PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • w93 1/5 hlm. 3-4
  • Apakah Kita Membutuhkan Alkitab?

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Apakah Kita Membutuhkan Alkitab?
  • Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1993
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Para Pengritik dan Penyangsi
  • Kebutuhan akan Bimbingan
  • Satu-satunya Alternatif
  • Di Mana Saudara Dapat Menemukan Bimbingan yang Dapat Dipercaya?
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1994
  • Dalam Terbitan Ini: Apa Manfaat Alkitab bagi Kehidupan Kita?
    Sadarlah!—2019
  • Alkitab​—Suatu Bimbingan Praktis bagi Manusia Modern
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1993
  • Alkitab dan Anda
    Alkitab—Firman dari Allah atau dari Manusia?
Lihat Lebih Banyak
Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1993
w93 1/5 hlm. 3-4

Apakah Kita Membutuhkan Alkitab?

OXANA, seorang wanita muda berkebangsaan Rusia, merasa sangat senang ketika melihat sebuah Alkitab ditawarkan pedagang buku kaki lima di Moskow. John, temannya, yang berasal dari suatu negeri tempat Alkitab dapat diperoleh dengan mudah, merasa terkesan akan semangat Oxana. ”Saya—seorang ateis—ingin membeli Alkitab itu untuknya,” demikian pengakuannya. Meskipun pada mulanya Oxana menolak, akhirnya ia menerima pemberian John.

Banyak orang, seperti Oxana, sangat berhasrat memiliki Alkitab. Hal ini khususnya benar di negeri-negeri tempat Alkitab dulunya dinyatakan terlarang selama bertahun-tahun. Penerbit majalah ini, misalnya, bekerja keras untuk memenuhi permintaan akan Alkitab di bekas republik-republik Soviet, maupun di bagian-bagian dunia lainnya. Untuk pertama kalinya, banyak orang di daerah-daerah ini memiliki kesempatan meneliti Alkitab dengan sepatutnya—dan banyak orang tertarik oleh beritanya yang penuh kuasa.

Para Pengritik dan Penyangsi

Sebaliknya, khususnya di Eropa bagian utara, Alkitab direndahkan nilainya dan dibiarkan begitu saja di rak buku. ”Sejarah usang!” kata beberapa orang, dan menambahkan, ”Alkitab ditulis untuk zaman yang berbeda. Tidak ada hubungannya dengan manusia modern.” Bahkan pendeta-pendeta yang terkemuka telah membuat pernyataan di hadapan umum yang mendiskreditkan Alkitab. Desmond Tutu, Uskup Agung Anglikan, sebagaimana dilaporkan The Star, sebuah surat kabar Afrika Selatan, berkata, ”Ada bagian-bagian dalam Alkitab yang tidak memiliki nilai permanen.” Pernyataan semacam itu telah mengakibatkan banyak orang bertanya-tanya tentang seberapa serius mereka perlu beriman kepada Alkitab.

Kebutuhan akan Bimbingan

Para pengritik maupun orang-orang yang mempercayainya harus mengakui bahwa, lebih daripada sebelumnya, dunia membutuhkan jalan keluar yang praktis. ”Kecuali jika manusia segera belajar untuk mengendalikan kecepatan dari perubahan dalam kehidupan pribadinya serta dalam masyarakat luas,” tulis Alvin Toffler dalam bukunya Future Shock, ”kita pasti secara besar-besaran akan mengalami . . . keruntuhan.” Peringatan itu dikeluarkan lebih dari 20 tahun yang lalu. Keruntuhan yang dimaksud oleh Toffler tampaknya sedang terjadi saat ini.

Seraya abad ini mendekati akhirnya, perkembangan teknologi dan filsafat manusia telah gagal menghasilkan kestabilan dunia. Harapan baru-baru ini akan adanya suatu tatanan dunia baru telah diganti oleh kekecewaan, dan kehidupan banyak orang telah merosot hingga perlu berjuang untuk mempertahankan hidup setiap hari.

Statistik memperlihatkan bahwa pemisah ekonomi antara yang kaya dengan yang miskin telah menjadi jurang. Suatu penelitian baru-baru ini mengindikasikan bahwa 82,7 persen dari kekayaan dunia terpusat di tangan dari hanya 20 persen populasi dunia. Apakah mengherankan bahwa peperangan, kelaparan, penyakit, pemberontakan, dan anarki tersebar di banyak negeri? Tekanan untuk mengatasi kualitas hidup yang terus merosot mengakibatkan stres berat atas emosi banyak orang. Sebagai akibatnya, bahkan unit paling mendasar dari masyarakat, yaitu keluarga, mengalami kehancuran.

Meskipun banyak orang, seperti Toffler, berpendapat bahwa adalah tanggung jawab manusia untuk ”mencari metode-metode yang sama sekali baru sebagai tempat bersauh,” bukti-bukti memperlihatkan bahwa manusia tidak sanggup menyediakan jalan keluar mereka sendiri.

Satu-satunya Alternatif

Alkitab, yang mulai ditulis kira-kira 3.500 tahun yang lalu, tidak berubah selama berabad-abad. Prinsip-prinsipnya tetap sama. Misalnya, kata-kata dalam Yeremia 10:23 telah terbukti benar dewasa ini lebih daripada sebelumnya, ”Manusia tidak berkuasa untuk menentukan jalannya, dan orang yang berjalan tidak berkuasa untuk menetapkan [”mengarahkan”, NW] langkahnya.” Jika manusia tidak sanggup mengarahkan jalannya, siapa yang dapat? Alkitab menunjuk kepada satu-satunya Sumber dari pengarahan yang sejati, ”Akulah [Yehuwa], Allahmu, yang mengajar engkau tentang apa yang memberi faedah, yang menuntun engkau di jalan yang harus kautempuh.”—Yesaya 48:17.

Melalui halaman-halaman Alkitab, Allah Yehuwa mengajar kita cara menolong diri sendiri. Alkitab penuh dengan nasihat yang memperlihatkan kepada kita jalan yang harus kita tempuh. Nasihat-nasihatnya sama relevannya dewasa ini dengan ketika itu ditulis. Artikel berikut akan memeriksa kepraktisan Alkitab bagi zaman modern ini. Dalam berbagai hal, mulai dari kesehatan hingga kekayaan, kehidupan keluarga, dan perilaku pribadi, saudara akan dapat melihat bahwa Alkitab benar-benar bagaikan batu karang yang kokoh di tengah-tengah pasir apung dari dunia dewasa ini.

[Gambar di hlm. 4]

Alkitab adalah sebuah sauh yang kokoh dalam dunia yang bergejolak dewasa ini

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan