PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • w91 1/12 hlm. 6-8
  • Apakah Agama Apa pun Cukup Baik?

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Apakah Agama Apa pun Cukup Baik?
  • Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1991
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Perbedaan yang Penting
  • Kebutuhan untuk Memilih
  • Cara Memilih Agama yang Benar
  • Kebenaran dan Buah-buahnya
  • Agama yang Sejati sedang Dipraktikkan Dewasa Ini
  • Agama-Agama Palsu Merusak Nama Baik Allah
    Hidup Bahagia Selamanya!—Pelajari Caranya dari Alkitab
  • Akhir Agama Palsu Sudah Dekat!
    Akhir Agama Palsu Sudah Dekat!
  • Mengapa Berminat pada Agama Lain?
    Pencarian Manusia akan Allah
  • Agama Saudara Sungguh-Sungguh Penting
    Saudara Dapat Hidup Kekal dalam Firdaus di Bumi
Lihat Lebih Banyak
Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1991
w91 1/12 hlm. 6-8

Apakah Agama Apa pun Cukup Baik?

”Nasib di zaman kita sungguh tragis. Kita membutuhkan agama, namun kita tidak dapat menemukan Allah yang cocok untuk agama tersebut.”​—Lucian Blaga, penyair dan filsuf Rumania.

”Agama dan kaum pendeta telah, dan untuk waktu yang lama mungkin terus, menjadi salah satu musuh terbesar kemajuan dan kemerdekaan.”​—Khristo Botev, penyair Bulgaria.

KUTIPAN ini menggemakan suatu dilema yang dihadapi banyak orang berhati tulus. Di dalam hati, mereka merasakan kebutuhan akan agama, namun Allah yang misterius yang kaum pendeta ajarkan bukanlah Allah yang dapat mereka pahami dan kasihi. Lagipula, mereka menyadari bahwa para pendeta dan agama mereka telah melakukan banyak hal untuk menghalangi kemajuan dan kemerdekaan manusia. Ya, seraya kebutuhan akan agama semakin tampak, orang-orang berhati jujur tidak akan menerima agama apa pun begitu saja.

Perbedaan yang Penting

Agama memainkan faktor kunci dalam susunan dan sejarah umat manusia. The New Encyclopædia Britannica berbicara tentang agama ”sebagai fakta dalam pengalaman, kebudayaan dan sejarah manusia” serta menambahkan, ”Bukti-bukti berbagai sikap religius dan kesetiaan ada dalam setiap segi kehidupan manusia.” Namun sejarah memperlihatkan bahwa tak satu pun agama utama dunia menjadi berkat bagi umat manusia.

Negarawan India, Jawaharlal Nehru pernah berkomentar, ”Yang disebut agama, atau semua bentuk agama yang diorganisasi, di India dan di mana-mana, telah menyuguhkan tontonan yang membuat kita merasa ngeri.” Dengan mempertimbangkan peperangan yang telah dikobarkan dan kejahatan yang dilakukan atas nama agama, apakah saudara secara jujur setuju dengan kata-kata Nehru?

Pada abad ke-18, filsuf Perancis, Voltaire membuat suatu perbedaan yang menarik. Ia menulis, ”Anda mengatakan bahwa agama telah menghasilkan perbuatan keji yang tak terhitung banyaknya. Anda seharusnya mengatakan takhayul, takhayul yang berkuasa di seputar bola bumi yang menyedihkan ini. Takhayul merupakan musuh paling kejam dari ibadat sejati yang kita berikan kepada Yang Kuasa.” Voltaire menentang sikap tidak toleran dalam agama pada zamannya, namun ia menyatakan kepercayaannya kepada Allah sebagai Pencipta alam semesta. Ia melihat perbedaan antara agama yang sejati dan yang palsu.

Kebutuhan untuk Memilih

Tidak semua orang setuju dengan Voltaire. Beberapa orang menyatakan bahwa mereka melihat kebaikan dalam semua agama; oleh karena itu, mereka merasa tidak ada kebutuhan serius untuk mencari agama yang sejati. Orang-orang demikian hendaknya mengindahkan peringatan yang diberikan oleh nabi Yesaya, yang menulis, ”Celakalah mereka yang menyebutkan kejahatan itu baik dan kebaikan itu jahat, yang mengubah kegelapan menjadi terang dan terang menjadi kegelapan, yang mengubah pahit menjadi manis dan manis menjadi pahit.” (Yesaya 5:20) Agama palsu telah menghasilkan hal yang buruk bagi umat manusia. Ia menghasilkan kegelapan rohani dan meninggalkan rasa pahit di mulut orang-orang berhati jujur.

Maka dari itu, pilihan bukanlah berkisar antara menjadi seorang ateis dan menganut agama apa pun. Halnya tidak sesederhana itu. Sekali seseorang merasakan kebutuhan akan Allah, orang itu harus mencari agama yang sejati. Seperti ditulis oleh seorang peneliti, Emile Poulat dengan amat baik dalam buku Le Grand Atlas des Religions (Atlas Besar Berbagai Agama), ”Ajaran dan tuntutan mereka [agama-agama] sangat bervariasi sehingga tidak mungkin untuk mempercayai mereka semuanya.” Menyetujui hal ini, ensiklopedia Perancis (Encyclopædia Universalis, 1989) mengatakan, ”Jika abad ke-21 benar-benar beralih kepada agama, . . . manusia akan harus memutuskan apakah perkara-perkara suci yang ditawarkan kepadanya adalah benar atau salah.”

Cara Memilih Agama yang Benar

Apa yang akan membimbing kita dalam memilih agama yang benar? Encyclopædia Universalis terbukti tepat dalam hal menyorot pentingnya kebenaran. Suatu agama yang mengajarkan dusta tidak dapat dikatakan benar. Nabi terbesar yang pernah hidup di bumi menyatakan, ”Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembahnya dalam roh dan kebenaran.”​—Yohanes 4:24.

Nabi tersebut adalah Kristus Yesus, dan ia juga mengumumkan, ”Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas. Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. . . . Setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik.” (Matius 7:15-17) Dengan melihat buah-buah yang tidak baik dari agama-agama ”besar” dunia, dan bahkan berbagai sekte dan aliran yang bermunculan, banyak orang berhati tulus mulai memandang mereka sebagai ’pohon yang busuk’, yang tidak cukup baik. Akan tetapi, bagaimana mereka dapat menemukan agama yang sejati?

Jelaslah, tidak mungkin untuk mempelajari semua agama di dalam dan di luar Susunan Kristen yang jumlahnya ribuan sebelum membuat keputusan. Akan tetapi, apabila kita​—seperti Yesus katakan​—menggunakan kebenaran dan buah-buahnya sebagai patokan, halnya mungkin untuk mengenali agama sejati.

Kebenaran dan Buah-buahnya

Yesus menyebutkan kebenaran. Sehubungan dengan ini, kelompok orang percaya manakah yang menolak dusta agama yang diturunkan dari mitologi purba dan filsafat Yunani yang meresap ke kebanyakan agama? Salah satu dusta demikian adalah pengajaran bahwa jiwa manusia utuh dan tidak berkematian.a Ajaran ini menghasilkan doktrin yang menghina Allah yaitu api neraka.

Yesus juga menyebutkan buah-buahnya. Sehubungan dengan hal ini, apakah saudara mengetahui agama yang telah menghasilkan persaudaraan internasional sejati, di mana hambatan berupa perbedaan ras, bahasa dan bangsa telah diatasi dengan kasih dan saling pengertian? Apakah saudara mengetahui masyarakat religius sedunia yang anggota-anggotanya lebih suka dihukum mati daripada membiarkan diri mereka dipengaruhi para politisi atau pemimpin agama agar membenci saudara-saudari mereka serta membunuh mereka atas nama bangsa dan agama? Agama yang menolak dusta agama serta menolak untuk menghasilkan buah-buah demikian memberi bukti kuat akan kebenaran, bukan?

Agama yang Sejati sedang Dipraktikkan Dewasa Ini

Apakah ada agama seperti itu? Ya, ada. Namun saudara harus mengakui bahwa agama itu bukanlah salah satu agama utama dunia. Haruskah itu mengherankan kita? Tidak. Pernyataan Yesus yang terkenal dalam Khotbah di Bukit berbunyi, ”Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya, karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya.”​—Matius 7:13, 14.

Jadi di manakah agama yang sejati? Dengan segala kerendahan hati dan kejujuran, kita harus mengakui bahwa Saksi-Saksi Yehuwa membentuk suatu masyarakat internasional yang berjalan menempuh ’jalan yang sesak dan sempit’. Benar, agama-agama utama menghina Saksi-Saksi dengan menyebutnya suatu sekte. Namun, hal itu persis dengan sebutan yang diberikan para pemimpin agama yang murtad di abad pertama M. terhadap umat kristiani yang mula-mula.—Kisah 24:1-14.

Mengapa Saksi-Saksi Yehuwa percaya bahwa mereka memiliki agama yang sejati? Nah, mereka merupakan suatu persaudaraan internasional yang tersebar di lebih dari 200 negeri dan mereka mengatasi perbedaan bangsa, ras, bahasa dan status sosial. Lagipula, mereka menolak untuk percaya kepada berbagai doktrin—tidak soal betapa kuno pun itu—yang jelas-jelas bertentangan dengan kata-kata Alkitab. Namun bagaimana mereka mendapatkan keadaan yang menakjubkan sedemikian? Dan apa yang tersangkut dalam mempraktikkan agama yang sejati? Pertanyaan-pertanyaan ini dan berbagai pertanyaan lain mengenai agama akan dibahas dalam dua artikel berikut.

[Catatan Kaki]

a Untuk penjelasan lengkap dengan acuan berkenaan hal ini, lihat buku Pencarian Manusia Akan Allah, diterbitkan oleh Watchtower Bible and Tract Society of New York, Inc., halaman 52-7.

[Gambar di hlm. 7]

Perang Salib merupakan sebagian buah yang busuk dari agama palsu

[Keterangan]

Bibliothéque Nationale, Paris

[Gambar di hlm. 8]

Agama yang sejati menghasilkan buah yang baik

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan