PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • yb96 hlm. 66-115
  • Hongaria

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Hongaria
  • Buku Kegiatan Saksi-Saksi Yehuwa 1996
  • Subjudul
  • Kebenaran Alkitab Tersebar di Hongaria
  • Ladang Hongaria di Amerika Utara
  • Mengatasi Rintangan di Hongaria
  • Kebenaran Mencapai Ibu Kota
  • Kiss dan Szabó Dipenjara
  • Kegiatan Pascaperang Diorganisasi dari Cluj
  • Pengasih, Pemberani, dan Dibenci
  • Lebih Banyak yang Datang dari Amerika Serikat
  • Tentangan dari Dalam dan dari Luar
  • Bantuan Saudara-Saudara dari Jerman
  • Perhimpunan Diselenggarakan secara Hati-Hati
  • Para Pemberita yang Banyak Akal
  • Kesukaran Berlanjut
  • Dilarang
  • Lebih Banyak yang Dijebloskan ke Kamp Pengasingan
  • Hamba Negeri Ditangkap
  • Dua Hamba Negeri
  • Kandang Kuda Pacuan di Alag
  • ”Pengadilan” di Alag
  • Para Biarawati sebagai Penjaga Penjara
  • Kamp Konsentrasi di Bor
  • Integritas Diuji Kembali
  • Para Pemelihara Integritas Lainnya
  • Saksi-Saksi yang Setia sampai Mati
  • Awal yang Baru Setelah Perang
  • Penyesalan yang Dalam dari József Klinyecz
  • Perubahan Suasana Politik
  • Diberikan Julukan Baru
  • Para Pengawas Utama Ditangkap Kembali
  • Panitia Baru Mulai Berfungsi
  • Kata-Kata Manis di Penjara
  • Upaya Lain untuk Memperdaya
  • Makanan bagi para Tahanan
  • Kebebasan bagi Mereka yang Ditawan
  • ”Memberi Kesaksian” via Radio
  • Perhimpunan di Hutan
  • Pelarangan Dicabut
  • Kebaktian-Kebaktian untuk Umum
  • Kemajuan dalam Bidang Organisasi
  • Lulusan Gilead dan Sekolah Pelatihan Pelayanan
  • Para Pencinta Kemerdekaan Terus Maju
Buku Kegiatan Saksi-Saksi Yehuwa 1996
yb96 hlm. 66-115

Hongaria

TANGGAL 25 Juli 1991 merupakan hari yang penuh sukacita bagi pekerjaan Kerajaan di Hongaria. Ini merupakan tanggal kedatangan utusan injil pertama yang dilatih oleh Lembaga Menara Pengawal dan ditugaskan untuk melayani di Hongaria. László Sárközy dan istrinya, Karen, mendarat pukul 13.03 di bandar udara Ferihegy, di sebelah selatan Budapest. Mereka bertolak dari Toronto, Kanada, tempat Saudara Sárközy melayani setelah lulus dari Sekolah Pelatihan Pelayanan. Bagi Saudara Sárközy, ini merupakan perjalanan pulang kampung setelah lebih dari 27 tahun.

Hongaria zaman modern adalah sebuah negara yang berpenduduk lebih dari 10 juta jiwa di Eropa bagian selatan-tengah. Lebih dari 95 persen penduduknya adalah peranakan Magyar (penduduk asli Hongaria), dan hampir dua pertiga dari antara mereka terdaftar sebagai penganut agama Katolik Roma. Ajaran Katolik telah berakar di negeri ini lebih dari seribu tahun yang lalu. Tidak lama setelah diperkenalkannya ajaran Katolik Roma, István (Stephen) dinobatkan sebagai raja oleh Paus Sylvester II. Setelah itu, Hongaria mendapat julukan Regnum Marianum (Takhta [Perawan] Maria).

Namun, tidak semua penduduk Hongaria beragama Katolik Roma. Alkitab lengkap pertama yang diterbitkan dalam bahasa Hongaria, pada tahun 1590, diterjemahkan oleh seorang Protestan, Gáspár Károli. Alkitab yang telah banyak direvisi ini, yang berisi nama ilahi, sekarang ini merupakan Alkitab Hongaria yang paling luas digunakan. Keberadaan dan pengaruh agama non-Katolik mendapat pengakuan pemerintah pada tahun 1868 saat mulai diberlakukannya suatu undang-undang yang menyediakan kebebasan pribadi untuk memilih pendidikan agama. Pada tahun 1989, pemerintah Hongaria meluaskan hak ini dengan menyertakan Saksi-Saksi Yehuwa. Utusan injil Saksi-Saksi Yehuwa sekarang dapat diutus ke negara tersebut. Akan tetapi, kegiatan Saksi-Saksi Yehuwa sama sekali bukan hal baru bagi masyarakat Hongaria.

Kebenaran Alkitab Tersebar di Hongaria

Sembilan puluh tiga tahun sebelum kedatangan László dan Karen Sárközy, Zion’s Watch Tower (terbitan 15 Mei 1898) telah memuat pengumuman berikut ini tentang seorang saudara di Kanada, ”Kami mengucapkan Selamat Jalan kepada seorang saudara yang kita kasihi yang bertolak menuju tanah asalnya, Hongaria, untuk memberitakan kabar baik kepada teman-teman sebangsanya. Sebagai profesor selama bertahun-tahun di sekolah-sekolah di tanah asalnya, ia sangat mahir dalam bahasa Latin dan Jerman maupun bahasa Hongaria, dan kita yakin bahwa ia dapat digunakan Tuan untuk menemukan dan untuk memeteraikan orang-orang yang terpilih.”

Kegiatannya akhirnya membuahkan hasil. Lima tahun kemudian, ketika Charles Taze Russell dan rekan-rekan seperjalanannya mengunjungi Zurich, mereka antara lain bertemu dengan dua rekan seiman dari Hongaria. Selain itu, beberapa surat dari saudara-saudara di Hongaria yang diterbitkan dalam Zion’s Watch Tower edisi berbahasa Jerman tahun 1905 memperlihatkan bahwa ada beberapa yang telah menerima lektur Alkitab melalui Jerman.

Pada tahun 1908, Andrásné Benedek—seorang wanita sederhana asal Hongaria yang telah menjadi seorang Siswa Alkitab, sebutan bagi Saksi-Saksi Yehuwa pada waktu itu—pulang ke Hajdúböszörmény, di Hongaria bagian timur, untuk membagikan kepada orang-orang lain kabar baik yang telah dipelajarinya dari Firman Allah. Empat tahun kemudian, dua orang Siswa Alkitab lagi pulang dari Amerika Serikat. Mereka telah mengenal kebenaran tentang Allah dan maksud-tujuan-Nya dengan menghadiri beberapa ceramah umum dari Saudara Russell. Saudara Russell membuat sebagai kebiasaan, seusai acara seperti itu, untuk mendekati beberapa orang di antara hadirin yang dilihatnya telah beberapa kali menghadiri ceramah-ceramahnya. Ia kemudian bertanya, ”Saudara berasal dari mana? Saudara berkebangsaan apa? Apakah saudara bersedia pulang menjumpai sanak keluarga saudara dan membagikan kebenaran kepada mereka?”

Salah seorang dari dua Siswa Alkitab ini, Károly Szabó, pulang ke kota Marosvásárhely (sekarang Tîrgu-Mureş, Romania), yang pada waktu itu terletak di Hongaria. Saudara lainnya, József Kiss, bekerja bersama Saudara Szabó untuk menyiarkan lektur di kota itu dan sekitarnya sebelum pulang ke kampung halamannya, Abara (sekarang Oborín, Slowakia). Kegiatan mereka membuahkan hasil, karena keluarga Saudara Szabó menerima kebenaran, dan belakangan lebih banyak orang di daerah tersebut berpihak pada kebenaran dan ikut serta dalam memberitakan kabar baik.

Ladang Hongaria di Amerika Utara

Andrásné Benedek, Károly Szabó, József Kiss, dan profesor dari Kanada hanyalah beberapa di antara banyak orang yang mengenal kebenaran di Amerika Utara dan pulang ke Hongaria untuk memberitakan kabar baik. Begitu banyaknya yang pulang ke kampung halaman mereka mencerminkan fakta bahwa ladang Hongaria di Amerika telah dikerjakan dengan baik.

Malahan, The Watch Tower edisi 15 Agustus 1909, mengingatkan saudara-saudara bahwa ada ”ribuan orang yang membaca bahasa Magyar di seluruh kota utama di Negara Bagian Timur dan Tengah” Amerika. Oleh karena itu, saudara-saudara dianjurkan untuk memesan dan menyiarkan secara cuma-cuma risalah edisi Hongaria berjudul Peoples Pulpit. Pada akhir tahun berikutnya, sekitar 38.000 eksemplar telah beredar di Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko. Lektur berbahasa Hongaria lainnya yang diterbitkan selama tahun-tahun berikutnya termasuk Studies in the Scriptures, Scenario of the Photo-Drama of Creation, The Watch Tower, The Golden Age, dan buku kecil Millions Now Living Will Never Die. Kemudian, Lembaga menggunakan acara siaran radio dalam bahasa Hongaria untuk menyebarkan kabar baik. Lima stasiun radio menayangkan 27 acara siaran berbahasa Hongaria pada tahun 1930.

Mengatasi Rintangan di Hongaria

Dalam suatu perjalanan untuk menyampaikan khotbah di Eropa pada tahun 1911, ketika Saudara Russell mengunjungi sedikitnya sepuluh negeri, ia berharap agar sewaktu mengunjungi Budapest, ia dapat menyampaikan khotbah berjudul ”Zionisme Dalam Nubuat”. Akan tetapi, seorang rabi Yahudi di New York, yang dengan sengit menentang pekerjaan yang sedang dilakukan oleh Saudara Russell, mempengaruhi rekan-rekannya di Austria-Hongaria untuk menggagalkan rencana pertemuan semacam itu.

Kemudian, Károly Szabó menulis kepada Saudara Russell, mengatakan, ”Pekerjaan di Hongaria jauh lebih sulit daripada di Amerika, karena teman-teman pada umumnya sangat miskin, dan pekerjaan harus dilakukan dalam skala yang lebih kecil. . . . Sekarang ini terdapat empat puluh dua kelas kecil di berbagai daerah . . . Pada tanggal sebelas dan dua belas Mei kami mengadakan kebaktian kecil, sekitar 100 orang yang hadir. . . .

”Para pastor dan pendeta dari berbagai denominasi telah berupaya menghentikan pekerjaan kami secara resmi. Kami diseret ke hadapan meja hijau. Sejauh ini, kami mampu membela haluan kami.”

Kebenaran Mencapai Ibu Kota

Sebelum Perang Dunia I, seorang penyapu jalan di Budapest menemukan salah satu risalah Siswa-Siswa Alkitab di antara sampah-sampah yang sedang diangkatnya. Risalah itu memuat alamat di Marosvásárhely. Ia memperlihatkan risalah itu kepada istrinya, dan istrinya membaca risalah itu dengan penuh keriangan dan minat. Segera setelah itu, ia menulis surat untuk meminta lebih banyak lektur. Lektur pun dikirim, dan kemudian ia dikunjungi secara pribadi.

Sebagai hasilnya, sebuah kelompok belajar yang kecil segera terbentuk, dan wanita ini, Ny. Horváth, merelakan rumahnya sebagai tempat berhimpun bagi kelompok ini. Lokasi ini, di Lapangan Tisza Kálmán (sekarang Lapangan Köztársaság), merupakan lokasi pertama yang digunakan oleh Siswa-Siswa Alkitab di Budapest sebagai tempat mereka berhimpun. Ketika Saudari Horváth meninggal pada tahun 1923, flatnya terus digunakan sebagai tempat perhimpunan oleh saudara-saudara, dan untuk sementara tempat itu digunakan sebagai kantor.

Kiss dan Szabó Dipenjara

Syukur untuk berkat Yehuwa atas semangat dari Saudara Kiss dan Saudara Szabó serta yang lain-lainnya, semasa pecah Perang Dunia I, terdapat kelompok belajar di berbagai kota di luar ibu kota—Hajdúböszörmény, Bagamér, dan Balmazújváros di Hongaria sebelah timur, dan Nagyvisnyó di Hongaria sebelah utara. Bukan hanya di Marosvásárhely terdapat kelompok belajar namun juga di Kolozsvár (Cluj), dan kedua kota ini sekarang terletak di Romania.

Para pemimpin agama merasa resah atas kegiatan yang bergairah dari Saudara Kiss dan Saudara Szabó dan menghasut pemerintah untuk mengambil tindakan melawan mereka. Keduanya ditahan dan dijatuhi hukuman lima tahun penjara. Akan tetapi, ketika terjadi revolusi pada tahun 1919, mereka dibebaskan, dan mereka langsung mulai menjalin kembali komunikasi antar sidang-sidang. Namun, ini menjadi semakin sulit sebagai akibat diberlakukannya Traktat Trianon pada tahun 1920, yang mengambil banyak daerah dari wilayah Hongaria dan menggabungkannya dengan negara-negara di sekitarnya.

Kegiatan Pascaperang Diorganisasi dari Cluj

Seusai perang dunia, semakin banyak orang yang telah mengenal kebenaran Alkitab di Amerika Serikat pulang ke Hongaria. Di antaranya terdapat József dan Bálint Soós, keduanya saudara sekandung, yang telah dibaptis pada tahun 1918. Setelah tiba di kampung halaman mereka pada tahun 1919, mereka langsung mulai menyebarkan kabar baik dengan bantuan publikasi Lembaga. Berkat Yehuwa atas upaya mereka sungguh nyata. Sebuah sidang dibentuk di Tiszaeszlár, dan kemudian sidang-sidang lainnya bermunculan di desa-desa sekitarnya.

Setahun setelah kedatangan Soós bersaudara di Hongaria, Lembaga mengutus Jacob B. Sima ke Romania. Beberapa hari setelah kedatangannya di Cluj, ia mengadakan rapat dengan Károly Szabó, dan kemudian dengan József Kiss, untuk mengorganisasi kembali pekerjaan di Hongaria dan Romania. Mereka mencari tempat yang cocok untuk dijadikan kantor. Pemberitaan kabar baik di Romania, Hongaria, Bulgaria, Yugoslavia, dan Albania berada di bawah pengawasan kantor ini.

Karena terbukti mustahil menemukan fasilitas yang memadai di Cluj untuk dijadikan kantor cabang, Lembaga membangun sebuah kantor dan percetakan di sana pada tahun 1924. Pada akhir tahun tersebut, The Watch Tower melaporkan, ”Bangunan percetakan milik Lembaga di Cluj pada tahun tersebut telah menghasilkan 226.075 jilid buku, dan 129.952 buku telah disiarkan. Selain itu, telah disiarkan The Watch Tower dan Golden Age sebanyak lebih dari 175.000 eksemplar dalam masing-masing dari kedua bahasa [Romania dan Hongaria].”

Para pengamat duniawi merasa kagum melihat apa yang sedang terjadi. Majalah Az Út (Jalan Ini) mengatakan, ”Saat ini [1924] tidak ada percetakan lain di Romania yang memiliki perlengkapan modern semacam itu. . . . Alangkah kerdilnya . . . kegiatan pendistribusian kami dibandingkan dengan [kegiatan Siswa-Siswa Alkitab].”

Pengasih, Pemberani, dan Dibenci

Akan tetapi, kemajuan dalam menyebarkan berita Kerajaan di Hongaria sendiri tidak menunggu sampai percetakan di Romania siap beroperasi. Pada tahun 1922, ada 160 orang yang berkumpul di Hongaria untuk memperingati kematian Tuan. Pada tahun yang sama tersebut, di bawah pengarahan Lembaga, pengaturan dibuat untuk mencetak 200.000 eksemplar resolusi Suatu Tantangan kepada Para Pemimpin Dunia, dan saudara-saudara secara resmi diberikan satu hari untuk menyiarkannya. Banyak pemuka masyarakat dan pejabat tinggi menerima terbitan ini melalui pos.

György Kiss adalah salah seorang yang memberikan teladan baik bagi saudara-saudara Hongarianya selama periode itu. Ia bertubuh besar, pengasih dan pemberani. Selama Perang Dunia I, ia divonis hukuman mati karena pendiriannya yang netral, namun belakangan hukumannya diubah menjadi hukuman penjara seumur hidup, dan setelah perang usai, ia dibebaskan. Ia menggunakan sisa hidupnya sebaik-baiknya, membantu mendirikan banyak sidang. Ia juga bertindak sebagai seorang musafir, pengkhotbah keliling bagi Siswa-Siswa Alkitab.

Karena kegiatannya yang tanpa gentar dan berhasil ini, Saudara Kiss dibenci terutama oleh para pemimpin agama serta oleh Kepolisian Negara. Meskipun ia berulang-kali ditangkap dan dianiaya, sangatlah sulit untuk menjatuhkan hukuman atasnya karena ia mengenal seluk-beluk hukum dan dapat dengan terampil membela diri terhadap tuduhan. Saudara-saudara mengimbaunya untuk lebih berhati-hati, namun ia terus menjelajahi negeri, mengunjungi sidang-sidang dan berupaya menguatkan orang-orang lain secara rohani. Ia adalah teladan yang baik, cocok dengan kata-kata rasul Paulus, ”lembut terhadap semua, cakap mengajar, . . . mengajar dengan lemah lembut mereka yang cenderung tidak setuju”.—2 Tim. 2:24, 25.

Pada tanggal 20 Juli 1931, saudara-saudara mengharapkan kedatangannya pada pemekaran sidang di Debrecen, dekat perbatasan Romania, namun ia tidak kunjung datang. Mereka menyimpulkan bahwa musuh-musuhnya telah menghabisinya dan bahwa ia telah ’pulang’ untuk menerima upah surgawinya.—Yoh. 14:2.

Lebih Banyak yang Datang dari Amerika Serikat

Sepanjang tahun 1920-an, orang-orang yang telah menjadi Siswa-Siswa Alkitab di Amerika Serikat semakin banyak yang pulang ke Hongaria disertai semangat menginjil. Di antaranya terdapat János Varga, yang mula-mula pergi ke Hajdúszoboszló di bagian timur Hongaria dan belakangan melayani sebagai seorang musafir, juga József Toldy, yang pergi ke Nagyvisnyó di Hongaria bagian utara dan dengan bergairah sibuk dalam pekerjaan penginjilan di sana.

János Dóber, yang mengenal kebenaran ketika ia menghadiri sebuah ceramah yang disampaikan oleh Saudara Russell pada tahun 1910, pergi ke Hongaria bagian barat dan mulai mengabar dengan gairah yang besar di Zalaudvarnok. Dalam jangka waktu yang sangat singkat, sebuah kelompok terbentuk, dan di bawah pimpinannya yang penuh gairah, kelompok ini mengabar di semua kota dan desa di sekitarnya. Akan tetapi, ia sering menghadapi tentangan keras, dan adakalanya ia ingin kembali ke Amerika. Namun istrinya mengajukan pertanyaan kepadanya, ”Sayang, mengapa kita pulang ke Hongaria? Bukankah untuk mengabar?” Dan János pun dapat menguasai dirinya lagi.

Tentangan dari Dalam dan dari Luar

Seraya pemberitaan kabar baik menjangkau lebih banyak daerah serta bertambah intensitasnya, tentangan pun semakin hebat. Pada tahun 1925, pemerintah mencabut izin pendistribusian lektur Lembaga. Agar terus dapat menyediakan makanan rohani bagi saudara-saudara, dirasa perlu untuk menerbitkan majalah Watch Tower di Cluj dengan judul yang diubah sewaktu-waktu, seperti Christian Pilgrim (Musafir Kristen) dan Gospel (Injil).

Kaum pendeta juga memperhebat aksi mereka terhadap saudara-saudara. Misalnya, Zoltán Nyisztor, seorang imam Katolik, menerbitkan sebuah buku kecil berjudul Millennialists or Bible Students (Milenialis Atau Siswa-Siswa Alkitab), yang menyatakan, ”Russellisme jauh lebih buruk dan lebih menjijikkan dibandingkan dengan Isme Bolshevik Merah, karena . . . Russellisme menganjurkan suatu anarki dengan berkedok agama; menyatakan bahwa revolusi, penganiayaan atas gereja, dan penghancuran atau pemusnahan kaum pendeta sebagai rencana Allah.”

Sering kali, gereja-gereja yang menjadi penganjur perlakuan brutal yang ditimpakan polisi atas saudara-saudara. Bukti kebrutalan itu dapat terlihat pada bilur-bilur di tubuh Károly Szabó ketika ia kembali ke Amerika Serikat.

Selain penganiayaan ini, ada pula kesulitan dari dalam yang ditimbulkan oleh Setan dan hantu-hantunya. Di Cluj, Jacob B. Sima mulai mengejar tujuan-tujuan yang mementingkan diri, kehilangan pandangan akan pentingnya pemberitaan kabar baik Kerajaan Allah dan ingin menarik perhatian kepada dirinya sendiri. Ini menyebabkan perpecahan yang hebat.

Tidak lama kemudian, kantor Lembaga Menara Pengawal di Magdeburg (Jerman) diberi pengarahan sehubungan pekerjaan di Hongaria, dan mereka meminta Lajos Szabó untuk pergi ke Budapest guna membantu pengorganisasian pekerjaan pengabaran dan penerjemahan The Watch Tower. Setelah itu, Watch Tower berbahasa Hongaria dicetak di Magdeburg dengan judul Majalah bagi Mereka yang Menaruh Kepercayaan akan Darah Kristus.

Bantuan Saudara-Saudara dari Jerman

Pada tahun 1931, Siswa-Siswa Alkitab sedunia menyadari bahwa berdasarkan apa yang dengan jelas dinyatakan dalam Firman Allah, sungguh amat pantas jika mereka dikenal sebagai Saksi-Saksi Yehuwa. (Yes. 43:10) Buku kecil The Kingdom, the Hope of the World dan Explanation, diterbitkan di Hongaria, membahas mengapa nama Saksi-Saksi Yehuwa diterima, dan selaras dengan nama itu, memusatkan perhatian pada Yehuwa dan maksud-tujuan-Nya sehubungan dengan Kerajaan-Nya.

Laporan 1933 Yearbook mengatakan, ”Sewaktu buku kecil Kingdom muncul, ini dijadikan kesempatan khusus untuk memberikan kesaksian besar-besaran ke ibu kota Hongaria. Pada waktu yang telah ditetapkan, 90 orang rekan dari Jerman pergi ke sana, dan dalam waktu lima hari, sekitar 125.000 buku kecil Kingdom dan 200.000 risalah disebarkan.”

Penyiaran buku kecil Kingdom merupakan salah satu dari banyak kesempatan bagi Saksi-Saksi dari Jerman untuk membantu saudara-saudara mereka di Hongaria. Ketika Hitler mulai berkuasa di Jerman dan mulai menganiaya Saksi-Saksi Yehuwa, banyak saudara-saudari harus meninggalkan Jerman, dan ada yang pindah ke Hongaria. Di antaranya terdapat Martin Poetzinger, yang telah berada di Bulgaria selama satu tahun dan yang, bertahun-tahun kemudian, menjadi anggota Badan Pimpinan, dan Gertrud Mende, yang menjadi istrinya.

Gerhard Zennig, yang juga adalah seorang Saksi berbahasa Jerman, bekerja bersama Saudara Szabó pada waktu itu. Meskipun Saudara Zennig tidak memiliki fisik yang kuat, ia secara brutal dianiaya, terutama oleh detektif polisi yang disebut Balázs. Heinrich Dwenger, yang diutus langsung dari kantor cabang di Jerman, juga dikenang dengan penuh kasih oleh saudara-saudara di Budapest. Dengan kelembutan, kebaikan, dan nasihat yang matang, ia merupakan bantuan besar bagi saudara-saudara di Hongaria. Para perintis dari Jerman memanggilnya ”bapak perintis” karena ia dengan penuh kasih mengurus mereka.

Selama periode ini, Fasisme mulai memiliki pengaruh yang kuat di Hongaria. Saudara-saudara dari Jerman diusir dengan paksa, dan saudara-saudara asal Hongaria menderita penganiayaan yang bertambah. Banyak dari antara mereka disiksa secara brutal oleh polisi dan kemudian dijatuhi hukuman penjara yang panjang.

Perhimpunan Diselenggarakan secara Hati-Hati

Pada akhir tahun 1930-an, perhimpunan kita dapat diadakan hanya bila dilakukan secara diam-diam dan dalam kelompok-kelompok kecil. Lektur yang tersedia biasanya terdiri dari hanya satu Watchtower per sidang, dan itu diedarkan di antara saudara-saudara.

Ferenc Nagy dari Tiszavasvári mengenang, ”Pelajaran Watchtower pada waktu itu tidak sama dengan yang ada sekarang. Setelah semua orang yang mereka harapkan datang, pintu-pintu ditutup. Kadang-kadang pembahasan satu artikel berlangsung sampai enam jam. Waktu itu saya berusia sekitar lima tahun, saudara laki-laki saya berusia setahun lebih muda dari saya, namun kami senang duduk di kursi kecil kami dan mendengarkan pelajaran yang panjang. Sungguh menyenangkan. Saya masih ingat sebagian dari drama-drama nubuat. Cara orang-tua membesarkan kami membuahkan hasil yang bagus.”

Etel Kecskemétiné, yang sekarang telah berusia delapan puluhan dan masih melayani dengan setia di Budapest, mengenang bahwa di Tiszakarád, saudara-saudara mengadakan perhimpunan di ladang-ladang mereka selama istirahat makan siang. Karena mereka bersama-sama mengerjakan ladang-ladang milik Saksi-Saksi secara bergantian, para pejabat tidak dapat mencegah perhimpunan semacam itu. Pada musim gugur dan musim dingin, saudari-saudari duduk bersama untuk memintal, dan saudara-saudara menyertai mereka. Meskipun menyelidiki kegiatan ini, para polisi tidak dapat menghentikan mereka. Jika tidak ada kesempatan untuk berhimpun semacam itu, mereka akan berkumpul di suatu tempat pada dini hari atau tengah malam.

Para Pemberita yang Banyak Akal

Sewaktu pengabaran dari rumah ke rumah dilarang, Saksi-Saksi menemukan cara lain untuk membagikan kebenaran Alkitab. Penggunaan fonograf portabel relatif masih baru pada waktu itu, dan tidak ada undang-undang yang melarang penggunaannya. Mengingat hal ini, saudara-saudara meminta izin penghuni rumah untuk memperdengarkan rekaman berita. Jika diizinkan, salah satu rekaman khotbah Saudara Rutherford diperdengarkan. Untuk melakukannya, saudara-saudara membuat rekaman fonograf dari khotbah Saudara Rutherford dalam bahasa Hongaria, dan mereka memanfaatkan fonograf portabel dan mesin rekaman yang dilengkapi pengeras suara yang besar.

Sehubungan dengan berita-berita Alkitab yang penuh kuasa tersebut, János Lakó, yang belakangan menikah dengan anak dari Saudari Kecskemétiné, mengenang, ”Saya mempunyai pengalaman yang menggembirakan ketika mendengarkan salah satu rekaman di Sátoraljaújhely. Salah satu kalimatnya terpatri dalam pikiran saya, ’Monarki, demokrasi, aristokrasi, Fasisme, Komunisme dan Nazi, serta semua upaya semacam itu untuk memerintah akan lenyap di Armagedon dan akan segera terlupakan.’ Kami terpesona mendengar penyajian kebenaran Alkitab yang penuh kuasa itu. Pada tahun 1945 khotbah tersebut, yang sangat berkesan bagi saya, sekarang terdengar seperti nubuat.”

Kesukaran Berlanjut

Penganiayaan berlanjut disertai kebrutalan yang bertambah. Setelah seorang imam Katolik mengunjungi kantor Lembaga di Budapest dan memperoleh segala informasi yang dapat dikoreknya, suatu kampanye fitnah mulai muncul di surat kabar. Ini disertai peringatan dari gereja, dan melalui radio. Di seluruh negeri, lektur disita, dan Saksi-Saksi dengan kejam dipukuli. Di Kisvárda, sejumlah Saksi dibawa ke balai kota. Satu per satu mereka dibawa ke ruangan yang terpisah dan dengan kejam dipukuli dan disiksa. Melaporkan hal ini, 1938 Year Book of Jehovah’s Witnesses mengajukan pertanyaan, ”’Paskah’, prosesi agung di hari Minggu. Apa yang mereka rayakan pada hari kebangkitan itu? Kebangkitan Inkwisisi Romawi?”

Sewaktu kaum pendeta tidak dapat membuat pejabat-pejabat tertentu menuruti kemauan mereka, mereka menggunakan cara-cara lain. Laporan 1939 Year Book menyatakan, ”Teman-teman kita sering kali diserang dan dianiaya oleh orang-orang yang nekad yang didesak untuk melakukannya dan sering kali dibayar untuk itu. Kami mendapati bahwa di beberapa tempat pendeta setempat telah menghadiahi masing-masing orang ini dengan 10 kilogram tembakau, karena telah menjatuhkan tuduhan palsu terhadap anak-anak Allah.”

Dilarang

Pada tahun 1938, András Bartha, yang telah lima tahun bekerja di kantor Lembaga di Magdeburg, Jerman, dan kemudian telah melayani di negeri yang ketika itu bernama Cekoslowakia, ternyata sudah berada di kawasan Hongaria setelah sebagian wilayah Cekoslowakia dan Carpatho-Ukraina dianeksasi oleh Hongaria. Saudara Bartha langsung ditugaskan untuk mengawasi pekerjaan Lembaga di Hongaria. Kegiatan Saksi-Saksi Yehuwa telah dibatasi di Jerman di bawah Negara Nazi. Perhimpunan mereka dilarang di Cekoslowakia. Kemudian, pada tanggal 13 Desember 1939, kegiatan mereka juga dilarang di Hongaria.

Pada tahun tersebut, dua kamp pengasingan didirikan di Hongaria, satu terletak 30 kilometer dari Budapest dan satu lagi terletak di kota Nagykanizsa, Hongaria bagian barat daya, 26 kilometer dari perbatasan Yugoslavia. Kamp-kamp ini segera penuh dengan orang-orang yang mereka anggap tidak dapat diandalkan—penjahat, Komunis, dan Saksi-Saksi Yehuwa, yang dituduh menjadi ancaman bagi masyarakat.

Pada waktu yang sama, seorang pengawas kepolisian pusat di Budapest mengorganisasi suatu satuan detektif untuk membongkar ”kepemimpinan” Saksi-Saksi Yehuwa dan untuk menganalisis fungsi organisasi ilegal ini serta hubungannya dengan luar negeri. Itu disusul dengan serangkaian penangkapan, penganiayaan secara fisik dan psikologis, serta pemenjaraan.

Apakah semua ini dapat menghentikan kegiatan Saksi-Saksi Yehuwa di Hongaria? Tidak, namun itu menuntut agar setiap penyiar mengindahkan nasihat Yesus agar ”berhati-hati seperti ular namun polos seperti merpati”. (Mat. 10:16) Laporan 1940 Yearbook memberi contoh tentang bagaimana seorang saudari perintis bersikap hati-hati. Ia mengenakan sehelai syal hitam pada kepalanya dan sebuah lagi di sekeliling bahunya. Setelah mengerjakan sebagian daerah, ia melihat salah seorang penghuni rumah mendatanginya bersama dua orang prajurit-polisi. Saudari ini bersembunyi di sebuah gang, menukar syal hitamnya dengan syal berwarna lain, dan berjalan dengan tenang ke arah kedua prajurit-polisi. Mereka bertanya kepada saudari ini apakah ia melihat wanita bersyal hitam, yang kemudian dijawab bahwa memang ia melihatnya, agaknya sedang terburu-buru, lari ke arah lain. Lalu prajurit-polisi dan mata-mata mereka berlari untuk menangkap wanita itu, sementara Saksi ini pulang dengan tenangnya.

Seorang saudari perintis yang setia kemudian mengenang bagaimana kalangan berwenang, di bawah tekanan kaum pendeta, menangkap dia. Selama beberapa waktu, ia berada di bawah pengawasan polisi dan wajib melapor kepada polisi dua kali sebulan. Tetapi begitu ia meninggalkan kantor polisi, ia akan mengendarai sepedanya dan pergi ke daerahnya untuk mengabar. Atas kegigihannya dalam memberikan kesaksian, mereka mengurungnya—mula-mula selama lima hari, kemudian selama sepuluh, lima belas, dan tiga puluh hari, dua kali selama empat puluh hari, kemudian selama enam puluh hari, dua kali selama seratus hari, dan akhirnya, selama delapan tahun. Apa alasannya? Karena mengajarkan Alkitab kepada masyarakat. Seperti rasul-rasul dari Yesus Kristus, ia menaati Allah sebagai penguasa sebaliknya daripada manusia.—Kis. 5:29.

Seraya Saudara Bartha semakin sibuk dengan pekerjaan penerjemahan, pada tahun 1940, Lembaga mempercayakan János Konrád, dulunya seorang hamba zona (pengawas wilayah), untuk mengarahkan pekerjaan di Hongaria.

Lebih Banyak yang Dijebloskan ke Kamp Pengasingan

Pada bulan Agustus 1940, bagian Transylvania (Romania) diambil alih oleh Hongaria. Pada tahun berikutnya, penganiayaan di daerah ini semakin gencar. Di Cluj, Transylvania, sebuah kamp pengasingan lain didirikan, dan ratusan saudara-saudari, tua dan muda, dijebloskan ke kamp ini. Belakangan, Saksi-Saksi di sana menderita banyak perlakuan brutal karena mereka tidak ingin menyangkal iman mereka dan kembali menganut bekas agama mereka. Ketika berita ini terdengar oleh Saksi-Saksi di luar kamp, saudara-saudara yang setia di seluruh negeri bersatu memanjatkan doa bagi kepentingan mereka. Tak lama kemudian, suatu penyelidikan resmi di kamp Cluj membongkar adanya korupsi, sehingga perwira komandan dan sebagian besar penjaga dipindahkan, dan ada yang bahkan dipenjarakan. Ini membawa sedikit kelegaan bagi saudara-saudara kita, dan untuk itu, mereka berterima kasih kepada Yehuwa.

Sementara itu, di Hongaria bagian barat daya, di sebuah kamp yang terletak di dekat Nagykanizsa, para suami-istri diasingkan bersama-sama, sedangkan anak-anak mereka diasuh oleh Saksi-Saksi yang tidak tertangkap. Di semua kamp ini, tekanan dikerahkan atas umat Yehuwa. Kepada mereka ditawarkan kebebasan jika mereka bersedia menandatangani dokumen penyangkalan iman mereka dan berjanji akan memutuskan segala hubungan dengan Saksi-Saksi Yehuwa dan kembali menganut agama mereka dulu yang diakui Negara.

Situasi Saksi-Saksi Yehuwa menjadi lebih genting lagi pada tanggal 27 Juni 1941, sewaktu Hongaria ikut serta dalam perang melawan Uni Soviet. Ini mengarah kepada banyak pemeriksaan pengadilan sehubungan dengan penolakan wajib militer.

Hamba Negeri Ditangkap

Satuan detektif yang menangani Saksi-Saksi Yehuwa menjadi semakin aktif, menggerebek rumah saudara-saudara. Saudara Konrád mendapat panggilan berulang-kali, rumahnya digerebek, dan ia diharuskan menghadap ke departemen kepolisian pusat dua kali seminggu.

Pada bulan November 1941, ia mengumpulkan seluruh hamba zona (pengawas wilayah) dan memberi tahu mereka bahwa ia yakin tak lama lagi akan ditangkap, jadi ia menyatakan bahwa József Klinyecz, salah seorang hamba zona, akan mengawasi pekerjaan seandainya ia ditangkap.

Tepat bulan berikutnya, pada tanggal 15 Desember, Saudara Konrád ditangkap. Selama beberapa hari ia diperlakukan secara brutal dengan cara yang tak terkatakan kejamnya sebagai upaya untuk memaksanya memberitahukan nama dari para hamba zona dan perintis, namun para penyiksanya tidak berhasil. Kemudian, ia diserahkan kepada jaksa distrik. Setelah semua itu, ia dijatuhi hukuman penjara selama dua bulan saja. Tetapi pada akhir masa hukumannya, ia tidak dibebaskan. Malahan, ia dipindahkan ke kamp konsentrasi di Kistarcsa atas tuduhan bahwa ia menjadi ancaman bagi masyarakat.

Dua Hamba Negeri

Sementara itu, pada tahun 1942, Kantor Eropa Tengah di Swiss secara resmi menugaskan Dénes Faluvégi untuk mengawasi pekerjaan di Hongaria. Saudara Faluvégi, yang walaupun berwatak lembut dan berpembawaan lentuk, sanggup menggugah orang-orang melalui kegairahannya sendiri akan kebenaran. Ia dulunya seorang guru sekolah di Transylvania dan cukup berperan dalam pengorganisasian pekerjaan di Romania setelah Perang Dunia I.

Akan tetapi, Saudara Klinyecz, hamba zona yang kepadanya Saudara Konrád mempercayakan tanggung jawab sementara atas pekerjaan seandainya ia ditangkap, merasa tidak senang sewaktu penugasan diberikan kepada Saudara Faluvégi. Ia menganggap Saudara Faluvégi tidak sanggup menangani tugas yang sulit.

Saudara Klinyecz adalah saudara yang selalu bergairah dan tabah, lebih berwatak teguh daripada lembut. Ia bergairah dalam dinas pengabaran dan dikenal baik serta dikasihi oleh saudara-saudara di seluruh negeri. Saudara-saudara akhirnya terbagi menjadi dua kelompok—satu pihak mengakui pelantikan Lembaga atas Saudara Faluvégi, pihak lain mendukung pendapat Saudara Klinyecz bahwa tanggung jawab pengawasan perlu ditangani oleh orang yang teguh pada masa sulit seperti itu.

Beberapa sidang secara simultan dikunjungi oleh dua hamba zona—salah satu diutus oleh Saudara Faluvégi, yang lain oleh Saudara Klinyecz. Sungguh disayangkan, pada situasi seperti itu, bukannya menganjurkan saudara-saudara, kedua hamba zona malahan bertengkar. Dapat dimengerti, ini menyedihkan saudara-saudara yang setia.

Kandang Kuda Pacuan di Alag

Pada bulan Agustus 1942, kalangan berwenang memutuskan untuk menghabisi Saksi-Saksi Yehuwa di Hongaria. Untuk itu, mereka mempersiapkan sepuluh lokasi pengumpulan tempat Saksi-Saksi, pria dan wanita, tua dan muda, dapat dikumpulkan. Bahkan orang-orang yang belum dibaptis namun telah berhubungan dengan Saksi-Saksi Yehuwa dibawa ke tempat-tempat ini.

Saksi-Saksi dari Budapest dan daerah sekitarnya dibawa ke sebuah kandang kuda pacuan di Alag. Di kedua belah sisi kandang, di sepanjang dinding luar, dibentangkan jerami sebagai alas tidur saudara-saudari pada malam hari. Jika ada yang sekadar ingin memutar badan di malam hari, ia harus meminta izin resmi dari penjaga. Pada siang hari, mereka dipaksa duduk berjajar di kursi kayu panjang menghadap dinding sementara para penjaga berjalan mondar-mandir di kandang itu dengan bayonet yang teracung. Tidak seorang pun diperbolehkan berbicara.

Di sebelah kandang itu, terdapat sebuah ruangan yang lebih kecil tempat para detektif, yang dipimpin oleh István dan Antal Juhász, yang bersaudara kandung, melakukan ”interogasi”. Mereka menyiksa saudara-saudara dengan menggunakan metode yang beberapa di antaranya terlalu keji untuk disebutkan.

Saudari-saudari juga tidak luput. Kaus kaki seorang saudari disumpal ke dalam mulutnya untuk meredam suara tangisannya. Kemudian ia dipaksa untuk tengkurap di tanah sementara seorang detektif duduk di atas tubuhnya dan mengangkat kakinya sementara detektif yang lain memukuli telapak kakinya tanpa belas kasihan. Suara pukulan dan tangisannya dapat terdengar jelas di ruangan tempat saudara-saudara berada.

”Pengadilan” di Alag

”Interogasi” berakhir pada akhir bulan November. Pada bulan itu, sebuah ruang sidang dirancang di sebuah ruang dansa pada sebuah restoran di Alag, tempat anak buah dari mahkamah yang dipimpin Heinrich Werth menangani kasus dari ke-64 Saksi-Saksi Yehuwa. Ketika memasuki ruang sidang, mereka melihat lektur, Alkitab, mesin ketik, gramofon, dan rekaman yang telah disita selama penggerebekan rumah-rumah.

Kasusnya dibuka tanpa satu pun dari ke-64 terdakwa diperiksa oleh jaksa militer atau bahkan mendapat kesempatan berbicara dengan penasihat hukum yang ditugaskan mahkamah untuk membela mereka. Pemeriksaan terhadap semua terdakwa hanya berlangsung selama beberapa jam, dan Saksi-Saksi tidak diberi cukup kesempatan untuk membela diri. Seorang saudari ditanya apakah ia siap untuk angkat senjata. Ia menjawab, ”Saya seorang wanita, dan sebagai wanita saya tidak diharuskan angkat senjata.” Mendengar jawabannya, ia ditanya lagi, ”Apakah Anda siap mengangkat senjata seandainya Anda seorang pria?” Jawabnya, ”Saya akan menjawab pertanyaan itu saat saya menjadi seorang pria!”

Kemudian keputusan pun diumumkan. Saudara Bartha, Saudara Faluvégi, dan Saudara Konrád akan dihukum gantung. Yang lain-lain mendapat hukuman penjara seumur hidup, dan selebihnya mendapat hukuman kurungan antara dua hingga lima belas tahun. Pada sore itu juga mereka dibawa ke penjara militer di Margit Boulevard di Budapest. Ketiga saudara yang dijatuhi hukuman mati menurut rencana akan dieksekusi secepatnya, namun tepat satu bulan setelah mereka masuk penjara, penasihat hukum mereka datang dan memberi tahu mereka bahwa mereka tidak jadi dihukum mati, melainkan diubah menjadi hukuman penjara seumur hidup.

Di sembilan lokasi pengumpulan lain, pemeriksaan dilakukan serupa dengan cara yang digunakan di kandang di Alag. Saudara-saudara yang dinyatakan bersalah kemudian dipindahkan ke penjara di Vác, di sebelah utara negeri itu.

Para Biarawati sebagai Penjaga Penjara

Saudari-saudari umumnya dikurung di penjara intelijen di Budapest di Conti Street. Yang dijatuhi hukuman hingga lebih dari tiga tahun dipindahkan ke penjara wanita di Márianosztra (Maria Kita), suatu desa dekat perbatasan Slowakia, tempat mereka dijaga oleh para biarawati yang memperlakukan saudari-saudari kita dengan cara yang amat mengerikan. Saksi-Saksi yang sebelumnya berada di penjara lain juga dibawa ke sana.

Barang siapa yang tidak bersedia mematuhi peraturan penjara yang ditetapkan oleh para biarawati akan dijebloskan ke dalam penjara bawah tanah. Di antara peraturan ini terdapat kewajiban untuk hadir di gereja dan memberikan pernyataan hormat Katolik, ”Terpujilah Yesus Kristus”. Jika para tahanan diberi sesuatu, pernyataan terima kasihnya harus seperti ini, ”Semoga Allah mengupahi Anda atas perlakuan ini”.

Tentu saja, saudari-saudari kita yang setia tidak tunduk kepada peraturan ini. Setiap kali mereka menolak pergi ke gereja, mereka dijebloskan ke penjara bawah tanah selama 24 jam; pada kesempatan semacam inilah saudari-saudari kita mengatakan, ”Semoga Allah mengupahi Anda atas perlakuan ini.” Saksi-Saksi pun tidak diberikan semua hak istimewa yang sudah sewajarnya, seperti menerima bingkisan, surat-menyurat dengan sanak keluarga, dan menerima tamu. Hanya segelintir yang berkompromi untuk menghindari penderitaan lebih jauh. Akan tetapi, setelah beberapa waktu, bagi mereka yang setia, perlakuan yang kejam mulai berkurang.

Kamp Konsentrasi di Bor

Pada musim panas tahun 1943, saudara-saudara yang berusia di bawah 49 tahun dari semua penjara di negeri itu dikumpulkan di salah satu kota propinsi dan diperintahkan untuk mengikuti dinas militer. Saudara-saudara yang setia, sekalipun mereka lagi-lagi diperlakukan secara brutal, tetap teguh dan menolak, serta tidak mau mengenakan pakaian militer yang diberikan. Akan tetapi, sembilan orang dari kelompok itu mengucapkan sumpah militer dan menerima seragam. Namun tindakan kompromi itu sama sekali tidak membuat mereka merasa lega. Semuanya ke-160 orang yang dikumpulkan di sana, termasuk kesembilan pembelot itu, dipindahkan ke kamp konsentrasi di Bor (Serbia). Dua tahun kemudian, salah satu dari pembelot itu, dengan senapan di tangannya, mendadak pucat dan gemetar sewaktu mendapati diri bertugas pada satuan untuk mengeksekusi, antara lain, adik kandungnya sendiri, seorang Saksi yang setia.

Dalam perjalanan menuju kamp dan di dalam kamp, saudara-saudara mengalami perlakuan kejam. Namun komandan kamp pada dasarnya tidak memaksa saudara-saudara melakukan pekerjaan yang bertentangan dengan hati nurani mereka. Pada satu peristiwa, sewaktu beberapa tentara menggunakan penyiksaan dalam upaya memaksa Saksi-Saksi melanggar hati nurani mereka, sang komandan bahkan meminta maaf.

Károly Áfra, seorang saudara yang sekarang berusia tujuh puluhan dan masih melayani Yehuwa dengan setia, menuturkan, ”Ada beberapa upaya untuk mematahkan iman kami, namun kami tetap teguh. Pada suatu peristiwa kami disuruh membuat tempat penyimpanan senjata dari bahan beton. Dua saudara dipilih untuk melakukan pekerjaan itu. Mereka menolak dan mengatakan bahwa mereka dipenjarakan karena tidak mau melakukan hal-hal yang berkaitan dengan perang. Perwira memberi tahu mereka bahwa jika mereka menolak, mereka akan dieksekusi. Salah seorang saudara diseret oleh seorang tentara ke sisi lain dari gunung itu, dan suara tembakan pun terdengar. Sang perwira berpaling kepada saudara yang satunya, ’Sekarang saudaramu sudah mati, tetapi kamu dapat mempertimbangkan lagi keputusanmu.’

”Jawaban saudara itu adalah, ’Jika saudara saya bersedia mati karena imannya, mengapa saya tidak?’ Perwira itu memerintahkan tentara lainnya untuk membawa kembali saudara yang ’ditembak’ itu dan, sambil menepuk punggung saudara yang satunya, ia berkata, ’Orang-orang pemberani seperti kalian pantas dibiarkan hidup,’ dan ia membebaskan mereka.”

Saudara-saudara tahu bahwa alasan mereka dibiarkan hidup adalah untuk melayani sebagai Saksi-Saksi Yehuwa. Ada ribuan tahanan lain dalam kamp di Bor, dan kepada banyak dari antara mereka Saksi-Saksi memberikan kesaksian panjang lebar tentang Yehuwa dan Kerajaan-Nya. Di seluruh negeri selama tahun-tahun sulit demikian, Saksi-Saksi Yehuwa—tidak soal di penjara, di kamp konsentrasi, atau di mana saja—memanfaatkan sebaik-baiknya kesempatan untuk memberi kesaksian. Mereka menjumpai orang-orang yang mempunyai kecenderungan hati yang baik di mana-mana, bahkan di antara para pejabat paling penting, yang kagum akan ketekunan yang penuh ketabahan dari Saksi-Saksi. Beberapa perwira bahkan menganjurkan mereka, ”Semoga kalian terus bertekun dalam iman.”

Saksi-Saksi telah berada di Bor di bawah keadaan yang berbahaya dan penuh cobaan selama 11 bulan sewaktu terdengar gosip bahwa para gerilyawan berniat menyerang perkampungan itu. Keputusan pun diambil untuk mengevakuasi kamp. Sewaktu Saksi-Saksi mengetahui, dua hari sebelum keberangkatan yang direncanakan, bahwa mereka harus menempuh perjalanan dengan berjalan kaki, mereka langsung mulai membuat gerobak-gerobak beroda empat dan beroda dua. Pada saat keberangkatan, mereka telah memiliki begitu banyak gerobak sampai-sampai para perwira, tentara, dan para tahanan lain datang melihat dengan kagum akan apa yang telah dikerjakan oleh Saksi-Saksi Yehuwa.

Sebelum digiring ke jalan (bersama 3.000 tahanan asal Yahudi), masing-masing saudara diberi setengah kilogram lebih roti dan lima kaleng ikan, yang nyaris tidak cukup untuk menempuh perjalanan. Namun Yehuwa menyediakan apa yang tidak disediakan para perwira. Bagaimana caranya? Melalui para penduduk asal Serbia dan Hongaria di daerah yang mereka lewati. Mereka dengan senang hati membagi roti yang dapat mereka berikan. Saudara-saudara mengumpulkan roti ini jadi satu, dan sewaktu istirahat mereka membagi-baginya secara adil sehingga masing-masing mendapat sepotong, meskipun itu hanya potongan-potongan kecil. Meskipun ratusan tahanan diserahkan kepada tentara Jerman untuk dieksekusi dalam perjalanan, tangan perlindungan Yehuwa menaungi Saksi-Saksi-Nya.

Integritas Diuji Kembali

Mendekati akhir tahun 1944, ketika pasukan Soviet semakin mendekat, Saksi-Saksi diperintahkan untuk maju melewati perbatasan Hongaria-Austria. Sewaktu mengetahui bahwa semua pria yang sehat berada di medan perang, Saksi-Saksi membantu para wanita di daerah itu untuk melakukan pekerjaan berat di ladang mereka. Di tempat mereka diberi tumpangan, saudara-saudara memanfaatkan kesempatan untuk memberikan kesaksian.

Pada bulan Januari 1945, komandan memberi tahu Saksi-Saksi bahwa semua pria yang sanggup bekerja harus melapor ke balai kota di Jánosháza. Di sana, seorang perwira Jerman membawa mereka ke luar kampung untuk menggali parit. Ketika enam orang pertama yang dipilih menolak, sang perwira langsung mengeluarkan perintah, ”Tembak mati mereka!” Keenam saudara disuruh berbaris, para tentara Hongaria berdiri dengan senapan mereka siap menembak bila ada perintah, dan ke-76 saudara lainnya menyaksikan itu. Diam-diam salah seorang tentara Hongaria mendesak saudara-saudara yang sedang menyaksikan, ”Cepat buang perkakas kalian, kalau tidak teman-teman kalian akan ditembak.” Mereka langsung mengikuti saran itu. Perwira Jerman itu menjadi begitu bingung sampai-sampai pada mulanya ia hanya memandangi mereka dengan perasaan tak percaya. Lalu ia bertanya, ”Jadi mereka juga tidak mau bekerja?” Saudara Bartha menjawab dalam bahasa Jerman, ”Bukan begitu, kami mau bekerja, tetapi kami tidak bisa melakukan tugas yang bertentangan dengan iman kami. Sersan di sini dapat membuktikan bahwa kami telah melakukan segala sesuatu dengan sangat sungguh-sungguh dan efisien, dan masih demikian, tetapi pekerjaan ini yang Anda perintahkan kepada kami, kami tidak akan melakukannya.”

Salah seorang dari saudara-saudara tersebut kini mengenang, ”Perwira itu kemudian memerintahkan agar kami semua ditahan, yang sebenarnya menggelikan karena kami semua pada waktu itu memang tahanan.”

Para Pemelihara Integritas Lainnya

Seperti saudara-saudara yang disebutkan di atas, ratusan saudara-saudari lainnya di seluruh negeri berjuang dalam perjuangan yang sama demi iman mereka di banyak kamp konsentrasi dan penjara lainnya.

Pada musim semi tahun 1944, sewaktu banyak orang Yahudi dipindahkan dari kamp pengasingan di Nagykanizsa ke kamp-kamp di Jerman, terdapat dua orang Saksi-Saksi Yehuwa di antara mereka, Éva Bász dan Olga Slézinger, keduanya peranakan Yahudi, berusia masing-masing 20 dan 45 tahun. Keduanya adalah penyembah Allah Yehuwa yang bergairah dan berhati murni. Saudari Bász adalah seorang gadis yang sangat mudah sakit, tetapi ia telah melayani sebagai perintis sebelum ia ditahan. Ia sedang dalam dinas pengabaran di Dunavecse ketika polisi menangkapnya dan membawanya ke balai kota.

Di bawah hasutan kepala desa, ia menderita perlakuan yang keji. Saudari Bász mengenang, ”Kepala saya dicukur licin; saya harus berdiri tanpa busana di hadapan sepuluh hingga dua belas polisi. Lalu mereka mulai menginterogasi dan ingin mengetahui siapa pemimpin kami di Hongaria. Saya jelaskan bahwa kami tidak punya pemimpin selain Yesus Kristus.” Mereka menanggapi dengan pemukulan secara kejam menggunakan tongkat mereka. Namun Saudari Bász bertekad untuk tidak mengkhianati saudara-saudara Kristennya.

Kemudian, ia mengenang, ”Binatang-binatang buas itu mengikat tangan dan kaki saya jadi satu di atas kepala, dan mereka semua mempermalukan saya dengan memperkosa saya, kecuali salah seorang polisi. Mereka mengikat saya kuat-kuat sehingga masih meninggalkan bekas pada pergelangan tangan saya ketika saya tiba di Swedia tiga tahun kemudian. Saya dianiaya habis-habisan sehingga mereka menyembunyikan saya di ruang bawah tanah selama dua minggu, sampai luka-luka yang paling parah telah sembuh. Mereka tidak berani memperlihatkan keadaan saya kepada orang lain.” Saudari Bász dikirim ke kamp Nagykanizsa dan dari sana, bersama dengan Saudari Slézinger, dikirim ke Auschwitz.

Ia melanjutkan, ”Saya merasa aman ketika berada bersama Olga; ia bisa bersikap humor dalam situasi yang penuh cobaan. Dokter Mengele mendapat tugas untuk memisahkan pendatang baru yang tidak cukup sehat untuk bekerja bersama yang sehat. Yang sakit-sakitan dikirim ke kamar gas. Ketika tiba giliran kami, ia bertanya kepada Olga, ’Berapa usiamu?’ Dengan berani dan dengan kedipan jenaka di matanya, ia menjawab, ’Dua puluh.’ Padahal, usianya dua kali dari itu. Namun Mengele tertawa dan menempatkannya di sisi kanannya dan membiarkannya hidup.”

Kemudian, mereka dibawa ke kamp konsentrasi di Bergen-Belsen. Bintang kuning yang mengidentifikasi mereka sebagai orang Yahudi dijahitkan pada pakaian mereka, namun mereka memprotes, menyatakan bahwa mereka adalah Saksi-Saksi Yehuwa. Mereka mencopot bintang kuning itu dan meminta agar tanda segitiga ungu dijahitkan untuk mengidentifikasikan mereka sebagai Saksi-Saksi Yehuwa. Meskipun dipukuli habis-habisan untuk hal ini, mereka menjawab, ”Silakan perlakukan kami sesuka kalian, asalkan kami dapat terus menjadi Saksi-Saksi Yehuwa.”

Kira-kira pada waktu tersebut penyakit tifus berjangkit di kamp. Saudari Slézinger sakit parah sehingga ia dipindahkan dari kamp bersama dengan banyak tahanan lain dan tidak pernah terlihat lagi. Tak lama kemudian, kawasan itu dibebaskan oleh pasukan Inggris. Saudari Bász dibawa ke rumah sakit, setelah ia pindah ke Swedia, tempat ia langsung dihubungi oleh saudara-saudara.

Banyak saudara yang dipenjarakan di Hongaria kemudian dideportasi ke Jerman. Kebanyakan dari mereka kembali setelah perang, tetapi tidak semua. Dénes Faluvégi adalah salah seorang yang meninggal sewaktu dipindahkan dari kamp konsentrasi di Buchenwald ke kamp di Dachau. Ia telah melayani Yehuwa dengan setia selama lebih dari 30 tahun.

Saksi-Saksi yang Setia sampai Mati

Sewaktu kamp Nagykanizsa dibubarkan pada musim gugur tahun 1944, Saksi-Saksi yang belum dideportasi ke Jerman dibebaskan. Akan tetapi, mengingat situasi medan pertempuran tidak memungkinkan mereka pulang, mereka memutuskan untuk mencari pekerjaan di ladang-ladang di sekitar situ sampai situasi membaik. Kemudian, pada tanggal 15 Oktober 1944, Nyilaskeresztes Párt (partai Salib Panah), yang didukung oleh partai Nazi Jerman, merebut tampuk kekuasaan dan langsung mulai memanggil para pemuda untuk dinas militer.

Tak lama kemudian, saudara-saudara kembali ditahan karena kenetralan mereka. Lima dari antara saudara-saudara muda yang ditahan dibawa ke Körmend, sekitar sepuluh kilometer dari perbatasan Austria, tempat suatu mahkamah militer sedang dilangsungkan di gedung sekolah setempat. Yang pertama diadili adalah Bertalan Szabó, yang mendapat vonis hukuman mati di hadapan regu tembak. Menjelang eksekusi, ia menulis surat perpisahan yang menggugah hati, yang dapat saudara baca dalam buku Saksi-Saksi Yehuwa—Pemberita Kerajaan Allah, halaman 662. Setelah itu, dua orang saudara lainnya, János Zsondor dan Antal Hönis, diseret ke hadapan pengadilan. Mereka juga tetap teguh, dan mereka juga dieksekusi.

Sándor Helmeczi dipenjarakan di tempat yang sama. Ia mengenang, ”Pada jam tertentu pada hari itu, kami diizinkan menggunakan toilet di halaman pengadilan. Mereka sengaja mengatur jadwal itu sehingga kami dapat melihat apa yang terjadi. Yang sebenarnya ingin mereka katakan adalah, ’Sekarang kamu tahu apa yang juga akan terjadi padamu.’ Itu adalah saat yang sangat menyedihkan bagi kami—untuk melihat saudara-saudara yang kami kasihi tewas tak berdaya. Kemudian kami digiring kembali ke sel.

”Sepuluh menit kemudian kami disuruh keluar, dan kami diperintahkan untuk membersihkan darah saudara-saudara kami. Dengan demikian, kami melihat mereka dari dekat. Wajah János Zsondor tetap normal. Wajahnya yang lembut, murah senyum, dan bersahabat sama sekali tidak menyiratkan rasa takut.”

Pada waktu yang sama, saudara lainnya, Lajos Deli yang berusia 20 tahun, digantung di hadapan umum di alun-alun pasar di Sárvár, sekitar 40 kilometer dari perbatasan Austria. Pada tahun 1954, seorang mantan perwira, seorang saksi mata, mengenang kembali apa yang terjadi pada hari itu:

”Ada banyak dari antara kami, penduduk sipil maupun anggota militer, yang pergi ke arah barat. Ketika melewati Sárvár, kami melihat tiang-tiang gantungan didirikan di alun-alun pasar. Ada seorang anak lelaki dengan wajah yang sangat tampan dan tenang berdiri di bawah tiang gantungan. Ketika saya bertanya kepada salah seorang yang menonton tentang apa yang sedang terjadi, saya diberi tahu bahwa pemuda ini telah menolak untuk angkat senjata atau pacul. Ada beberapa orang yang direkrut partai Salib Panah di sana, membawa senapan mesin. Semua orang mendengar sewaktu salah seorang dari mereka berkata kepada pemuda ini, ’Inilah kesempatanmu yang terakhir, ambil senapan mesin ini atau kami akan menggantungmu!’ Pemuda itu tidak memberikan tanggapan; sedikit pun ia tidak terpengaruh. Kemudian dengan suara tegas ia mengatakan, ’Silakan gantung saya, tetapi saya memilih untuk taat kepada Allah saya, Yehuwa, dan bukan kepada manusia belaka.’ Kemudian ia pun digantung.”

Menurut laporan 1946 Yearbook, 16 Saksi-Saksi dibunuh antara tahun 1940 dan 1945 karena penolakan dinas militer atas dorongan hati nurani mereka; 26 lagi tewas karena perlakuan keji. Seperti Tuan mereka, mereka mengalahkan dunia karena iman mereka.

Awal yang Baru Setelah Perang

Sebagian besar dari saudara-saudara baru bisa pulang pada enam bulan pertama tahun 1945. Mereka tidak pernah berhenti memberi kesaksian tentang kebenaran, sekalipun sejak tahun 1942 mereka tidak dapat menjalankan fungsi secara terorganisasi. Akan tetapi, menjelang akhir tahun 1945, terdapat 590 orang yang kembali melaporkan. Pada tahun berikutnya, jumlahnya meningkat menjadi 837 orang, lebih banyak dibandingkan dengan waktu mana pun sebelum masa perang.

Ketidakstabilan ekonomi yang ekstrem setelah perang mendatangkan beban berat atas setiap orang. Harga kadang-kadang naik dua kali lipat dalam satu jam saja. Dipandang perlu untuk menetapkan harga berdasarkan bahan pangan dan sebagai standar adalah harga telur. Oleh karena itu, ketika saudara-saudara memberikan sumbangan kepada kantor Lembaga untuk mendapatkan lektur, mereka melakukannya dengan membawa bahan pangan ke kantor—telur, minyak goreng, tepung, dan sebagainya. Kemudian, bahan-bahan ini harus disimpan dan dijual. Kuitansi pembelian kertas dan percetakan sering kali dibayar dengan makanan. Keadaan mulai membaik sejak tanggal 20 Agustus 1946, saat diperkenalkan mata uang yang baru. Akan tetapi, yang jauh lebih menganjurkan adalah berkardus-kardus pakaian dan sejumlah besar bahan pangan yang dikirimkan sebagai pemberian dari saudara-saudara Kristen kita di negeri-negeri lain.

Tak lama kemudian, keadaan memungkinkan untuk mengadakan perhimpunan besar secara terbuka di Hongaria. Pada tahun 1945, sebuah khotbah umum yang disampaikan di Sárospatak dihadiri lebih dari 500 orang. Saudara-saudara merasa sangat bersukacita. Pada bulan Oktober 1946, suatu kebaktian nasional yang lain diselenggarakan di Nyíregyháza yang dihadiri oleh 600 orang. Pada tahun 1947, kebaktian nasional lainnya diselenggarakan—kali ini di ibu kota, Budapest. Jawatan kereta api Hongaria bahkan memberi korting sebesar 50 persen kepada mereka yang menghadiri kebaktian dengan kereta api khusus, bertuliskan ”Kebaktian Saksi-Saksi Yehuwa”. Kali ini, jumlah hadirin mencapai 1.200 orang. Pada tahun itu juga, sebuah vila dibeli di Budapest untuk digunakan sebagai kantor cabang Lembaga Menara Pengawal.

Penyesalan yang Dalam dari József Klinyecz

Sekarang, tiba waktunya untuk kembali menceritakan tentang József Klinyecz, yang, sekalipun bergairah bagi dinas pengabaran, telah menyebabkan perpecahan yang serius di kalangan saudara-saudara pada tahun 1942 karena sikapnya yang tidak lentuk. Setelah perang, ia mengirim surat setebal delapan halaman ke kantor pusat Lembaga di Brooklyn, menyatakan tuduhan melawan Saudara Konrád dan Saudara Bartha. Dalam jawabannya, Saudara Knorr, yang pada waktu itu adalah presiden Lembaga Menara Pengawal, menjelaskan kepada Klinyecz bahwa pemberitaan kabar baik Kerajaan sedang berkembang kembali di Hongaria dan bahwa ia sebaiknya ambil bagian di dalamnya daripada menggunakan waktunya untuk menulis tuduhan terhadap saudara-saudara. ”Siapakah Saudara sehingga menghakimi hamba orang lain?” tanya Saudara Knorr, mengutip Roma 14:4.

Setelah memikirkan apa yang telah dibacanya, József Klinyecz menghampiri Saudara Konrád dan mengatakan, ”Saya telah menerima surat dari Saudara Knorr, dan setelah membacanya, saya sangat tersentuh. Saya telah memeriksa haluan tindakan saya selama ini dan mempertimbangkan kembali seluruh kehidupan saya. Saya telah meminta pengampunan Yehuwa dalam doa, dan sekarang saya juga menghampiri Saudara untuk meminta Saudara mengampuni saya jika Saudara berkenan!” Saudara Konrád dengan penuh kasih menjawab, ”Jika Yehuwa telah mengampuni Saudara, siapakah kami ini sehingga tidak mau mengampuni Saudara?”

Setelah itu, Saudara Klinyecz mulai menangis. Ia mengakui bahwa hatinya telah mengeras sampai-sampai, sebelum ini, jika salah seorang dari saudara-saudara datang kepadanya seperti yang ia lakukan sekarang, ia pasti akan mengusir saudara itu dari rumahnya. Alangkah berbeda dan alangkah menyegarkan sambutan yang diterimanya! Segera setelah itu, Saudara Klinyecz terjun kembali dalam dinas pengabaran, dan belakangan ia memasuki dinas perintis. Sungguh baik hati dan berbelaskasihan cara Yehuwa berurusan dengan orang-orang yang dengan bertobat kembali kepada-Nya dan menempuh jalan-jalan-Nya!—Yes. 55:6, 7.

Perubahan Suasana Politik

Pada tahun 1948, Partai Komunis secara bertahap mengambil alih tampuk kekuasaan di Hongaria. Pada tahun tersebut, Saksi-Saksi masih dapat menyelenggarakan kebaktian wilayah, namun sering kali di bawah keadaan-keadaan sulit. Perhatikan apa yang terjadi sehubungan dengan kebaktian yang diselenggarakan di teater Sátoraljaújhely.

Saudara-saudara merencanakan untuk menyiarkan acara bukan hanya di auditorium tetapi juga di alun-alun di bagian depan gedung. Sewaktu sedang mengetes pengeras suara di luar gedung, mereka mempromosikan khotbah umum. Saudara-saudara yang bertanggung jawab mengorganisasi kebaktian langsung dipanggil menghadap di kamar tamu perwira polisi. János Lakó menjelaskan kepada mereka, ”Kami akan mengadakan kebaktian wilayah, oleh karena itu kami mengumumkan khotbah umum. Kami telah memberikan informasi kepada kalian mengenai hal ini di kantor polisi.” Polisi pun menjawab, ”Tetapi pada waktu itu Anda tidak menyebut-nyebut tentang pengeras suara. Bongkar sekarang juga!”

Ketika Saudara Lakó melaporkan hal ini kepada saudara-saudara lain tentang apa yang dikatakan kepadanya dan di bawah keadaan apa, mereka menyarankan, ”Karena Saudara yang dilarang, Saudara tidak usah berbuat apa-apa. Tetapi kami dapat mencoba berbuat sesuatu. Salah seorang polisi bisa saja melarangnya, tetapi siapa tahu yang lainnya akan mengizinkan kami.”

Setelah itu, mereka menulis surat permohonan berikut dalam rangkap dua sehubungan dengan penggunaan pengeras suara di luar gedung dan menyerahkannya ke kantor polisi. Perwira yang sedang bertugas berupaya menghubungi atasannya melalui telepon, namun tidak berhasil. Saudara-saudara mengusulkan agar ia mengarsipkan permohonan serta mengecap salinannya. Dan itulah yang ia lakukan.

Sebagaimana yang diduga, polisi muncul selama khotbah umum dan memerintahkan saudara-saudara untuk mencabut sambungan kabel pengeras suara.

”Mengapa, bukankah kami sudah mendapat izin?”

”Mana buktinya?” tanya polisi.

”Ada pada pengurus kebaktian.”

”Suruh dia kemari.”

Ia pun ditemukan, dan ia memperlihatkan surat izin kepada polisi. Mereka berdiri sejenak di situ dan mendengarkan khotbah. Ruangan penuh sesak, dan banyak orang yang mendengarnya melalui pengeras suara di luar gedung. Semuanya berjalan baik pada hari itu. Meskipun demikian, ada lebih banyak masalah serius di kemudian hari.

Diberikan Julukan Baru

Sebelum perang, surat kabar berulang-kali mengecap Saksi-Saksi Yehuwa sebagai ”Komunis” atau sebagai orang-orang yang ”membuka jalan bagi Komunisme”. Akan tetapi, karena Partai Komunis berkuasa, julukan itu tidak cocok lagi untuk mendukung tujuan para penentang. Oleh karena itu, pada tahun 1949, artikel-artikel yang muncul hampir setiap minggu menuduh mereka sebagai ”orang-orang upahan imperialisme Amerika” yang dibiayai oleh Amerika Serikat.

Pada tahun 1950, Komunis, kaum pendeta, dan media massa membentuk front terpadu melawan Saksi-Saksi Yehuwa. Saudara-saudara sering mendengar dari para peminat bahwa sewaktu mereka memberi tahu pendeta mereka bahwa mereka secara resmi meninggalkan gereja, pendeta mengatakan, ”Apa? Saksi-Saksi Yehuwa itu agen imperialisme, dan kamu mau bergabung dengan mereka?” Penangkapan menjadi semakin sering—302 kali pada tahun tersebut. Khotbah-khotbah umum dapat disampaikan hanya pada pemakaman, namun hanya terdapat 72 pemakaman sepanjang tahun. Meskipun dilanda kesukaran, saudara-saudara melaporkan puncak sebesar 1.910 penyiar.

Para Pengawas Utama Ditangkap Kembali

Kemudian, pada tanggal 13 November 1950, para detektif datang ke kantor cabang Lembaga di Budapest dan melakukan penggeledahan. Mereka mengacak-acak ruangan kantor sehingga mirip medan pertempuran. Hamba cabang, János Konrád, dan penerjemah, András Bartha, serta hamba wilayah, János Lakó, ditangkap bersama empat saudara lainnya dan dibawa ke penjara di 60 Andrássy Street.

János Konrád menulis tentangnya, ”Sewaktu diinterogasi di sana, mereka tidak menggunakan siksaan fisik sesering dan separah interogasi polisi, namun cuci otak dan siksaan mental di tengah malam kadang-kadang lebih buruk dibandingkan dengan siksaan fisik yang pernah kami alami.

”Kasus kami disidangkan pada tanggal 2 Februari 1951. Tuduhannya, ’Turut memimpin suatu organisasi yang bertujuan melakukan subversi melawan Negara dan masyarakat, dan melakukan pengkhianatan’. Ketua mahkamah, Hakim Jónás (yang pada kontra revolusi lima tahun kemudian dilanda ketakutan yang luar biasa sehingga ia bunuh diri), menjatuhi tujuh orang dari antara kami hukuman penjara antara lima sampai sepuluh tahun. Hukuman ini jelaslah telah direkayasa sebelumnya, karena sama sekali tidak terdapat hal-hal yang memberatkan, dan sebelumnya, selama salah satu interogasi, seorang saudara diberi tahu oleh salah seorang interogator, ’Kami akan mengurung kalian lebih dari sepuluh tahun, dan setelah sepuluh tahun berlalu, Republik Rakyat kami akan lebih kuat dibandingkan sekarang, dan orang-orang akan terlatih secara ideologis dan kebal terhadap upaya kalian untuk mempengaruhi mereka dengan Alkitab. Pada saat itulah kami baru dapat membebaskan kalian.’”

Saudara Konrád melanjutkan, ”Kami dikirim ke penjara di Vác, sebelah utara Budapest. Namun alangkah sukacitanya kami semua karena ditempatkan di dalam sel yang sama. Setidaknya kami dapat bertukar gagasan dan pengalaman! Kami menjalani hari-hari mengikuti suatu jadwal, yang diawali dengan ayat harian, yang kami persiapkan secara bergantian. Kami bahkan tidak memiliki Alkitab; meskipun demikian, kami mulai ’membaca’ Alkitab dari awal dengan mengutip ayat-ayat yang dapat kami ingat. Kami ’membaca’ artikel-artikel Menara Pengawal dengan cara serupa. Dan kami berdoa setiap hari agar Yehuwa membantu saudara-saudara kami yang berada di luar untuk tetap teguh.

”Akan tetapi, kami tidak dibiarkan bersama-sama untuk waktu yang cukup lama, karena kami dipisahkan dan ditempatkan bersama para tahanan duniawi—kalangan berwenang menyimpulkan bahwa jika kami tetap bersama-sama, kami akan saling menguatkan dalam keyakinan kami dan tidak akan pernah ’maju’. Belakangan, kami dipersatukan kembali, kali ini karena mereka takut bahwa mungkin kami akan meyakinkan sesama tahanan yang adalah orang duniawi tentang kebenaran Allah. Permainan ini terjadi berulang-kali selama masa pemenjaraan kami.”

Panitia Baru Mulai Berfungsi

Pada musim semi tahun 1953, hampir setiap saudara yang matang yang dipercayakan tanggung jawab ditangkap. Penangkapan dilakukan secara mendadak, tanpa disangka-sangka, sehubungan dengan penggeledahan di rumah saudara-saudara. Reorganisasi menyeluruh dari pekerjaan di Hongaria dipandang perlu. Tiga pengawas wilayah sekarang melayani dalam panitia yang baru: Zoltán Hubicsák, József Csobán, dan György Podlovics.

Pada bulan November 1953, tiga anggota panitia ini ditangkap dan digiring ke penjara khusus negara di Békéscsaba. Akan tetapi, di luar dugaan, mereka dibebaskan setelah sepuluh hari. Baru belakangan diketahui bahwa József Csobán telah menyerah di bawah tekanan dan setuju untuk bekerja bagi kalangan berwenang. Akan tetapi, panitia direorganisasi: Mihály Paulinyi menggantikan József Csobán, yang menjadi hamba distrik.

Salah satu tanggung jawab utama panitia adalah menerjemahkan artikel pelajaran Menara Pengawal dan memastikan bahwa setiap wilayah mendapat satu eksemplar. Para pengawas wilayah kemudian memperbanyaknya dan membagikan satu salinan untuk masing-masing sidang.

Selain itu, makanan rohani juga harus sampai kepada saudara-saudara yang diasingkan di kamp-kamp kerja paksa. Kemungkinan kamp kerja paksa yang paling dikenal adalah Tólápa, suatu pertambangan batu bara di sebelah utara negeri itu. Jumlah terbanyak ada 265 saudara yang dipekerjakan di sana oleh kalangan berwenang. Di pertambangan, saudara-saudara bekerja bersama penambang biasa, yang banyak dari antara mereka menyukai Saksi-Saksi Yehuwa. Mereka menyelundupkan lektur ke dalam dan laporan ke luar bagi Saksi-Saksi.

Dua sasaran utama sedang diupayakan oleh musuh kita pada tahun-tahun itu—memaksa Saksi-Saksi untuk menerima wajib militer dan memaksa mereka memasuki Uni Gereja Merdeka. Mereka tidak berhasil mencapai satu pun dari dua sasaran itu, maka mereka mencoba taktik lain.

Kata-Kata Manis di Penjara

Pada tahun 1955, János Lakó sekali lagi dipindahkan ke sel yang sama dengan János Konrád. Seseorang yang bernama Tn. Szabó mendekati Saudara Lakó dan memberikan saran. ”Kami tidak dapat membahas persoalan ini dengan Konrád,” kata Tn. Szabó, ”ia sangat keras kepala. Anda lebih cerdas. Kami dapat membebaskan Anda kapan saja dan mengesahkan kegiatan Anda. Konrád akan tetap di sini, namun jemaat kalian boleh berhimpun bersama. Kalian boleh menjadi Saksi-Saksi Yehuwa, kalian boleh berdoa sesering yang kalian inginkan, tetapi jangan mempengaruhi orang lain.”

”Itu sama saja dengan menjadi saksi-saksi yang tidak memberi kesaksian,” jawab Saudara Lakó. ”Saya tidak bisa menjanjikan itu.”

”Begini, pikirkan saja dulu. Nanti saya akan mengunjungi Anda lagi.” Sewaktu ia kembali, salah satu pertanyaan yang ia ajukan adalah, ”Bagaimana kabarnya Konrád?”

”Baik-baik saja.”

”Kapan Anda terakhir kali bertemu dia?”

