-
Bagaimana Dunia Ini KecanduanSedarlah!—1986 (No. 17) | Sedarlah!—1986 (No. 17)
-
-
Bagaimana Dunia Ini Kecanduan
SENATOR Amerika itu mengisap dua bungkus rokok setiap hari. ”Saya tahu ini akan memperpendek umur saya . . . Hal itu mungkin akan membunuh saya,” katanya kepada rekan-rekannya dalam suatu perdebatan untuk mempertahankan harga tembakau bagi petani-petani. ”Saya benar-benar menyesali hari ketika saya mulai kecanduan dan tenggelam dalam kekusutan yang mengerikan ini.”
Bukan senator ini saja yang menyesal. Diperkirakan, 90 persen dari perokok-perokok di negerinya telah mencoba untuk berhenti ataupun ingin berhenti. Dan pada tahun 1983 saja, dua juta perokok Jepang benar-benar berhenti. Seorang yang berwenang mengatakan, ”Hampir semua orang yang mempunyai kebiasaan merokok nampaknya menyesal bahwa mereka pernah mulai merokok, dan memperingatkan keturunan mereka agar tidak mengikuti contoh ini.”
Tetapi bagaimana semua perokok yang menyesal ini dapat diperbudak sedemikian rupa? Satu alasan ialah, seperti dikatakan peneliti Robert Sobel mengenai dunia ini, ”tidak soal kebaikan atau keburukan apapun yang mungkin ditimbulkannya, kita sebagai suatu peradaban telah dikawinkan dengan pipa-pipa kertas yang berisi sejumlah kecil butir-butir daun”. Salah satu dari keenam industri rokok raksasa mempunyai seperempat juta karyawan. Tiap tahun penjualannya di 78 negeri di enam benua berjumlah $10 milyar (A.S.). Bagaimana kebiasaan yang secara luas tidak diinginkan itu dapat menciptakan permintaan yang menuntut industri-industri raksasa untuk memenuhi kebiasaan itu?
Sebenarnya, kisah mengenai rokok mungkin adalah salah satu kejutan terbesar dalam seratus tahun terakhir. Yang telah menciptakan permintaan yang luar biasa besarnya untuk apa yang disebut abad rokok ini ialah dua peperangan pada abad ke-19. Sebuah industri yang baru lahir, iklan, telah mengipasi bara-bara apinya. Dan suatu tembakau baru yang mengherankan—kuning cerah, lebih lembut, dan berbeda secara kimiawi—telah membuat para perokok berani menghirup asapnya. Perubahan yang penting itu dalam kebiasaan merokok, yaitu menghirup melalui mulut, telah memastikan bahwa kebanyakan perokok akan tetap kecanduan selama sisa hidup mereka.
Perang-Perang yang Mengobarkan Permintaan Itu
Merokok tetap merupakan suatu hal yang luar biasa mewah sampai tahun 1856, ketika rokok mendapat pasaran massalnya yang pertama. Itu adalah pada waktu prajurit-prajurit Inggris dan Prancis kembali dari Perang Krim dengan ”cerutu-cerutu kertas” dan suatu kebiasaan yang mereka dapatkan dari sana. Mode merokok melanda Eropa, menciptakan permintaan yang tidak terduga untuk rokok-rokok Turki atau tiruan Inggrisnya.
”Mode Krim” membuat rokok menjadi pengganti yang murah dari pipa atau cerutu pada masa perang. Tetapi mode itu berlalu. Selanjutnya, seperti dikatakan Robert Sobel, ”pada awal tahun 1860-an, nampaknya pria-pria Amerika golongan menengah—pasaran utama untuk asap—sama sekali tidak akan mau mengisap rokok”. Asap rokok yang mula-mula ini tidak menggiurkan seperti asap rokok modern. Sama seperti asap cerutu, sifatnya agak alkalis, dan perokok-perokok menahannya dalam mulut mereka. Tidak menyenangkan untuk menghirup dan menelannya seperti yang biasa dilakukan para perokok dewasa ini. Tiba waktunya perkembangan berikut yang mengejutkan.
Perang Saudara Amerika (1861-65) memperkenalkan asap yang membuat orang lebih kecanduan, dengan cara yang disebut oleh ahli tembakau Jerome E. Brooks ”daya ledakan”. Sekali lagi, perang membawa rokok yang murah ini kepada para prajurit—mula-mula prajurit-prajurit Confederate (Selatan), kemudian Union (Utara). Tetapi kali ini bukan suatu mode sepintas lalu.
Rokok-rokok ini menggunakan tembakau Amerika, dan ada sesuatu yang berbeda. Orang-orang Amerika yang menanamnya menggunakan bibit-bibit tembakau baru yang dapat tumbuh dengan baik di tanah mereka yang miskin nitrogen. Mereka juga menemukan, dengan kebetulan di sebuah ladang di Carolina Utara, proses pengawetan yang membuat daun mereka menjadi kuning cerah, lembut, dan manis. Pada tahun 1860 Biro Sensus A.S. menyebutnya ”salah satu perkembangan yang paling abnormal dalam pertanian yang pernah diketahui dunia”. Setelah mengisap beberapa batang rokok dengan tembakau baru ini, para perokok pemula akan merasakan suatu desakan yang kuat untuk menyulut lagi.
Kecanduan!
Tidak disadari pada waktu itu, pasaran yang kecil namun terus berkembang tanpa dapat dibendung ini telah secara fisik bergantung, dan terikat, pada suatu zat yang bersifat sangat mencandu. ”Orang yang secara iseng mengisap lebih dari dua atau tiga batang rokok pada masa remaja” hampir pasti akan menjadi ”perokok tetap yang sangat bergantung kepadanya”, kata peneliti masalah kecanduan Dr. Michael A. H. Russell. ”Tidak seperti remaja yang mengisap heroin satu atau dua kali seminggu pada permulaan, seorang perokok remaja mengalami kira-kira dua ratus rangsangan nikotin secara berturut-turut pada saat ia menghabiskan satu bungkus rokoknya yang pertama.”
Ya, rahasianya ialah menghirup. Nampaknya nikotin, akan menembus dan mengganggu selaput lendir hanya di bawah keadaan alkalis saja. Karena asap rokok agak asam, inilah satu-satunya asap tembakau yang cukup lembut dalam mulut dan kerongkongan untuk dihirup secara rutin. Tetapi dalam paru-paru asam itu akan dinetralisir, dan nikotin akan melimpah dengan bebas ke dalam aliran darah. Dalam tujuh detik saja darah yang penuh dengan nikotin akan sampai pada otak, sehingga tiap isapan hampir dengan seketika akan memberikan suatu rangsangan. Kaum remaja yang mengisap lebih dari satu batang rokok, menurut laporan sebuah penelitian dari pemerintah Inggris, kemungkinan untuk tetap tidak menjadi perokok 15 persen saja.
Jadi, dalam dasawarsa yang sama dengan pecahnya Perang Krim, industri rokok telah membiakkan suatu kebiasaan baru yang kuat sekali. Dalam waktu 20 tahun para pedagang tembakau berhasil melonjak menggunakan iklan surat kabar yang menarik dan pernyataan-pernyataan pujian dalam menarik langganan-langganan baru. Sebuah mesin yang mendapat hak paten pada tahun 1880 memproduksi rokok secara massal dan mempertahankan harganya rendah, sementara itu gambar-gambar para pahlawan sport dan wanita-wanita tersenyum menjual citra rokok kepada masyarakat pria. Namun apa yang membuat mereka selalu menginginkan lebih banyak lagi? Ketergantungan kepada nikotin! Seperti dikatakan seorang penulis bidang kesehatan William Bennet, M.D., ”Mekanisasi, iklan yang cerdik dan teknik-teknik pemasaran memang memberikan andil, tetapi [tanpa nikotin] mereka tidak mungkin dapat menjual banyak daun-daun kering.”
Menjelang tahun 1900 rokok modern, yang waktu itu sudah bersifat internasional, siap memperkuat cengkeramannya pada masyarakat dunia.
[Blurb di hlm. 15]
Seorang perokok pemula mengalami 200 ”rangsangan” nikotin hanya dari satu bungkus rokoknya yang pertama
-
-
Kebiasaan Itu Menyingkirkan PerlawananSedarlah!—1986 (No. 17) | Sedarlah!—1986 (No. 17)
-
-
Kebiasaan Itu Menyingkirkan Perlawanan
SAMA seperti seorang perokok yang enggan berhenti, pasaran rokok kadang-kadang menurunkan konsumsinya karena kuatir bahwa merokok dapat merugikan dan bersifat mencandu, namun setelah itu meneruskannya lagi, lebih giat dari pada sebelumnya. Mekanisme apakah yang telah menekan rasa kuatir itu? Iklan dan perang! Hal tersebut merupakan ”dua cara yang paling penting untuk menyebarluaskan penggunaan rokok”, menurut sejarawan Robert Sobel.
Penggunaan rokok naik pesat dengan bangkitnya ’bangsa melawan bangsa’ dalam perang dunia pertama. (Matius 24:7) Apa yang telah menyebabkan produksi Amerika naik dari 18 milyar rokok pada tahun 1914 menjadi 47 milyar menjelang 1918? Suatu kampanye besar-besaran dengan memberikan rokok gratis kepada para prajurit! Efek narkotikanya dianggap dapat membantu mengatasi rasa kesepian di garis depan.
”Pack up your troubles in your old kit bag/While you’ve a lucifer [match] to light your fag [cigarette]” (Masukkan problem-problem anda ke dalam tas barang anda/Sementara itu anda mempunyai [korek api] untuk menyulut [rokok]), demikian anjuran sebuah nyanyian Inggris pada masa perang. Karena perwakilan-perwakilan pemerintah dan kelompok-kelompok swasta yang patriotik menyediakan rokok gratis untuk orang-orang yang berjuang, para pemrotes yang anti rokok sekalipun tidak berani mengritik.
Memperkuat Cengkeraman
Para perokok pemula menjadi langganan yang baik setelah perang. Pada tahun 1925 saja, orang-orang Amerika menghabiskan rata-rata hampir 700 rokok per orang. Yunani pada masa setelah perang mengkonsumsi sebanyak separuh dari jumlah per kapita di Amerika Serikat. Rokok Amerika menjadi populer di banyak negeri, tetapi negeri-negeri lain seperti India, Cina, Jepang, Italia, dan Polandia bergantung pada tembakau yang ditanam di negeri sendiri untuk memenuhi permintaan dalam negeri mereka.
Untuk memperkuat cengkeraman pada pasaran Amerika, para pemasang iklan mengarahkan sasaran kepada kaum wanita. ”Iklan rokok menjelang akhir tahun 1920-an dikatakan ’telah menjadi gila’,” demikian laporan Jerome E. Brooks. Tetapi iklan mengakibatkan orang-orang Amerika terus membeli rokok selama dan setelah masa depresi ekonomi tahun 1929. Anggaran yang besar sekali (kira-kira $75.000.000 pada tahun 1931) mempromosikan rokok sebagai bantuan untuk tetap langsing, sebagai pengganti dari permen. Film-film yang mengagung-agungkan bintang-bintang yang merokok, seperti misalnya Marlene Dietrich, membantu menciptakan suatu citra modern. Sehingga pada tahun 1939, sebelum perang dunia yang baru, kaum wanita Amerika ikut bersama kaum pria mengkonsumsi 180 milyar rokok.
Perang lagi! Para prajurit sekali lagi mendapat rokok gratis, bahkan dalam ransum mereka di lapangan. ”Lucky Strike Green ke Medan Perang!” merupakan iklan yang laris dipromosikan dengan memanfaatkan kesempatan suasana perang yang patriotis. Dengan konsumsi rokok di Amerika Serikat setiap tahun diperkirakan 400 milyar pada akhir Perang Dunia II, siapa yang dapat meragukan tempat tembakau di dunia?
Sesungguhnya, siapa yang dapat meragukan pentingnya rokok bagi jaman pasca-perang Eropa, di mana pernah suatu ketika berkarton-karton rokok menggantikan mata uang di pasaran gelap? Para prajurit Amerika yang ditempatkan di Eropa membeli rokok yang mendapat subsidi dengan harga hanya lima sen satu bungkus dan dengan itu membiayai segala sesuatu—dari sepatu baru sampai gadis-gadis. Penjualan rokok kepada kalangan militer, yang bebas pajak, meningkat dari 5.400 per kapita pada tahun 1945 menjadi 21.250 dalam dua tahun saja.
Selama puluhan tahun segi-segi apapun yang tidak disetujui dari merokok telah berhasil disingkirkan dari sorotan masyarakat—bukan disangkal melainkan hanya dialihkan oleh perkembangan yang tak terbendung dari suatu kebiasaan yang populer. Tetapi, secara pribadi, tetap timbul pertanyaan, Apakah merokok itu merugikan? Apakah itu bersih atau meracuni?
Pada tahun 1952 pertanyaan yang bertubi-tubi mengenai kesehatan tiba-tiba muncul. Dokter-dokter Inggris menerbitkan hasil penelitian yang baru yang menunjukkan bahwa para korban penyakit kanker cenderung adalah perokok berat. Readerˈs Digest mengangkat cerita itu, dan setelah itu publikasi yang luas menyusul. Menjelang 1953 suatu kampanye anti rokok nampaknya akan berhasil. Apakah dunia ini akan membuang kebiasaan itu?
Industri Rokok yang Mengerikan
Di muka umum, industri rokok berkeras bahwa kasus terhadap rokok tidak dapat dibuktikan, hanya bersifat statistik belaka. Tetapi tiba-tiba—dan ironis sekali—mereka menyingkapkan senjata rahasianya, yaitu rokok dengan kadar getah tembakau rendah (low tar). Produk baru ini memberikan gambaran kepada para perokok yang merasa kuatir namun tidak ingin menghentikan kebiasaan itu, bahwa merokok itu aman dan tidak mengganggu kesehatan, sedangkan iklan sekali lagi membuktikan kemampuannya untuk menjual sebuah citra.
Sebenarnya, merk-merk dari rokok dengan kadar getah tembakau rendah lebih menenangkan hati perokok itu dan bukan kesehatannya. Para ilmuwan belakangan mendapati bahwa banyak perokok mengimbangi hal itu dengan menghirup asapnya lebih dalam dan menahan asap itu lebih lama dalam paru-paru sampai mereka mendapatkan nikotin sebanyak yang biasa mereka peroleh. Namun baru setelah seperempat abad berlalu para peneliti dapat membuktikan hal ini. Sementara itu, rokok muncul sebagai salah satu industri dunia yang paling menguntungkan, kini mencatat rekor penjualan setiap tahun lebih dari $40 milyar (A.S.).
Secara ekonomi industri ini sekarang lebih kuat dari pada sebelumnya. Langganan-langganan tetap membeli. Konsumsi setiap tahun naik hampir 1 persen per tahun di negara-negara industri dan hampir lebih dari 3 persen di negara-negara berkembang dari Dunia Ketiga. Di Pakistan dan Brasilia, perkembangannya berturut-turut enam dan delapan kali lebih cepat dari pada di kebanyakan negara-negara Barat. Seperlima dari pendapatan pribadi di Thailand digunakan untuk membeli rokok.
Meskipun demikian, bagi banyak orang yang prihatin, cengkeraman yang kuat dari kisah cinta rokok di dunia yang sudah berusia 100 tahun ini sama sekali bukan akhir dari kisah itu. Mungkinkah ada hal-hal lain yang tersembunyi dalam kenaikan yang luar biasa dalam penggunaan tembakau, terutama sejak 1914, dan diterimanya hal itu secara hampir membabi-buta oleh begitu banyak orang? Bagaimana dengan pertanyaan-pertanyaan yang jarang diajukan, seperti misalnya etik dari kebiasaan itu? Apakah merokok secara moral netral atau harus disalahkan? Artikel kita yang berikut memberikan beberapa pandangan.
[Gambar di hlm. 17]
Iklan dan perang—dua cara yang paling penting untuk menyebarluaskan penggunaan rokok
-
-
Menghadapi Fakta-Faktanya: Tembakau Dewasa IniSedarlah!—1986 (No. 17) | Sedarlah!—1986 (No. 17)
-
-
Menghadapi Fakta-Faktanya: Tembakau Dewasa Ini
KARENA merasa heran bahwa permintaan untuk rokok terus saja bertambah, redaktur dari Berita Kesehatan Sekolah Kedokteran Harvard bertanya, ”Mengapa suatu kejahatan yang makin menurun, yang hampir sama [pada tahun 1870-an] dengan kekejian pada pertengahan jaman Victoria, tiba-tiba muncul kembali?” Ya, seperti kata-kata muluk dari sebuah iklan baru-baru ini kepada para perokok wanita, ”Anda telah banyak membuat kemajuan, sayang.” Para sejarawan percaya bahwa kecanduan, iklan, dan perang telah berjasa dalam memikat hati masyarakat untuk menerima tembakau. ”Selain kecanduan, iklan merupakan sekutu yang paling kuat dari industri dalam perjuangannya untuk [memenangkan] hati dan pikiran para perokok,” demikian laporan seorang peneliti baru-baru ini. Memang, tetapi apakah hanya itu saja?
Kisah di Balik Kisah
Bagi para siswa Alkitab pentingnya jaman rokok tidak dapat diabaikan begitu saja. Mengapa? Karena jaman itu—terutama sejak 1914—telah menggenapi nubuat. Pertama, pada tahun 1914 ’bangsa bangkit melawan bangsa’ dalam perang dunia. Kemudian, seperti dinubuatkan Yesus Kristus selanjutnya, masyarakat manusia telah dikacaukan oleh ”makin bertambahnya kedurhakaan”. Karena perang telah mengecewakan orang-orang dan memporakporandakan nilai-nilai jaman Victoria mereka, hal itu membuka jalan bagi diterimanya rokok seperti yang belum pernah terjadi sebelumnya.—Matius 24:7, 12.
Pada tahun 1914 dunia memasuki jaman kekuatiran, dan industri rokok makin berkembang. Banyak perokok berpaling kepada kebiasaan ini untuk mengatasi ketegangan dari apa yang disebut Alkitab (TB) ”masa yang sukar”. Daya tarik dari iklan dan ketergantungan pada nikotin membantu menciptakan perasaan memanjakan diri sebagai suasana baru dari masyarakat. Dengan saksama, Alkitab menubuatkan bahwa pada hari-hari terakhir orang-orang akan ”lebih suka pada kesenangan dunia daripada menuruti Allah”.—2 Timotius 3:1-5, BIS.
Hal ini semua seharusnya membantu kita menyadari mendesaknya jaman kita. Sebaliknya dari ’tidak memperhatikan’, yang menurut Yesus telah dilakukan orang-orang pada masa yang genting, kita dapat menarik pelajaran dari sejarah. Alkitab menganjurkan agar kita berharap kepada Kerajaan Allah, bukan dalam kampanye yang sia-sia untuk memperbaiki dunia—juga bukan dalam impian yang sia-sia bahwa bangsa-bangsa pada suatu saat akan membuang kebiasaan buruk mereka.—Matius 24:14, 39, NW.
Dapatkah Dunia Membuang Kebiasaan Tersebut?
Keadaan tidak menunjukkan adanya harapan bahwa dunia akan membuang kebiasaan merokoknya. Pada tahun 1962 British Royal College of Physicians (Sekolah Tinggi Kedokteran Diraja Inggris) mula-mula memperingatkan terhadap merokok, tetapi pada tahun 1981 ternyata orang-orang Inggris membeli 110 milyar rokok. Kepala Dinas Kesehatan Amerika Serikat mula-mula memperingatkan mengenai bahayanya atas kesehatan pada tahun 1964. Tetapi tahun berikut penjualannya mencapai rekor. Menjelang tahun 1980 orang-orang Amerika membeli 135 milyar rokok lebih banyak setiap tahun dibanding tahun 1964, meskipun adanya peringatan dari Kepala Dinas Kesehatan mengenai risiko atas kesehatan yang ditulis pada tiap bungkus rokok! Kenyataannya ialah, dunia kini membeli empat trilyun rokok setahun.
Tidak soal apakah anda secara pribadi merokok atau tidak, uang dalam bisnis tembakau dewasa ini seharusnya menyadarkan anda bahwa pemerintahan-pemerintahan dan para politikus kemungkinan besar tidak akan mengakhiri perdagangan tembakau. Di Amerika Serikat, misalnya, meskipun 350.000 orang meninggal tiap tahun karena merokok, tembakau telah menghasilkan $21 milyar dalam bentuk pajak. Tembakau juga memberikan pekerjaan, secara langsung atau tidak langsung, kepada dua juta orang. Dan perusahaan-perusahaan tembakau paling banyak menggunakan uang. Di seluruh dunia, mereka menggunakan $2 milyar (A.S.) setahun untuk iklan—yang membuat anggaran bersama dari Masyarakat Kanker Amerika dan Perkumpulan Paru-Paru Amerika sebesar $7 juta, yang digunakan untuk pendidikan anti merokok, sama sekali tidak berarti.
Atau pikirkan mengenai dua perwakilan dari Perserikatan Bangsa Bangsa dan perpecahan mereka yang memalukan mengenai kebijaksanaan untuk tembakau, WHO (World Health Organization atau Organisasi Kesehatan Sedunia) baru-baru ini mengumumkan bahwa dengan menghentikan ”epidemi merokok” di negeri-negeri Dunia Ketiga, ”lebih banyak yang dapat dihasilkan dalam memperbaiki kesehatan dan memperpanjang usia. . . dari pada tindakan tunggal apapun dalam seluruh bidang obat-obatan pencegahan”. Tetapi FAO (Food and Agriculture Organization atau Organisasi Pangan dan Pertanian) berpendapat bahwa ”menanam tembakau telah menciptakan lapangan kerja dalam skala besar di desa-desa” di Dunia Ketiga. FAO menggambarkan tembakau sebagai ”sumber penghasilan pajak yang sangat penting dan mudah didapat” yang merupakan ”dorongan yang kuat” bagi petani-petani ”untuk menghasilkan tembakau” dan pemerintahan-pemerintahan ”untuk menganjurkan pengembangan dan produksinya”.
Menghadapi Kenyataan
Ya, gejala merokok, terutama sejak 1914, menuntut agar kita menghadapi beberapa kenyataan yang keras. Ada yang mengatakan, ’Jika hal itu membuat anda merasa nyaman, lakukanlah.’ Namun fakta-fakta yang menghubungkan merokok dengan penyakit paru-paru dan jantung, menghilangkan pandangan yang picik sedemikian. Di Inggris, merokok dikatakan telah membunuh orang-orang delapan kali lebih banyak dari pada kecelakaan mobil. Di seluruh dunia, kebiasaan ini ”telah memusnahkan lebih banyak orang dari pada semua perang dalam abad ini”, kata sebuah laporan dalam Manchester Guardian Weekly.
Bagaimana dengan kecanduan? Fakta yang keras ialah bahwa nikotin menciptakan keadaan ketergantungan pada obat [bius], dan banyak orang yang memperhatikan merasa mereka tidak mungkin dapat mengabaikan kerugian moral dan rohani yang berkaitan dengan itu
Keberatan secara Moral
Orang-orang Kristen mendapati bahwa hal-hal yang tidak dapat disetujui secara moral dan Alkitab dalam hal merokok, jauh lebih penting dari pada peringatan-peringatan kedokteran atau kesehatan. Penggunaan tembakau berasal dari animisme, spiritisme, dan penyembahan ilah-ilah bikinan manusia—semuanya dikutuk dalam Alkitab sebagai praktek-praktek keji yang menjauhkan seseorang dari sang Pencipta. (Lihat kotak, ”Daun Suci yang Menjadi Populer”.) (Roma 1:23-25) Merokok mencemarkan, berbahaya, dan bertentangan dengan standar-standar Kristen. (2 Korintus 7:1) Lebih penting lagi, kecanduan mengarahkan kebiasaan ini kepada lingkup ”obat-obat [bius]”—suatu istilah yang bersifat mengutuk yang digunakan dalam Alkitab untuk kebiasaan-kebiasaan yang merugikan secara rohani dan bersifat takhyul.—Lihat catatan kaki dalam Reference Bible NW mengenai Wahyu 21:8; 22:15.
Jadi, ada kaitan moral yang serius dari kebiasaan yang menyenangkan perasaan seseorang namun mengorbankan kesehatan, mengotori udara yang harus dihirup sesamanya, dan mendorong kaum remaja yang mudah dipengaruhi untuk melakukan hal yang sama. Setelah merenungkan hal itu dan mungkin mengadakan evaluasi kembali yang menyakitkan, banyak perokok memutuskan bahwa mereka harus berhenti—demi kepentingan diri sendiri dan orang-orang yang mereka kasihi.
Membalikkan Proses
Untuk menghentikan kecanduan kepada tembakau, anda akan menghadapi tekanan dari tubuh anda sendiri dan lingkungan anda. Sebagai perokok, tubuh anda bergantung pada nikotin. Anda akan merasakan keinginan besar yang sama seperti dirasakan oleh perokok-perokok selama satu abad sejak asap rokok dapat dihirup. Papan-papan iklan dan majalah-majalah melambai-lambaikan kebiasaan itu di depan mata pikiran anda, dengan selalu menghubungkannya dengan kesenangan, kebebasan, petualangan, keindahan, kemewahan. Sesama perokok anda cenderung untuk menganggap merokok itu wajar, aman, tidak bersalah, menyenangkan, bergaya, modern. Anda telah membuka kesempatan bagi gagasan merokok.
Singkatnya, agar anda dapat membuang kebiasaan itu, secara pribadi anda harus membalikkan proses yang telah membuat dunia ini kecanduan. Saran-saran praktis seperti yang terdapat pada halaman ini dapat membantu anda melawan kecenderungan dunia, namun langkah pertamanya penting, Sadarilah mengapa anda ingin berhenti. ”Keputusan itu harus dibuat jauh dalam batin,” kata Dr. C. F. Tate dalam American Medical News. ”Setelah keputusan ini dibuat, bagian yang terbesar dari perjuangan itu telah lewat.”
Dan bagaimana dengan dunia yang nampaknya tidak dapat dan tidak mau membuat perubahan-perubahan yang dapat anda buat secara pribadi? Tidak, masyarakat manusia kemungkinan besar tidak akan, melalui usaha-usahanya sendiri, mengakhiri praktek-praktek yang menghancurkan diri seperti misalnya petualangan cintanya dengan rokok. Namun yakinlah bahwa Allah berjanji untuk ”membinasakan barangsiapa yang membinasakan bumi”. (Wahyu 11:18) Dan sarana Allah untuk mewujudkan hal ini—pemerintahan Kerajaan surgawiNya—merupakan harapan anda yang pasti untuk pada suatu hari melihat kesehatan rohani, moral, dan fisik dipulihkan di mana-mana di atas bumi ini.—Yesaya 33:24.
[Tabel/Gambar di hlm. 19]
(Untuk keterangan lengkap, lihat publikasinya)
Anggaran tahunan untuk iklan rokok sebesar $2 milyar membuat tidak berartinya anggaran $7 juta untuk pendidikan anti merokok
Pendidikan Anti Merokok
7 Juta
Iklan Rokok
2 Miliar
(tiap kotak sama dengan satu juta dollar)
-
-
Bagaimana Menghentikan Kebiasaan ItuSedarlah!—1986 (No. 17) | Sedarlah!—1986 (No. 17)
-
-
Bagaimana Menghentikan Kebiasaan Itu
JANGAN mencoba menguranginya sedikit demi sedikit: Hal itu memperlama penderitaan dari usaha untuk berhenti.
JANGAN memboroskan uang anda untuk obat-obat anti merokok yang mahal: ”Tanpa perkecualian, alat-alat bantuan yang sekarang ada di pasaran tidak banyak memberikan bantuan yang sungguh-sungguh kepada si perokok,” New Scientist melaporkan. Dan World Health mengatakan, ”Unsur utama untuk sukses . . . selalu adalah kemauan keras dari si perokok. Yang lain hanya melengkapi saja.”
TERIMALAH tanggung jawab anda, tetapi dapatkan bantuan juga: Teman-teman yang memberikan dukungan yang juga telah berhenti merokok sangat berharga. Berdoalah. Keinginan yang sungguh-sungguh untuk menyenangkan Allah dan melakukan kehendakNya akan menghasilkan mujizat.—Filipi 2:4; 4:6, 13.
SADARILAH manfaat dengan tidak merokok: Mengurangi risiko kematian (karena penyakit jantung, serangan otak [stroke], bronkitis, emphysema [pembengkakan paru-paru], atau kanker); memberikan contoh yang baik; menghemat uang; bebas dari keadaan berantakan, bau badan, keadaan tidak enak, dan perbudakan kepada kebiasaan itu.
PAHAMILAH risiko penderitaan yang ditimbulkannya: Dalam waktu 12 jam setelah rokok yang terakhir, jantung dan paru-paru anda mulai memperbaiki diri. Kadar karbon monoksida dan nikotin anda akan menurun dengan cepat. Tetapi seraya tubuh anda menjadi sembuh, hal itu menyakitkan. Anda mungkin akan merasa jengkel atau cepat marah, tetapi anda tidak membutuhkan rokok untuk menenangkan saraf anda. Keadaan tidak enak yang bersifat sementara ini adalah awal dari kehidupan yang lebih sehat.
SADARILAH tantangannya: Harapkan timbulnya problem. Hindari sikap kasihan pada diri sendiri dan kompromi. Tetapi jangan ragu-ragu, anda dapat membuang kebiasaan itu.
-