PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • Peran yang Bermartabat dari Wanita di Kalangan Hamba Allah Masa Awal
    Menara Pengawal—1995 | 15 Juli
    • Peran yang Bermartabat dari Wanita di Kalangan Hamba Allah Masa Awal

      ”[Yehuwa] Allah berfirman: ’Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.’”—KEJADIAN 2:18.

      1. Bagaimana sebuah kamus Alkitab menggambarkan keadaan wanita pada zaman purba?

      ”TIDAK ada satu negeri pun di daerah Laut Tengah atau Timur Dekat zaman purba yang memberi wanita kebebasan yang mereka nikmati dalam masyarakat Barat yang modern. Pola yang umum adalah bahwa wanita lebih rendah daripada pria, sebagaimana budak lebih rendah daripada orang yang merdeka, dan orang muda lebih rendah daripada orang tua. . . . Anak-anak lelaki dianggap jauh lebih tinggi daripada anak perempuan, dan bayi perempuan kadang-kadang sengaja ditelantarkan supaya mati.” Demikianlah sebuah kamus Alkitab menggambarkan keadaan wanita pada zaman purba.

      2, 3. (a) Menurut sebuah laporan, bagaimana keadaan banyak wanita dewasa ini? (b) Pertanyaan-pertanyaan apa diajukan?

      2 Keadaannya tidak jauh lebih baik di banyak bagian dunia dewasa ini. Pada tahun 1994, untuk pertama kali, laporan tahunan dari Departemen Luar Negeri AS mengenai hak azasi manusia memusatkan perhatian kepada perlakuan terhadap wanita. ”Atas 193 Negeri Memperlihatkan Diskriminasi dari Hari ke Hari Adalah Suatu Kenyataan,” bunyi sebuah kepala berita New York Times mengenai laporan ini.

      3 Karena sejumlah besar wanita dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda bergabung dengan sidang umat Yehuwa di seluruh dunia, beberapa pertanyaan muncul: Apakah perlakuan yang digambarkan di atas adalah jenis yang semula Allah maksudkan bagi wanita? Bagaimana wanita diperlakukan di kalangan penyembah Yehuwa pada zaman Alkitab? Dan bagaimana hendaknya wanita diperlakukan dewasa ini?

      ”Penolong” dan ”Pelengkap”

      4. Apa yang Yehuwa amati setelah pria pertama berada seorang diri di taman Eden untuk beberapa waktu, dan apa yang kemudian Allah lakukan?

      4 Setelah Adam berada seorang diri di taman Eden selama beberapa waktu, Yehuwa mengamati, ”Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia [”sebagai pelengkap baginya”, NW].” (Kejadian 2:18) Meskipun Adam adalah pria sempurna, ada hal lain yang dibutuhkan agar maksud-tujuan Pencipta terlaksana. Untuk memenuhi kebutuhan ini, Yehuwa menciptakan wanita dan mengadakan perkawinan yang pertama.​—Kejadian 2:​21-24.

      5. (a) Bagaimana kata benda bahasa Ibrani yang diterjemahkan ”penolong” sering kali digunakan oleh para penulis Alkitab? (b) Apa yang diperlihatkan oleh fakta bahwa Yehuwa merujuk kepada wanita pertama sebagai ”pelengkap”?

      5 Apakah kata ”penolong” dan ”pelengkap” memperlihatkan bahwa peranan yang Allah berikan kepada wanita bernada merendahkan? Justru sebaliknya. Para penulis Alkitab sering kali menerapkan kepada Allah kata benda bahasa Ibrani (ʽeʹzer) yang diterjemahkan ”penolong”. Misalnya, Yehuwa terbukti sebagai ”penolong kita dan perisai kita”. (Mazmur 33:20; Keluaran 18:4; Ulangan 33:7) Di Hosea 13:9, Yehuwa bahkan menyebut diri-Nya sebagai ’penolong’ Israel. Perihal kata Ibrani (neʹghedh) yang diterjemahkan ”pelengkap”, seorang sarjana Alkitab menjelaskan, ”Pertolongan yang diharapkan bukan semata-mata bantuan dalam pekerjaannya sehari-hari atau dalam melahirkan anak-anak . . . tetapi dukungan timbal balik yang disediakan oleh persahabatan.”

      6. Apa yang dikatakan setelah penciptaan wanita dan mengapa?

      6 Maka, tidak ada sesuatu yang merendahkan dalam hal Yehuwa menggambarkan wanita sebagai ”penolong” dan ”pelengkap”. Wanita memiliki pembawaan mental, emosi, dan fisiknya yang unik. Ia adalah mitra yang sepadan, pelengkap yang menyenangkan bagi pria. Masing-masing berbeda, namun masing-masing diperlukan untuk ’memenuhi bumi’ selaras dengan maksud-tujuan sang Pencipta. Jelaslah, baru setelah pria maupun wanita diciptakan bahwa ”Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik”.​—Kejadian 1:28, 31.

      7, 8. (a) Dengan masuknya dosa di Eden, bagaimana peranan wanita dipengaruhi? (b) Pertanyaan-pertanyaan apa diajukan sehubungan dengan penggenapan dari Kejadian 3:16 di kalangan penyembah Yehuwa?

      7 Setelah masuknya dosa, keadaannya berubah bagi pria dan wanita. Yehuwa menjatuhkan hukuman atas mereka berdua sebagai pedosa. ”Susah payahmu waktu mengandung akan Kubuat sangat banyak,” Yehuwa memberi tahu Hawa, menyinggung kemungkinan yang Ia izinkan terjadi, seolah-olah hal itu dilakukan oleh-Nya. Ia menambahkan, ”Dengan kesakitan engkau akan melahirkan anakmu; namun engkau akan berahi kepada suamimu dan ia akan berkuasa atasmu.” (Kejadian 3:16) Sejak saat itu, banyak istri telah dikuasai, kerap kali dengan kejam, oleh suami mereka. Sebaliknya daripada dipandang sebagai penolong dan pelengkap, mereka sering diperlakukan lebih mirip pembantu atau budak.

      8 Namun, apa artinya penggenapan dari Kejadian 3:16 bagi wanita-wanita penyembah Yehuwa? Apakah mereka diberikan posisi yang rendah dan hina? Sama sekali tidak! Namun bagaimana dengan catatan-catatan Alkitab yang memberi tahu tentang beberapa kebiasaan dan praktek yang mempengaruhi wanita yang mungkin tampak tidak dapat diterima dalam masyarakat tertentu dewasa ini?

      Memahami Kebiasaan-Kebiasaan pada Zaman Alkitab

      9. Bila kita mempertimbangkan kebiasaan-kebiasaan yang melibatkan wanita pada zaman Alkitab, tiga hal apa yang hendaknya kita ingat?

      9 Wanita diperlakukan dengan baik di kalangan hamba Allah pada zaman Alkitab. Tentu saja, dalam mempertimbangkan kebiasaan-kebiasaan yang melibatkan kaum wanita pada zaman itu, ada gunanya untuk mengingat beberapa faktor. Pertama, ketika Alkitab memberi tahu tentang keadaan-keadaan yang tidak menyenangkan yang berkembang karena penguasaan yang mementingkan diri oleh pria yang fasik, hal itu tidak berarti bahwa Allah menyetujui perlakuan demikian terhadap wanita. Kedua, meskipun Yehuwa mentoleransi kebiasaan tertentu di kalangan hamba-Nya untuk suatu waktu, Ia mengatur kebiasaan-kebiasaan ini guna melindungi wanita. Ketiga, kita harus berhati-hati untuk tidak menghakimi kebiasaan-kebiasaan purba menurut standar-standar modern. Kebiasaan-kebiasaan tertentu yang mungkin tampak tidak menyenangkan bagi orang-orang yang hidup dewasa ini tidak selalu dipandang sebagai merendahkan oleh wanita pada zaman itu. Marilah kita mempertimbangkan beberapa contoh.

      10. Bagaimana Yehuwa memandang praktek poligami, dan apa yang memperlihatkan bahwa Ia tidak pernah meninggalkan standar-Nya yang semula berkenaan monogami?

      10 Poligami:a Menurut maksud-tujuan Yehuwa yang semula, seorang istri tidak berbagi suaminya dengan wanita lain. Allah menciptakan hanya satu istri untuk Adam. (Kejadian 2:21, 22) Setelah pemberontakan di Eden, praktek poligami pertama muncul dalam garis keturunan Kain. Akhirnya ini menjadi kebiasaan dan diterima oleh beberapa penyembah Yehuwa. (Kejadian 4:19; 16:1-3; 29:21-28) Meskipun Yehuwa membiarkan poligami dan ini dimaksudkan untuk menambah populasi bangsa Israel, Ia memperlihatkan timbang rasa kepada wanita dengan mengatur praktek ini sehingga istri-istri dan anak-anak mereka akan dilindungi. (Keluaran 21:10, 11; Ulangan 21:15-17) Selain itu, Yehuwa tidak pernah meninggalkan standar-Nya yang semula berkenaan monogami. Kepada Nuh dan putra-putranya perintah untuk ’bertambah banyak dan memenuhi bumi’ diulangi dan mereka semua mempraktekkan monogami. (Kejadian 7:7; 9:1; 2 Petrus 2:5) Allah menggambarkan diri-Nya sebagai suami yang monogami ketika melambangkan hubungan-Nya dengan Israel. (Yesaya 54:1, 5) Lagi pula, standar Allah yang semula berkenaan monogami ditetapkan kembali oleh Yesus Kristus dan dipraktekkan dalam sidang Kristen masa awal.​—Matius 19:4-8; 1 Timotius 3:2, 12.

      11. Mengapa suatu maskawin dibayarkan pada zaman Alkitab, dan apakah hal ini merendahkan wanita?

      11 Membayar maskawin: Buku Ancient Israel​—Its Life and Institutions mengatakan, ”Kewajiban ini untuk membayar sejumlah uang, atau yang senilai dengan uang, kepada keluarga sang perempuan jelaslah memberikan kesan bahwa perkawinan Israel adalah suatu pembelian. Tetapi [maskawin] tampaknya adalah harga yang dibayar untuk wanita itu sebagai kompensasi yang diberikan kepada keluarganya.” (Cetak miring red.) Maka pembayaran maskawin dimaksudkan untuk memberi kompensasi kepada keluarga sang wanita atas kehilangan pelayanannya dan atas upaya dan biaya yang dituntut dari keluarganya dalam mengasuhnya. Maka, sebaliknya daripada merendahkan wanita itu, hal ini menegaskan nilai wanita tersebut bagi keluarganya.—Kejadian 34:11, 12; Keluaran 22:16; lihat Menara Pengawal 15 Januari 1989, halaman 21-4.

      12. (a) Bagaimana pria dan wanita yang telah menikah kadang-kadang disebut dalam Alkitab, dan apakah istilah-istilah ini merendahkan wanita? (b) Apa yang patut diperhatikan tentang istilah-istilah yang Yehuwa gunakan di Eden? (Lihat catatan kaki.)

      12 Suami sebagai ”pemilik”: Suatu peristiwa dalam kehidupan Abraham dan Sara sekitar tahun 1918 SM memperlihatkan, bahwa pada zaman mereka tampaknya menjadi kebiasaan untuk memandang seorang pria yang telah menikah sebagai ”pemilik” (bahasa Ibrani, baʹʽal) dan seorang wanita yang telah menikah sebagai ’yang dimiliki’ (bahasa Ibrani, beʽu·lahʹ). (Kejadian 20:3, NW) Istilah-istilah ini setelah itu kadang-kadang digunakan dalam Alkitab, dan tidak ada petunjuk bahwa wanita-wanita pra-Kristen menganggapnya menyinggung perasaan.b (Ulangan 22:22) Namun, istri tidak boleh diperlakukan sebagai harta milik. Harta milik atau kekayaan dapat dibeli, dijual, dan bahkan diwariskan, tetapi tidak demikian halnya dengan seorang istri. ”Rumah dan harta adalah warisan nenek moyang,” menurut sebuah amsal Alkitab, ”tetapi isteri yang berakal budi adalah karunia [Yehuwa].”—Amsal 19:14; Ulangan 21:14.

      Peranan yang Bermartabat

      13. Sewaktu pria-pria yang takut akan Allah mengikuti teladan Yehuwa dan menaati Hukum-Nya, apa pengaruhnya atas wanita?

      13 Maka, apa peranan wanita di kalangan hamba Allah pada zaman pra-Kristen? Bagaimana mereka dipandang dan diperlakukan? Singkatnya, sewaktu pria-pria yang takut akan Allah mengikuti teladan Yehuwa sendiri dan menaati Hukum-Nya, kaum wanita memiliki martabat mereka dan menikmati banyak hak dan hak istimewa.

      14, 15. Petunjuk-petunjuk apa yang ada, bahwa wanita direspek di Israel, dan mengapa Yehuwa berhak mengharapkan pria-pria penyembah-Nya untuk merespek wanita?

      14 Wanita harus direspek. Hukum Allah kepada orang Israel memerintahkan agar ayah maupun ibu harus direspek. (Keluaran 20:12; 21:15, 17) ”Setiap orang di antara kamu haruslah menyegani ibunya dan ayahnya,” kata Imamat 19:3. Sewaktu Batsyeba menghampiri Salomo putranya pada suatu peristiwa, ”[segera, NW] bangkitlah raja mendapatkannya serta tunduk menyembah kepadanya” dengan gerakan yang menunjukkan respek. (1 Raja 2:19) Encyclopaedia Judaica mengomentari, ”Perbandingan bersifat nubuat antara kasih Allah terhadap Israel dengan kasih seorang suami terhadap istrinya hanya dapat dibuat dalam suatu masyarakat yang kaum wanitanya direspek.”

      15 Yehuwa mengharap pria-pria penyembah-Nya untuk merespek wanita, karena Ia merespek wanita. Petunjuk akan hal ini terdapat dalam ayat-ayat yang di dalamnya Yehuwa menggunakan pengalaman-pengalaman wanita secara ilustratif dan menyamakan perasaan-perasaan-Nya sendiri dengan perasaan-perasaan wanita. (Yesaya 42:14; 49:15, NW; 66:13) Hal ini membantu para pembaca untuk memahami apa yang Yehuwa rasakan. Menarik, istilah Ibrani untuk ”belas kasihan”, atau ”mengasihani”, yang Yehuwa terapkan ke atas diri-Nya sendiri, dihubungkan dengan erat kepada kata ”rahim” dan dapat digambarkan sebagai ”perasaan keibuan”.—Keluaran 33:19, NW; Yesaya 54:7.

      16. Contoh-contoh apa memperlihatkan bahwa nasihat dari wanita-wanita yang saleh dihargai?

      16 Saran dari wanita yang saleh dihargai. Ketika Abraham yang takut akan Allah ragu-ragu untuk menaati saran dari Sara, istrinya yang saleh, Yehuwa memberi tahu dia, ”Haruslah engkau mendengarkannya.” (Kejadian 21:10-12) Istri-istri Esau orang Het ”menimbulkan kepedihan hati bagi Ishak dan bagi Ribka”. Pada akhirnya, Ribka menyatakan penderitaan yang bakal ia rasakan jika putra mereka Yakub mengawini seorang Het. Apa reaksi Ishak? ”Kemudian,” catatan itu mengatakan, ”Ishak memanggil Yakub, lalu memberkati dia serta berpesan kepadanya, katanya: ’Janganlah mengambil isteri dari perempuan Kanaan.’” Ya, meskipun Ribka tidak memberikan saran secara formal, suaminya membuat keputusan yang mempertimbangkan perasaannya. (Kejadian 26:34, 35; 27:46; 28:1) Raja Daud belakangan menghindari pertumpahan darah karena ia mendengarkan permohonan Abigail.—1 Samuel 25:32-35.

      17. Apa yang memperlihatkan bahwa wanita memiliki sejumlah wewenang di dalam keluarga?

      17 Wanita memiliki sejumlah wewenang dalam keluarga. Anak-anak didesak, ”Dengarkanlah didikan ayahmu, dan jangan menyia-nyiakan ajaran ibumu.” (Amsal 1:8) Penjelasan tentang ”isteri yang cakap” dalam Amsal pasal 31 menyingkapkan, bahwa seorang wanita yang telah menikah yang rajin tidak hanya mengatur rumah tangganya, namun juga menangani transaksi-transaksi atas berbagai barang, mengembangkan ladang yang produktif, mengelola usaha kecil-kecilan, dan dikenal karena kata-katanya yang berhikmat. Yang paling patut dipuji dari semuanya adalah rasa takut yang penuh hormat dari seorang wanita kepada Yehuwa. Tidak heran nilai dari istri demikian ”lebih berharga dari pada permata [”koral”, NW]”! Koral merah bernilai tinggi untuk perhiasan atau tujuan dekorasi.—Amsal 31:10-31.

      Wanita-Wanita yang Menerima Perkenan Khusus dari Allah

      18. Dengan cara-cara apa perkenan istimewa dikaruniakan ke atas wanita-wanita tertentu pada zaman Alkitab?

      18 Pandangan Yehuwa terhadap wanita dicerminkan dalam perkenan istimewa yang Ia karuniakan atas beberapa dari mereka pada zaman Alkitab. Hagar, Sara, dan istri Manoah dikunjungi oleh malaikat-malaikat yang menyampaikan petunjuk ilahi kepada mereka. (Kejadian 16:7-12; 18:9-15; Hakim 13:2-5) Terdapat ”para pelayan perempuan” di tabernakel dan penyanyi-penyanyi wanita di istana Salomo.—Keluaran 38:8; 1 Samuel 2:22; Pengkhotbah 2:8.

      19. Kadang-kadang, Yehuwa menggunakan wanita untuk mewakili Dia dengan cara apa?

      19 Beberapa kali dalam sejarah Israel, Yehuwa menggunakan seorang wanita untuk mewakili Dia atau untuk berbicara bagi Dia. Sehubungan dengan nabiah Debora, kita membaca, ”Orang Israel menghadap dia untuk berhakim kepadanya.” (Hakim 4:5) Setelah kekalahan bangsa Israel dari Yabin, raja Kanaan, Debora memiliki hak istimewa yang benar-benar khusus. Ia tampaknya adalah penggubah, setidaknya sebagian, dari nyanyian kemenangan yang pada akhirnya menjadi bagian dari catatan Yehuwa yang terilham.c (Hakim, pasal 5) Berabad-abad kemudian, untuk mendapatkan jawaban dari Yehuwa, Raja Yosia mengutus kepada nabiah Hulda suatu delegasi yang di antaranya termasuk imam besar. Hulda dengan penuh wewenang dapat menjawab, ”Beginilah firman [Yehuwa], Allah Israel!” (2 Raja 22:11-15) Pada peristiwa itu, raja memerintahkan delegasi tersebut untuk mendatangi seorang nabiah, namun hal ini dilakukan agar memperoleh petunjuk dari Yehuwa.—Bandingkan Maleakhi 2:7.

      20. Apa contoh-contoh yang menunjukkan perhatian Yehuwa atas perasaan dan kesejahteraan wanita?

      20 Perhatian Yehuwa atas kesejahteraan wanita terbukti dari peristiwa-peristiwa ketika Ia bertindak demi beberapa wanita penyembah-Nya. Dua kali Ia campur tangan untuk melindungi istri Abraham yang cantik, Sara, dari niat jahat. (Kejadian 12:14-20; 20:1-7) Allah memperlihatkan perkenan kepada istri Yakub yang kurang dikasihi, Lea, dengan ’membuka kandungannya’ sehingga ia melahirkan seorang putra. (Kejadian 29:31, 32) Sewaktu dua orang bidan Israel yang takut akan Allah mempertaruhkan nyawa mereka untuk melindungi anak-anak lelaki terhadap pembunuhan bayi-bayi di Mesir, Yehuwa dengan penuh penghargaan ”membuat mereka berumah tangga”. (Keluaran 1:17, 20, 21) Ia juga menjawab doa Hana yang sungguh-sungguh. (1 Samuel 1:10,20) Dan sewaktu janda dari seorang nabi menghadapi seorang penagih utang yang sudah bersiap-siap mengambil anak-anaknya untuk membayar utangnya, Yehuwa tidak menelantarkan dia. Dengan penuh kasih, Allah memungkinkan nabi Elisa untuk memperbanyak persediaan minyaknya, sehingga ia dapat membayar utangnya. Dengan demikian ia memelihara keluarganya dan martabatnya.—Keluaran 22:22, 23; 2 Raja 4:1-7.

      21. Kitab-kitab Ibrani memberikan gambaran yang seimbang apa tentang keadaan wanita?

      21 Maka, Kitab-Kitab Ibrani sama sekali tidak menganjurkan pandangan yang menyepelekan wanita, sebaliknya menyajikan gambaran yang seimbang tentang keadaan mereka di antara hamba-hamba Allah. Meskipun Yehuwa tidak melindungi wanita-wanita penyembah-Nya terhadap penggenapan Kejadian 3:16, wanita diperlakukan dengan bermartabat dan penuh respek oleh pria-pria saleh yang meniru teladan Yehuwa dan menaati Hukum-Nya.

      22. Sewaktu Yesus berada di bumi, bagaimana peranan wanita telah berubah, dan pertanyaan-pertanyaan apa diajukan?

      22 Selama abad-abad setelah Kitab-Kitab Ibrani selesai, peran wanita berubah di kalangan orang Yahudi. Sewaktu Yesus tampil di atas bumi, tradisi para rabi sangat membatasi wanita dalam hak-hak istimewa agama mereka dan kehidupan sosial mereka. Apakah tradisi demikian mempengaruhi caranya Yesus berurusan dengan wanita? Bagaimana hendaknya wanita Kristen diperlakukan dewasa ini? Pertanyaan-pertanyaan ini akan dibahas dalam artikel berikut.

      [Catatan Kaki]

      a Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ”poligami” merujuk kepada suatu ”sistem perkawinan yang salah satu pihak memiliki/mengawini beberapa lawan jenisnya dalam waktu yang bersamaan”. Istilah yang lebih spesifik, ”poligini” didefinisikan sebagai ”sistem perkawinan yang membolehkan seorang pria memiliki beberapa wanita sebagai istrinya dalam waktu yang bersamaan”.

      b Dalam seluruh Kitab-Kitab Ibrani, pria dan wanita yang telah menikah lebih sering disebut sebagai ”suami” (bahasa Ibrani, ʼish) dan ”istri” (bahasa Ibrani, ʼish·shahʹ). Misalnya, di Eden, istilah-istilah yang Yehuwa gunakan, bukan ”pemilik” dan ’yang dimiliki’, tetapi ’suami’ dan ’istri’. (Kejadian 2:24; 3:16, 17) Nubuat Hosea meramalkan bahwa setelah kembali dari pembuangan, Israel dengan bertobat akan memanggil Yehuwa ”Suamiku”, dan bukan lagi ”Pemilikku”. Hal ini menunjukkan bahwa istilah ’suami’ memiliki konotasi yang lebih lembut daripada ’pemilik’.—Hosea 2:16, NW.

      c Yang patut diperhatikan adalah penggunaan kata ganti orang pertama tunggal dengan acuan kepada Debora di Hakim 5:7.

  • Wanita-Wanita Kristen Layak Mendapat Hormat dan Respek
    Menara Pengawal—1995 | 15 Juli
    • Wanita-Wanita Kristen Layak Mendapat Hormat dan Respek

      ”Kamu suami-suami, teruslah tinggal bersama mereka . . . sesuai dengan pengetahuan, menetapkan kehormatan kepada mereka seperti kepada bejana yang lebih lemah, yang feminin.”​—1 PETRUS 3:7.

      1, 2. (a) Percakapan Yesus dengan seorang wanita Samaria di tepi sumur mendorong perhatian apa, dan mengapa? (Lihat juga catatan kaki.) (b) Dengan mengabar kepada wanita Samaria, apa yang Yesus pertunjukkan?

      DI SEBUAH sumur tua dekat kota Sikhar, pada suatu waktu tengah hari menjelang akhir tahun 30 M, Yesus menyingkapkan perasaannya tentang bagaimana wanita hendaknya diperlakukan. Sepanjang pagi ia telah berjalan melintasi daerah Samaria yang berbukit-bukit dan tiba di sumur tersebut dalam keadaan lelah, lapar, dan haus. Sewaktu ia duduk di tepi sumur, seorang wanita Samaria datang untuk mengambil air. ”Berilah aku minum,” kata Yesus kepadanya. Wanita tersebut pasti menatapnya dengan takjub. Ia bertanya, ”Bagaimana mungkin engkau, meskipun seorang Yahudi, meminta minum kepadaku, padahal aku seorang wanita Samaria?” Belakangan, sewaktu murid-muridnya kembali dari membeli bahan makanan, mereka terkejut, merasa heran mengapa Yesus ”berbicara dengan seorang wanita”.​—Yohanes 4:4-9, 27.

      2 Apa yang mendorong pertanyaan wanita ini dan perhatian murid-murid tersebut? Wanita ini adalah seorang Samaria, dan orang Yahudi tidak berurusan dengan orang Samaria. (Yohanes 8:48) Namun, tampaknya ada alasan lain untuk merasa khawatir. Pada masa itu, tradisi para rabi tidak menganjurkan pria untuk berbicara kepada wanita di tempat umum.a Namun, Yesus terang-terangan mengabar kepada wanita yang tulus ini, bahkan menyingkapkan kepadanya bahwa ia adalah Mesias. (Yohanes 4:25, 26) Dengan demikian Yesus memperlihatkan bahwa ia tidak dibatasi oleh tradisi-tradisi yang tidak berdasarkan Alkitab, termasuk tradisi yang merendahkan wanita. (Markus 7:9-13) Sebaliknya, melalui apa yang ia lakukan dan melalui apa yang ia ajarkan, Yesus mempertunjukkan bahwa wanita hendaknya diperlakukan dengan hormat dan respek.

      Bagaimana Yesus Memperlakukan Wanita

      3, 4. (a) Bagaimana tanggapan Yesus kepada seorang wanita yang menyentuh pakaiannya? (b) Bagaimana Yesus menyediakan teladan yang baik bagi pria Kristen, khususnya para pengawas?

      3 Keibaan hati Yesus yang lembut bagi orang-orang diperlihatkan dalam cara ia berurusan dengan wanita. Pada suatu peristiwa seorang wanita yang menderita pendarahan selama 12 tahun mencari Yesus di antara sekumpulan orang. Keadaannya membuat ia najis menurut upacara, maka ia seharusnya tidak boleh berada di sana. (Imamat 15:25-27) Namun, ia begitu putus asa sehingga ia menyelinap di belakang Yesus. Sewaktu ia menyentuh pakaian Yesus, ia segera sembuh! Meskipun ia berada dalam perjalanan menuju rumah Yairus, yang putrinya menderita sakit parah, Yesus berhenti. Karena merasa ada kuasa keluar dari dirinya, ia melihat ke sekeliling untuk mencari orang yang telah menyentuh dia. Akhirnya, wanita ini datang dan sujud di hadapan Yesus dengan gemetar. Apakah Yesus memarahinya karena berada di antara sekumpulan orang atau karena menyentuh pakaiannya tanpa seizinnya? Sebaliknya, ia mendapatkan Yesus bersikap sangat hangat dan baik hati. ”Anak perempuan,” katanya, ”imanmu telah membuatmu sembuh.” Ini adalah satu-satunya peristiwa Yesus secara langsung menyapa seorang wanita sebagai ”anak perempuan”. Pastilah kata-kata tersebut sangat menghibur hati wanita ini!—Matius 9:18-22; Markus 5:21-34.

      4 Yesus melihat jauh di balik yang tersurat dari Hukum. Ia melihat semangat di balik hukum tersebut dan kebutuhan akan belas kasihan dan keibaan hati. (Bandingkan Matius 23:23.) Yesus memperhatikan keadaan yang tanpa harapan dari wanita yang sakit-sakitan ini dan mempertimbangkan bahwa ia dimotivasi oleh iman. Dengan demikian Yesus menyediakan teladan bagi para pria Kristen, khususnya para pengawas. Jika seorang saudari Kristen menghadapi problem pribadi atau suatu keadaan yang khususnya sulit atau menguji, para penatua hendaknya berupaya melihat di balik kata-kata atau tindakan yang langsung dinyatakan saat itu dan mempertimbangkan keadaan dan motif. Pemahaman demikian dapat memperlihatkan bahwa kesabaran, pengertian, dan keibaan hati dibutuhkan sebaliknya daripada nasihat dan koreksi.—Amsal 10:19; 16:23; 19:11.

      5. (a) Dengan cara bagaimana wanita dibatasi oleh tradisi para rabi? (Lihat catatan kaki.) (b) Siapa di antara orang-orang pertama yang melihat dan memberi kesaksian tentang Yesus yang dibangkitkan?

      5 Terbelenggu oleh tradisi para rabi, wanita yang hidup sewaktu Yesus berada di bumi dilarang untuk melayani sebagai saksi yang sah.b Pertimbangkan apa yang terjadi tidak lama setelah Yesus dibangkitkan dari kematian pada pagi tanggal 16 Nisan 33 M. Siapa yang pertama-tama melihat Yesus yang dibangkitkan dan memberi kesaksian kepada murid-murid lain bahwa Tuan mereka telah dibangkitkan? Ternyata adalah para wanita yang berada tidak jauh dari lokasi pemantekan sampai ia mengembuskan napas terakhir.—Matius 27:55, 56, 61.

      6, 7. (a) Apa yang Yesus katakan kepada wanita-wanita yang datang ke kuburannya? (b) Pada mulanya bagaimana reaksi murid-murid pria Yesus terhadap kesaksian dari wanita-wanita ini, dan apa yang dapat kita pelajari dari hal ini?

      6 Pagi-pagi sekali pada hari pertama dari minggu itu, Maria Magdalena dan wanita-wanita lain pergi ke kuburan dengan membawa rempah-rempah untuk mengurus tubuh Yesus. Setelah mendapati bahwa kuburannya kosong, Maria lari untuk memberi tahu Petrus dan Yohanes. Wanita-wanita yang lain tetap tinggal. Tak lama kemudian, seorang malaikat muncul di hadapan mereka dan memberi tahu mereka, bahwa Yesus telah dibangkitkan. ”Pergi dan beri tahu murid-muridnya,” perintah sang malaikat. Sewaktu wanita-wanita ini segera menyampaikan berita itu, Yesus sendiri muncul di hadapan mereka. ”Pergilah, laporkanlah kepada saudara-saudaraku,” kata Yesus kepada mereka. (Matius 28:1-10; Markus 16:1, 2; Yohanes 20:1, 2) Karena tidak mengetahui kunjungan dari sang malaikat dan dipenuhi dengan dukacita, Maria Magdalena kembali ke kuburan yang kosong. Di sana Yesus muncul di hadapannya, dan setelah ia akhirnya mengenali Yesus, Yesus berkata, ”Pergilah kepada saudara-saudaraku dan katakanlah kepada mereka, ’Aku naik kepada Bapakku dan Bapakmu dan kepada Allahku dan Allahmu.’”—Yohanes 20:11-18; bandingkan Matius 28:9, 10.

      7 Bisa saja Yesus datang pertama-tama kepada Petrus, Yohanes, atau salah seorang murid pria. Sebaliknya, ia memilih untuk berbuat baik kepada wanita-wanita ini dengan menjadikan mereka saksi mata pertama dari kebangkitannya dan dengan menugaskan mereka untuk memberi kesaksian tentang hal ini kepada murid-murid prianya. Bagaimana reaksi pria-pria ini mula-mula? Catatannya mengatakan, ”Perkataan ini tampak seperti omong kosong bagi mereka dan mereka tidak mempercayai wanita-wanita tersebut.” (Lukas 24:11) Mungkinkah mereka mendapati kesaksian ini sulit untuk diterima karena berasal dari wanita? Jika demikian, pada waktunya mereka menerima bukti yang limpah bahwa Yesus telah dibangkitkan dari orang-orang mati. (Lukas 24:13-46; 1 Korintus 15:3-8) Dewasa ini, pria-pria Kristen bertindak bijaksana bila mereka mempertimbangkan pengamatan dari saudari-saudari Kristen mereka.—Bandingkan Kejadian 21:12.

      8. Melalui cara ia berurusan dengan para wanita, apa yang Yesus singkapkan?

      8 Sungguh menghibur untuk memperhatikan cara Yesus berurusan dengan wanita. Selalu beriba hati dan sangat seimbang dalam berurusan dengan wanita, ia tidak pernah meninggikan atau meremehkan mereka. (Yohanes 2:3-5) Ia menolak tradisi para rabi yang merenggut martabat mereka dan yang membuat Firman Allah tidak berlaku. (Bandingkan Matius 15:3-9.) Dengan memperlakukan wanita penuh hormat dan respek, Yesus secara langsung menyingkapkan perasaan Allah Yehuwa tentang bagaimana wanita hendaknya diperlakukan. (Yohanes 5:19) Yesus juga menyediakan teladan yang luar biasa bagi para pria Kristen untuk ditiru.—1 Petrus 2:21.

      Ajaran Yesus Sehubungan Wanita

      9, 10. Bagaimana Yesus menyangkal tradisi para rabi sehubungan wanita, dan apa yang ia katakan setelah orang-orang Farisi mengajukan pertanyaan tentang perceraian?

      9 Yesus menyangkal tradisi para rabi dan memberi martabat kepada wanita bukan hanya melalui tindakannya namun juga melalui ajarannya. Pertimbangkan misalnya, apa yang ia ajarkan tentang perceraian dan perzinaan.

      10 Sehubungan dengan perceraian, kepada Yesus diajukan pertanyaan ini, ”Apakah selaras dengan hukum bagi seorang pria untuk menceraikan istrinya atas segala macam dasar?” Menurut catatan Markus, Yesus mengatakan, ”Barangsiapa menceraikan istrinya [kecuali atas dasar percabulan] dan menikah dengan yang lain berbuat zina terhadapnya, dan seandainya seorang wanita, setelah menceraikan suaminya, menikah dengan yang lain, dia berbuat zina.” (Markus 10:10-12; Matius 19:3, 9) Kata-kata yang sederhana ini memperlihatkan respek terhadap martabat wanita. Bagaimana?

      11. Kata-kata Yesus ”kecuali atas dasar percabulan” memperlihatkan hal apa sehubungan dengan ikatan perkawinan?

      11 Pertama, dengan kata-kata ”kecuali atas dasar percabulan” (yang terdapat dalam catatan Injil Matius), Yesus memperlihatkan bahwa ikatan perkawinan tidak boleh dipandang ringan atau mudah diputuskan. Ajaran para rabi yang umum mengizinkan perceraian atas alasan sepele seperti misalnya sang istri mengotori makanan atau berbicara kepada pria yang tidak dikenal. Perceraian bahkan diizinkan jika seorang suami berjumpa dengan seorang wanita yang jauh lebih menarik di matanya! Seorang sarjana Alkitab menulis, ”Sewaktu Yesus berbicara sebagaimana yang ia lakukan, ia . . . memberikan dukungannya kepada wanita dengan berupaya memulihkan perkawinan kepada posisi yang semestinya.” Memang, perkawinan harus menjadi persatuan yang permanen yang di dalamnya wanita dapat merasa terlindung.—Markus 10:6-9.

