PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • Apakah Hutan Memiliki Masa Depan?
    Sedarlah!—1990 (No. 35) | Sedarlah!—1990 (No. 35)
    • Di Pegunungan Himalaya, kaum wanita dilaporkan memeluk pohon-pohon dalam upaya yang nekat untuk mencegah tindakan para penebang kayu. Di Malaysia, suku-suku penghuni hutan membentuk rantai manusia untuk mencegah datangnya para penebang kayu dan peralatan mesin berat mereka.

  • Apakah Hutan Memiliki Masa Depan?
    Sedarlah!—1990 (No. 35) | Sedarlah!—1990 (No. 35)
    • Dapatkah para Pakar Lingkungan Hidup Memperbaiki Keadaan?

      ”Pengetahuan dan teknologi ada untuk menyelamatkan hutan-hutan tropis di seluruh dunia,” demikian kata pengantar buku Saving the Tropical Forests. Hal ini telah dibuktikan dalam bentuk taman-taman nasional di seluruh dunia. Guanacaste National Park di Costa Rica dikhususkan untuk penghutanan daerah-daerah yang luas. Pohon-pohon ditanam dalam jumlah jutaan di negara-negara seperti Kenya, India, Haiti dan Cina. Tetapi menanam pohon-pohon tidak sama dengan pemulihan hutan.

      Kadang-kadang dalam ”penghutanan” orang hanya menanam satu spesies pohon dengan tujuan komersial, yang di kemudian hari akan dituai hasilnya. Ini tidak sama dengan ekosistem yang rumit dari sebuah hutan tropis. Selain itu, beberapa orang berpendapat bahwa hutan tropis yang lembab tidak pernah dapat dipulihkan kembali kepada keadaan asal yang rumit susunannya. Tidak mengherankan bahwa banyak pakar lingkungan hidup bersikeras bahwa pelestarian lebih baik daripada peremajaan.

      Tetapi pelestarian tidak semudah yang dikatakan orang. Jika suatu daerah hutan terlalu kecil, ini tidak dapat bertahan lama. Beberapa pakar lingkungan hidup menyarankan agar sekurang-kurangnya 10 sampai 20 persen hutan tropis di seluruh dunia disisihkan sebagai hutan lindung untuk mempertahankan keanekaragamannya yang kaya. Tetapi dewasa ini, hanya 3 persen dari hutan-hutan tropis di Afrika yang dilindungi. Di Asia Tenggara hanya 2 persen, di Amerika Selatan 1 persen.

      Dan beberapa dari daerah-daerah itu hanya dilindungi di atas kertas. Taman-taman dan hutan-hutan lindung tidak akan dapat bertahan lama jika tidak direncanakan atau dikelola dengan baik atau jika para pejabat yang korup mengalihkan dana untuk taman-taman itu ke kantong mereka sendiri. Beberapa orang bahkan mencari uang dengan secara diam-diam memberikan konsesi kepada perusahaan kayu. Juga, tenaga kerja tidak banyak. Di Amazone, satu penjaga ditugaskan untuk melindungi suatu daerah hutan tropis yang luasnya sama dengan Perancis.

      Para pakar lingkungan juga mendesak agar para petani diajar teknik pertanian yang tidak mengikis tanah sehingga mereka tidak usah pindah dan membuka lebih banyak daerah hutan untuk lahan pertanian. Beberapa orang telah mencoba menanam berbagai jenis tanaman di sebuah ladang, yang akan mencegah datangnya hama yang biasa makan satu spesies tanaman saja. Pohon buah-buahan dapat melindungi tanah dari hujan tropis. Orang-orang lain memakai kembali teknik pertanian primitif. Mereka menggali saluran-saluran di sekitar kebun yang kecil dan memindahkan lumpur serta ganggang dari saluran-saluran itu ke tanah-tanah kebun tadi sebagai pupuk untuk tanaman. Ikan dapat diternakkan di saluran-saluran itu sebagai sumber makanan tambahan. Metode-metode itu telah dicoba dengan hasil yang baik.

      Tetapi mengajarkan ”teknik” pertanian memakan waktu dan uang serta menuntut keahlian. Negara-negara tropis sering mempunyai terlalu banyak problem ekonomi yang harus ditangani dengan segera sehingga tidak memungkinkan penanaman modal jangka panjang untuk upaya tadi. Tetapi, sekalipun kecakapan teknik telah meluas, ini tidak akan memecahkan masalahnya. Sebagaimana ditulis oleh Michael H. Robinson dalam Saving the Tropical Forests, ”Hutan-hutan tropis dimusnahkan bukan karena ketidaktahuan atau kebodohan tetapi terutama karena kemiskinan dan ketamakan.”

      Akar Masalahnya

      Kemiskinan dan ketamakan. Kelihatannya krisis penggundulan hutan berakar kuat pada struktur masyarakat manusia, jauh lebih dalam daripada akar-akar hutan tropis pada lapisan tanah tropis yang tipis. Apakah manusia sanggup mencabut akar problemnya?

      Suatu pertemuan puncak dari 24 bangsa di The Hague [Den Haag], Belanda, tahun lalu mengusulkan pembentukan suatu wewenang baru dalam PBB yang akan disebut Globe. Menurut Financial Times dari London, Globe akan memiliki ”jangkauan kekuasaan yang belum pernah ada sebelumnya untuk menetapkan dan memberlakukan standar-standar lingkungan hidup”. Meskipun bangsa-bangsa mungkin harus menyerahkan sedikit dari kedaulatan nasional yang mereka nilai tinggi agar Globe mendapat kekuasaan nyata, beberapa orang berpendapat bahwa organisasi semacam ini pada suatu hari pasti akan muncul. Hanya suatu badan sedunia yang terpadu dapat menghadapi masalah-masalah dunia.

      Itu masuk akal. Tetapi pemerintahan atau organisasi manusia manakah yang dapat menyingkirkan ketamakan dan kemiskinan? Pemerintahan manakah yang pernah melakukan hal itu? Terlalu sering pemerintahan manusia justru didasarkan atas ketamakan, maka mereka melestarikan kemiskinan. Tidak, seandainya kita harus menunggu suatu organisasi manusia untuk memecahkan krisis penggundulan hutan, maka hutan-hutan tidak memiliki masa depan; sesungguhnya manusia pun tidak akan memiliki masa depan.

Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
Log Out
Log In
  • Indonesia
  • Bagikan
  • Pengaturan
  • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
  • Syarat Penggunaan
  • Kebijakan Privasi
  • Pengaturan Privasi
  • JW.ORG
  • Log In
Bagikan