PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • g94 8/3 hlm. 16-19
  • ”Kota yang Memiliki Fondasi yang Nyata”

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • ”Kota yang Memiliki Fondasi yang Nyata”
  • Sedarlah!—1994
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Terkenal karena Dua Aspek yang Bertolak Belakang
  • Roma Ketiga?
  • Ibu Kota Harapan?
  • Tinggi di Pegunungan
  • Kota yang Mempunyai Fondasi yang Nyata
  • Moskwa​—Kota yang Telah Bertahan Hingga Hari Jadinya yang Ke-850
    Sedarlah!—1997
  • Brasília—Muda, Khas, dan Berkembang Pesat
    Sedarlah!—1998
  • Mereka Menjadi Yakin di Katmandu
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1991
  • ”Berkeliling ke Semua Kota”
    Sedarlah!—1994
Lihat Lebih Banyak
Sedarlah!—1994
g94 8/3 hlm. 16-19

”Kota yang Memiliki Fondasi yang Nyata”

SETIAP kota memiliki fondasi, maka jika sebuah kota dilukiskan memiliki fondasi yang nyata, kota itu tentu memiliki sifat alamiah yang sangat permanen. Ibu kota purba, seperti Babilon, Petra, Asyur, dan Teotihuacán, benar-benar tidak cocok dengan lukisan itu. Kota-kota ini yang dahulu dinamis dan hiruk pikuk, kini mati dan sunyi senyap. Demikian pula dengan bangsa-bangsa yang mereka wakili.

Fondasi ibu kota bangsa-bangsa modern umumnya juga cukup meyakinkan. Kota-kota tersebut mungkin tidak selalu menjadi kota terbesar di negara mereka masing-masing, namun kenyataan bahwa sebuah kota berfungsi sebagai ibu kota negaranya menjadikan kota itu penting, tidak soal ukurannya. Mari kita lihat empat contoh.

Terkenal karena Dua Aspek yang Bertolak Belakang

Pada tahun 1790, Kongres AS menyatakan bahwa tampuk pemerintahan yang permanen bagi negeri tersebut seharusnya tidak berada di dalam suatu negara bagian mana pun. Maka suatu daerah khusus yang disebut Distrik Kolombia dibentuk untuk tujuan itu. Terletak di pesisir pantai sebelah timur Amerika Serikat dalam Distrik Kolombia, kota Washington jangan dikacaukan dengan negara bagian Washington, yang terletak di pantai Pasifik, ribuan kilometer sebelah barat laut ibu kota negara itu.

Rancangan aslinya, diselesaikan pada tahun 1791 oleh insinyur Prancis Pierre L’Enfant, membutuhkan suatu sistem yang rumit untuk tempat-tempat parkir umum dan tempat-tempat terbuka yang berfungsi sebagai latar belakang sehingga Kapitol dan bangunan-bangunan pemerintah lainnya dapat tampak sebaik mungkin. Tempat kediaman presiden sendiri akhirnya dirancang oleh arsitek Irlandia James Hoban. Plesterannya yang berwarna abu-abu keputih-putihan menonjol dengan begitu kontras dibanding bangunan-bangunan bata merah di dekatnya sehingga bangunan itu segera disebut Gedung Putih, sebuah nama yang secara resmi disetujui pada tahun 1902.

Dengan kriteria apa pun Washington memang unik. Bangunan-bangunan milik negara, ditambah lebih dari 300 patung dan tugu peringatan, menghiasi tempat tinggal sementara ratusan politisi. Dan menurut sebuah sumber, tempat tinggal dari sedikitnya 55.000 pengacara dan 10.000 wartawan!

Washington, telah dikatakan, ”mencerminkan sisi terburuk dan sisi terbaik Amerika”. Sisi terburuk mencakup masalah yang menimpa semua kota AS: pengangguran, polusi, kejahatan, perumahan yang tidak memenuhi standar, dan ketegangan rasial, hanya beberapa di antaranya. Washington adalah, seperti sebuah buku pedoman terkemuka menjulukinya, ”suatu kota metropolitan yang terkenal karena dua aspek yang bertolak belakang yaitu karena keburukan dan kejahatannya sebagaimana juga karena keanekaragaman dan keindahannya yang benar-benar menakjubkan”.

Roma Ketiga?

Sampai belakangan ini, Washington dan Moskwa memiliki persamaan dalam hal bahwa keduanya memiliki sebuah Gedung Putih​—bangunan markas besar Republik Rusia tersebut juga diberikan julukan ini karena bagian depannya terbuat dari marmer​—dan karena keduanya memiliki suatu sistem kereta api bawah tanah yang baik sekali yang disebut Metro.

Metro Moskwa cepat dan tidak mahal, dengan keindahan yang jarang ditemukan dalam sistem kereta api bawah tanah. Pada bulan Agustus 1993, tarif untuk sekali perjalanan, jauh maupun dekat, kira-kira satu sen AS. Beberapa stasiun terbuat dari marmer dan dihiasi gambar-gambar yang mengesankan, patung-patung, dan lukisan yang berwarna-warni pada langit-langit. Eskalator yang luar biasa cepat membawa para penumpang dari permukaan jalan ke kereta api dan kembali lagi.

Moskwa adalah salah satu kota tertua di Rusia, menurut tradisi didirikan pada tahun 1147. Pada abad ke-15, kota ini menjadi ibu kota negara bagian Rusia persatuan yang baru dibentuk, akan tetapi, kota ini kehilangan posisinya pada tahun 1712, diganti oleh St. Petersburg. Dua abad kemudian, pada tahun 1918, setelah Revolusi Bolshevik, Moskwa mendapatkan kembali posisinya sebagai ibu kota Rusia dan juga menjadi ibu kota Uni Soviet yang baru.

Kremlin, yang selama puluhan tahun melambangkan komunisme dan pusat tempat Moskwa berpaut, dibatasi di sebelah timur oleh Lapangan Merah.

Di ujung selatan Lapangan Merah terletak Katedral St. Basil, dibangun pada pertengahan abad ke-16 oleh Tsar Ivan IV, yang lebih dikenal sebagai Ivan yang Mengerikan. Rancangan dan warna-warninya yang cerah sungguh unik. Tradisi mengatakan bahwa setelah pembangunan selesai arsitek yang membangunnya dijadikan buta untuk mencegahnya menciptakan lagi sesuatu yang sama seperti itu.

Politik dan agama bergandengan erat di balik tembok Kremlin selama berabad-abad​—tempat katedral berdiri sebagai saksi bisu, terutama setelah Moskwa menjadi pusat Gereja Ortodoks Rusia pada tahun 1326. Moskwa kemudian menjadi terkenal sebagai ”Roma Ketiga”, dan ”orang-orang Rusia menjadi yakin bahwa mereka berada pada tempat istimewa​—dalam perkenan Allah sebagai pemelihara terakhir dari kebenaran religius”. Namun makam yang besar dan indah di Lapangan Merah, tempat Lenin yang dibalsem terbaring, dan kuburan para ateis Komunis lainnya di tembok Kremlin menyangkal pernyataan tadi.

Ibu Kota Harapan?

Gagasan menempatkan ibu kota di pedalaman Brasil diungkapkan sejak awal tahun 1789 dan bahkan dimasukkan dalam konstitusi pada tahun 1891. Sungguhpun demikian, baru pada tahun 1956 sebuah tempat dipilih. Empat tahun kemudian pemerintah federasi Brasil memulai suatu perjalanan sejauh 1.000 kilometer dari Rio de Janeiro untuk mencapai rumah barunya.

Bahwa seluruh kota didirikan dalam waktu yang sedemikian cepat adalah luar biasa. Banyak orang Brasil dengan bangga menganggapnya sebagai lambang dari kebesaran bangsa mereka di masa depan. Mereka memujinya sebagai ibu kota paling modern di dunia, menyebutnya sebagai ”ibu kota harapan”. Brasilia memiliki arsitektur modern yang mengesankan, dan perkembangannya yang teratur menjadikannya suatu contoh yang menonjol bagi perencanaan kota dalam skala besar.

”Tujuan Brasilia,” kata The New Encyclopædia Britannica, ”adalah untuk memusatkan perhatian ke pedalaman negeri itu dan untuk mempercepat pemukiman di daerah dan pengelolaan sumber dayanya yang belum dijamah.” Hingga taraf tertentu sasaran-sasaran ini telah tercapai. Namun seperti Washington, yang areal metropolitannya kini 40 kali lebih besar dibanding Distrik Kolumbia, Brasilia telah bertumbuh. Sebaliknya daripada 600.000 penduduk yang telah direncanakan, lebih dari 1.600.000 orang kini tinggal di sana dan di sekitar kota-kota satelit. Di beberapa tempat kehidupan kurang begitu baik.

Dalam beberapa hal bahkan aspek-aspek positif dari kota tersebut telah terbukti kurang. ”Karakter Brasilia,” tulis majalah National Geographic, ”berada di suatu tempat di antara taman arca dan sebuah koloni di bulan.” Das Bild unserer Welt (Potret Dunia Kita) menulis, ”Sampai sekarang adalah mustahil untuk meniupkan kehidupan kota ke Brasilia, ibu kota baru tersebut. Sebaliknya, dalam kota tabung reaksi ini, ilmu gaib, kelompok-kelompok kecil yang mempraktekkan tradisi, dan sekte-sekte telah lebih berkembang dibanding di tempat lain mana pun​—reaksi orang-orang akan kekosongan dan kesepian.”

Maka, ”ibu kota harapan” jelas memiliki beberapa kelemahan. Suasananya yang agak dingin, hampa dan tempat-tempatnya yang terbuka lebar​—biasanya demikian sambutan kota-kota besar​—terutama nyata ketika para politisi dan pekerja kerah putih meninggalkan kota pada akhir pekan dan hari libur.

Tinggi di Pegunungan

Delapan dari sepuluh gunung tertinggi di dunia jika bukan sebagian maka seluruhnya terletak di wilayah Nepal. Jadi, tidak mengherankan bahwa ibu kotanya terletak lebih dari 1.300 meter di atas permukaan laut. Jika dibanding dengan kota-kota besar lainnya, populasi Kathmandu yang berjumlah kira-kira 235.000 orang tidaklah terlalu banyak. Dari setiap penduduk kota itu, lebih dari 80 warga negara Nepal lainnya tinggal di tempat lain.a

Ibu kotanya terletak di Lembah Kathmandu, yang pada waktu lampau adalah sebuah danau. Ukuran lembah tersebut, kira-kira 19 kali 24 kilometer, bukanlah penentu keunggulannya. Selama berabad-abad, kota itu merupakan sebuah pusat perdagangan yang kuat yang terletak pada rute utama yang menghubungkan India dengan Cina dan Tibet. Tanah pertanian selalu sangat sedikit di negeri-negeri pegunungan, maka dikhawatirkan bahwa kota-kota di lembah mungkin tumbuh terlalu besar dan merampas tanah subur yang berharga milik bangsa tersebut. Kekhawatiran ini bukannya tidak beralasan. Penduduk Kathmandu telah bertambah lebih dari dua kali lipat sejak tahun 1960. Diperkirakan bahwa menjelang tahun 2020, kira-kira 60 persen dari lembah tersebut akan hilang karena perluasan daerah perkotaan.

Kathmandu, satu-satunya kota utama Nepal, telah lama memainkan peranan penting dalam urusan sosial, ekonomi, dan politik bangsa tersebut, juga dalam urusan agama. The Encyclopedia of Religion mencatat bahwa Lembah Kathmandu ”telah melihat suatu rangkaian ideologi yang rumit dan corak-corak seni dengan nada-nada keagamaan yang kuat. . . . Tidak ada bagian lain di daerah Himalaya tempat agama Buddha dan Hindu dapat terjalin erat”. Yang menarik adalah fakta bahwa kemungkinan tempat kelahiran Siddhārtha Gautama, yang kemudian disebut Sang Pencerah, atau Sang Buddha, adalah Lumbini, Nepal, kurang dari 240 kilometer di sebelah barat daya Kathmandu.

Tentu saja, ini terjadi kira-kira 2.500 tahun yang lalu. Belakangan ini, pada tahun 1960-an, orang-orang lain juga datang ke Nepal dan Kathmandu untuk mendapat ”pencerahan”, anggota generasi hippie.

Kota yang Mempunyai Fondasi yang Nyata

Selama berabad-abad umat manusia telah membangun kota-kota sebagai tempat untuk memerintah sesama manusia. Namun pelajaran tragis yang diajarkan sejarah adalah bahwa ”orang yang berjalan tidak berkuasa untuk menetapkan langkahnya” dengan benar.​—Yeremia 10:23; Pengkhotbah 8:9.

Jelaslah bahwa kota-kota sedang berada dalam masalah yang serius. Mereka berjuang untuk selamat, bahkan demikian juga sistem politik yang mereka wakili. Fondasi yang mudah goyah dari pemerintahan manusia sedang ambruk. Akan tetapi, tidak demikian halnya bagi ”kota yang mempunyai fondasi yang nyata, [kota] yang pembangun dan pembuatnya ialah Allah”.​—Ibrani 11:10, NW.

Alkitab menyebut kota ini Yerusalem surgawi. (Ibrani 12:22) Cocok disebut demikian, karena Yerusalem adalah ibu kota Israel purba di bumi, bangsa khusus milik Allah. Tetapi Yerusalem surgawi, sebagai ibu kota organisasi universal Allah, memiliki suatu fondasi yang nyata karena Pembangunnya adalah Allah yang kekal sendiri. Mazmur 46:6 secara nubuat berkata, ”Allah ada di dalamnya, kota itu tidak akan goncang.”

Pemerintahan manusia bergoncang menuju akhirnya. Mengakui fakta ini, jutaan individu ”dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa” dengan keinginan yang sangat besar dan dengan bijaksana menundukkan diri mereka pada peraturan ilahi.​—Mazmur 47:9; Wahyu 7:9, 10.

Ingat, Yerusalem Baru lebih tinggi daripada Kathmandu yang bergunung-gunung, sebab kota itu ada di surga. Dan ”sungai air kehidupan, yang jernih bagaikan kristal”, yang mengalir melalui Yerusalem Baru lebih murni dan lebih mujarab daripada Sungai Potomac di Washington atau Sungai Moskwa di sepanjang Kremlin. (Wahyu 22:1, 2) Sebaliknya dari menghasilkan perasaan hampa dan kesepian, Yerusalem Baru merupakan sarana Allah untuk ’memuaskan segala yang hidup’.​—Mazmur 145:16.

Betapa menakjubkan untuk mengetahui bahwa meskipun adanya problem-problem serius di kota-kota dunia yang sedang berjuang, bukan berarti tidak ada harapan sama sekali​—bersyukurlah kepada ”kota yang mempunyai fondasi yang nyata”!​—Akhir dari rangkaian artikel mengenai kota.

[Catatan Kaki]

a Sebagai kontras, Managua, Nikaragua, adalah tempat tinggal bagi satu dari antara enam orang Nikaragua, dan Dakar, Senegal, adalah satu dari antara empat warga negara Senegal.

[Gambar di hlm. 16]

Gedung Putih, Washington, D. C.

[Gambar di hlm. 17]

Katedral St. Basil di Lapangan Merah, Moskwa Rusia

[Gambar di hlm. 18]

Kuil Hindu, Kathmandu, Nepal

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan