PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • g95 8/8 hlm. 18
  • ”Suatu Tragedi Pemerataan Kesempatan”

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • ”Suatu Tragedi Pemerataan Kesempatan”
  • Sedarlah!—1995
  • Bahan Terkait
  • Jutaan Nyawa Melayang bersama Asap Rokok
    Sedarlah!—1995
  • Rokok−Apakah Anda Menolaknya?
    Sedarlah!—1996
  • Salesman Maut—Apakah Anda Pelanggannya?
    Sedarlah!—1989 (No. 31)
  • Apakah Merokok Memang Begitu Buruk?
    Sedarlah!—1991
Lihat Lebih Banyak
Sedarlah!—1995
g95 8/8 hlm. 18

”Suatu Tragedi Pemerataan Kesempatan”

”GADIS-GADIS belasan tahun sama sekali tidak memahami pesannya,” demikian The Toronto Star melaporkan. Pesan apa? Bahwa merokok merupakan kebiasaan yang memautkan. Suatu penelitian pada tahun 1991 mengungkapkan bahwa 25 persen gadis-gadis Kanada yang berusia antara 15 dan 19 tahun adalah perokok, dibandingkan dengan 19 persen anak laki-laki pada kelompok umur yang sama. Bahkan di kalangan orang dewasa, perokok wanita melebihi jumlah perokok pria. ”Penggunaan tembakau di kalangan wanita telah menjadi tragedi pemerataan kesempatan,” demikian pernyataan para dokter untuk organisasi Kanada Bebas-Rokok.

Mengapa gadis-gadis belasan tahun mulai merokok? Rasa ingin tahu, tekanan teman sebaya, dan semangat memberontak memainkan peranan. Akan tetapi, yang tidak boleh diabaikan adalah industri periklanan, yang melukiskan para perokok wanita sebagai orang-orang yang langsing. Ya, banyak yang merokok untuk berupaya mencegah makan berlebihan, dan mereka takut berat badan bertambah jika mereka berhenti. Tragisnya, wanita-wanita ini mungkin lebih memusingkan ancaman menjadi gemuk daripada ancaman kanker. Robert Coambs, seorang asisten profesor di Universitas Toronto, menyimpulkan sikap mereka, ”Kanker paru-paru masih 20 tahun lagi. Sedangkan, bertambahnya berat badan adalah sekarang.”

Perusahaan tembakau juga menargetkan kaum wanita dengan mengkaitkan mengisap rokok dengan kebebasan. Namun, Jean Kilbourne, mantan penasihat untuk dua kepala dinas kesehatan AS, dengan bijaksana menyatakan, ”Seseorang baru dapat menganggap mengisap rokok sebagai sesuatu yang membebaskan jika seseorang menganggap kematian sebagai kebebasan yang paling akhir.”

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan