PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • Mengapa Allah Membiarkan Penderitaan?
    Sedarlah!—1986 (No. 17) | Sedarlah!—1986 (No. 17)
    • Pria dan wanita pertama mempunyai harapan kehidupan sempurna yang kekal dalam suatu lingkungan firdaus, yang akhirnya mereka, bersama anak-anak mereka, akan perluas sampai meliputi seluruh bumi. Namun harapan itu bergantung atas keloyalan mereka kepada Allah. Ketidaktaatan memperkenalkan sebuah unsur genetika yang baru—ketidaksempurnaan dan kematian—yang akan diteruskan kepada generasi-generasi mendatang. Apa yang terjadi?—Kejadian 2:15-17.

      Rasul Paulus menjelaskan keadaannya dengan sederhana sekali, yaitu ”oleh ketidaktaatan satu orang [Adam] semua orang telah menjadi orang berdosa” dan ”maut telah berkuasa oleh satu orang itu”. (Roma 5:17-19) Dengan menolak kedaulatan Allah, Adam dan Hawa telah menggiring umat manusia pada jalan yang menuju penderitaan, penyakit, dan kematian. Sama seperti dikatakan Musa mengenai Israel, demikian pula tentang umat manusia pada umumnya dapat dikatakan, ”Mereka sendiri telah bertindak menghancurkan diri sendiri; mereka bukan anak-anaknya, kesalahan itu mereka buat sendiri. Suatu generasi yang bengkok dan sesat.”—Ulangan 32:5.

      Akibatnya, manusia memilih untuk bebas dari Allah dan berpaling dari pemerintahan-Nya. Namun kepada apakah mereka berpaling? Sadar atau tidak, mereka telah menundukkan diri kepada kekuasaan dari ’ilah sistem ini yang telah membutakan pikiran dari orang-orang yang tidak percaya’. (2 Korintus 4:4, NW) Mereka menjadi alat dalam tangan si Iblis, ”bapa segala dusta”. (Yohanes 8:44) Hal ini mereka lakukan dengan memilih pemerintahan politik dan agama bikinan manusia yang telah menimbulkan kebencian, bencana, dan penderitaan. Tidak mengherankan bahwa Alkitab mengatakan, Setan si Iblis ”menyesatkan [”menipu”, BIS] seluruh dunia”.—Wahyu 12:9.

  • Mengapa Allah Membiarkan Penderitaan?
    Sedarlah!—1986 (No. 17) | Sedarlah!—1986 (No. 17)
    • Sama seperti putra dalam perumpamaan itu, orangtua manusia kita yang pertama memilih haluan ingin bebas dari Allah. Memang, tidak seperti anak yang hilang itu, Adam dan Hawa tidak pernah kembali kepada Bapa mereka, tetapi karena haluan pemberontakan mereka, umat manusia telah dilibatkan ke dalam suatu sengketa yang hanya dapat diselesaikan, di depan mata makhluk-makhluk cerdas yang kelihatan maupun tidak kelihatan, dengan membiarkan waktu berlalu. Kini, setelah 6.000 tahun bebas dari Allah dan pemerintahanNya, apa yang telah dibuktikan? Seperti dikatakan nabi Yeremia, ”Aku tahu, ya [Yehuwa], bahwa manusia tidak berkuasa untuk menentukan jalannya, dan orang yang berjalan tidak berkuasa untuk menetapkan langkahnya.” (Yeremia 10:23) Sejarah manusia menunjukkan bahwa ”orang yang satu menguasai orang yang lain hingga ia celaka”. Sama seperti anak yang hilang itu, banyak orang yang menyadari hal ini berpaling kepada Bapa surgawi mereka untuk mendapatkan pengajaran, membuktikan Setan pendusta ketika menyatakan bahwa ia dapat memalingkan semua orang sehingga tidak melayani Allah.—Pengkhotbah 8:9.

      Yehuwa akan segera bertindak melawan Setan yang tidak mau bertobat dan mereka yang mendukung haluannya yang ingin bebas, dengan demikian mengakhiri pemberontakan beserta semua akibatnya. Cukup banyak waktu telah berlalu agar suatu pola dapat ditetapkan untuk abad-abad yang akan datang. Dengan adanya pola ini Yehuwa tidak perlu lagi mengijinkan pemberontakan apapun di masa depan, di alam yang kelihatan ataupun tidak kelihatan. Waktu dan pengalaman telah menunjukkan bahwa Setan maupun manusia, terpisah dari Allah, tidak dapat menjalankan kekuasaan dengan cara yang benar.—Wahyu 16:14-16; 20:1-3.

Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
Log Out
Log In
  • Indonesia
  • Bagikan
  • Pengaturan
  • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
  • Syarat Penggunaan
  • Kebijakan Privasi
  • Pengaturan Privasi
  • JW.ORG
  • Log In
Bagikan