkut ke luar lapangan. Orang banyak menjadi marah karena pertandingan menjadi lamban.
Penggundulan hutan banyak persamaannya. Manusia senang dengan hutan, sebenarnya bergantung kepadanya. Tetapi mereka terus membunuh apa yang dapat disamakan dengan para pemain tadi: setiap spesies tanaman dan binatang, yang interaksinya yang rumit melestarikan hutan. Tetapi ini bukan sekedar pertandingan. Penggundulan hutan mempengaruhi anda. Ini menyangkut mutu kehidupan anda, meskipun anda tidak pernah melihat sebuah hutan tropis.
Variasi yang sangat luas dari makhluk-makhluk hidup yang menghuninya, yang oleh para ilmuwan disebut ’biodiversitas’, itulah yang menurut pendapat beberapa orang merupakan kekayaan terbesar dari hutan-hutan tropis. Setengah kilometer persegi dari hutan tropis di Malaysia mungkin ditumbuhi sekitar 835 spesies pohon, lebih banyak daripada gabungan di Amerika Serikat dan Kanada.
Tetapi kehidupan yang kompleks dan kaya di sini sangat rapuh. Seorang sarjana membandingkan setiap spesies dengan paku-paku keling pada pesawat udara. Semakin banyak paku keling yang longgar, semakin banyak paku keling lainnya juga mulai menjadi longgar karena tekanan yang terus meningkat. Jika perbandingan itu cocok, planet kita seperti sebuah ”pesawat udara” yang berada dalam keadaan kritis. Dengan makin berkurangnya hutan-hutan tropis, beberapa orang memperkirakan bahwa sepuluh ribu spesies tumbuhan dan hewan akan lenyap setiap tahun, bahwa laju kepunahan sekarang adalah 400 kali lebih cepat daripada yang pernah terjadi dalam sejarah planet ini.
Para ilmuwan meratapi betapa banyak pengetahuan yang ikut hilang dengan menyusutnya biodiversitas. Mereka menganggapnya seperti membakar sebuah perpustakaan sebelum membaca buku-bukunya. Tetapi ada kerugian yang lebih nyata juga. Misalnya, sekitar 25 persen obat-obatan yang diramu di Amerika Serikat diambil dari tumbuh-tumbuhan di hutan-hutan tropis. Salah satu obat demikian telah meningkatkan tingkat remisi penyakit leukemia anak-anak dari 20 persen pada tahun 1960-an menjadi 80 persen pada tahun 1985. Jadi, menurut World Wildlife Fund, hutan-hutan tropis ”merupakan apotik yang besar sekali”. Dan tak terhitung banyaknya tumbuh-tumbuhan yang masih belum ditemukan, apalagi diteliti kemungkinannya untuk digunakan dalam bidang kedokteran.
Lebih jauh, hanya sedikit dari kita menyadari berapa banyak dari produksi makanan kita berasal dari tumbuh-tumbuhan yang mula-mula ditemukan di hutan-hutan tropis. (Lihat kotak pada halaman 11.) Sampai sekarang, para ilmuwan mengumpulkan gen-gen dari beraneka ragam tumbuhan yang hidup di hutan dan yang tahan terhadap cuaca dingin, dan kemudian menggunakannya untuk meningkatkan daya tahan terhadap penyakit pada turunannya yang lebih lemah, yakni tanaman lokal. Dengan cara ini para ilmuwan telah menyelamatkan ratusan juta dolar dari kerugian hasil panen.
Selain itu, kita tidak mengetahui produk makanan apa saja yang masih akan dihasilkan oleh hutan tropis sebagai makanan yang digemari di seluruh dunia. Kebanyakan orang Amerika Utara tidak mengetahui bahwa seratus tahun yang lalu, nenek moyang mereka menganggap pisang sebagai buah yang aneh dan unik dan membayar dua dolar (± Rp 3.700) untuk sebuah pisang yang dibungkus satu per satu.
Gambaran Seluas Dunia
Manusia sendiri merupakan korban utama dari penebangan hutan. Pengaruhnya atas lingkungan bola bumi menyebar luas sampai ke seluruh dunia. Bagaimana? Mari kita meninjau hutan-hutan tropis yang khas dari sudut pandang yang lain. Unsur yang penting dalam hutan tropis ialah hujan. Mungkin hujan turun lebih dari 20 sentimeter sehari, lebih dari 9 meter setahun! Hutan tropis dirancang dengan sempurna untuk mengatasi hujan deras yang bisa menimbulkan banjir.