      12. Dengan kata-kata ”berbuat zina terhadapnya”, konsep apa diperkenalkan Yesus?

      12 Kedua, dengan kata-kata ”berbuat zina terhadapnya”, Yesus memperkenalkan suatu pandangan yang tidak dikenal dalam pengadilan para rabi—konsep bahwa seorang suami berbuat zina terhadap istrinya. The Expositor’s Bible Commentary menjelaskan, ”Dalam Yudaisme para rabi, seorang wanita yang tidak loyal dapat berbuat zina terhadap suaminya; dan seorang pria, dengan mengadakan hubungan seksual dengan istri dari pria lain, dapat berbuat zina terhadap pria tersebut. Tetapi seorang pria tidak pernah dapat berbuat zina terhadap istrinya, tidak soal apa yang pria itu telah lakukan. Yesus, dengan meletakkan suami dalam kewajiban moral yang sama dengan istri, menaikkan harkat dan martabat wanita.”

      13. Sehubungan dengan perceraian, bagaimana Yesus memperlihatkan bahwa di bawah sistem Kristen, akan ada satu standar baik bagi pria maupun wanita?

      13 Ketiga, dengan ungkapan ”setelah menceraikan suaminya”, Yesus menyadari hak seorang wanita untuk menceraikan suami yang tidak setia—suatu praktek yang tampaknya dikenal namun tidak lazim di bawah hukum Yahudi pada zaman itu.c Dikatakan bahwa ”seorang wanita dapat diceraikan dengan atau tanpa izinnya, tetapi seorang pria hanya boleh diceraikan atas izin pria itu”. Akan tetapi, menurut Yesus, di bawah sistem Kristen, standar yang sama akan berlaku baik bagi pria maupun wanita.

      14. Melalui ajaran-ajarannya, apa yang Yesus cerminkan?

      14 Pengajaran Yesus dengan jelas menyingkapkan perhatian yang dalam bagi kesejahteraan wanita. Oleh karena itu, tidak sulit untuk memahami mengapa beberapa wanita begitu mengasihi Yesus sehingga mereka mengurus kebutuhannya dengan menggunakan harta mereka sendiri. (Lukas 8:1-3) ”Apa yang aku ajarkan bukanlah milikku,” kata Yesus, ”melainkan milik dia yang telah mengutus aku.” (Yohanes 7:16) Melalui apa yang ia ajarkan, Yesus mencerminkan pertimbangan Yehuwa sendiri yang lembut terhadap wanita.

      ”Menetapkan Kehormatan kepada Mereka”

      15. Apa yang ditulis rasul Petrus tentang cara para suami hendaknya memperlakukan istri mereka?

      15 Rasul Petrus langsung mengamati cara Yesus berurusan dengan wanita. Kira-kira 30 tahun setelah itu, Petrus memberikan nasihat yang penuh kasih kepada para istri dan kemudian menulis, ”Kamu suami-suami, teruslah tinggal bersama mereka dengan cara yang sama sesuai dengan pengetahuan, menetapkan kehormatan kepada mereka seperti kepada bejana yang lebih lemah, yang feminin, karena kamu pun adalah ahli waris bersama mereka atas perkenan yang tidak layak diterima berupa kehidupan, agar doa-doamu tidak mendapat rintangan.” (1 Petrus 3:7) Apa yang Petrus maksudkan dengan kata-kata ”menetapkan kehormatan kepada mereka”?

      16. (a) Apa arti dari kata benda Yunani yang diterjemahkan ”kehormatan”? (b) Bagaimana Yehuwa menghormati Yesus selama transfigurasi dan apa yang kita pelajari dari hal ini?

      16 Menurut seorang leksikografer, kata benda Yunani yang diterjemahkan ”kehormatan” (ti·meʹ) berarti ”harga, nilai, kehormatan, respek”. Bentuk-bentuk dari kata Yunani ini diterjemahkan ”pemberian” dan ”berharga”. (Kisah 28:10; 1 Petrus 2:7) Kita mendapatkan pemahaman akan apa yang dimaksud untuk menghormati seseorang, jika kita menyelidiki cara Petrus menggunakan suatu bentuk dari kata yang sama di 2 Petrus 1:17. Di ayat itu dengan merujuk kepada transfigurasi Yesus ia mengatakan, ”Ia menerima dari Allah sang Bapak kehormatan dan kemuliaan, ketika kata-kata seperti ini disampaikan kepadanya dengan kemuliaan yang besar, ’Inilah putraku, yang kukasihi, yang aku sendiri perkenan.’” Pada transfigurasi Yesus, Yehuwa menghormati Putra-Nya dengan menyatakan perkenan-Nya atas Yesus, dan Allah melakukan hal ini dengan didengar oleh orang-orang lain. (Matius 17:1-5) Maka, pria yang menghormati istri tidak merendahkan atau menyepelekan dia. Sebaliknya, ia mempertunjukkan dengan kata-kata maupun perbuatannya—secara pribadi dan di hadapan umum—bahwa ia menghormatinya.—Amsal 31:28-30.

      17. (a) Mengapa hormat layak diterima oleh seorang istri Kristen? (b) Mengapa seorang pria hendaknya tidak merasa bahwa ia memiliki nilai yang lebih di mata Allah dibandingkan dengan wanita?

      17 Kehormatan ini, menurut Petrus, hendaknya ’ditetapkan’ oleh para suami Kristen kepada istri mereka. Ini harus dijalankan, bukan sebagai sebuah kebaikan hati, tetapi sebagai hak yang sah dari istri mereka. Mengapa para istri berhak mendapatkan kehormatan demikian? Karena ”kamu pun adalah ahli waris bersama mereka atas perkenan yang tidak layak diterima berupa kehidupan”, Petrus menjelaskan. Pada abad pertama M, pria dan wanita yang menerima surat Petrus dipanggil untuk menjadi sesama ahli waris dengan Kristus. (Roma 8:16, 17; Galatia 3:28) Mereka tidak memiliki tanggung jawab yang sama di dalam sidang, tetapi pada akhirnya mereka akan bersama-sama memerintah bersama Kristus di surga. (Penyingkapan 20:6) Dewasa ini juga, ketika sebagian besar dari umat Allah memiliki harapan di bumi, adalah suatu kesalahan yang serius bagi seorang pria Kristen untuk merasa bahwa karena hak istimewa yang ia miliki di dalam sidang, ia memiliki nilai yang lebih di mata Allah dibandingkan dengan wanita. (Bandingkan Lukas 17:10.) Pria dan wanita memiliki kedudukan rohani yang setara di hadapan Allah, karena kematian Yesus sebagai korban membuka baik bagi pria maupun wanita kesempatan yang sama—yakni dibebaskan dari kutuk dosa dan kematian, dengan tujuan kehidupan abadi.—Roma 6:23.

      18. Apa alasan yang mendesak diberikan Petrus kepada seorang suami untuk menghormati istrinya?

      18 Petrus memberikan alasan lain yang mendesak mengapa suami hendaknya menghormati istrinya, ”agar doa-doa [sang pria] tidak mendapat rintangan”. Istilah ”mendapat rintangan” berasal dari kata kerja bahasa Yunani (en·koʹpto) yang secara harfiah berarti ”memotong”. Menurut Expository Dictionary of New Testament Words oleh Vine, ini ”digunakan untuk menghalangi orang-orang dengan merusak jalan, atau dengan menaruh sebuah perintang di jalan”. Maka, suami yang tidak menetapkan kehormatan kepada istrinya bisa mendapati bahwa ada perintang jalan antara doanya dan pendengaran Allah. Sang pria mungkin akan merasa tidak layak menghampiri Allah, atau Yehuwa tidak bersedia mendengarkan. Jelaslah, Yehuwa sangat prihatin terhadap cara seorang pria memperlakukan wanita.—Bandingkan Ratapan 3:44.

      19. Bagaimana pria dan wanita di dalam sidang melayani bersama dengan saling memperlihatkan respek?

      19 Kewajiban untuk memperlihatkan hormat tidak terletak pada para suami saja. Sebagaimana seorang suami hendaknya menghormati istrinya dengan memperlakukan dia dengan penuh kasih dan bermartabat, seorang istri hendaknya menghormati suaminya dengan bersikap tunduk dan memperlihatkan respek yang dalam. (1 Petrus 3:1-6) Lebih daripada itu, Paulus menasihati orang-orang Kristen untuk ”memperlihatkan hormat kepada satu sama lain”. (Roma 12:10) Ini suatu perintah bagi pria dan wanita di dalam sidang untuk melayani bersama dengan saling memperlihatkan respek. Bila ada sikap demikian, wanita Kristen tidak akan berbicara dengan bebas dalam sikap yang meremehkan wewenang dari orang-orang yang mengambil pimpinan. Sebaliknya, mereka akan mendukung para penatua dan bekerja sama dengan mereka. (1 Korintus 14:34, 35; Ibrani 13:17) Di pihak mereka, para pengawas Kristen akan memperlakukan ”wanita-wanita yang lebih tua seperti ibu, wanita-wanita yang lebih muda seperti saudara perempuan dengan segala kemurnian”. (1 Timotius 5:1, 2) Dengan bijaksana, para penatua akan memberikan pertimbangan yang baik kepada suara dari saudari Kristen mereka. Dengan demikian, bila seorang saudari memperlihatkan rasa hormatnya terhadap kekepalaan teokratis dan dengan penuh respek mengajukan sebuah pertanyaan atau bahkan mengemukakan sesuatu yang membutuhkan perhatian, para penatua dengan senang akan memberikan perhatian kepada pertanyaan atau problemnya.

      20. Menurut catatan Alkitab, bagaimana hendaknya wanita diperlakukan?

      20 Sejak munculnya dosa di Eden, wanita di banyak kebudayaan telah mendapatkan kedudukan yang tidak terhormat. Namun ini bukanlah jenis perlakuan yang Yehuwa maksudkan semula untuk mereka alami. Tidak soal apa pandangan kebudayaan yang mungkin berlaku terhadap wanita, catatan dari Kitab-Kitab Ibrani maupun Yunani Kristen dengan jelas memperlihatkan bahwa wanita-wanita yang saleh harus diperlakukan dengan hormat dan respek. Ini adalah hal yang layak mereka terima yang Allah berikan.

      [Catatan Kaki]

      a The International Standard Bible Encyclopedia menjelaskan, ”Wanita tidak makan bersama tamu-tamu pria, dan pria tidak dianjurkan untuk berbicara dengan wanita. . . . Percakapan dengan seorang wanita di tempat umum khususnya mendatangkan aib.” Misynah Yahudi, suatu kumpulan dari ajaran para rabi, menganjurkan, ”Jangan berbicara terlalu banyak dengan kaum wanita. . . . Ia yang berbicara banyak dengan kaum wanita mendatangkan bencana atas dirinya dan melalaikan ajaran Taurat dan pada akhirnya akan mewarisi Gehena.”—Abot 1:5.

      b Buku Palestine in the Time of Christ menyatakan, ”Dalam beberapa kasus, wanita hampir disejajarkan dengan budak. Misalnya, ia tidak dapat memberikan kesaksian di pengadilan, kecuali mengenai kematian suaminya.” Merujuk kepada Imamat 5:1, buku The Mishnah menjelaskan, ”[Hukum mengenai] ’sumpah kesaksian’ berlaku kepada pria, bukan kepada wanita.”—Shebuot 4:I.

      c Sejarawan Yahudi abad pertama, Josephus, melaporkan bahwa saudara perempuan Raja Herodes, Salome, mengirimkan kepada suaminya ”sebuah dokumen yang mengakhiri perkawinan mereka, sesuatu yang tidak selaras dengan hukum Yahudi. Karena (hanya) pria yang kami izinkan untuk melakukan hal ini”.—Jewish Antiquities, XV, 259 [vii, 10].

Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
Log Out
Log In
  • Indonesia
  • Bagikan
  • Pengaturan
  • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
  • Syarat Penggunaan
  • Kebijakan Privasi
  • Pengaturan Privasi
  • JW.ORG
  • Log In
Bagikan