Para Pembela Tembakau Meluncurkan Balon Omong Kosong Mereka
PADA tahun 1940-an, London adalah sebuah kota yang terkepung. Pesawat-pesawat tempur Jerman dan bom-bom terbang yang berjatuhan mengakibatkan teror dan kehancuran. Namun seandainya situasinya tidak begitu mengerikan, para penduduk mungkin akan geli melihat suatu pemandangan yang ganjil.
Diikat dengan kawat-kawat yang panjang, ribuan balon udara melayang di angkasa. Tujuannya adalah untuk mencegah serangan udara berjarak dekat dan diharapkan dapat menghalangi beberapa bom terbang yang masih berada di udara. Balon-balon penghadang, yang kelihatannya cerdik itu, tidak mendapat banyak sukses.
Perusahaan-perusahaan rokok juga mendapati diri terkepung. Kerajaan-kerajaan tembakau yang bertebaran, yang dahulunya merupakan kubu kekuatan politik dan ekonomi yang tidak terkalahkan, sedang diserang dari segala penjuru.
Kalangan medis mengeluarkan banyak sekali penelitian yang memberatkan. Para pejabat kesehatan yang sedang berjuang memanfaatkan situasi ini bagi kepentingan pihak mereka. Orang-tua yang berang menuduh bahwa anak mereka dijadikan korban. Para legislator yang gigih telah memberlakukan larangan merokok di gedung perkantoran, rumah makan, pangkalan militer, dan pesawat terbang. Di banyak negeri, iklan tembakau telah dilarang di televisi dan radio. Di Amerika Serikat, negara-negara bagian secara terpadu menggugat perusahaan-perusahaan tembakau senilai jutaan dolar untuk biaya perawatan kesehatan. Bahkan para pengacara bergabung dalam pertempuran tersebut.
Maka dalam upaya menangkis penyerang mereka, perusahaan-perusahaan tembakau meluncurkan beberapa balon pertahanan mereka sendiri. Akan tetapi, hal itu kelihatannya hanya berisi omong kosong belaka.
Tahun lalu, masyarakat AS dapat mengamati dengan jelas sewaktu para legislator dan pejabat kesehatan pemerintah yang murka melancarkan serangan yang hebat terhadap industri tembakau. Dalam pemeriksaan demi pemeriksaan di hadapan panel kongres AS pada bulan April 1994, para eksekutif dari tujuh perusahaan besar tembakau di Amerika dikonfrontasikan dengan statistik yang memberatkan: lebih dari 400.000 orang Amerika meninggal setiap tahun dan jutaan lagi sakit, hampir meninggal, dan kecanduan.
Apa yang mereka katakan untuk membela diri? Para eksekutif yang siap tempur mengajukan beberapa pernyataan yang menarik dalam pembelaan mereka, ”Merokok . . . belum terbukti memiliki peran yang menyebabkan berkembangnya penyakit,” seorang juru bicara Institut Tembakau menegaskan. Selain itu, kebiasaan merokok digambarkan tidak ada bahayanya sama seperti kegiatan yang menyenangkan lainnya, seperti makan permen atau minum kopi. ”Keberadaan nikotin tidak membuat rokok menjadi obat bius, atau merokok suatu kecanduan,” kata seorang kepala eksekutif perusahaan tembakau. ”Anggapan bahwa nikotin dengan kadar berapa pun dalam rokok akan menimbulkan kecanduan tidaklah tepat,” seorang ilmuwan perusahaan rokok menegaskan.
Jika rokok tidak mencandukan, balas komite, mengapa perusahaan-perusahaan tembakau berupaya memanipulasi kadar nikotin dalam produk mereka? ”Untuk meningkatkan rasa,” seorang eksekutif perusahaan tembakau lainnya menjelaskan. Apa enaknya rokok yang tidak ada rasanya? Ketika diperlihatkan setumpuk hasil riset dari arsip perusahaannya sendiri yang menunjukkan sifat mencandukan dari nikotin, ia berkukuh pada pendapatnya.
Kelihatannya, ia dan yang lainnya akan berkukuh pada pendapat tersebut tidak soal berapa banyak korban tembakau yang akan memenuhi kuburan-kuburan. Pada awal tahun 1993, Dr. Lonnie Bristow, ketua American Medical Association Board of Trustees mengeluarkan tantangan yang menarik. The Journal of the American Medical Association melaporkan, ”Ia mengundang para eksekutif perusahaan-perusahaan tembakau utama AS untuk berjalan bersamanya melalui bangsal-bangsal rumah sakit untuk melihat salah satu akibat merokok—pasien-pasien kanker paru-paru dan cacat-cacat lain yang berhubungan dengan paru-paru. Tidak ada satu eksekutif pun yang menerima undangan ini.”
Industri tembakau membanggakan diri bahwa mereka menyediakan lapangan pekerjaan yang baik dalam ekonomi sedunia yang angka penganggurannya terus meningkat. Sebagai contoh, di Argentina satu juta pekerjaan tercipta karena industri tersebut, ditambah empat juta pekerjaan lain yang secara tidak langsung berhubungan dengannya. Pendapatan pajak yang sangat besar yang diperoleh dari perusahaan-perusahaan tembakau menyenangkan banyak pemerintah.
Sebuah perusahaan tembakau secara khusus memperhatikan kelompok-kelompok minoritas dengan sumbangan-sumbangan yang pemurah—yang kelihatannya merupakan suatu pernyataan kepedulian sosial. Akan tetapi, dokumen-dokumen intern perusahaan menyingkapkan motif sebenarnya dari ”anggaran pengembangan jumlah pemilih (untuk pemilihan umum)” ini—untuk menanam budi di kalangan para pemilih yang potensial.
Perusahaan tembakau yang sama ini juga menjalin persahabatan dengan kalangan seni melalui sumbangan dalam jumlah besar kepada museum, sekolah, akademi seni tari, dan lembaga musik. Pejabat-pejabat organisasi kesenian menebalkan muka mereka untuk menerima uang hasil tembakau yang sangat mereka butuhkan. Baru-baru ini, anggota-anggota masyarakat kesenian New York City menghadapi dilema yang sulit sewaktu perusahaan tembakau yang sama ini meminta mereka memberi dukungan dalam upaya negosiasi menentang pembuatan undang-undang anti merokok.
Dan, tentu saja, konglomerat tembakau yang kaya raya tidak malu membagi-bagikan uang kepada para politikus, yang dapat menggunakan pengaruhnya untuk menentang usul apa pun yang merugikan kepentingan perusahaan tembakau. Pejabat-pejabat pemerintah di tingkat atas mendukung perkara perusahaan-perusahaan tembakau. Beberapa pejabat memiliki ikatan finansial dengan industri tersebut atau merasakan tekanan untuk membalas budi atas dana besar-besaran dari perusahaan tembakau untuk kampanye mereka.
Seorang anggota kongres AS dilaporkan telah menerima sumbangan senilai lebih dari 21.000 dolar dari perusahaan-perusahaan rokok dan setelah itu ia ikut mengeluarkan suara menentang sejumlah masalah antirokok.
Seorang mantan juru negosiasi bergaji tinggi dari suatu perusahaan tembakau, yang pernah menjadi senator negara bagian dan adalah seorang perokok berat, baru-baru ini mendapati bahwa ia mengidap kanker tenggorokan, paru-paru, dan hati. Kini ia sangat menyesal dan meratap bahwa ”berbaring di tempat tidur karena penyakit yang dibuat sendiri” membuat seseorang merasa seperti orang bodoh.
Dengan kekuasaan yang dapat dibeli dengan uang periklanan, para konglomerat tembakau dengan giat memerangi tentangan. Sebuah iklan mengibarkan bendera kebebasan, dengan peringatan yang sungguh-sungguh, ”Sekarang Rokok. Besok Apa Lagi?” Iklan tersebut memberi kesan bahwa kafein, alkohol, dan hamburger akan menjadi korban berikutnya dari apa yang dianggap larangan yang fanatik.