Kerimbunan hutan yang membentuk tudung di atas, menahan kekuatan tenaga tetesan air hujan sehingga titik-titik air tersebut tidak dapat mengikis tanah. Banyak daun diperlengkapi dengan ujung-ujung yang memanjang atau runcing yang dapat membuyarkan tetesan air hujan yang besar. Jadi, hujan yang deras dapat diperlunak menjadi seperti gerimis yang jatuh ke tanah dengan lebih lembut. Ujung-ujung daun memungkinkan daun-daun menjatuhkan air dengan cepat sehingga dapat melakukan proses penguapan kembali, mengembalikan uap air ke atmosfer. Jaringan akarnya mengisap 95 persen air yang mencapai tanah. Secara keseluruhan, hutan menyerap air hujan seperti spons raksasa dan kemudian melepaskannya perlahan-lahan.
Tetapi dengan lenyapnya hutan, air hujan langsung jatuh dengan keras ke tanah yang gundul dan menghanyutkan berton-ton tanah. Misalnya, di Pantai Gading, Afrika Barat, satu hektar hutan tropis yang sedikit landai kehilangan hanya kira-kira sepertiga ratus ton tanah per tahun. Satu hektar tanah yang sama, yang sudah digunduli dan digarap, kehilangan 90 ton tanah per tahun; sedangkan tanah gundul kehilangan 138 ton.
Hilangnya tanah dengan cara ini tidak hanya merusak tanah untuk pertanian atau padang rumput. Ironisnya, bendungan-bendungan, yang menuntut penebangan hutan secara besar-besaran, ternyata juga dirusak akibat penebangan hutan. Karena dilanda endapan lumpur yang dibawa oleh sungai dari daerah yang sudah gundul, bendungan-bendungan akan cepat tersumbat dan tidak berfungsi lagi. Daerah pantai dan tempat-tempat pembiakan ikan dikotori oleh endapan lumpur yang berlebihan.
Dampak atas pola hujan dan cuaca lebih celaka lagi. Sungai-sungai yang terbentuk oleh hutan-hutan tropis pada umumnya penuh sepanjang tahun. Tetapi dengan tidak adanya hutan yang mengatur arus air ke sungai, sungai akan meluap karena hujan yang tiba-tiba turun dan kemudian menjadi kering. Maka terjadilah siklus banjir dan kekeringan. Pengaruh pola hujan mungkin sampai sejauh ribuan kilometer, karena hutan tropis dengan proses penguapannya ikut menghasilkan separuh dari uap air di atmosfer setempat. Jadi, penggundulan hutan bisa jadi telah ikut menyebabkan banjir di Bangladesh dan kekeringan di Etiopia yang menewaskan begitu banyak orang dalam dasawarsa yang lalu.
Tetapi penebangan hutan bisa juga mempengaruhi iklim seluruh planet. Hutan-hutan tropis dijuluki paru-paru bumi yang hijau karena hutan menyerap karbon dioksida dari udara dan menggunakan karbon itu untuk membentuk batang, dahan dan kulit kayu. Bila hutan terbakar, semua karbon dibuang ke udara. Masalahnya adalah, manusia membuang begitu banyak karbon dioksida ke udara (melalui pembakaran bahan bakar minyak maupun penebangan hutan) sehingga manusia mungkin sudah mulai membuat bumi cenderung lebih panas, yang disebut efek rumah kaca, yang mengancam akan melelehkan tudung es di kutub dan menaikkan permukaan laut, sehingga membanjiri daerah-daerah pantai.a
Maka tidak mengherankan bahwa orang-orang di seluruh dunia terlibat dalam krisis ini. Apakah mereka menolong? Apakah ada jalan keluar yang dapat ditawarkan? Apakah ada harapan untuk keadaan yang menyedihkan ini?
[Catatan Kaki]
a Lihat Awake!, 8 September 1989.
[Kotak di hlm. 11]
Hasil yang Limpah dari Hutan-Hutan Tropis
Apakah ada sebidang hutan tropis di dekat daerah anda? Pertimbangkan beberapa bahan makanan yang pada mulanya ditemukan di hutan-hutan tropis di seluruh dunia: padi, jagung, ubi jalar, ubi kayu atau tapioka, tebu, pisang, jeruk, kopi, tomat, coklat, nenas, alpukat, vanili, jeruk besar, berbagai kacang-kacangan, rempah-rempah, dan teh. Setengah dari produk pangan seluruh dunia berasal dari tanaman-tanaman hutan tropis! Dan yang disebut di atas hanya beberapa di antaranya.
Pertimbangkan obat-obatan yang diperoleh darinya: Alkaloida dari tumbuhan merambat digunakan sebagai obat pengendur otot sebelum pembedahan; bahan-bahan aktif dari hidrokortison untuk melawan peradangan, kina untuk melawan malaria, digitalis untuk mengobati penyakit jantung, diosgenin untuk membuat pil KB, dan ipecac untuk merangsang muntah, semuanya berasal dari tanaman hutan tropis. Tumbuh-tumbuhan lain memberikan harapan dalam memerangi AIDS dan kanker, maupun diare, demam, gigitan ular, dan konjungtivitis dan penyakit mata lainnya. Bahan obat-obatan lainnya yang mungkin masih tersembunyi belum diketahui. Kurang dari 1 persen spesies tanaman hutan tropis telah diteliti oleh para ilmuwan. Seorang botanikus mengeluh, ”Kami memusnahkan hal-hal yang bahkan tidak kami ketahui itu ada.”
Tetapi lebih banyak produk berasal dari hutan-hutan yang telah punah: lateks, damar, lilin, asam, alkohol, penyedap makanan, pemanis, bahan celup, serat-serat seperti yang digunakan untuk jaket pelampung, getah yang digunakan untuk membuat permen karet, bambu dan rotan—yang semuanya merupakan dasar untuk industri yang besar di seluruh dunia.
[Diagram/Gambar di hlm. 9]
(Untuk keterangan lengkap, lihat publikasinya)
Peranan Hutan
Hutan menambahkan uap air dan oksigen ke atmosfer
Rimbunnya hutan melindungi tanah dari hujan yang deras
Tumbuh-tumbuhan menyerap dan menyimpan karbon
Sistem akar membantu mengatur aliran air ke sungai-sungai
[Gambar di hlm. 10]
Pengaruh Penggundulan Hutan
Uap air ke atmosfer berkurang sehingga menimbulkan lebih banyak kekeringan
Hujan mengikis tanah yang tidak dilindungi. Banjir bertambah
Pembakaran pohon-pohon melepaskan karbon dan menambah efek rumah kaca
-
-
Apakah Hutan Memiliki Masa Depan?Sedarlah!—1990 (No. 35) | Sedarlah!—1990 (No. 35)
-
-
Apakah Hutan Memiliki Masa Depan?
DI PULAU PASKAH, Pasifik Selatan, patung-patung batu yang besar berbentuk kepala manusia terlihat dengan samar-samar di lereng-lereng bukit-bukit yang hijau, menatap dengan hampa ke arah laut. Orang-orang yang memahatnya telah punah berabad-abad yang silam. Di Amerika Serikat bagian barat, reruntuhan gedung-gedung kuno di daerah-daerah yang gersang dan sunyi merupakan satu-satunya peninggalan dari bangsa yang telah lenyap lama sebelum orang-orang kulit putih datang. Beberapa negeri Alkitab tempat kebudayaan dan perdagangan pernah maju kini hanya tinggal gurun pasir yang terus diterpa angin. Mengapa?
Dalam tiga kasus tersebut, sebagian dari jawabannya mungkin ialah penggundulan hutan. Beberapa pakar berpendapat bahwa manusia terpaksa meninggalkan daerah ini karena mereka telah memusnahkan hutan-hutannya. Tanpa pepohonan tanah menjadi gersang, maka manusia pindah ke tempat lain. Tetapi dewasa ini manusia mengancam akan berbuat yang sama terhadap seluruh planet. Benarkah? Apakah tidak ada yang dapat mencegah proses ini?
Banyak orang mencobanya. Di Pegunungan Himalaya, kaum wanita dilaporkan memeluk pohon-pohon dalam upaya yang nekat untuk mencegah tindakan para penebang kayu. Di Malaysia, suku-suku penghuni hutan membentuk rantai manusia untuk mencegah datangnya para penebang kayu dan peralatan mesin berat mereka.
Dua ratus juta orang yang mencari nafkah dari hutan-hutan tropis mempunyai kepentingan yang bersifat sangat pribadi dalam krisis ini. Seraya peradaban makin maju, suku-suku asli mundur lebih jauh lagi ke dalam hutan, kadang-kadang sampai berhadapan dengan para pendatang baru yang pindah ke sana dari sisi satunya. Banyak suku bangsa punah akibat penyakit yang disebarkan oleh orang-orang luar. Yang lain-lain, terpaksa menyesuaikan diri dengan dunia luar, dan akhirnya hidup di antara orang-orang miskin di kota—terasing dan risau. Tetapi dunia mulai menyadari keadaan mereka yang kritis. Semangat cinta lingkungan hidup mulai melanda dunia.
Dapatkah para Pakar Lingkungan Hidup Memperbaiki Keadaan?
”Pengetahuan dan teknologi ada untuk menyelamatkan hutan-hutan tropis di seluruh dunia,” demikian kata pengantar buku Saving the Tropical Forests. Hal ini telah dibuktikan dalam bentuk taman-taman nasional di seluruh dunia. Guanacaste National Park di Costa Rica dikhususkan untuk penghutanan daerah-daerah yang luas. Pohon-pohon ditanam dalam jumlah jutaan di negara-negara seperti Kenya, India, Haiti dan Cina. Tetapi menanam pohon-pohon tidak sama dengan pemulihan hutan.
Kadang-kadang dalam ”penghutanan” orang hanya menanam satu spesies pohon dengan tujuan komersial, yang di kemudian hari akan dituai hasilnya. Ini tidak sama dengan ekosistem yang rumit dari sebuah hutan tropis. Selain itu, beberapa orang berpendapat bahwa hutan tropis yang lembab tidak pernah dapat dipulihkan kembali kepada keadaan asal yang rumit susunannya. Tidak mengherankan bahwa banyak pakar lingkungan hidup bersikeras bahwa pelestarian lebih baik daripada peremajaan.
Tetapi pelestarian tidak semudah yang dikatakan orang. Jika suatu daerah hutan terlalu kecil, ini tidak dapat bertahan lama. Beberapa pakar lingkungan hidup menyarankan agar sekurang-kurangnya 10 sampai 20 persen hutan tropis di seluruh dunia disisihkan sebagai hutan lindung untuk mempertahankan keanekaragamannya yang kaya. Tetapi dewasa ini, hanya 3 persen dari hutan-hutan tropis di Afrika yang dilindungi. Di Asia Tenggara hanya 2 persen, di Amerika Selatan 1 persen.
Dan beberapa dari daerah-daerah itu hanya dilindungi di atas kertas. Taman-taman dan hutan-hutan lindung tidak akan dapat bertahan lama jika tidak direncanakan atau dikelola dengan baik atau jika para pejabat yang korup mengalihkan dana untuk taman-taman itu ke kantong mereka sendiri. Beberapa orang bahkan mencari uang dengan secara diam-diam memberikan konsesi kepada perusahaan kayu. Juga, tenaga kerja tidak banyak. Di Amazone, satu penjaga ditugaskan untuk melindungi suatu daerah hutan tropis yang luasnya sama dengan Perancis.
Para pakar lingkungan juga mendesak agar para petani diajar teknik pertanian yang tidak mengikis tanah sehingga mereka tidak usah pindah dan membuka lebih banyak daerah hutan untuk lahan pertanian. Beberapa orang telah mencoba menanam berbagai jenis tanaman di sebuah ladang, yang akan mencegah datangnya hama yang biasa makan satu spesies tanaman saja. Pohon buah-buahan dapat melindungi tanah dari hujan tropis. Orang-orang lain memakai kembali teknik pertanian primitif. Mereka menggali saluran-saluran di sekitar kebun yang kecil dan memindahkan lumpur serta ganggang dari saluran-saluran itu ke tanah-tanah kebun tadi sebagai pupuk untuk tanaman. Ikan dapat diternakkan di saluran-saluran itu sebagai sumber makanan tambahan. Metode-metode itu telah dicoba dengan hasil yang baik.
Tetapi mengajarkan ”teknik” pertanian memakan waktu dan uang serta menuntut keahlian. Negara-negara tropis sering mempunyai terlalu banyak problem ekonomi yang harus ditangani dengan segera sehingga tidak memungkinkan penanaman modal jangka panjang untuk upaya tadi. Tetapi, sekalipun kecakapan teknik telah meluas, ini tidak akan memecahkan masalahnya. Sebagaimana ditulis oleh Michael H. Robinson dalam Saving the Tropical Forests, ”Hutan-hutan tropis dimusnahkan bukan karena ketidaktahuan atau kebodohan tetapi terutama karena kemiskinan dan ketamakan.”
Akar Masalahnya
Kemiskinan dan ketamakan. Kelihatannya krisis penggundulan hutan berakar kuat pada struktur masyarakat manusia, jauh lebih dalam daripada akar-akar hutan tropis pada lapisan tanah tropis yang tipis. Apakah manusia sanggup mencabut akar problemnya?
Suatu pertemuan puncak dari 24 bangsa di The Hague [Den Haag], Belanda, tahun lalu mengusulkan pembentukan suatu wewenang baru dalam PBB yang akan disebut Globe. Menurut Financial Times dari London, Globe akan memiliki ”jangkauan kekuasaan yang belum pernah ada sebelumnya untuk menetapkan dan memberlakukan standar-standar lingkungan hidup”. Meskipun bangsa-bangsa mungkin harus menyerahkan sedikit dari kedaulatan nasional yang mereka nilai tinggi agar Globe mendapat kekuasaan nyata, beberapa orang berpendapat bahwa organisasi semacam ini pada suatu hari pasti akan muncul. Hanya suatu badan sedunia yang terpadu dapat menghadapi masalah-masalah dunia.
Itu masuk akal. Tetapi pemerintahan atau organisasi manusia manakah yang dapat menyingkirkan ketamakan dan kemiskinan? Pemerintahan manakah yang pernah melakukan hal itu? Terlalu sering pemerintahan manusia justru didasarkan atas ketamakan, maka mereka melestarikan kemiskinan. Tidak, seandainya kita harus menunggu suatu organisasi manusia untuk memecahkan krisis penggundulan hutan, maka hutan-hutan tidak memiliki masa depan; sesungguhnya manusia pun tidak akan memiliki masa depan.
Tetapi pertimbangkanlah hal ini. Bukankah hutan-hutan memberi bukti bahwa ia dirancang oleh suatu pribadi yang maha cerdas? Ya! Dari akar sampai daunnya, hutan-hutan tropis menyatakan hasil karya Arsitek Ulung.
Maka, apakah Arsitek Agung ini akan membiarkan manusia memusnahkan semua hutan tropis dan menghancurkan bumi kita? Satu nubuat yang menonjol di dalam Alkitab menjawab pertanyaan ini secara langsung. Nubuat itu berbunyi, ”Dan semua bangsa telah marah, tetapi amarahMu [Allah] telah datang, dan saat [”yang ditentukan”, NW] . . . untuk membinasakan barangsiapa yang membinasakan bumi.”—Wahyu 11:18.
Ada dua hal yang mencolok dari nubuat tersebut. Pertama, nubuat ini menunjukkan masa manakala manusia akan benar-benar dapat membinasakan seluruh bumi. Pada waktu kata-kata tersebut ditulis hampir dua ribu tahun yang lalu, manusia tidak dapat menghancurkan bumi apalagi terbang ke bulan. Tetapi dewasa ini manusia dapat. Kedua, nubuat itu menjawab pertanyaan apakah manusia akan benar-benar menghancurkan bumi—dengan jawaban yang menggema, tidak!
Allah menciptakan manusia untuk memelihara dan mengelola bumi, bukan untuk membuatnya tandus. Pada zaman Israel purba Dia menetapkan batas-batas penebangan hutan yang dilakukan umat-Nya pada waktu mereka menaklukkan Negeri Perjanjian. (Ulangan 20:19, 20) Dia berjanji bahwa seluruh umat manusia di masa depan yang dekat akan hidup harmonis dengan lingkungannya.—1 Yohanes 2:17; Yeremia 10:10-12.
Alkitab menawarkan harapan, harapan akan suatu masa manakala manusia akan menggarap bumi menjadi firdaus dan bukan membuldosernya menjadi gurun pasir, memulihkan dan bukan merusaknya, memeliharanya dengan bijaksana dan bukan dengan tamak mengurasnya sampai kering demi keuntungan yang bersifat sementara. Hutan-hutan memiliki masa depan. Sistem yang korup, yang merusak hutan dan seluruh bumi, tidak memiliki masa depan.
[Gambar di hlm. 13]
Penggundulan hutan di sini di Pulau Paskah mungkin menjadi penyebab punahnya suatu peradaban
[Keterangan]
H. Armstrong Roberts
-