PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • Lawan Jenis
    Pertanyaan Kaum Muda—Jawaban yang Praktis, Jilid 2
    • Bagian 1

      Lawan Jenis

      Kamu melihat anak lelaki dan anak perempuan berjalan bergandengan tangan di sekolah. Bagaimana perasaanmu?

      □ Tidak peduli

      □ Sedikit iri

      □ Sangat iri

      Kamu ke bioskop bersama teman-teman dan ternyata semua berpasangan​—kecuali kamu! Bagaimana perasaanmu?

      □ Tak masalah

      □ Agak canggung

      □ Iri sekali

      Sahabatmu baru-baru ini mulai menaksir seseorang dan sekarang berpacaran. Bagaimana perasaanmu?

      □ Senang

      □ Sedikit cemburu

      □ Kesal

      Laki-laki dan perempuan, perempuan dan laki-laki. Mereka terlihat di mana-mana​—di sekolah, di jalan, di mal. Setiap kali melihat pasangan yang sedang berduaan, kamu sangat ingin seperti mereka. Tetapi, apakah kamu sudah siap untuk berpacaran? Jika ya, bagaimana kamu bisa menemukan orang yang tepat? Kalau kamu sudah menemukan si dia, bagaimana kamu dapat menjaga kemurnian selama berpacaran? Pasal 1-5 akan membantumu menjawab pertanyaan-pertanyaan itu.

  • Sudah Siapkah Aku Berpacaran?
    Pertanyaan Kaum Muda—Jawaban yang Praktis, Jilid 2
    • PASAL 1

      Sudah Siapkah Aku Berpacaran?

      ”Ada segudang tekanan untuk punya pacar. Juga, ada segudang ’cowok keren’.”​—Whitney.

      ”Beberapa anak perempuan agresif, dan aku sih mau-mau saja. Tapi, kalau aku tanya ke orang tuaku, pasti mereka bilang tidak boleh.”​—Phillip.

      HASRAT untuk berduaan dengan seseorang yang istimewa​—yang juga menganggapmu istimewa​—bisa kuat sekali, bahkan pada usia yang sangat muda. ”Aku mulai merasa ada tekanan untuk berpacaran pada umur 11 tahun,” kenang Jenifer. Brittany mengatakan, ”Di sekolah rasanya aneh sendiri kalau tidak pacaran​—tak peduli dengan siapa!”

      Bagaimana dengan kamu? Sudah siapkah kamu berpacaran? Untuk menjawab pertanyaan itu, pertama-tama kita perlu menjawab pertanyaan yang lebih mendasar:

      Apa ”Berpacaran” Itu?

      Tandai jawabanmu untuk pertanyaan-pertanyaan berikut:

      Kamu sering ”jalan bareng” dengan seorang lawan jenis. Apakah kamu berpacaran?

      □ Ya

      □ Tidak

      Kamu dan seorang lawan jenis saling tertarik. Beberapa kali sehari, kamu mengirim sms (pesan singkat) atau mengobrol lewat telepon dengannya. Apakah kamu berpacaran?

      □ Ya

      □ Tidak

      Setiap kali kumpul dengan teman-teman, kamu selalu berpasangan dengan lawan jenis yang sama. Apakah kamu berpacaran?

      □ Ya

      □ Tidak

      Kemungkinan besar, kamu tidak kesulitan menjawab pertanyaan yang pertama. Tetapi, kamu mungkin perlu berpikir dulu sebelum menjawab pertanyaan kedua dan ketiga. Apa tepatnya berpacaran itu? Sebenarnya, berpacaran adalah kegiatan apa pun antarteman yang di dalamnya minat romantismu terfokus pada satu orang dan minat orang itu terfokus padamu. Karena itu, jawaban untuk ketiga pertanyaan di atas adalah ya. Entah melalui telepon atau bertemu langsung, entah terang-terangan atau diam-diam, jika kamu dan teman lawan jenis saling memiliki perasaan romantis dan berkomunikasi secara rutin, itu namanya berpacaran. Apakah kamu sudah siap untuk itu? Setelah ketiga pertanyaan berikut ini kita bahas, kamu bisa tahu jawabannya.

      Mengapa Kamu Ingin Berpacaran?

      Dalam banyak kebudayaan, berpacaran dianggap sebagai cara yang berterima bagi dua orang untuk lebih saling mengenal. Tetapi, berpacaran hendaknya punya tujuan yang terhormat​—membantu seorang laki-laki dan seorang perempuan menentukan apakah mereka ingin menjadi suami istri.

      Memang, sebagian temanmu mungkin menganggap berpacaran itu tidak serius. Barangkali mereka hanya suka punya teman istimewa lawan jenis, tanpa berniat untuk menikah. Ada yang mungkin bahkan menganggap pacar hanya sebagai piala atau aksesori yang dipamerkan di depan umum untuk menaikkan harga diri mereka. Akan tetapi, hubungan sambil lalu semacam itu biasanya tidak tahan lama. ”Banyak anak muda yang berpacaran satu atau dua minggu saja lalu putus,” kata seorang gadis bernama Heather. ”Mereka menganggap hubungan seperti itu sementara saja​—boleh dibilang mempersiapkan mereka untuk bercerai bukannya untuk menikah.”

      Yang jelas, jika kamu berpacaran dengan seseorang, kamu berurusan dengan perasaan orang itu. Maka, pastikan niatmu terhormat. Pikirkanlah: Apakah kamu suka kalau ada orang yang menganggap perasaanmu seperti mainan, yang diambil sebentar lalu cepat dibuang? Seorang remaja putri bernama Chelsea berkata, ”Kadang aku pikir pacaran itu hanya untuk main-main, tapi kalau satu pihak kemudian menganggapnya serius, itu bukan main-main lagi namanya.”

      Sudah Cukup Umurkah Kamu?

      Menurutmu, berapa usia yang cocok bagi seorang anak muda untuk mulai berpacaran? ․․․․․

      Sekarang, ajukan pertanyaan yang sama kepada ayah dan ibumu, lalu tulislah jawaban mereka. ․․․․․

      Kemungkinan, usia yang kamu tulis lebih rendah daripada usia yang disebut orang tuamu. Atau, mungkin juga tidak! Kamu bisa jadi seperti banyak anak muda yang dengan bijaksana menunda berpacaran sampai merasa sudah cukup umur untuk mengenal diri sendiri dengan lebih baik. Itulah yang diputuskan Danielle, 17 tahun. Gadis itu mengatakan, ”Kalau aku ingat dua tahun yang lalu, apa yang aku anggap syarat penting untuk calon suami kini menjadi sangat berbeda. Sebenarnya, sekarang pun aku tidak yakin pada diriku sendiri. Kalau aku sudah merasa kepribadianku stabil selama beberapa tahun, baru aku akan memikirkan soal berpacaran.”

      Ada alasan lain mengapa menunggu itu bijaksana. Alkitab menggunakan frasa ”mekarnya masa remaja” untuk melukiskan periode kehidupan manakala dorongan seksual dan perasaan romantis mulai menguat. (1 Korintus 7:36) Terus bergaul akrab dengan satu orang yang berlawanan jenis selagi kamu berada dalam periode ini bisa mengobarkan nafsumu dan mengarah ke perilaku yang salah. Memang, itu mungkin dianggap sepele oleh teman-temanmu. Banyak di antara mereka tidak sabar untuk bereksperimen dengan seks. Tetapi, kamu bisa menolak sikap seperti itu! (Roma 12:2) Bahkan, Alkitab mendesak kamu untuk ’lari dari percabulan’. (1 Korintus 6:18) Dengan menunggu sampai kamu melewati mekarnya masa remaja, kamu dapat ’menjauhkan malapetaka’.​—Pengkhotbah 11:10.

      Apakah Kamu Sudah Siap untuk Menikah?

      Untuk membantumu menjawab pertanyaan di atas, periksalah dirimu. Pertimbangkan hal-hal berikut:

      Hubungan dengan orang lain. Bagaimana kamu memperlakukan orang tua dan kakak-adikmu? Apakah kamu sering kurang sabar terhadap mereka, barangkali menggunakan kata-kata yang kasar atau pedas untuk mengungkapkan pendapat? Bagaimana pendapat mereka tentang kamu dalam soal ini? Cara kamu memperlakukan keluargamu menunjukkan bagaimana kamu akan memperlakukan suami atau istrimu.​—Bacalah Efesus 4:31.

      Sikap. Apakah kamu orang yang positif atau pesimistis? Apakah kamu masuk akal, atau selalu berkeras melakukan hal-hal dengan cara tertentu​—caramu? Bisakah kamu tetap tenang jika sedang tertekan? Apakah kamu sabar? Memupuk buah roh Allah sekarang akan membantumu mempersiapkan diri menjadi suami atau istri di kemudian hari.​—Bacalah Galatia 5:22, 23.

      Keuangan. Seberapa baikkah kamu mengelola uang? Apakah kamu sering berutang? Bisakah kamu mempertahankan pekerjaan? Jika tidak, mengapa? Apakah karena pekerjaannya? atasannya? Atau, apakah karena kamu punya kebiasaan atau sifat yang harus diperbaiki? Jika mengurus keuanganmu sendiri saja kamu kesulitan, apakah kamu bisa mengurus keuangan keluarga?​—Bacalah 1 Timotius 5:8.

      Kerohanian. Jika kamu seorang Saksi Yehuwa, bagaimana kegiatan rohanimu? Apakah kamu punya inisiatif untuk membaca Firman Allah, ikut dalam pelayanan, dan berpartisipasi di perhimpunan? Orang yang kamu nikahi pantas mendapatkan suami atau istri yang kuat kerohaniannya.​—Bacalah Pengkhotbah 4:9, 10.

      Apa yang Bisa Kamu Lakukan

      Jika kamu merasa ditekan untuk berpacaran padahal belum siap, halnya seperti kamu dipaksa ikut ujian akhir suatu mata pelajaran yang belum kamu pelajari. Jelas, itu tidak adil! Kamu perlu waktu untuk mempelajari mata pelajaran itu agar terbiasa dengan jenis-jenis soal yang akan keluar di ujian.

      Demikian pula dengan berpacaran. Seperti yang telah kita lihat, berpacaran bukanlah soal sepele. Jadi, sebelum kamu siap untuk berfokus pada seseorang, kamu perlu waktu untuk mempelajari ”mata pelajaran” yang sangat penting​—cara menjalin persahabatan. Di kemudian hari, sewaktu kamu bertemu orang yang tepat, kamu sudah lebih siap untuk menjalin hubungan yang kuat. Bukankah pernikahan yang sukses adalah persatuan dua sahabat?

      Menunda berpacaran tidak akan mengurangi kebebasanmu. Sebaliknya, itu akan memberimu lebih banyak kebebasan untuk ’bersukacita pada masa mudamu’. (Pengkhotbah 11:9) Dan, kamu akan punya waktu untuk mempersiapkan diri dengan mengembangkan kepribadianmu dan, yang terpenting, kerohanianmu.​—Ratapan 3:27.

      Sementara itu, kamu dapat menikmati pergaulan dengan lawan jenis. Apa cara yang terbaik? Bergaullah dalam kelompok, laki-laki dan perempuan, tua maupun muda, dengan pengawasan yang baik. Seorang gadis bernama Tammy mengatakan, ”Menurutku lebih asyik begini. Lebih enak kalau kita punya banyak teman.” Monica sependapat. ”Bergaul bersama-sama adalah ide yang bagus,” ujarnya, ”karena kita bisa mengamati orang-orang yang beragam kepribadiannya.”

      Sebaliknya, jika kamu terlalu dini berfokus pada satu orang, kamu lebih berisiko sakit hati. Jadi, jangan terburu-buru. Gunakan masa mudamu untuk belajar caranya memupuk dan mempertahankan persahabatan. Kelak, jika kamu memutuskan untuk berpacaran, kamu sudah lebih mengenal dirimu dan apa yang kamu butuhkan dari seorang teman hidup.

      BACA JUGA JILID 1, PASAL 29 DAN 30

      DI PASAL BERIKUTNYA

      Tergoda untuk berpacaran tanpa sepengetahuan orang tua? Bahayanya ternyata lebih banyak daripada yang mungkin kamu kira.

      AYAT-AYAT KUNCI

      ”Orang yang cerdik mempertimbangkan langkah-langkahnya.”​—Amsal 14:15.

      TIPS

      Sebagai persiapan untuk berpacaran dan menikah, bacalah 2 Petrus 1:5-7 dan pilihlah satu sifat yang perlu kamu upayakan. Setelah satu bulan, perhatikan sejauh mana kamu telah belajar tentang​—dan mengembangkan—​sifat itu.

      TAHUKAH KAMU . . . ?

      Menurut banyak penelitian, pasangan yang menikah di bawah usia 20 tahun kemungkinan besar akan bercerai dalam waktu lima tahun.

      RENCANAKU!

      Sebagai persiapan untuk menikah, aku perlu mengupayakan sifat-sifat berikut ini: ․․․․․

      Aku bisa mengupayakan sifat-sifat itu dengan cara ․․․․․

      Yang ingin kutanyakan kepada orang tuaku tentang pokok ini ialah ․․․․․

      MENURUTMU . . .

      ● Apa saja situasi yang pantas untuk bergaul dengan lawan jenis?

      ● Bagaimana kamu akan bertukar pikiran dengan saudara kandungmu yang ingin berpacaran padahal masih terlalu muda?

      ● Jika kamu berpacaran tanpa niat menikah, bagaimana perasaan pacarmu?

      [Kutipan di hlm. 18]

      ”Menurutku, kita sebaiknya berpacaran dengan orang yang benar-benar berarti bagi kita dan yang kita rasa hubungannya bakal berlanjut. Kita suka orangnya, bukan kegiatan berpacarannya saja.’’​—Amber

      [Gambar di hlm. 16, 17]

      Jika kamu berpacaran tanpa niat menikah, kamu seperti anak kecil yang bermain dengan mainan barunya lalu membuangnya

  • Berpacaran Diam-Diam​—Apa Bahayanya?
    Pertanyaan Kaum Muda—Jawaban yang Praktis, Jilid 2
    • PASAL 2

      Berpacaran Diam-Diam​—Apa Bahayanya?

      Jessica menghadapi dilema. Semua ini berawal ketika teman sekelasnya yang bernama Jeremy mulai menunjukkan perhatian kepadanya. ”Dia keren banget,” katanya, ”dan teman-temanku bilang dia laki-laki paling sopan yang bakal aku kenal. Beberapa gadis mencoba mendekati dia, tetapi dia tidak tertarik. Dia cuma suka aku.”

      Tidak lama kemudian, Jeremy mengajak Jessica berpacaran. Jessica menjelaskan bahwa sebagai seorang Saksi Yehuwa, dia tidak boleh berpacaran dengan orang yang tidak seiman. ”Tapi Jeremy punya ide,” katanya. ”Dia bertanya, ’Bagaimana kalau kita pacaran tanpa sepengetahuan orang tuamu?’”

      JIKA orang yang kamu sukai mengajakmu melakukan hal itu, apa tanggapanmu? Kamu mungkin terkejut bahwa Jessica ternyata setuju dengan rencana Jeremy. ”Aku yakin kalau aku pacaran dengan dia, aku bisa membuatnya belajar mengasihi Yehuwa,” katanya. Bagaimana kelanjutannya? Nanti kita akan tahu. Pertama-tama, mari kita lihat bagaimana sampai ada yang terjebak dalam jerat berpacaran secara sembunyi-sembunyi.

      Mengapa Mereka Melakukannya

      Mengapa ada yang berpacaran diam-diam? Seorang pemuda bernama David meringkaskannya begini, ”Mereka tahu orang tua mereka pasti tidak setuju, jadi mereka tidak memberi tahu orang tua mereka.” Jane menunjuk kemungkinan lain. ”Berpacaran diam-diam adalah tanda pemberontakan,” katanya. ”Kalau kita merasa selalu diperlakukan seperti anak-anak, kita memutuskan untuk melakukan apa yang kita inginkan dan tidak memberi tahu orang tua kita.”

      Adakah alasan-alasan lain yang, menurutmu, menyebabkan beberapa orang tergoda untuk berpacaran diam-diam? Jika ya, tuliskan di bawah ini.

      ․․․․․

      Tentu saja, kamu tahu bahwa Alkitab memerintahkan kamu untuk menaati orang tua. (Efesus 6:1) Dan, kalau orang tuamu berkeberatan kamu berpacaran, mereka pasti punya alasan yang baik. Sekalipun demikian, jangan heran jika kamu ternyata berpikir:

      ● Aku merasa tersisih karena semua orang berpacaran, kecuali aku.

      ● Aku tertarik dengan orang yang tidak seiman.

      ● Aku ingin berpacaran dengan seorang rekan Kristen, walaupun aku terlalu muda untuk menikah.

      Kamu mungkin tahu apa yang bakal orang tuamu katakan tentang pernyataan-pernyataan di atas. Dan, jauh di lubuk hati, kamu tahu bahwa orang tuamu benar. Pada waktu yang sama, kamu mungkin merasa seperti seorang gadis bernama Manami, yang mengatakan, ”Tekanan untuk berpacaran begitu kuat sehingga aku kadang ragu dengan pendirianku. Mana ada anak zaman sekarang yang tidak berpacaran. Lagi pula, rasanya tidak enak kalau sendirian!” Beberapa anak muda yang merasa seperti itu mulai berpacaran, menyembunyikan hal itu dari orang tua mereka. Caranya?

      ”Kami Disuruh Merahasiakannya”

      Istilah ”pacaran diam-diam” sedikit banyak menyiratkan kebohongan, dan itulah yang diperlukan agar mereka tidak ketahuan. Ada yang menjaga kerahasiaan dengan lebih sering berkomunikasi lewat telepon atau Internet. Di depan umum, mereka hanya teman biasa, tetapi lain sekali ceritanya sewaktu mereka saling berkirim e-mail, sms, dan bertelepon.

      Taktik licik lain ialah mengatur suatu kegiatan kelompok, hanya agar bisa berduaan setelah itu. James mengatakan, ”Kami pernah diajak untuk berkumpul di suatu tempat, rupanya semuanya sudah diatur agar dua teman kami bisa berduaan. Kami disuruh merahasiakannya.”

      Seperti yang James katakan, berpacaran diam-diam kerap dilakukan dengan kerja sama teman-teman. ”Sering kali, paling sedikit ada satu orang teman yang tahu situasi sebenarnya, tetapi memilih untuk tutup mulut karena sikap mental ’jangan bilang siapa-siapa’,” kata Carol. Kadang-kadang, ketidakjujuran yang nyata tersangkut. ”Banyak yang merahasiakannya dengan berbohong kepada orang tua tentang ke mana mereka pergi,” ujar Beth yang berusia 17 tahun. Misaki, 19 tahun, melakukan hal itu. ”Aku harus hati-hati mengarang cerita,” katanya. ”Aku sangat waspada untuk tidak bohong kecuali yang berhubungan dengan pacaran agar aku tidak kehilangan kepercayaan orang tuaku.”

      Jerat Berpacaran Diam-Diam

      Jika kamu tergoda untuk berpacaran diam-diam​—atau jika kamu sedang melakukannya—​kamu perlu memikirkan dua pertanyaan berikut ini:

      Apa akibatnya? Apakah kamu berniat untuk segera menikah dengan orang tersebut? ”Berpacaran tanpa niat menikah sama seperti mengiklankan sesuatu yang tidak kita jual,” kata Evan, 20 tahun. Akibatnya? Amsal 13:12 mengatakan, ”Penantian yang ditangguhkan membuat hati sakit.” Apakah kamu memang ingin orang yang kamu sayangi sakit hati? Hal lain yang harus diwaspadai: Berpacaran diam-diam akan membuatmu berada di luar jangkauan perhatian pengasih orang tuamu dan orang dewasa lain yang peduli. Karena itu, lebih besar kemungkinannya kamu bisa jatuh ke dalam jerat amoralitas seksual.​—Galatia 6:7.

      Bagaimana perasaan Allah Yehuwa tentang apa yang aku lakukan? Alkitab mengatakan, ”Segala sesuatu telanjang dan terbuka di mata dia yang kepadanya kita memberikan pertanggungjawaban.” (Ibrani 4:13) Jadi, jika kamu merahasiakan bahwa kamu​—atau temanmu—​berpacaran, Yehuwa tahu. Dan, kalau sudah menyangkut kebohongan, kamu punya alasan yang kuat untuk khawatir. Allah Yehuwa sangat membenci dusta. Ya, ”lidah dusta” jelas-jelas tercantum dalam Alkitab sebagai salah satu hal yang Ia benci!​—Amsal 6:16-19.

      Saatnya Berterus Terang

      Tentu, kamu sebaiknya berbicara kepada orang tuamu atau orang Kristen dewasa yang matang tentang hubungan rahasia apa pun yang mungkin kamu miliki. Dan, jika salah seorang temanmu berpacaran secara sembunyi-sembunyi, jangan membantu menutupi perbuatannya. (1 Timotius 5:22) Coba pikir, bagaimana perasaanmu seandainya hubungan itu akhirnya membahayakan temanmu? Bukankah kamu setidaknya punya andil?

      Sebagai ilustrasi: Katakanlah seorang teman yang menderita diabetes diam-diam melahap makanan yang manis-manis. Bagaimana seandainya kamu tahu tentang hal itu, tetapi temanmu meminta agar kamu tidak memberi tahu siapa pun? Apa yang akan kamu utamakan​—menutupi perbuatan temanmu atau mengambil tindakan yang mungkin dapat menyelamatkan kehidupannya?

      Kamu menghadapi situasi yang serupa apabila tahu bahwa temanmu berpacaran diam-diam. Jangan khawatir soal merusak hubungan persahabatanmu selamanya. Di kemudian hari, teman sejati akan sadar bahwa tindakanmu adalah demi kebaikannya.​—Mazmur 141:5.

      Kerahasiaan atau Privasi?

      Tentu saja, tidak semua kerahasiaan seputar berpacaran adalah kebohongan. Sebagai contoh, katakanlah seorang pria atau wanita muda ingin lebih saling mengenal, tetapi untuk sementara waktu mereka ingin agar hal itu tidak diketahui banyak orang. Mungkin, seperti yang dikatakan seorang pemuda bernama Thomas, ”Mereka tidak mau ditanya-tanya, ’Jadi, kapan menikahnya?’”

      Tekanan yang tidak perlu dari orang lain memang bisa merugikan. (Kidung Agung 2:7) Karena itu, pada tahap awal suatu hubungan, ada yang mungkin memilih untuk tidak terlalu terbuka. (Amsal 10:19) ”Dengan demikian, kedua orang itu mempunyai waktu untuk memutuskan apakah mereka akan melanjutkan ke tahap yang lebih serius,” kata Anna yang berusia 20 tahun. ”Jika sudah serius, barulah mereka tidak diam-diam lagi.”

      Namun, pada waktu yang sama, jangan sembunyikan hubunganmu dari orang-orang yang berhak mengetahuinya, seperti orang tuamu atau orang tua pacarmu. Sebenarnya, jika kamu tidak bisa berterus terang tentang hubunganmu, kamu seharusnya bertanya mengapa. Apakah dalam hatimu kamu tahu bahwa orang tuamu pasti punya alasan yang kuat untuk berkeberatan?

      ”Aku Tahu Apa yang Harus Aku Lakukan”

      Jessica, yang disebutkan di awal, berubah pikiran tentang hubungan rahasianya dengan Jeremy sewaktu mendengar pengalaman seorang Kristen lain yang berada dalam situasi yang sama. ”Setelah mendengar bagaimana ia memutuskan hubungan,” kata Jessica, ”aku tahu apa yang harus aku lakukan.” Apakah mudah untuk memutuskan hubungan? Tidak! ”Dialah satu-satunya orang yang pernah benar-benar aku sukai,” ungkap Jessica. ”Aku menangis setiap hari selama beberapa minggu.”

      Namun, Jessica mengasihi Yehuwa. Dan, meskipun dia sempat tersimpangkan, dia benar-benar ingin melakukan yang benar. Belakangan, kepedihan hatinya karena putus dari sang pacar mereda. ”Sekarang,” kata Jessica, ”hubunganku dengan Yehuwa lebih baik daripada sebelumnya. Aku sangat bersyukur karena Ia memberi kita bimbingan yang kita butuhkan pada waktu yang tepat!”

      DI PASAL BERIKUTNYA

      Kamu sudah siap untuk berpacaran, dan kamu menemukan orang yang kamu sukai. Bagaimana kamu bisa tahu bahwa dia orang yang tepat untukmu?

      AYAT-AYAT KUNCI

      ”Kami ingin bertingkah laku jujur dalam segala perkara.”​—Ibrani 13:18

      TIPS

      Kamu tidak perlu menggembar-gemborkan hubunganmu ke seluruh dunia. Tetapi, beri tahulah orang-orang yang berhak tahu, biasanya orang tuamu dan orang tua pacarmu.

      TAHUKAH KAMU . . . ?

      Hubungan yang langgeng didasarkan atas kepercayaan. Dengan berpacaran diam-diam, kamu mengkhianati kepercayaan orang tuamu dan merongrong dasar hubunganmu dengan pacarmu.

      RENCANAKU!

      Kalau aku berpacaran secara diam-diam dengan seorang rekan Kristen, aku akan ․․․․․

      Jika ada temanku yang berpacaran diam-diam, aku akan ․․․․․

      Yang ingin kutanyakan kepada orang tuaku tentang pokok ini ialah ․․․․․

      MENURUTMU . . .

      ● Perhatikan lagi tiga situasi yang ditandai dengan huruf tebal pada halaman 22. Yang mana, jika ada, melukiskan apa yang kadang-kadang kamu rasakan?

      ● Bagaimana kamu bisa mengatasi masalah itu tanpa berpacaran diam-diam?

      ● Andaikata kamu tahu bahwa temanmu berpacaran diam-diam, apa yang akan kamu lakukan, dan mengapa kamu memilih berbuat demikian?

      [Kutipan di hlm. 27]

      ”Aku putus dari pacar rahasiaku itu. Memang, pergi ke sekolah dan bertemu dengan dia setiap hari tidak mudah. Tapi, Allah Yehuwa dapat melihat situasinya dengan lebih menyeluruh, sedangkan kita tidak. Kita percaya saja sama Yehuwa.”​—Jessica

      [Gambar di hlm. 25]

      Menutup-nutupi teman yang berpacaran diam-diam ibarat menutup-nutupi penderita diabetes yang diam-diam melahap makanan manis

  • Diakah Orang yang Tepat Untukku?
    Pertanyaan Kaum Muda—Jawaban yang Praktis, Jilid 2
    • PASAL 3

      Diakah Orang yang Tepat Untukku?

      Sisihkan waktu untuk mengisi kuis berikut ini:

      Hal-hal apa yang sekarang kamu anggap penting untuk dimiliki calon suami atau istri? Pada daftar di bawah ini, berilah tanda ✔ di sebelah empat hal yang kamu anggap paling penting.

      □ Ganteng atau cantik □ Berpikiran rohani

      □ Ramah □ Dapat dipercaya

      □ Populer □ Bermoral

      □ Kocak □ Berkemauan tinggi

      Sewaktu usiamu lebih muda, pernahkah kamu menaksir seseorang? Pada daftar di atas, berilah tanda × di sebelah satu hal yang kamu anggap paling menarik pada waktu itu.

      TIDAK ada yang salah dengan semua sifat di atas. Masing-masing ada daya tariknya. Namun, tidakkah kamu setuju bahwa sewaktu kamu terbuai cinta monyet, kamu biasanya hanya memikirkan sifat-sifat yang lebih dangkal, seperti yang terdapat di kolom kiri?

      Namun, seraya kamu makin dewasa, kamu mulai menggunakan daya persepsi untuk melihat hal-hal yang lebih dalam, seperti yang terdapat di kolom kanan. Misalnya, kamu mulai sadar bahwa gadis paling imut-imut di dekat rumahmu mungkin tidak begitu dapat dipercaya atau anak lelaki paling populer di kelas mungkin tidak bermoral. Jika kamu sudah melewati mekarnya masa remaja, kemungkinan besar kamu tidak akan sekadar melihat hal-hal yang dangkal untuk menjawab pertanyaan, ”Diakah orang yang tepat untukku?”

      Kenali Dirimu Dulu

      Sebelum dapat memikirkan orang yang tepat untukmu, kamu perlu mengenal dirimu dengan baik. Untuk lebih mengenal dirimu, jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini:

      Apa kelebihanku? ․․․․․

      Apa kekurangan atau kelemahanku? ․․․․․

      Apa kebutuhan emosi dan rohaniku? ․․․․․

      Mengenal diri sendiri bukanlah tugas mudah, tetapi pertanyaan-pertanyaan seperti di atas bisa kamu jadikan langkah awal. Semakin kamu mengenal dirimu, semakin kamu dibekali untuk menemukan orang yang dapat mengembangkan kelebihanmu dan bukannya kekuranganmu.a Bagaimana jika kamu merasa sudah menemukan orang yang tepat?

      Apakah Siapa Saja Cocok?

      ”Bolehkah aku mengenalmu lebih jauh?” Pertanyaan itu akan membuatmu bergidik atau melompat kegirangan​—bergantung siapa yang bertanya. Andaikan kamu menjawab ya. Seraya waktu berjalan, bagaimana kamu bisa tahu apakah pacarmu orang yang tepat untukmu?

      Katakanlah kamu mau membeli sepasang sepatu baru. Kamu pergi ke toko dan menemukan sepatu yang kelihatannya bagus. Kamu mencobanya, tetapi​—sayang sekali​—sepatu itu ternyata terlalu sempit. Apa yang akan kamu lakukan? Tetap membelinya? Atau, mencari yang lain? Jelas, lebih baik mengembalikan sepatu itu dan mencari yang lain. Tidaklah masuk akal untuk memakai sepatu yang tidak pas!

      Halnya serupa dengan memilih teman hidup. Selama suatu jangka waktu, kamu mungkin tertarik dengan lebih dari satu lawan jenis. Tetapi, tidak semuanya pas untukmu. Bukankah yang kamu inginkan adalah seseorang yang membuatmu merasa nyaman​—seseorang yang benar-benar cocok dengan kepribadian dan cita-citamu? (Kejadian 2:18; Matius 19:4-6) Sudahkah kamu menemukan orang seperti itu? Jika ya, bagaimana kamu bisa tahu apakah dia orang yang tepat untukmu?

      Jangan Hanya Lihat Luarnya

      Untuk menjawab pertanyaan terakhir tadi, pandanglah temanmu dengan objektif. Namun, hati-hatilah! Kamu mungkin cenderung melihat apa yang ingin kamu lihat. Karena itu, jangan terburu-buru. Berupayalah mengenali sifat asli temanmu. Untuk itu, perlu upaya. Tetapi, itu wajar. Sebagai contoh: Bayangkan kamu ingin membeli sebuah mobil. Seberapa cermatkah kamu akan menelitinya? Apakah kamu akan memperhatikan luarnya saja? Bukankah masuk akal untuk melihatnya lebih dekat​—barangkali mengetahui sebanyak mungkin tentang kondisi mesinnya?

      Mencari teman hidup jauh lebih serius daripada memilih mobil. Namun, banyak orang yang berpacaran tidak melihat lebih dalam. Malah, mereka cepat-cepat menunjukkan kesamaan mereka: ’Kami suka jenis musik yang sama.’ ’Kami senang melakukan kegiatan yang sama.’ ’Kami sepakat dalam semua hal!’ Namun, seperti disebutkan sebelumnya, jika kamu sudah benar-benar melewati mekarnya masa remaja, kamu melihat lebih daripada hal-hal lahiriah. Kamu melihat perlunya memahami ”manusia batiniah yang tersembunyi”.​—1 Petrus 3:4; Efesus 3:16.

      Misalnya, daripada berfokus pada banyaknya kesamaan kalian, kamu mungkin bisa belajar lebih banyak tentang dia dengan melihat apa yang terjadi sewaktu kalian berbeda pendapat. Dengan kata lain, bagaimana dia menangani konflik​—apakah dia suka memaksakan kehendak, mungkin dengan ”ledakan kemarahan” atau ”cacian”? (Galatia 5:19, 20; Kolose 3:8) Atau, apakah dia bersikap masuk akal​—rela mengalah demi perdamaian apabila tidak menyangkut soal prinsip?​—Yakobus 3:17.

      Faktor lain untuk dipertimbangkan: Apakah dia manipulatif, posesif, atau pencemburu? Apakah dia harus tahu semua gerak-gerikmu? ”Aku pernah dengar ada pasangan yang bertengkar gara-gara yang satu marah besar karena pacarnya lupa ’melapor’,” kata Nicole. ”Menurutku, itu pertanda buruk.”​—1 Korintus 13:4.

      Hal-hal yang diungkapkan di atas berfokus pada kepribadian dan sikap. Namun, kamu juga perlu tahu reputasi temanmu. Bagaimana pandangan orang lain tentang dia? Kamu mungkin bisa berbicara kepada orang yang telah cukup lama mengenalnya, seperti orang-orang yang matang di sidang. Dengan demikian, kamu akan tahu apakah dia ”dilaporkan baik”.​—Kisah 16:1, 2.

      Mungkin, banyak yang akan terungkap jika kamu menuliskan hasil pengamatanmu tentang apakah temanmu memenuhi syarat dalam bidang-bidang yang kita bahas sejauh ini.

      Kepribadian ․․․․․

      Tingkah laku ․․․․․

      Reputasi ․․․․․

      Kamu juga akan mendapat manfaat dengan melihat kotak ”Apakah Dia Bakal Jadi Suami yang Baik Untukku?” di halaman 39 atau ”Apakah Dia Bakal Jadi Istri yang Baik Untukku?” di halaman 40. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan akan membantumu menentukan apakah temanmu akan menjadi suami atau istri yang cocok untukmu.

      Bagaimana jika setelah memikirkan soal ini, kamu menyimpulkan bahwa dia bukan orang yang tepat untukmu? Jika demikian, kamu menghadapi pertanyaan yang serius ini:

      Apakah Kami Sebaiknya Putus?

      Kadang-kadang, memutuskan hubungan ada manfaatnya. Perhatikan pengalaman Jill. ”Pada mulanya,” kata Jill, ”aku senang karena pacarku selalu peduli di mana aku berada, apa yang aku lakukan, dan aku sedang bersama siapa. Tapi, lama-lama aku tidak bisa menggunakan waktu bersama orang lain lagi kecuali dia. Dia bahkan cemburu jika aku menggunakan waktu bersama keluargaku​—khususnya ayahku. Sewaktu aku mengakhiri hubungan itu, aku merasa seolah-olah beban yang berat terangkat dari bahuku!”

      Sarah mempunyai pengalaman yang serupa. Ia mulai memperhatikan bahwa pacarnya, John, suka mengejek, suka menuntut, dan kasar. ”Suatu kali,” kenang Sarah, ”dia tiga jam terlambat sampai di rumahku! Dia tidak menyapa ibuku ketika Ibu membukakan pintu, lalu dia mengatakan, ’Ayo berangkat. Kita terlambat.’ Bukannya ’Aku terlambat’, tetapi ’Kita terlambat’. Dia seharusnya meminta maaf atau menjelaskan mengapa dia terlambat. Yang lebih penting lagi, dia seharusnya merespek ibuku!” Tentu saja, satu tindakan atau sikap yang mengecewakan tidak berarti hubungan sudah tamat. (Mazmur 130:3) Tetapi, ketika sadar bahwa John terbiasa, dan bukan hanya sekali itu saja, bersikap kasar, Sarah memutuskan untuk mengakhiri hubungan.

      Bagaimana seandainya, seperti Jill dan Sarah, kamu memutuskan bahwa orang yang menjadi pacarmu tidak cocok menjadi suami atau istrimu? Jika demikian, jangan abaikan perasaanmu! Walaupun sulit menerima kenyataan ini, mungkin lebih baik mengakhiri hubungan. Amsal 22:3 mengatakan, ”Cerdiklah orang yang melihat malapetaka kemudian menyembunyikan diri.” Andaikan, misalnya, temanmu menunjukkan satu atau lebih tanda bahaya yang tertera di halaman 39 dan 40, lebih baik kalian putus​—setidaknya sampai problemnya dikoreksi. Memang, memutuskan hubungan tidaklah mudah. Tetapi, perkawinan adalah ikatan yang permanen. Lebih baik sedih sebentar sekarang daripada menderita dan menyesal seumur hidup!

      Cara Memutuskan Hubungan

      Bagaimana caranya memutuskan hubungan? Pertama, pilihlah situasi yang tepat untuk berbicara. Apa maksudnya? Nah, pikirkan bagaimana kamu ingin diperlakukan dalam situasi seperti ini. (Matius 7:12) Apakah kamu mau hal itu diumumkan di depan orang lain? Kemungkinan besar tidak. Kecuali tidak ada cara lain, sebaiknya jangan memutuskan hubungan melalui mesin penjawab telepon, sms, atau e-mail. Sebaliknya, pilihlah waktu dan tempat yang memungkinkan kamu membahas soal yang serius ini.

      Jika sudah tiba waktunya, apa yang harus kamu katakan? Rasul Paulus mendesak orang Kristen untuk ’berkata benar’ satu sama lain. (Efesus 4:25) Maka, cara yang terbaik adalah berbicara dengan bijaksana namun tegas. Nyatakan dengan jelas mengapa kamu merasa bahwa hubungan ini tidak bisa diteruskan. Kamu tidak perlu membacakan daftar kesalahan atau mengkritiknya habis-habisan. Malah, daripada mengatakan, ”Kamu tidak” melakukan ini atau ”Kamu tidak pernah” melakukan itu, lebih baik menggunakan pernyataan yang berfokus pada perasaanmu​—”Aku butuh orang yang . . . ” atau ”Aku rasa hubungan kita sampai di sini saja karena . . . ”

      Ini bukan saatnya berbasa-basi atau mengikuti pendapat orang lain. Ingatlah, kamu sudah memilih untuk putus hubungan karena alasan yang serius. Jadi, berhati-hatilah jika dia berupaya membuatmu berubah pikiran dengan menggunakan bentuk-bentuk manipulasi yang halus. ”Setelah aku memutuskan hubungan,” kata seorang wanita muda bernama Lori, ”bekas pacarku terus berlagak seperti orang yang depresi. Aku rasa ia melakukannya agar aku kasihan kepadanya. Aku memang jadi merasa tidak enak. Tapi, aku tidak membiarkan reaksinya mengubah keputusanku.” Seperti Lori, tetapkan keinginanmu. Berpeganglah pada keputusanmu. Biarlah tidak yang kamu katakan berarti tidak.​—Yakobus 5:12.

      Sesudah Putus

      Jangan heran jika kamu gundah gulana selama beberapa waktu setelah putus. Kamu bahkan mungkin merasa seperti pemazmur yang mengatakan, ”Aku menjadi kalut, aku sangat terbungkuk-bungkuk; sepanjang hari aku berjalan dengan sedih.” (Mazmur 38:6) Beberapa teman yang bermaksud baik mungkin mencoba membantu dengan menganjurkan kamu untuk menyambung hubungan lagi. Berhati-hatilah! Kamulah yang akan menanggung akibat keputusanmu​—bukan teman-temanmu yang bermaksud baik. Jadi, jangan takut untuk tetap teguh​—meskipun kamu mungkin merasa sedih dengan apa yang kamu alami.

      Yakinlah bahwa, akhirnya, kepedihanmu akan berlalu. Sementara itu, cobalah mengambil langkah-langkah yang positif, seperti berikut ini, untuk mengatasi situasi itu.

      Nyatakan perasaanmu kepada orang yang dapat dipercaya.b (Amsal 15:22). Berdoalah kepada Yehuwa tentang masalah itu. (Mazmur 55:22) Tetaplah sibuk. (1 Korintus 15:58) Jangan menyendiri! (Amsal 18:1) Segeralah bergaul dengan orang-orang yang akan menguatkan kamu. Berjuanglah agar pikiranmu tetap pada hal-hal yang positif.​—Filipi 4:8.

      Di kemudian hari, kamu pasti akan menemukan teman yang baru. Tidak diragukan, kamu akan memiliki sudut pandang yang jauh lebih seimbang. Mungkin, pada waktu itu, jawabanmu untuk pertanyaan ”Diakah orang yang tepat untukku?” adalah ya!

      BACA JUGA JILID 1, PASAL 31

      DI PASAL BERIKUTNYA

      Begitu kamu mulai berpacaran, sampai di mana seharusnya batas ungkapan kasih sayang kalian?

      [Catatan Kaki]

      a Kamu dapat belajar lebih banyak lagi tentang dirimu dengan memikirkan pertanyaan-pertanyaan di Pasal 1 setelah subjudul ”Apakah Kamu Sudah Siap untuk Menikah?”

      b Orang tuamu atau orang dewasa lainnya, seperti para penatua Kristen, dapat membantu. Barangkali mereka bahkan pernah merasakan pengalaman serupa yang menyakitkan sewaktu muda.

      AYAT-AYAT KUNCI

      ”Dari perbuatan-perbuatannya seorang anak laki-laki dapat dikenali, apakah kegiatannya murni dan lurus.”​—Amsal 20:11

      TIPS

      Lakukan hal-hal yang membuatmu bisa mengetahui sifat-sifatnya:

      ● Belajar Firman Allah bersama-sama.

      ● Perhatikan ketika masing-masing berpartisipasi dalam perhimpunan dan dinas.

      ● Ikut dalam pembersihan Balai Kerajaan dan dalam proyek pembangunan.

      TAHUKAH KAMU . . . ?

      Banyak penelitian menunjukkan bahwa perkawinan antara orang-orang yang berbeda agama jauh lebih besar kemungkinannya berakhir dengan perceraian.

      RENCANAKU!

      Jika aku tertarik dengan orang yang tidak seiman, aku akan ․․․․․

      Untuk mengetahui reputasi pacarku, aku dapat ․․․․․

      Yang ingin kutanyakan kepada orang tuaku tentang pokok ini ialah ․․․․․

      MENURUTMU . . .

      ● Sifat-sifat baik apa yang akan kamu bawa dalam perkawinan?

      ● Sifat-sifat penting apa yang kamu cari dalam diri calon teman hidupmu?

      ● Persoalan pelik apa saja yang bisa timbul jika kamu menikah dengan orang yang tidak seiman?

      ● Bagaimana kamu bisa mengetahui sifat, tingkah laku, dan reputasi pacarmu?

      [Kutipan di hlm. 37]

      ”Cara temanmu memperlakukan keluarganya adalah cara dia akan memperlakukanmu.”​—Tony

      [Kotak di hlm. 34]

      ”Jangan Memikul Kuk secara Tidak Seimbang”

      ”Jangan memikul kuk secara tidak seimbang bersama orang-orang yang tidak percaya.” Prinsip Alkitab itu, yang terdapat di 2 Korintus 6:14, kemungkinan besar masuk akal bagimu. Namun, kamu mungkin tertarik kepada orang yang tidak seiman. Mengapa? Kadang-kadang itu cuma soal ketertarikan fisik. ”Aku selalu bertemu gadis itu di kelas senam,” kata seorang anak lelaki bernama Mark. ”Dia biasanya mendatangi aku dan mengobrol denganku. Tidak sulit untuk akrab dengannya.”

      Jika kamu mengenal dirimu dan yakin akan nilai-nilai rohanimu​—dan jika kamu cukup dewasa sehingga tidak dikuasai oleh perasaanmu​—kamu tentu tahu apa yang seharusnya kamu lakukan. Ya, orang itu​—betapa pun menarik, menawan, atau baik kelihatannya​—tidak akan mempererat persahabatanmu dengan Allah.​—Yakobus 4:4.

      Tentu saja, jika asmara telah berkembang, tidaklah mudah mengakhirinya​—seperti yang dialami Cindy. ”Aku menangis setiap hari,” katanya. ”Aku terus memikirkan dia, bahkan selama perhimpunan. Aku begitu mencintainya sampai-sampai aku pikir lebih baik mati daripada kehilangan dia.” Namun, tidak lama kemudian, Cindy melihat hikmah dari nasihat ibunya untuk tidak berpacaran dengan orang yang tidak seiman. ”Syukurlah aku putus dengannya,” katanya. ”Aku yakin sekali bahwa Yehuwa akan memenuhi kebutuhanku.”

      Apakah kamu dalam situasi yang serupa dengan Cindy? Jika demikian, kamu tidak harus mengatasinya sendirian! Kamu bisa berbicara dengan orang tuamu. Itulah yang Jim lakukan ketika ia tergila-gila dengan seorang gadis di sekolah. ”Aku akhirnya meminta bantuan orang tuaku,” katanya. ”Ini adalah faktor penting untuk bisa mengatasi perasaan-perasaan itu.” Para penatua di sidang juga dapat membantumu. Cobalah berbicara dengan salah seorang di antara mereka tentang apa yang sedang kamu alami.​—Yesaya 32:1, 2.

      [Kotak/​Gambar di hlm. 39]

      Lembar Kerja

      Apakah Dia Bakal Jadi Suami yang Baik Untukku?

      Sifat Dasar

      ◻ Bagaimana dia menggunakan wewenang yang mungkin dia miliki?​—Matius 20:25, 26.

      ◻ Apa cita-citanya?​—1 Timotius 4:15.

      ◻ Apakah dia sekarang berupaya meraih cita-citanya itu?​—1 Korintus 9:26, 27.

      ◻ Bagaimana dia memperlakukan keluarganya?​—Keluaran 20:12.

      ◻ Siapa teman-temannya?​—Amsal 13:20.

      ◻ Apa yang dia bicarakan?​—Lukas 6:45.

      ◻ Bagaimana sikapnya terhadap uang?​—Ibrani 13:5, 6.

      ◻ Jenis hiburan apa yang dia sukai?​—Mazmur 97:10.

      ◻ Bagaimana dia mempertunjukkan kasihnya kepada Yehuwa?​—1 Yohanes 5:3.

      Sifat Baik

      ◻ Apakah dia rajin?​—Amsal 6:9-11.

      ◻ Apakah dia bisa menggunakan uang dengan bijak?​—Lukas 14:28.

      ◻ Apakah dia dilaporkan baik?​—Kisah 16:1, 2.

      ◻ Apakah dia memedulikan orang lain?​—Filipi 2:4.

      Tanda Bahaya

      ◻ Apakah dia lekas marah?​—Amsal 22:24.

      ◻ Apakah dia mencoba membujukmu melakukan perbuatan seksual yang tercela?​—Galatia 5:19.

      ◻ Apakah dia melakukan kekerasan fisik atau verbal?​—Efesus 4:31.

      ◻ Apakah dia perlu menggunakan alkohol untuk bersenang-senang?​—Amsal 20:1.

      ◻ Apakah dia pencemburu dan egois?​—1 Korintus 13:4, 5.

      [Kotak/​Gambar di hlm. 40]

      Lembar Kerja

      Apakah Dia Bakal Jadi Istri yang Baik Untukku?

      Sifat Dasar

      ◻ Apakah dia memperlihatkan ketundukan dalam keluarga dan sidang?​—Efesus 5:21, 22.

      ◻ Bagaimana dia memperlakukan keluarganya?​—Keluaran 20:12.

      ◻ Siapa teman-temannya?​—Amsal 13:20.

      ◻ Apa yang dia bicarakan?​—Lukas 6:45.

      ◻ Bagaimana sikapnya terhadap uang?​—1 Yohanes 2:15-17.

      ◻ Apa cita-citanya?​—1 Timotius 4:15.

      ◻ Apakah dia sekarang berupaya meraih cita-cita itu?​—1 Korintus 9:26, 27.

      ◻ Jenis hiburan apa yang dia sukai?​—Mazmur 97:10.

      ◻ Bagaimana dia mempertunjukkan kasihnya kepada Yehuwa?​—1 Yohanes 5:3.

      Sifat Baik

      ◻ Apakah dia rajin?​—Amsal 31:17, 19, 21, 22, 27.

      ◻ Apakah dia bisa menggunakan uang dengan bijak?​—Amsal 31:16, 18.

      ◻ Apakah dia dilaporkan baik?​—Rut 3:11.

      ◻ Apakah dia memedulikan orang lain?​—Amsal 31:20.

      Tanda Bahaya

      ◻ Apakah dia suka bertengkar?​—Amsal 21:19.

      ◻ Apakah dia mencoba membujukmu melakukan perbuatan seksual yang tercela?​—Galatia 5:19.

      ◻ Apakah dia melakukan kekerasan verbal atau fisik?​—Efesus 4:31.

      ◻ Apakah dia perlu menggunakan alkohol untuk bersenang-senang?​—Amsal 20:1.

      ◻ Apakah dia pencemburu dan egois?​—1 Korintus 13:4, 5.

      [Gambar di hlm. 30]

      Tidak semua ukuran sepatu cocok; demikian pula, tidak semua orang akan menjadi suami atau istri yang baik untukmu

      [Gambar di hlm. 31]

      Ketika memilih mobil, apakah menurutmu penting untuk melihat lebih jauh di balik penampilan luar? Apalagi memilih teman hidup!

  • Anutan​—Gadis Syulam
    Pertanyaan Kaum Muda—Jawaban yang Praktis, Jilid 2
    • Anutan​—Gadis Syulam

      Gadis Syulam tahu bahwa ia perlu tetap berpikiran jernih dalam soal asmara. ”Aku menyuruh kamu bersumpah,” katanya kepada teman-temannya, ”agar kamu tidak berupaya membangunkan atau membangkitkan cinta dalam diriku sebelum dikehendakinya.” Gadis Syulam tahu bahwa perasaan dapat cepat mengalahkan akal sehat. Ia sadar, misalnya, bahwa orang-orang lain dapat menekannya agar mau menyerah pada rayuan orang yang tidak tepat untuknya. Bahkan perasaannya sendiri dapat mengaburkan penilaian yang baik. Maka, ia tetap seperti ”tembok”.​—Kidung Agung 8:4, 10.

      Apakah pandanganmu tentang cinta sedewasa pandangan gadis Syulam? Bisakah kamu menggunakan pikiranmu dan bukan hatimu saja? (Amsal 2:10, 11) Kadang-kadang, orang lain mencoba menekanmu untuk berpacaran sebelum kamu siap untuk itu. Mungkin tekanan itu malah datang dari dirimu sendiri. Misalnya, sewaktu melihat seorang anak lelaki dan anak perempuan bergandengan tangan, apakah kamu merasa sangat ingin memiliki hubungan seperti itu? Apakah kamu mau menerima seseorang yang tidak seiman? Sang gadis Syulam bersikap dewasa dalam soal asmara. Kamu pun bisa!

  • Sampai di Mana Batasnya?
    Pertanyaan Kaum Muda—Jawaban yang Praktis, Jilid 2
    • PASAL 4

      Sampai di Mana Batasnya?

      Benar atau salah . . .

      Dua orang yang berpacaran sama sekali tidak boleh bersentuhan, tidak soal apa pun.

      □ Benar

      □ Salah

      Pasangan yang tidak melakukan hubungan seks masih bisa bersalah melakukan percabulan.

      □ Benar

      □ Salah

      Bukan cinta namanya kalau pasangan yang sedang berpacaran tidak bercumbu-cumbuan.

      □ Benar

      □ Salah

      PASTILAH, kamu banyak memikirkan soal ini. Lagi pula, jika kamu sedang berpacaran, bisa sulit untuk tahu batas-batas pernyataan kasih sayang. Mari kita bahas tiga pernyataan benar-salah di atas dan melihat bagaimana Firman Allah membantu kita menjawab pertanyaan, ”Sampai di mana batasnya?”

      ● Dua orang yang berpacaran sama sekali tidak boleh bersentuhan, tidak soal apa pun.

      Salah. Alkitab tidak melarangkan pernyataan kasih sayang yang patut dan murni. Sebagai contoh, di Alkitab ada kisah tentang gadis Syulam dan pemuda gembala yang sedang jatuh cinta. Mereka menjaga kemurnian selama berpacaran. Namun, mereka tampaknya saling menunjukkan beberapa bentuk pernyataan kasih sayang sebelum menikah. (Kidung Agung 1:2; 2:6; 8:5) Dewasa ini, beberapa pasangan yang dengan serius memikirkan perkawinan mungkin merasa bahwa beberapa bentuk pernyataan kasih sayang yang murni adalah pantas.a

      Namun, pasangan yang berpacaran harus sangat berhati-hati. Berciuman, berangkulan, atau melakukan hal-hal lain yang membuat seseorang terangsang dapat mengarah ke perbuatan seksual yang tercela. Begitu mudah, bahkan bagi pasangan yang mempunyai niat yang luhur, untuk terbawa suasana dan melakukan amoralitas seksual.​—Kolose 3:5.

      ● Pasangan yang tidak melakukan hubungan seks masih bisa bersalah melakukan percabulan.

      Benar. Kata Yunani asli yang diterjemahkan ”percabulan” (por·neiʹa) mempunyai makna yang luas. Kata itu melukiskan segala bentuk hubungan seks di luar pernikahan dan berfokus pada penyalahgunaan organ-organ seks. Jadi, yang termasuk percabulan bukan hanya hubungan seks, melainkan juga perbuatan lain seperti memasturbasi orang lain, melakukan seks oral atau seks anal.

      Selain itu, yang dikutuk Alkitab bukan hanya percabulan. Rasul Paulus menulis, ”Perbuatan daging nyata, dan ini adalah percabulan, kenajisan, tingkah laku bebas.” Ia menambahkan, ”Orang yang mempraktekkan hal-hal demikian tidak akan mewarisi kerajaan Allah.”​—Galatia 5:19-21.

      Apa ”kenajisan” itu? Kata Yunaninya mencakup berbagai jenis kecemaran, dalam tutur kata atau tindakan. Tentu adalah kenajisan jika seseorang menggerayangi tubuh orang lain, menanggalkan baju orang lain, atau meraba-raba daerah yang intim, seperti buah dada. Dalam Alkitab, meraba-raba buah dada dikaitkan dengan kesenangan yang dikhususkan untuk pasangan suami istri. (Amsal 5:18, 19) Ada beberapa anak muda yang tidak malu melanggar standar ilahi. Mereka sengaja melewati batas, atau mereka dengan tamak mencari banyak partner untuk bisa mempraktekkan kenajisan seksual.

      Beberapa anak muda mungkin bahkan melakukan kesalahan yang rasul Paulus sebut sebagai ”tingkah laku bebas”. Kata Yunani untuk ”tingkah laku bebas” berarti ’tindakan yang tak terkendali, kelewat batas, tidak sopan, nafsu yang tidak dikekang’. Pastilah kamu tidak mau sampai ”tidak memiliki perasaan moral” dengan menyerahkan diri kepada ”tingkah laku bebas untuk melakukan setiap jenis kenajisan dengan tamak”.​—Efesus 4:17-19.

      ● Bukan cinta namanya kalau pasangan yang sedang berpacaran tidak bercumbu-cumbuan.

      Salah. Bertentangan dengan apa yang bisa jadi dipikirkan beberapa orang, bercumbu-cumbuan dengan cara yang tidak patut tidak memperdalam hubungan. Sebaliknya, hal itu melunturkan respek timbal balik dan rasa saling percaya. Perhatikan pengalaman Laura. ”Suatu hari, pacarku datang ke rumah ketika Ibu tidak ada, katanya sih cuma mau nonton TV,” ujarnya. ”Awalnya dia hanya memegang tanganku. Lalu, tiba-tiba, tangannya mulai menggerayangi tubuhku. Aku takut menghentikannya; aku pikir dia akan marah dan meninggalkanku.”

      Bagaimana menurutmu? Apakah pacar Laura benar-benar menyayanginya, atau apakah ia hanya mencari pemuasan diri? Apakah orang yang mencoba membujukmu untuk melakukan kenajisan benar-benar menunjukkan bahwa ia mencintaimu?

      Jika seorang pemuda mendesak seorang gadis untuk melanggar pelatihan dan hati nurani Kristennya, ia melanggar perintah Allah dan menurunkan bobot pengakuannya bahwa ia dengan tulus mencintai gadis itu. Selanjutnya, seorang gadis yang dengan sukarela menyerah, membiarkan dirinya dieksploitasi. Namun, yang lebih buruk lagi ia melakukan perbuatan najis​—mungkin bahkan percabulan.b​—1 Korintus 6:9, 10.

      Tetapkan Batas yang Jelas

      Jika kamu sedang berpacaran, bagaimana kamu bisa menghindari pernyataan kasih sayang yang tidak patut? Haluan yang bijaksana adalah menetapkan batas yang jelas sebelumnya. Amsal 13:10 mengatakan, ”Pada orang-orang yang berunding terdapat hikmat.” Jadi, bahaslah dengan pacarmu apa saja pernyataan kasih sayang yang patut. Jika kamu menunggu sampai berada dalam situasi yang sangat romantis baru menetapkan aturan dasar, kamu seperti menunggu sampai rumahmu terbakar baru memasang alarm.

      Memang, membahas topik yang sensitif seperti itu bisa jadi sulit​—bahkan memalukan​—khususnya pada tahap awal berpacaran. Tetapi, menetapkan batas sangat berguna untuk mencegah berkembangnya problem-problem serius di kemudian hari. Batas-batas yang bijak bisa berfungsi seperti detektor asap yang membunyikan alarm sewaktu ada tanda-tanda awal kebakaran. Selanjutnya, kemampuanmu untuk berkomunikasi tentang soal-soal ini bisa juga dijadikan tolok ukur apakah hubungan kalian bisa terus berlanjut. Ya, pengendalian diri, kesabaran, dan sifat tidak mementingkan diri adalah dasar untuk hubungan seks yang memuaskan dalam perkawinan.​—1 Korintus 7:3, 4.

      Memang, berpaut pada standar-standar ilahi tidaklah mudah. Tetapi, kamu dapat mempercayai nasihat Yehuwa. Bukankah di Yesaya 48:17, Ia melukiskan diri-Nya sebagai ”Pribadi yang mengajarkan hal-hal yang bermanfaat bagimu, Pribadi yang membuat engkau melangkah di jalan yang harus kamu tempuh”? Ya, Yehuwa menginginkan yang terbaik untukmu!

      BACA JUGA JILID 1, PASAL 24

      DI PASAL BERIKUTNYA

      Keperawanan tidak membuatmu tidak normal. Sebaliknya, itu adalah haluan yang bijak. Cari tahu mengapa demikian.

      [Catatan Kaki]

      a Di beberapa bagian dunia, pernyataan kasih sayang di depan umum antara dua orang yang belum menikah dianggap tidak sopan dan membuat risi. Orang Kristen berhati-hati agar perilaku mereka tidak membuat orang lain tersandung.​—2 Korintus 6:3.

      b Tentu saja, masalah yang dikemukakan di paragraf ini berlaku untuk lelaki maupun perempuan.

      AYAT-AYAT KUNCI

      ”Kasih . . . tidak berlaku tidak sopan.”​—1 Korintus 13:4, 5.

      TIPS

      Jangan pergi berduaan, pastikan ada pendamping. Hindari keadaan yang berisiko, seperti berduaan di mobil yang diparkir atau berduaan di rumah atau apartemen.

      TAHUKAH KAMU . . . ?

      Setelah bertunangan, kalian perlu membahas beberapa hal yang bersifat pribadi. Tetapi, pembicaraan yang dimaksudkan untuk membangkitkan hasrat seksual adalah suatu bentuk kenajisan​—sekalipun melalui telepon atau sms.

      RENCANAKU!

      Agar terhindar dari godaan mencoba-coba amoralitas, aku akan ․․․․․

      Jika pacarku mendesak aku melakukan kenajisan, aku akan ․․․․․

      Yang ingin kutanyakan kepada orang tuaku tentang pokok ini ialah ․․․․․

      MENURUTMU . . .

      ● Batas-batas apa yang akan kamu tetapkan sehubungan dengan kontak fisik dengan lawan jenis?

      ● Jelaskan perbedaan antara percabulan, kenajisan, dan tingkah laku bebas.

      [Kutipan di hlm. 46]

      Aku dan tunanganku sudah membaca bersama berbagai artikel berdasarkan Alkitab tentang menjaga kemurnian. Kami bersyukur karena dengan demikian kami dibantu untuk mempertahankan hati nurani yang bersih.’’​—Leticia

      [Kotak di hlm. 44]

      Bagaimana jika Kami Sudah Melewati Batas?

      Bagaimana jika kamu terjerumus dalam tingkah laku yang tidak patut? Jangan menipu diri dengan berpikir bahwa kamu dapat mengatasi sendiri masalah itu. ”Aku biasanya berdoa, ’Bantulah kami agar tidak melakukannya lagi,’” demikian pengakuan seorang anak muda. ”Kadang itu berhasil, tapi beberapa kali tidak.” Karena itu, berbicaralah kepada orang tuamu. Alkitab juga memberikan nasihat bagus ini, ’Panggillah tua-tua di sidang jemaat.’ (Yakobus 5:14) Para gembala Kristen ini bisa memberikan nasihat, saran, dan teguran sehingga kamu bisa memulihkan hubunganmu dengan Allah.

      [Gambar di hlm. 47]

      Apakah kamu menunggu sampai rumahmu terbakar baru memasang alarm? Jadi, jangan tunggu sampai nafsumu berkobar baru menetapkan aturan dasar tingkah laku

  • Mengapa Menjaga Keperawanan?
    Pertanyaan Kaum Muda—Jawaban yang Praktis, Jilid 2
    • PASAL 5

      Mengapa Menjaga Keperawanan?

      ”Aku ingin sekali bereksperimen dengan seks.”​—Kelly.

      ”Aku merasa aneh karena belum pernah berhubungan seks.”​—Jordon.

      ”APAKAH kamu masih perawan?” Pertanyaan seperti itu bisa membuatmu kecut! Ya, di banyak tempat, anak muda yang masih perawan mungkin dianggap aneh. Tidak heran, begitu banyak anak muda berhubungan seks sejak remaja!

      Dipikat oleh Hasrat, Didesak oleh Teman

      Jika kamu seorang Kristen, kamu tahu bahwa Alkitab memerintahkanmu untuk ”menjauhkan diri dari percabulan”. (1 Tesalonika 4:3) Namun, kamu mungkin merasa sulit mengendalikan gejolak seksualmu. ”Kadang, pikiran tentang seks tahu-tahu muncul tanpa sebab atau alasan yang jelas,” demikian pengakuan seorang pemuda bernama Paul. Yakinlah, perasaan seperti itu normal.

      Namun, menjadi korban ejekan dan pelecehan yang tak henti-hentinya karena masih perawan sama sekali tidak menyenangkan! Misalnya, bagaimana jika teman-temanmu mengatakan bahwa kamu bukan pria atau wanita sejati kalau belum pernah berhubungan seks? ”Teman-teman menceritakan seolah-olah seks itu asyik dan wajar,” kata Ellen. ”Kalau belum pernah tidur dengan siapa-siapa, kita dianggap aneh.”

      Tetapi, ada sisi seks pranikah yang mungkin tidak diceritakan teman-temanmu. Misalnya, Maria, yang berhubungan seks dengan pacarnya, mengingat, ”Sesudahnya, aku merasa malu dan hina. Aku benci diriku sendiri dan aku benci pacarku.” Pengalaman seperti itu lebih umum daripada yang disadari kebanyakan anak muda. Kenyataannya, seks pranikah sering kali adalah pengalaman yang menyakitkan secara emosi​—dengan akibat-akibat yang buruk!

      Akan tetapi, seorang remaja bernama Shanda bertanya, ”Mengapa Allah memberi kaum muda hasrat seksual, padahal Dia tahu bahwa mereka baru boleh menyalurkannya setelah menikah?” Itu pertanyaan yang bagus. Tetapi, pikirkan hal berikut ini:

      Apakah dorongan seksual satu-satunya perasaan kuat yang kamu miliki? Sama sekali tidak. Allah Yehuwa menciptakan kamu dengan kesanggupan untuk merasakan berbagai keinginan dan emosi.

      Apakah kamu harus menyalurkan setiap gejolak yang timbul dalam dirimu? Tidak, karena Allah juga memberimu kesanggupan untuk mengendalikan tindakanmu.

      Kalau begitu, apa pelajarannya? Kamu mungkin tidak bisa mencegah munculnya suatu hasrat, tetapi kamu bisa mengendalikan reaksimu. Ya, melampiaskan setiap dorongan seksual itu sama salah dan bodohnya dengan memukul seseorang setiap kali kamu marah.

      Faktanya, Allah tidak pernah bermaksud agar kita menyalahgunakan kemampuan kita untuk memiliki keturunan. ”Kamu masing-masing mengetahui bagaimana mengendalikan bejananya sendiri dengan mengingat kesucian dan kehormatan,” kata Alkitab. (1 Tesalonika 4:4) Sebagaimana ada ”waktu untuk mengasihi dan waktu untuk membenci”, ada waktu untuk menyalurkan dorongan seksual dan ada waktu untuk menahan diri. (Pengkhotbah 3:1-8) Yang terpenting, kamu-lah yang memegang kendali atas hasrat-hasratmu!

      Namun, apa yang bisa kamu lakukan jika seseorang mengejekmu, mengatakan dengan nada tidak percaya, ”Apa benar kamu masih perawan?” Jangan terintimidasi. Kalau orang itu hanya mau menjatuhkan kamu, kamu bisa mengatakan, ”Ya, betul, dan tahu tidak? Aku senang aku masih perawan!” Atau, kamu bisa bilang, ”Itu soal pribadi, aku tidak membicarakannya dengan orang lain.”a (Amsal 26:4; Kolose 4:6) Di pihak lain, kamu mungkin merasa bahwa orang yang bertanya itu perlu mendapat lebih banyak informasi. Kalau begitu, kamu mungkin ingin menjelaskan pendirianmu yang berdasarkan Alkitab.

      Apakah kamu punya jawaban lain untuk ejekan ”Apa benar kamu masih perawan?” Jika ya, tulislah di bawah ini.

      ․․․․․

      Hadiah yang Berharga

      Bagaimana perasaan Allah ketika seseorang memutuskan untuk berhubungan seks sebelum menikah? Nah, bayangkan jika kamu membeli hadiah untuk seorang teman. Tetapi, sebelum kamu bisa memberikannya kepada temanmu itu, dia​—hanya karena ingin tahu​—membukanya! Tidakkah kamu akan kesal? Sekarang, bayangkan bagaimana perasaan Allah jika kamu melakukan seks pranikah. Ia ingin agar kamu menunggu sampai menikah baru menikmati hadiah berupa hubungan seks.​—Kejadian 1:28.

      Apa yang harus kamu lakukan dengan dorongan seksualmu? Singkatnya, belajarlah mengendalikannya. Kamu punya kekuatan untuk mengendalikannya! Berdoalah memohon bantuan Yehuwa. Roh-Nya dapat menambah kesanggupanmu untuk mengendalikan diri. (Galatia 5:22, 23) Ingatlah, Yehuwa ”tidak akan menahan sesuatu yang baik dari orang-orang yang berjalan tanpa cela”. (Mazmur 84:11) Remaja bernama Gordon berkata, ”Setiap kali terlintas dalam benakku bahwa seks pranikah sebenarnya tidak apa-apa, aku memikirkan akibat rohaninya yang buruk dan menyadari bahwa tidak ada dosa yang senilai dengan hilangnya hubunganku dengan Yehuwa.”

      Faktanya, keperawanan itu tidak aneh atau abnormal. Justru seks yang amoral-lah yang merendahkan martabat, memalukan, dan menyakitkan. Jadi, jangan biarkan propaganda dunia ini memperdaya kamu untuk berpikir bahwa ada yang salah dengan dirimu jika kamu berpegang pada standar Alkitab. Dengan mempertahankan keperawananmu, kamu menjaga kesehatanmu, kesejahteraan emosimu, dan​—yang terpenting​—hubunganmu dengan Allah.

      BACA JUGA JILID 1, PASAL 23

      [Catatan Kaki]

      a Yang menarik, Yesus memilih untuk diam ketika ditanyai Herodes. (Lukas 23:8, 9) Diam sering kali adalah cara bagus untuk menghadapi pertanyaan yang tidak pada tempatnya.

      AYAT-AYAT KUNCI

      ”Jika seseorang . . . telah membuat keputusan ini di dalam hatinya, untuk mempertahankan keperawanannya, ia melakukan apa yang baik.”​—1 Korintus 7:37.

      TIPS

      Hindari pergaulan dengan orang-orang yang tidak mempunyai standar moral yang kuat, sekalipun mengaku seiman.

      TAHUKAH KAMU . . . ?

      Kecil kemungkinannya orang yang melakukan seks bebas mengubah kebiasaannya setelah menikah. Sebaliknya, orang yang loyal pada standar moral Allah sebelum menikah lebih besar kemungkinannya untuk loyal kepada teman hidupnya setelah menikah.

      RENCANAKU!

      Jika aku ingin tetap perawan sampai aku menikah, aku perlu ․․․․․

      Jika teman-temanku mempersulit aku untuk berpegang pada tekadku, aku akan ․․․․․

      Yang ingin kutanyakan kepada orang tuaku tentang pokok ini ialah ․․․․․

      MENURUTMU . . .

      ● Mengapa ada yang mengejek orang yang perawan?

      ● Mengapa bisa jadi sulit untuk menjaga keperawanan?

      ● Apa saja manfaatnya tetap perawan sampai kamu menikah?

      ● Bagaimana kamu akan menjelaskan manfaat keperawanan kepada adikmu?

      [Kutipan di hlm. 51]

      ”Aku termotivasi untuk menolak godaan seksual dengan selalu ingat bahwa ’orang yang melakukan percabulan atau orang yang najis tidak akan memperoleh warisan apa pun dalam kerajaan Allah’.” (Efesus 5:5)​—Lydia

      [Kotak di hlm. 49]

      Lembar Kerja

      Apa yang Sesungguhnya Terjadi setelah Itu?

      Teman-temanmu dan hiburan populer sering kali dengan cerdik menutupi kenyataan pahit seks pranikah. Perhatikan tiga skenario berikut ini. Menurutmu, apa yang sesungguhnya terjadi dengan remaja-remaja ini?

      ● Seorang teman sekolah membual bahwa dia sudah berhubungan seks dengan banyak gadis. Dia bilang itu asyik​—tidak ada yang sakit hati. Apa yang sesungguhnya terjadi kemudian​—dengan dia dan gadis-gadis itu? ․․․․․

      ● Di bagian akhir sebuah film, dua remaja yang belum menikah berhubungan seks untuk menyatakan cinta. Apa yang selanjutnya terjadi​—dalam kehidupan nyata? ․․․․․

      ● Kamu berkenalan dengan pemuda ganteng yang mengajakmu berhubungan seks. Katanya, tidak akan ada yang tahu. Jika kamu menyerah dan mencoba menutupinya, apa yang sesungguhnya terjadi setelah itu? ․․․․․

      [Gambar di hlm. 54]

      Melakukan hubungan seks pranikah itu seperti membuka hadiah yang belum diberikan kepadamu

  • Anutan​—Yusuf
    Pertanyaan Kaum Muda—Jawaban yang Praktis, Jilid 2
    • Anutan​—Yusuf

      Yusuf menghadapi situasi yang serius. Istri majikannya sudah berulang kali mengajaknya berhubungan seks. Sekarang, dia mencoba lagi! Tetapi, Yusuf tidak tergoda. Malah, ia menjawab dengan tegas. ”Bagaimana mungkin aku dapat melakukan kejahatan yang besar ini dan berdosa terhadap Allah?” kata Yusuf kepadanya. Ketika wanita itu tidak menerima penolakan Yusuf​—bahkan mencengkeramnya​—Yusuf tidak malu untuk melarikan diri. Ya, ia lari ke luar rumah! Yusuf menunjukkan bahwa dirinya adalah pria yang memiliki integritas moral.​—Kejadian 39:7-12.

      Suatu saat, bisa saja ada orang yang ingin agar kamu mengalah kepada hasrat seksualmu. Menolak bukanlah soal kemauan saja. Itu berawal dari keinginan untuk menyenangkan Penciptamu, Allah Yehuwa. Yusuf pun mempunyai hasrat-hasrat seksual, seperti kamu. Namun, sama sekali tidak terpikir olehnya untuk memuaskan hasrat-hasrat tersebut dengan cara yang akan membuat Penciptanya marah. Demikian pula, kamu perlu yakin bahwa kenajisan moral membuat Allah marah dan akhirnya menyebabkan kepedihan hati. Jadi, berjuanglah untuk mengembangkan dan mempertahankan integritas moral seperti yang Yusuf tunjukkan.

  • Jurnalku​—Lawan Jenis
    Pertanyaan Kaum Muda—Jawaban yang Praktis, Jilid 2
    • BAGIAN 1

      Jurnalku​—Lawan Jenis

      Jika kamu berminat untuk menikah, tulislah dua sifat terpenting yang kamu cari dalam diri calon teman hidupmu dan jelaskan mengapa kamu menghargai sifat-sifat itu. Jika kamu memilih untuk melajang, paling tidak untuk sementara waktu, tulislah dua manfaat kelajangan.

      ․․․․․

Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
Log Out
Log In
  • Indonesia
  • Bagikan
  • Pengaturan
  • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
  • Syarat Penggunaan
  • Kebijakan Privasi
  • Pengaturan Privasi
  • JW.ORG
  • Log In
Bagikan