Iklan-iklan surat kabar telah berupaya mendiskreditkan penelitian oleh Badan Perlindungan Lingkungan AS yang dikutip secara luas yang menggolongkan asap rokok pasif sebagai zat karsinogenik. Industri tembakau mengumumkan rencana untuk mengadakan perang secara legal. Sebuah acara televisi menuduh sebuah perusahaan telah memanipulasi kadar nikotin untuk menganjurkan kecanduan. Jaringan yang menyiarkan acara tersebut langsung dituntut secara hukum senilai 10 miliar dolar.
Perusahaan-perusahaan tembakau telah bertempur dengan hebat, namun udara malah menjadi lebih dipenuhi asap tuduhan. Kira-kira 50.000 penelitian telah dilakukan selama empat dekade terakhir, yang menghasilkan bukti yang menggunung dan terus meninggi akan bahaya penggunaan tembakau.
Bagaimana perusahaan-perusahaan tembakau berupaya mengelak tuduhan-tuduhan yang dilontarkan kepada mereka? Mereka dengan keras kepala berkukuh pada sesuatu yang dianggap suatu fakta: Para perokok bisa berhenti. Maka, menurut mereka, nikotin tidak mencandukan. Akan tetapi, statistik memperlihatkan kebalikannya. Benar, 40 juta orang Amerika telah berhenti merokok. Namun lebih dari 50 juta lainnya masih merokok, dan 70 persen dari antara mereka mengatakan bahwa mereka ingin berhenti. Dari 17 juta orang yang berupaya untuk berhenti merokok setiap tahunnya, 90 persen gagal dalam kurun waktu satu tahun.
Setelah pembedahan kanker paru-paru, hampir 50 persen dari para perokok AS kembali kepada kebiasaan mereka. Dari antara para perokok yang terkena serangan jantung, 38 persen menyulut rokok lagi bahkan sebelum meninggalkan rumah sakit. Empat puluh persen perokok yang diangkat pangkal tenggorokannya karena kanker akan mencoba merokok lagi.
Dari jutaan perokok remaja di Amerika Serikat, tiga perempatnya mengatakan bahwa mereka telah membuat sedikitnya satu kali upaya yang serius untuk berhenti merokok namun gagal. Statistik juga memperlihatkan bahwa bagi kebanyakan remaja, mengisap tembakau adalah batu loncatan kepada obat bius yang lebih keras. Para perokok remaja memiliki kemungkinan lebih dari 50 kali lebih besar untuk menggunakan kokain dibandingkan mereka yang tidak merokok. Seorang perokok berusia 13 tahun menyetujui. ”Dalam pikiran saya tidak ada keraguan bahwa rokok adalah gerbangnya obat bius,” tulisnya. ”Hampir setiap orang yang saya kenal, kecuali tiga orang, mulai merokok sebelum menggunakan obat bius.”
Bagaimana dengan rokok yang memiliki kadar tar rendah? Penelitian memperlihatkan bahwa rokok semacam itu sebenarnya, bisa jadi lebih berbahaya—karena dua alasan: Pertama, si perokok sering kali mengisap lebih dalam untuk menyadap nikotin yang didambakan sistem tubuhnya, sehingga membuat lebih banyak jaringan paru-paru terkena efek beracun dari asap rokok tersebut; kedua, konsep yang keliru bahwa ia sedang mengisap rokok yang ”lebih sehat” mungkin akan mencegahnya untuk berupaya berhenti sama sekali.
Lebih dari 2.000 penelitian telah dilakukan terhadap nikotin saja. Penelitian-penelitian tersebut menyingkapkan bahwa nikotin adalah salah satu zat yang paling bersifat mencandukan yang dikenal manusia, dan salah satu yang paling berbahaya. Nikotin mempercepat denyut jantung dan mempersempit pembuluh darah. Ia diserap ke dalam aliran darah dalam waktu tujuh detik—bahkan lebih cepat daripada suntikan langsung ke dalam pembuluh darah. Ia menyebabkan otak menginginkan lebih banyak, suatu keinginan yang oleh beberapa pihak dikatakan dua kali lebih bersifat mencandukan dibanding dengan heroin.
Apakah perusahaan-perusahaan tembakau, meskipun menyangkal, sadar akan sifat mencandukan dalam nikotin? Petunjuk memperlihatkan bahwa mereka telah mengetahuinya sejak dahulu. Sebagai contoh, sebuah laporan pada tahun 1983 menunjukkan bahwa seorang peneliti dari sebuah perusahaan tembakau memperhatikan bahwa tikus-tikus laboratorium memperlihatkan gejala-gejala kecanduan yang khas, dengan secara teratur menekan alat yang akan memberikan mereka lebih banyak dosis nikotin. Menurut laporan, penelitian tersebut cepat-cepat dibungkamkan oleh industri tembakau dan baru ketahuan baru-baru ini.
Konglomerat-konglomerat tembakau tidak hanya duduk tenang sementara serangan memberondong dari segala penjuru. Dewan Riset Tembakau di New York City menyelenggarakan apa yang The Wall Street Journal sebut sebagai ”kampanye informasi yang salah yang berjalan paling lama dalam sejarah bisnis AS”.
Di bawah panji melakukan riset independen, dewan tersebut telah menginvestasi jutaan dolar untuk memerangi para penyerang. Ini semua berawal pada tahun 1953 ketika Dr. Ernst Wynder dari Lembaga Kanker Memorial Sloan-Kettering menemukan bahwa tar tembakau yang dicat pada punggung tikus menyebabkan tumor. Industri rokok membentuk dewan tersebut untuk menetralisasi bukti-bukti yang jelas yang makin terkumpul, yang dapat menjatuhkan produk mereka, dengan menangkis serangan menggunakan bukti ilmiah mereka sendiri.
Namun, bagaimana sampai para ilmuwan dewan tersebut memberikan hasil-hasil yang sangat bertolak belakang dengan penemuan-penemuan oleh masyarakat ilmuwan lainnya? Dokumen-dokumen yang diterbitkan baru-baru ini menyingkapkan suatu jaringan intrik yang terjalin rapi. Banyak peneliti yang bekerja untuk dewan tersebut, yang dibelenggu oleh kontrak-kontrak tertulis dan dikendalikan oleh sepasukan pengacara yang bermata tajam, mendapati bahwa meningkatnya kecemasan akan kesehatan memiliki dasar yang kuat. Namun ketika dihadapkan dengan fakta, dewan tersebut, menurut The Wall Street Journal, ”kadang-kadang mengabaikan, atau bahkan menghentikan penelitiannya sendiri yang menyingkapkan bahwa merokok membahayakan kesehatan”.
Secara rahasia, upaya untuk menghasilkan rokok yang lebih aman terus dilakukan selama bertahun-tahun. Melakukan hal itu di depan umum akan merupakan pengakuan secara tidak langsung bahwa merokok memang membahayakan kesehatan. Menjelang akhir tahun 1970-an, seorang pengacara senior untuk sebuah perusahaan tembakau menganjurkan agar upaya untuk menghasilkan rokok yang ”aman” dihentikan karena dianggap sia-sia dan semua dokumen yang berhubungan dengan hal itu disembunyikan.
Dua hal menjadi jelas dari eksperimen selama bertahun-tahun: Nikotin memang bersifat mencandukan, dan menghisap rokok memang mematikan. Meskipun perusahaan-perusahaan tembakau dengan pantang menyerah menyangkal fakta-fakta ini di depan umum, mereka memperlihatkan melalui tindakan bahwa mereka tahu persis fakta-fakta tersebut.
Dengan tuduhan manipulasi secara sengaja, komisioner David Kessler dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan AS (FDA) mengatakan, ”Beberapa rokok zaman sekarang, sebenarnya mungkin memenuhi syarat sebagai sistem penyalur nikotin berteknologi tinggi yang menyalurkan nikotin dalam jumlah yang telah dikalkulasi dengan sangat tepat . . . cukup untuk menciptakan dan mempertahankan kecanduan.”
Kessler menyingkapkan bahwa perusahaan-perusahaan tembakau memiliki sejumlah paten yang membuktikan niat mereka. Satu adalah untuk turunan tembakau yang secara genetik telah diubah sehingga menghasilkan nikotin dalam kadar tertinggi yang pernah dikenal. Proses lain ialah mengolesi filter dan kertas rokok dengan nikotin untuk mendapatkan kenikmatan ekstra. Proses lain lagi ialah dengan menyalurkan lebih banyak nikotin dalam pengisapan pertama oleh si perokok daripada pengisapan yang terakhir. Sebagai tambahan, dokumen-dokumen industri memperlihatkan bahwa senyawa amonia ditambahkan ke dalam rokok untuk melepaskan lebih banyak nikotin dari tembakau. ”Hampir dua kali jumlah yang biasa terisap masuk ke dalam aliran darah seorang perokok,” kata sebuah laporan New York Times. FDA telah menyatakan bahwa nikotin adalah obat bius yang bersifat mencandukan dan bermaksud mengenakan peraturan yang lebih ketat terhadap rokok.
Pemerintah juga dalam taraf tertentu bergantung kepada rokok. Pemerintah AS, misalnya, meraup 12 miliar dolar setahun dari pajak pemerintahan pusat maupun negara bagian atas produk tembakau. Akan tetapi, Departemen Pengkajian Teknologi federal memperhitungkan kerugian pemerintah sebesar 68 miliar dolar setahun akibat merokok, didasarkan atas biaya perawatan kesehatan dan hilangnya produktivitas.
Pernyataan-pernyataan tentang manfaat secara ekonomi dan lapangan pekerjaan yang melimpah, dukungan yang pemurah untuk kesenian, bantahan-bantahan yang keras terhadap risiko kesehatan—sebenarnya, industri tembakau telah melepaskan balon-balon yang kelihatan ganjil untuk membela diri. Apakah balon-balon itu terbukti lebih efektif atau tidak dibandingkan dengan balon-balon penghadang di atas London masih akan kita lihat.
Namun halnya nyata bahwa perusahaan-perusahaan raksasa tidak dapat menyembunyikan belangnya lagi. Mereka telah meraup jutaan, dan mereka telah membunuh jutaan, namun tampaknya mereka tidak terpengaruh oleh hasil akhir berupa jumlah korban yang mengerikan.
[Blurb di hlm. 8]
Hal itu kelihatannya hanya berisi omong kosong belaka
[Blurb di hlm. 9]
Sebuah penelitian pemerintah menggolongkan asap rokok pasif sebagai zat karsinogenik
[Blurb di hlm. 10]
Nikotin adalah salah satu zat yang paling bersifat mencandukan yang dikenal
[Blurb di hlm. 11]
Mereka telah meraup jutaan; mereka telah membunuh jutaan
[Kotak di hlm. 10]
50.000 Penelitian—Apa yang Telah Mereka Temukan?
Ini adalah sebuah contoh kecil dari masalah kesehatan yang diajukan oleh para peneliti sehubungan penggunaan tembakau:
KANKER PARU-PARU: Sebesar 87 persen kematian karena kanker paru-paru didapati pada para perokok.
PENYAKIT JANTUNG: Para perokok memiliki risiko 70 persen lebih besar terjangkit penyakit yang berhubungan dengan jantung dan pembuluh darah.
KANKER PAYUDARA: Wanita yang merokok 40 batang atau lebih setiap hari memiliki kemungkinan 74 persen lebih besar meninggal karena kanker payudara.
KERUSAKAN PENDENGARAN: Bayi-bayi dari ibu yang merokok lebih sulit memproses suara.
RISIKO DIABETES: Para penderita diabetes yang merokok atau mengunyah tembakau memiliki risiko yang lebih tinggi terkena kerusakan ginjal serta proses retinopathy (kerusakan pada retina) yang berkembang lebih cepat.
KANKER USUS BESAR: Dua penelitian yang melibatkan lebih dari 150.000 orang memperlihatkan hubungan yang jelas antara merokok dan kanker usus besar.
ASMA: Embusan asap rokok dapat memperburuk asma di kalangan remaja.
KECENDERUNGAN UNTUK MEROKOK: Putri-putri dari para wanita yang merokok selama mengandung memiliki kemungkinan empat kali lebih besar untuk merokok.
LEUKEMIA: Merokok tampaknya menyebabkan leukemia myeloid.
CEDERA SEWAKTU BEROLAHRAGA: Menurut sebuah penelitian Angkatan Darat AS, para perokok memiliki kemungkinan lebih besar untuk cedera saat berolahraga.
INGATAN: Dosis nikotin yang tinggi bisa jadi mengurangi ketangkasan mental sewaktu seseorang sedang melaksanakan tugas yang rumit.
DEPRESI: Para psikiater sedang menyelidiki bukti adanya hubungan antara merokok dengan depresi utama serta skizofrenia.
BUNUH DIRI: Sebuah penelitian atas para juru rawat memperlihatkan bahwa bunuh diri dua kali lebih besar kemungkinannya di antara para juru rawat yang merokok.
Bahaya-bahaya lain untuk ditambahkan ke dalam daftar: Kanker mulut, pangkal tenggorokan, tenggorokan, esofagus, pankreas, lambung, usus kecil, kandung kemih, ginjal, dan leher rahim; stroke, serangan jantung, penyakit paru-paru yang kronis, penyakit pada sistem peredaran darah, radang dinding lambung, diabetes, kemandulan, melahirkan bayi dengan berat yang kurang, osteoporosis (keropos tulang), dan infeksi telinga. Risiko kebakaran dapat ditambahkan juga, karena merokok merupakan penyebab utama dari kebakaran rumah, hotel, dan rumah sakit.
[Kotak di hlm. 12]
Tembakau Tanpa Asap—Pengganti yang Berbahaya
Orang yang paling sukses dalam industri tembakau hidung (tembakau yang ditaruh pada lubang hidung untuk dihirup baunya), yang asetnya sebesar 1,1 miliar dolar AS, dengan lihai memikat para pemula yang masih muda dengan umpan yang dibumbui. Ada jenis-jenis tembakau hidung berbumbu yang terkenal. ”Sedikit efek awal dari tembakau” yang didapatkan dari produk-produk tadi memberikan kepuasan namun tidak untuk waktu yang lama. Seorang mantan wakil ketua perusahaan tembakau ini mengatakan, ”Banyak orang mungkin mulai dengan produk yang mengandung lebih banyak bumbu, namun pada akhirnya, mereka akan beralih kepada [jenis yang paling keras].” Produk tersebut diiklankan sebagai, ”Suatu Kunyahan Kuat bagi Pria Perkasa” dan, ”Itu Memuaskan”.
The Wall Street Journal, yang melaporkan tentang strategi perusahaan ini, mengutip penyangkalannya bahwa ”perusahaan ini memodifikasi kadar nikotin”. Journal itu juga menyatakan bahwa dua mantan ahli kimia tembakau dari perusahaan tersebut, ketika berbicara tentang topik tersebut untuk pertama kalinya, mengatakan bahwa, ”meskipun perusahaan tersebut tidak memanipulasi kadar nikotin, perusahaan tersebut memang memanipulasi jumlah nikotin yang diserap para penggunanya”. Mereka juga mengatakan bahwa perusahaan telah menambahkan zat-zat kimia untuk menambah alkalinitas tembakau hidungnya. Semakin banyak alkalin dalam tembakau hidung, ”semakin banyak nikotin yang dilepaskan”. Journal menambahkan penjelasan berikut ini berkenaan tembakau hidung dan tembakau kunyah, ”Tembakau hidung, yang sering dikacaukan dengan tembakau kunyah, adalah tembakau irisan yang diisap oleh mereka yang menggunakannya, namun tidak dikunyah. Mereka yang menggunakannya mengambil sejumput, atau ’dip’, dan meletakkannya di antara pipi dan gusi, memindah-mindahkannya dengan lidah mereka dan sewaktu-waktu meludahkan itu.”
Jenis-jenis yang berbumbu yang dibuat untuk para pemula hanya melepaskan dari 7 sampai 22 persen nikotinnya untuk diserap ke dalam aliran darah. Jenis yang paling kuat dapat membuat para pemula sesak napas. Tembakaunya dicincang halus untuk pria-pria ”sejati”. Tujuh puluh sembilan persen nikotinnya ”bebas”, dapat langsung diserap ke dalam aliran darah. Di Amerika Serikat, orang-orang mulai menggunakannya rata-rata pada usia sembilan tahun. Dan anak berusia sembilan tahun mana yang tidak akan mau beralih kepada jenis yang lebih keras dan bergabung dengan pria-pria ”sejati”?
Hasil dari dosis nikotin itu sebenarnya lebih kuat daripada dosis yang berasal dari sebuah rokok. Mereka yang menggunakannya dilaporkan mempunyai kemungkinan 4 kali lebih besar terkena kanker mulut, dan risiko terkena kanker tenggorokan 50 kali lebih besar daripada mereka yang tidak menggunakannya.
Seruan amarah publik Amerika Serikat untuk sementara waktu berkobar ketika sebuah tuntutan hukum diajukan terhadap suatu perusahaan tembakau oleh ibu seorang mantan bintang atletik sekolah menengah atas yang meninggal karena kanker mulut. Pada usia 12 tahun ia mendapat sekaleng tembakau hidung secara gratis pada sebuah rodeo dan setelah itu menggunakan tembakau ini empat kaleng setiap minggu. Setelah ia menjalani sejumlah pembedahan yang menyakitkan yang memotong lidah, rahang, dan lehernya, dokternya menyerah. Pemuda itu meninggal pada usia 19 tahun.
[Kotak di hlm. 13]
Cara Berhenti Merokok
Jutaan orang telah berhasil membebaskan diri mereka dari kecanduan nikotin. Jika Anda seorang perokok, bahkan yang sudah lama, Anda juga dapat menyingkirkan kebiasaan yang berbahaya ini. Beberapa saran yang mungkin membantu:
• Ketahuilah sebelumnya apa yang akan terjadi. Gejala-gejala awal berhenti merokok mungkin termasuk kecemasan, gampang marah, pusing, sakit kepala, susah tidur, sakit perut, lapar, keinginan yang kuat untuk merokok lagi, sulit berkonsentrasi, dan gemetaran. Ini semua tidak menyenangkan tentunya, namun gejala-gejala yang paling berat hanya berlangsung beberapa hari dan memudar secara bertahap seraya tubuh bebas dari nikotin.
• Kini peperangan mental benar-benar mulai. Tidak hanya tubuh Anda yang merindukan nikotin namun pikiran Anda telah dibentuk oleh perilaku yang berhubungan dengan merokok. Analisislah rutinitas Anda untuk melihat kapan Anda secara otomatis meraih sebatang rokok, dan ubahlah pola itu. Sebagai contoh, jika Anda selalu merokok segera setelah makan, bertekadlah untuk segera berdiri dan berjalan-jalan atau mencuci piring.
• Bila keinginan yang kuat datang, mungkin karena saat-saat yang menegangkan, ingatlah bahwa desakan demikian biasanya akan berlalu dalam waktu lima menit. Bersiaplah untuk menyibukkan pikiran Anda dengan menulis surat, berolahraga, atau makan makanan ringan yang sehat. Doa merupakan bantuan yang ampuh untuk mengendalikan diri.
• Jika Anda merasa kecil hati karena upaya-upaya untuk berhenti telah gagal, jangan menyerah. Yang penting adalah terus mencoba.
• Jika prospek bertambahnya berat badan menghalangi Anda, ingatlah bahwa manfaat berhenti merokok jauh lebih banyak daripada bahaya bertambah berat badan beberapa kilogram. Mungkin dapat membantu dengan senantiasa siap dengan buah-buahan atau sayuran. Dan minumlah air yang banyak.
• Berhenti merokok adalah satu hal. Terus menahan diri dari tembakau merupakan hal lain. Tetapkan target waktu untuk bebas rokok—satu hari, satu minggu, tiga bulan, selamanya.
Yesus mengatakan, ”Engkau harus mengasihi sesamamu seperti dirimu sendiri.” (Markus 12:31) Demi kasih terhadap sesama Anda, berhentilah merokok. Demi kasih terhadap diri Anda sendiri, berhentilah merokok.—Lihat juga ”Merokok—Pandangan Kristen”, dalam g-IN No. 31, halaman 13-15.