”Baru saja, kami berada dalam satu sel.”

”Apakah Anda memberi tahu dia tentang pembicaraan kita?”

”Tentu saja, dia saudara saya!” Dengan marah, agen pemerintah itu pergi dan tidak pernah lagi mengunjungi Saudara Lakó.

Pada tahun itu juga, Komunis memberi izin untuk menerbitkan Menara Pengawal dalam bahasa Hongaria asalkan disisipkan dua halaman propaganda Komunis. Tentu saja, saudara-saudara tidak dapat menyetujui hal itu.

Upaya Lain untuk Memperdaya

Pada musim panas tahun 1955, sekitar seratus saudara dibebaskan dari kamp di Tólápa. Baru enam minggu mereka menikmati pulihnya kehidupan keluarga mereka, mereka sudah diperintahkan untuk pergi ke desa Szentendre, dekat Budapest.

Setibanya mereka di Szentendre, saudara-saudara dibawa masuk ke dalam ruangan yang besar. Seorang perwira mengatakan kepada mereka bahwa mereka tidak akan diharuskan mengangkat senjata karena pemerintah membuat pengaturan khusus yang akan mereka hargai. Sebaliknya daripada mengangkat senjata atau mengangkut amunisi, yang harus mereka lakukan adalah membantu pembangunan jalan, jembatan, jalur kereta api, dan tugas-tugas yang serupa. Setelah beberapa bulan, mereka akan diperbolehkan pulang ke keluarga mereka. Pada mulanya, pengaturan ini kedengarannya bagus di telinga saudara-saudara yang kurang berpengalaman, namun beberapa saudara yang matang mencium adanya jebakan dan langsung bertanya, ”Apakah kami juga diharapkan untuk bekerja pada proyek-proyek militer?” Mereka tidak mendapat jawaban yang jelas.

Kemudian saudara-saudara bertanya apakah mereka harus mengenakan seragam. Perwira menjawab bahwa topi akan disediakan, dan jika mereka mau mereka boleh mengenakan seragam supaya pakaian pribadi mereka tidak rusak. Ini kedengarannya masuk akal bagi beberapa saudara. Sekarang keluarlah perintah, ”Dari antara kalian yang siap bekerja selama dua atau tiga bulan dan kemudian kembali ke keluarga kalian dapat pergi ke depot dan menukar pakaian sipil kalian dengan seragam dan sepatu bot. Mereka yang tidak bersedia untuk melakukan ini dapat dikenakan hukuman penjara selama lima hingga sepuluh tahun.”

Ini adalah ujian berat bagi saudara-saudara. Beberapa saudara sudah menjalani empat tahun di penjara atau di kamp hukuman. Sekarang, setelah mencicipi kebebasan selama enam minggu, mereka harus dikirim ke pertambangan atau penggalian yang misterius, dan segala sesuatu yang telah mereka alami akan berulang dari awal lagi. Beberapa saudara beralasan bahwa proyek itu hanya untuk beberapa bulan saja dan kemudian mereka dapat kembali ke keluarga mereka dan melayani Yehuwa dengan leluasa. Sekitar 40 dari antara ke-100 saudara maju satu per satu untuk menerima seragam.

Saudara-saudara lain dengan yakin menyimpulkan bahwa apa yang sedang ditawarkan tidak lain daripada penunjang dinas militer dan mereka akan dijadikan brigade tenaga kerja pada angkatan bersenjata. Didorong semangat untuk mempertahankan kenetralan Kristen, mereka menolak tawaran itu.

Sekarang, sebagian ruangan ditempati oleh saudara-saudara yang telah menerima seragam sementara bagian lain ditempati oleh yang tidak menerima. Kemudian, seorang kopral memasuki ruangan dan berseru kepada seorang Saksi di dekatnya, ”Bisa salut tidak?” Saudara itu menjawab bahwa ia adalah orang sipil, bukan tentara. Rupanya baru saat itu kopral mengetahui bahwa saudara-saudara terbagi menjadi dua kelompok, satu kelompok berseragam dan yang lain berpakaian sipil. Ia beralih kepada yang mengenakan seragam dan, dengan sikap sebagai komandan, ia memberi tahu mereka, ”Perhatian! Kalian telah menerima penunjang dinas militer, mulai hari ini kalian harus memberikan salut jika seseorang yang berpangkat lebih tinggi memasuki ruangan dan harus berdiri dengan posisi tegap sempurna untuk memberi laporan. Mulai hari ini, kalian adalah tentara dan berkewajiban mematuhi segala perintah.”

Seisi ruangan langsung diliputi keheningan karena perasaan kecut, diikuti suara amarah yang besar dari mereka yang mengenakan seragam, ”Kami bukan tentara! Kami tidak bersedia melakukan dinas militer apa pun! Kami hanya bersedia untuk bekerja!” Mendengar keributan itu, perwira yang sejak pertama berurusan dengan saudara-saudara kembali memasuki ruangan dan melihat si kopral mengacaukan rencananya. Ia langsung mencoba berdialog dengan saudara-saudara. Namun mayoritas saudara-saudara sudah mencopot seragam mereka dan meminta agar pakaian sipil mereka dikembalikan. Tentara yang bertugas di depot tidak mau mengembalikannya. Pada keesokan paginya, berkat kegigihan upaya dari saudara-saudara, barulah mereka menerima kembali pakaian mereka.

Tidak lama kemudian, beberapa perwira tinggi masuk. Saudara-saudara disuruh berbaris. Salah seorang perwira memberi perintah, ”Barang siapa di antara kalian yang bersedia melakukan dinas lapangan, silakan keluar barisan!” Tak seorang pun beranjak. Ia memerintahkan lagi, ”Barang siapa yang tidak bersedia melakukan dinas lapangan, silakan keluar barisan!” Kali ini, halnya seakan-akan mendengar isyarat yang jelas, semuanya keluar barisan.

Makanan bagi para Tahanan

Selama revolusi tahun 1956, saudara-saudara kita dibebaskan, namun hanya untuk waktu yang singkat. Dua minggu kemudian, Komunis mendapatkan kembali tampuk kekuasaannya. Pada bulan-bulan berikutnya, kalangan berwenang berupaya menangkap kembali semua orang yang pernah dipenjarakan sewaktu revolusi mulai—Saksi-Saksi Yehuwa maupun orang-orang lain.

Namun, secara rohani, saudara-saudara kita terus mendapat makanan. Ketika Sándor Völgyes dipenjarakan, ia meminta istrinya membuat kue dan menaruh artikel Menara Pengawal di dalamnya. Sebuah artikel pelajaran Menara Pengawal yang lengkap disalin oleh seorang saudari di dua helai kertas yang tipis bolak-balik. Akan tetapi, sewaktu Saudara Völgyes menerima kuenya, ia tidak dapat langsung ”memakan”-nya karena ia satu sel dengan orang-orang duniawi. Keesokan harinya, ia membelah kue itu di toilet di tempat kerjanya. Kemudian dibuat salinan-salinan dengan huruf yang lebih besar dengan menulisnya di atas kertas tisu yang dilipat. Ini biasanya dilakukan pada hari Sabtu siang dan pada hari Minggu, sewaktu keadaan penjara relatif tenang dan sunyi.

Kebebasan bagi Mereka yang Ditawan

Pada bulan Maret 1960, Saudara Bartha, yang telah menjalani hukuman selama sembilan tahun, dibebaskan. Ia terus melayani Yehuwa dengan setia hingga akhir hayatnya pada tahun 1979. Banyak saudara dewasa ini masih mengenangnya sebagai penerjemah yang tak kenal lelah dan sahabat yang tulus dengan selera humor yang baik.

Secara bertahap, semua saudara dibebaskan. Akan tetapi, kalangan berwenang sering mengadakan kontak dengan mereka. Halnya menjadi nyata bahwa mereka mencoba menembus pertahanan Saksi-Saksi Yehuwa dengan kata-kata manis dan bujukan sebaliknya daripada dengan pentungan.

”Memberi Kesaksian” via Radio

Pada akhir tahun 1960-an, media massa sering menyerang Saksi-Saksi Yehuwa. Kadang-kadang propaganda melawan mereka juga disiarkan melalui radio. Akan tetapi, sekali peristiwa, sebuah drama selama satu jam yang dimaksudkan untuk menyisipkan peringatan terhadap Saksi-Saksi Yehuwa benar-benar memberikan kesaksian yang baik. Laporan berikut ini menceritakan tentang hal ini:

”Jalan ceritanya didasarkan atas kisah nyata dalam kehidupan seorang wanita muda. Seorang wanita muda yang adalah seorang guru di propinsi tidak diurus dengan semestinya oleh partai Komunis. Misalnya, ia tidak diberikan ruangan yang memadai sebagai tempat tinggalnya. Di kelasnya terdapat anak-anak dari Saksi-Saksi Yehuwa. Saudara-saudara menyediakan kamar baginya, dan kebaikan hati serta suasana yang penuh kasih mengesankan wanita itu. Segala prasangka yang dimilikinya terhadap Saksi-Saksi Yehuwa dipatahkan, dan ia menjadi seorang saudari dalam kebenaran.

”Tujuan sandiwara radio ini adalah untuk memperlihatkan bahwa partai Komunis hendaknya mengurus rakyatnya baik-baik agar orang-orang tidak ditobatkan menjadi Saksi-Saksi Yehuwa. Seperti sudah disebutkan, ini benar-benar terjadi di Hongaria. Mantan guru sekolah itu sekarang menjadi istri yang berbahagia dari seorang saudara. Meskipun tidak dimaksudkan begitu, sandiwara radio ini menghasilkan suatu kesaksian yang menguntungkan kami. Saudara-saudara menikmatinya terutama sewaktu pada sandiwara itu ayat di Mazmur 83:19 dibacakan, ’Supaya mereka tahu bahwa Engkau sajalah yang bernama [Yehuwa], Yang Mahatinggi atas seluruh bumi.’”

Perhimpunan di Hutan

Pada tahun-tahun 1970-an dan 1980-an, karena larangan untuk berhimpun bersama, Saksi-Saksi Yehuwa menyelenggarakan perhimpunan mereka di hutan. (Ibr. 10:24, 25) Perhimpunan di hutan ini diselenggarakan di seluruh negeri mulai musim semi hingga musim gugur. Sebagian besar sidang-sidang di Budapest berhimpun di bukit-bukit yang mengelilingi ibu kota.

Saudara Völgyes mengingat, ”Terdapat tanah lapang di hutan di antara bukit-bukit, kira-kira 30 meter jauhnya, tempat saudara-saudara berkumpul. Lingkungannya indah, dan ketenangannya dibuat semarak dengan nyanyian burung-burung. Langit cerah, dan udara semerbak dengan aroma dedaunan. Lokasi itu ideal dengan puji-pujian kepada Pencipta Agung kita yang nyata di mana-mana.

”Sekolah Pelayanan Teokratis dan Perhimpunan Dinas secara tetap tentu diselenggarakan di sana. Apabila hari hujan, jas hujan plastik melindungi kami. Bukan hanya perhimpunan sidang namun juga kebaktian diselenggarakan di sana.

”Sebagai langkah pengamanan, saudara-saudara ditugaskan sebagai penjaga untuk memberi isyarat bila seseorang yang mencurigakan datang mendekat. Akan tetapi, pada suatu hari, pada akhir musim panas tahun 1984, meskipun langkah-langkah pengamanan sudah dilakukan, polisi-polisi berpakaian preman muncul secara tiba-tiba.

”Pengeras suara dipakukan pada batang-batang pohon. Para polisi tidak suka akan hal itu, menuduh bahwa kami merusak pohon-pohon karena kami menancapkan paku-paku di sana. Mereka mengemukakan keberatan dengan alasan lingkungan hidup, salah seorang saudara menyatakan bertanggung jawab atas hal ini, supaya yang lain-lain tidak terlibat.

”Setelah kami memberi tahu mereka bahwa ini adalah perhimpunan Saksi-Saksi Yehuwa, salah seorang polisi berpakaian preman bertanya mengapa kami tidak meminta izin dari kalangan berwenang untuk menyelenggarakan perhimpunan kami. ’Karena pasti kami tidak diberikan izin,’ jawab kami. ’Coba saja dulu,’ saran polisi itu.” Kami pun melakukannya.

Pelarangan Dicabut

Saudara Völgyes dan Saudara Oravetz, anggota-anggota panitia negeri, menghadap pejabat tinggi Departemen Dalam Negeri. Mereka memberi tahu para pejabat tersebut tentang kunjungan polisi dan saran mereka untuk meminta izin menyelenggarakan perhimpunan. Ini terjadi pada tanggal 23 Oktober 1984. Sejak saat itu, sidang-sidang di seluruh negeri meminta izin untuk mengadakan perhimpunan. Kadang-kadang itu dikabulkan.

Kemudian, diadakan negosiasi dengan Lembaga Tinggi Negara Urusan Gereja. Pada tahun 1987, terbuka kesempatan bagi Milton G. Henschel dan Theodore Jaracz, anggota-anggota Badan Pimpinan, beserta Willi Pohl, dari kantor cabang Jerman, untuk mewakili Saksi-Saksi Yehuwa secara resmi dalam menangani masalah ini. Akhirnya, pada tanggal 27 Juni 1989, pelarangan pun dicabut. Bagi Lembaga Tinggi Negara Urusan Gereja, diberikannya pengakuan terhadap Saksi-Saksi Yehuwa merupakan tindakannya yang terakhir. Lembaga itu dibubarkan empat hari kemudian, tanggal 1 Juli 1989.

Kebaktian-Kebaktian untuk Umum

Setelah Saksi-Saksi Yehuwa ditangkap dalam skala besar pada awal tahun 1950-an, sangat sulit bagi mereka semua untuk menghadiri kebaktian-kebaktian besar. Dari waktu ke waktu, beberapa saudara berhasil menghadiri pertemuan besar yang diadakan di luar negeri, seperti misalnya rangkaian Kebaktian ”Kabar Baik yang Abadi” pada tahun 1963. Mulai tahun 1978 hingga 1988, delegasi Hongaria dalam jumlah terbatas juga dapat mendengarkan acara-acara kebaktian distrik dalam bahasa mereka sendiri di Austria. Yang lain-lain berkumpul di hutan di negeri mereka sendiri—pertama-tama, secara tidak resmi, kemudian, mulai tahun 1986 dan seterusnya, atas sepengetahuan kalangan berwenang.

Namun pada tahun 1989, segera setelah Saksi-Saksi Yehuwa diberikan pengakuan resmi, kebaktian untuk umum langsung diorganisasi. Satu bulan setelah pelarangan dicabut, 9.073 orang menghadiri Kebaktian Distrik ”Pengabdian Ilahi” di Gelanggang Olahraga Budapest. Pada tahun berikutnya, kebaktian diadakan, bukan hanya di Budapest, melainkan juga di Debrecen, Miskolc, dan Pécs.

Pada tahun 1991, kebaktian internasional pertama kami diadakan di stadion terbesar di Hongaria, Népstadion, tempat 40.601 hadirin berkumpul untuk menikmati kehangatan dari kasih persaudaraan. John E. Barr, Milton G. Henschel, Theodore Jaracz, dan Karl F. Klein mewakili Badan Pimpinan dan memberikan anjuran kepada saudara-saudara Hongaria serta tamu-tamu dari 35 negeri dengan menyampaikan khotbah-khotbah yang bersifat membangun.

Kemajuan dalam Bidang Organisasi

Dengan kemerdekaan yang dipulihkan, terbukalah jalan untuk mengadakan penyesuaian dalam bidang organisasi untuk menyelaraskan kegiatan Saksi-Saksi Yehuwa di Hongaria dengan apa yang dilakukan saudara-saudara Kristen mereka di negeri-negeri lain. Misalnya, beberapa pengawas wilayah mempunyai pekerjaan duniawi sepanjang minggu karena inilah persyaratan umum di bawah Komunisme. Oleh karenanya, mereka dapat melayani sidang-sidang hanya pada akhir pekan. Akan tetapi, pada bulan Januari 1993, setelah pelatihan diberikan kepada sejumlah saudara yang memenuhi syarat yang tidak memiliki tanggung jawab keluarga, pelayanan kepada sidang-sidang diperpanjang, mulai dari hari Selasa hingga Minggu.

Pada tahun 1980-an, Sekolah Dinas Perintis telah diadakan hanya hingga taraf tertentu. Pada tahun 1994, semua perintis yang memenuhi syarat diundang. Dalam periode sembilan bulan, 401 saudara dan saudari diberikan pendidikan khusus ini.

Karena tanggapan yang baik terhadap kegiatan pendidikan Saksi-Saksi Yehuwa, timbul kebutuhan untuk mengorganisasi kegiatan pembangunan Balai Kerajaan dengan menggunakan metode pembangunan kilat. Sidang-sidang selama ini berhimpun di gedung sekolah, balai kebudayaan, barak kosong, dan bahkan di ruang kantor bekas partai Komunis. Akan tetapi, pada tahun 1993, Panitia Pembangunan Regional dibentuk, pelatihan diberikan oleh saudara-saudara dari Austria, dan bantuan finansial diberikan oleh Saksi-Saksi di banyak negeri. Pada bulan Mei 1994, Balai Kerajaan yang dibangun secara kilat didirikan di Érd, sebuah kota di dekat Budapest. Menjelang akhir tahun dinas 1995, 23 Balai Kerajaan telah didirikan dan 70 lagi sedang dalam perencanaan.

Untuk mendukung tekad Saksi-Saksi Yehuwa untuk menghindari pelanggaran hukum ilahi yang melarang penyalahgunaan darah, Panitia Penghubung Rumah Sakit juga dibentuk. Di Hongaria, sebagaimana halnya di bagian-bagian lain dari dunia, ada juga para dokter yang tidak mengetahui adanya perawatan medis alternatif yang tidak membutuhkan penggunaan darah. Panitia Penghubung Rumah Sakit—sekarang berfungsi di Budapest, di Debrecen dan Miskolc, dan di Szeged, Pécs, dan Tatabánya—sedang membantu membuat mereka up-to-date. Sekitar 120 profesor, dokter-dokter kepala dan para dokter bedah telah bekerja sama dengan panitia ini. Dalam contoh kasus belakangan ini, sehubungan dengan Dalma Völgyes yang berusia dua tahun, Panitia Penghubung Rumah Sakit di Budapest menghubungi Pelayanan Informasi Rumah Sakit di Brooklyn dan dalam waktu tiga jam mereka menerima informasi yang dibutuhkan berkenaan perawatan medis tanpa darah yang digunakan dengan berhasil dalam menangani kasus ini.

Lulusan Gilead dan Sekolah Pelatihan Pelayanan

László Sárközy adalah utusan injil pertama yang dilatih Lembaga Menara Pengawal untuk diutus secara resmi ke Hongaria. Kira-kira lima minggu kemudian, pada tanggal 31 Agustus 1991, empat lulusan Sekolah Pelatihan Pelayanan pertama yang diadakan di Jerman pun tiba: Axel Günther, Uwe Jungbauer, Wolfgang Mahrt, dan Manfred Schulz. Pada awal bulan Oktober, Martin dan Bonnie Skokan, lulusan Gilead dari Amerika Serikat, bergabung dengan mereka.

Empat belas saudara dan saudari yang mengikuti Sekolah Alkitab Gilead Menara Pengawal atau Sekolah Pelatihan Pelayanan sekarang melayani di Hongaria. Mereka telah ditugaskan untuk melayani di Betel, dalam pekerjaan perintis istimewa, atau dalam pekerjaan keliling. Sementara itu, István Mihálffy, saudara pertama dari Hongaria yang mendapat pelatihan demikian, diutus ke Ukraina untuk melayani saudara-saudara berbahasa Hongaria sebagai pengawas wilayah.

Pada mulanya, beberapa hanya mempunyai pengetahuan yang terbatas tentang bahasa Hongaria, namun mereka menggunakan apa yang mereka miliki. Stefan Aumüller, dari Austria, menceritakan, ”Karena pengetahuan saya tentang bahasa Hongaria terbatas, maka penyajian saya sangat sederhana. Biasanya, saya membuka buku Hidup Kekal dan bertanya kepada penghuni rumah apakah ia ingin belajar Alkitab. Sebagai hasilnya, saya memulai banyak pengajaran. Sewaktu para penyiar lain melihat betapa efektifnya metode yang sederhana dan langsung ini, mereka juga langsung menawarkan pengajaran Alkitab di rumah, dengan sukses serupa. Ini turut menyebabkan berkembangnya jumlah anggota sidang dari 25 penyiar pada bulan Agustus 1992 menjadi 84 orang yang melapor pada bulan Juni 1995.”

Para Pencinta Kemerdekaan Terus Maju

Hongaria disebut sebagai negeri Magyar. Magyar, demikianlah orang-orang Hongaria menyebut diri mereka, konon berasal dari kata yang artinya ”berbicara”. Tepat sekali, bahasa Hongaria sedang digunakan oleh ke-16.907 penyiar di negeri ini untuk berbicara tentang kabar baik Kerajaan Allah. Sebagaimana dikatakan Raja Daud sehubungan dengan hamba-hamba Yehuwa yang loyal, ”Mereka akan mengumumkan kemuliaan kerajaan-Mu, dan akan membicarakan keperkasaan-Mu.”—Mzm. 145:11.

Saksi-Saksi Yehuwa di 219 sidang dan 12 wilayah sedang melakukannya dengan bergairah. Pada tahun 1995 mereka membaktikan 2.268.132 jam untuk berbicara kepada sesama mereka tentang ’kemuliaan kerajaan Yehuwa’. Setiap bulan, sekitar 14.000 pengajaran Alkitab dipimpin dan hadirin Peringatan pada tahun 1995 adalah 37.536 orang. Jumlah penyiar telah meningkat secara stabil setiap tahun. Sejak bulan Juni 1989, sewaktu pekerjaan Kerajaan di Hongaria kembali dapat dilakukan secara terbuka, hingga bulan Agustus 1995, jumlah penyiar meningkat dari 9.626 menjadi 16.907. Pada waktu yang sama, jumlah perintis biasa meningkat dari 48 menjadi 644.

Sebagaimana dilakukan pada zaman Salomo sewaktu bait di Yerusalem dibaktikan kepada Yehuwa, demikian pula pada tanggal 31 Juli 1993, saudara-saudara di Hongaria ”bersukacita dan bergembira” sehubungan dengan penahbisan bangunan baru tempat tinggal tambahan dan kantor bagi Betel Budapest. (1 Raj. 8:66) Pembangunan Balai Kebaktian kami yang pertama, yang berlokasi di Budapest, adalah proyek besar kami yang berikutnya. Saat ini, wilayah-wilayah di kawasan Budapest menyelenggarakan kebaktian wilayah dan kebaktian istimewa mereka di balai sidang EFEDOSZ tempat partai Komunis dulu menyelenggarakan sidang umum mereka.

Selama bertahun-tahun, kegiatan Saksi-Saksi Yehuwa di Hongaria berada di bawah pengawasan cabang-cabang lain, seperti Romania, Jerman, Swiss, dan belum lama ini, Austria. Akan tetapi, mulai bulan September 1994, Hongaria menjadi sebuah cabang di bawah pengawasan langsung dari kantor pusat sedunia di Brooklyn.

Saksi-Saksi Yehuwa telah menderita penganiayaan dan perlakuan tidak toleran dalam beragama sejak awal mula kegiatan mereka di Hongaria hampir seratus tahun yang lalu. Akan tetapi, sebaliknya daripada berhenti secara perlahan-lahan, pemberitaan kabar baik Kerajaan Allah maju terus dengan lebih bersemangat lagi. Dengan bantuan Yehuwa, Saksi-Saksi-Nya bertekad untuk mengatakan sebagaimana halnya pemazmur Daud, ”Mulutku mengucapkan puji-pujian kepada [Yehuwa] dan biarlah segala makhluk memuji nama-Nya yang kudus untuk seterusnya dan selamanya.”—Mzm. 145:21.

[Gambar penuh di hlm. 66]

[Gambar di hlm. 74]

János Dóber (atas) dan József Toldy (kanan) membawa pulang kebenaran Alkitab ke Hongaria dan melakukan penginjilan dengan penuh gairah

[Gambar di hlm. 79]

Para perintis yang bergairah di Budapest pada tahun 1934/35: (dari kiri ke kanan) Adi dan Charlotte Vohs, Julius Riffel, Gertrud Mende, Oskar Hoffmann, Martin Poetzinger

[Gambar di hlm. 82]

Saksi-Saksi dalam kamp konsentrasi di Nagykanizsa

[Gambar di hlm. 83]

János Konrád, dipenjara selama 12 tahun sebagai seorang Kristen yang netral

[Gambar di hlm. 90]

Loyal kepada Yehuwa sampai mati: (atas) Bertalan Szabó, dengan ditembak oleh regu tembak; (kanan) Lajos Deli, dengan dihukum gantung

[Gambar di hlm. 102]

Sebagaimana halnya banyak Saksi-Saksi lainnya, János Lakó menolak berkompromi dengan para penganiayanya

[Gambar di hlm. 107]

Ilona Völgyes mengirimkan makanan rohani di dalam kue kepada suaminya yang dipenjara

[Gambar di hlm. 108, 109]

Dari ”kebaktian di hutan” pada tahun 1986 menjadi kebaktian internasional di Népstadion di ibu kota pada tahun 1991

[Gambar di hlm. 110]

Balai Kerajaan yang dibangun secara kilat yang pertama di Hongaria, di Érd

[Gambar di hlm. 115]

Fasilitas kantor cabang dan keluarga Betel di Budapest

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan