PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • mwbr19 Januari hlm. 1-13
  • Referensi untuk Lembar Pelajaran Pelayanan dan Kehidupan Kristen—Januari 2019

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Referensi untuk Lembar Pelajaran Pelayanan dan Kehidupan Kristen—Januari 2019
  • Referensi untuk Lembar Pelajaran—Pelayanan dan Kehidupan Kristen—2019
  • Subjudul
  • 7-13 JANUARI
  • 14-20 JANUARI
  • 21-27 JANUARI
  • 28 JANUARI–3 FEBRUARI
Referensi untuk Lembar Pelajaran—Pelayanan dan Kehidupan Kristen—2019
mwbr19 Januari hlm. 1-13

Referensi untuk Lembar Pelajaran Pelayanan dan Kehidupan Kristen

7-13 JANUARI

HARTA DALAM FIRMAN ALLAH | KISAH 21-22

”Semoga Kehendak Yehuwa Terjadi”

(Kisah 21:8-12) Besoknya kami berangkat lagi dan tiba di Kaisarea, dan di sana, kami masuk ke rumah Filipus penginjil itu, yang termasuk di antara ketujuh orang itu, dan kami tinggal bersamanya. 9 Dia memiliki empat anak perempuan yang belum menikah, yang bisa bernubuat. 10 Setelah cukup lama kami tinggal di sana, seorang nabi bernama Agabus datang dari Yudea. 11 Dia datang kepada kami dan mengambil ikat pinggang Paulus, lalu mengikat kaki dan tangannya sendiri dan berkata, ”Inilah yang dikatakan melalui kuasa kudus: ’Pemilik ikat pinggang ini akan diikat seperti ini oleh orang-orang Yahudi di Yerusalem, dan dia akan diserahkan ke tangan orang-orang dari bangsa lain.’” 12 Mendengar itu, kami dan orang-orang yang ada di sana memohon agar Paulus tidak pergi ke Yerusalem.

bt 177-178 ¶15-16

”Biarlah Kehendak Yehuwa Terjadi”

15 Selama Paulus tinggal dengan Filipus, datanglah seorang tamu lain yang dihormati​—Agabus. Orang-orang yang berkumpul di rumah Filipus tahu bahwa Agabus adalah nabi; ia pernah menubuatkan bala kelaparan yang hebat selama masa pemerintahan Klaudius. (Kis. 11:27, 28) Mungkin mereka bertanya-tanya, ’Mengapa Agabus datang? Pesan apa yang mau ia sampaikan?’ Sementara mereka memperhatikan dengan cermat, ia mengambil ikat pinggang Paulus​—kain panjang yang bisa menjadi tempat uang dan barang lain. Dengannya, Agabus mengikat kaki dan tangannya sendiri. Ia kemudian berbicara. Pesannya sungguh mengagetkan: ”Demikianlah kata roh kudus, ’Pria yang empunya ikat pinggang ini akan diikat seperti ini oleh orang-orang Yahudi di Yerusalem dan diserahkan ke tangan orang-orang dari bangsa-bangsa.’”​—Kis. 21:11.

16 Nubuat itu memastikan bahwa Paulus akan pergi ke Yerusalem. Hal itu juga memperlihatkan bahwa urusannya dengan orang Yahudi akan membuat dirinya diserahkan ”ke tangan orang-orang dari bangsa-bangsa”. Nubuat itu mengundang reaksi orang-orang yang ada di rumah itu. Lukas menulis, ”Pada waktu kami mendengar hal ini, kami dan juga orang-orang di tempat itu memohon agar ia tidak pergi ke Yerusalem. Lalu Paulus menjawab, ’Apa yang kamu lakukan dengan menangis dan membuatku lemah hati? Yakinlah, aku siap bukan saja untuk diikat tetapi juga untuk mati di Yerusalem demi nama Tuan Yesus.’”​—Kis. 21:12, 13.

(Kisah 21:13) Lalu Paulus berkata, ”Kenapa kalian menangis dan berusaha melemahkan tekadku? Percayalah, jangankan diikat, mati di Yerusalem pun aku siap demi nama Tuan Yesus.”

bt 178 ¶17

”Biarlah Kehendak Yehuwa Terjadi”

17 Bayangkan situasinya. Saudara-saudara, termasuk Lukas, memohon agar Paulus tidak meneruskan perjalanannya. Beberapa menangis. Melihat kepedulian mereka kepada dirinya, Paulus dengan lembut mengatakan bahwa mereka membuat dirinya ”lemah hati”, atau, menurut beberapa terjemahan, mereka ”membuat hati[nya] hancur”. Namun, tekadnya sudah bulat, dan sama seperti ketika ia menemui saudara-saudara di Tirus, ia tidak akan membiarkan permohonan atau tangisan menggoyahkan dia. Sebaliknya, ia menjelaskan kepada mereka mengapa ia harus tetap berangkat. Sungguh kuat keberanian dan keteguhan hatinya! Seperti Yesus, Paulus bertekad bulat untuk pergi ke Yerusalem. (Ibr. 12:2) Paulus bukannya berniat menjadi martir, tetapi jika itu terjadi, ia akan menganggapnya sebagai kehormatan untuk mati sebagai pengikut Yesus Kristus.

(Kisah 21:14) Karena dia tidak bisa dibujuk, kami tidak memaksa lagi, dan kami berkata, ”Semoga kehendak Yehuwa terjadi.”

bt 178 ¶18

”Biarlah Kehendak Yehuwa Terjadi”

18 Apa tanggapan saudara-saudara? Mereka merespek keputusan itu. Kita membaca, ”Ketika dia tidak mau dibujuk, kami tidak membantah lagi dan mengatakan, ’Biarlah kehendak Yehuwa terjadi.’” (Kis. 21:14) Orang-orang yang berupaya meyakinkan Paulus untuk tidak pergi ke Yerusalem tidak memaksakan pendapat mereka. Mereka mendengarkan Paulus dan mengalah, mengakui dan menerima kehendak Yehuwa, meskipun dengan berat hati. Paulus telah memulai suatu perjalanan menuju kematiannya. Jauh lebih mudah baginya jika orang-orang yang mengasihinya tidak berupaya melemahkan dia.   

Menggali Permata Rohani

(Kisah 21:23, 24) Maka, lakukanlah apa yang kami katakan ini: Di sini ada empat orang yang sudah berikrar. 24 Bawalah mereka bersamamu, jalani upacara menyucikan diri bersama mereka, dan bayar semua pengeluaran mereka, supaya mereka bisa mencukur rambut kepala mereka. Lalu, semua orang akan tahu bahwa kabar yang mereka dengar tentang kamu itu tidak benar, karena kamu bertingkah laku baik dan menjalankan Taurat.

bt 184-185 ¶10-12

”Dengarlah Pembelaanku”

10 Meskipun demikian, Paulus berpengertian terhadap orang-orang yang merasa nyaman menjalankan beberapa kebiasaan Yahudi, misalnya tidak bekerja pada hari Sabat atau berpantang makanan tertentu. (Rm. 14:1-6) Dan, ia tidak menggariskan aturan-aturan tentang sunat. Malah, Paulus menyuruh Timotius disunat agar orang-orang Yahudi tidak mencurigai Timotius, yang ayahnya orang Yunani. (Kis. 16:3) Sunat merupakan keputusan pribadi. Paulus memberi tahu orang-orang Galatia, ”Bersunat ataupun tidak bersunat tidak ada nilainya, tetapi iman yang bekerja melalui kasih ada nilainya.” (Gal. 5:6) Akan tetapi, tidaklah benar jika seseorang disunat agar berada di bawah Hukum atau menyatakan bahwa sunat diperlukan untuk diperkenan Yehuwa. Hal itu menunjukkan kurangnya iman.

11 Oleh karena itu, meskipun desas-desus itu sama sekali tidak benar, orang-orang Kristen Yahudi tetap gundah mendengarnya. Oleh karena itu, para tua-tua memberikan arahan ini kepada Paulus, ”Pada kami ada empat pria yang telah berikrar. Bawalah pria-pria ini dan tahirkanlah dirimu bersama mereka dan urus pengeluaran mereka, agar mereka dapat mencukurkan kepala mereka. Maka setiap orang akan tahu bahwa desas-desus yang diceritakan kepada mereka tentang engkau itu tidak benar, tetapi bahwa engkau berjalan dengan tertib, dan bahwa engkau sendiri juga menjalankan Hukum.”​—Kis. 21:23, 24.

12 Paulus bisa saja membantah bahwa problem sesungguhnya bukanlah desas-desus tentang dirinya, melainkan fanatisme orang-orang Kristen Yahudi terhadap Hukum Musa. Tetapi, ia bersedia untuk bersikap lentuk, selama ia tidak harus mengkompromikan prinsip-prinsip ilahi. Sebelumnya ia pernah menulis, ”Bagi orang-orang yang berada di bawah hukum, aku menjadi seperti orang yang berada di bawah hukum, walaupun aku sendiri tidak berada di bawah hukum, agar aku dapat memperoleh mereka yang berada di bawah hukum.” (1 Kor. 9:20) Pada kesempatan ini, Paulus bekerja sama dengan para penatua di Yerusalem dan menjadi ”seperti orang yang berada di bawah hukum”. Tindakannya itu menjadi teladan bagi kita dewasa ini untuk bekerja sama dengan para penatua dan tidak berkeras melakukan sesuatu menurut cara kita sendiri.​—Ibr. 13:17.

(Kisah 22:16) Jadi, tunggu apa lagi? Dibaptislah, bersihkan dirimu dari dosa-dosamu dengan berseru kepada namanya.’

Keterangan tambahan nwtsty untuk Kis 22:16

bersihkan dirimu dari dosa-dosamu dengan berseru kepada namanya: Atau ”bersihkan dirimu dari dosa-dosamu dan berserulah kepada namanya”. Dosa seseorang bisa dibersihkan, bukan dengan air baptisan, tapi dengan berseru kepada nama Yesus. Hal ini mencakup beriman kepada Yesus dan berbuat baik sebagai orang Kristen.​—Kis 10:43; Yak 2:14, 18.

Pembacaan Alkitab

(Kisah 21:1-19) Setelah dengan berat hati berpisah dari mereka, kami berlayar langsung ke Kos, besoknya ke Rodes, lalu ke Patara. 2 Ketika menemukan kapal yang akan menyeberang ke Fenisia, kami naik kapal itu dan berlayar. 3 Setelah Pulau Siprus terlihat di sebelah kiri, kami melewatinya, terus berlayar ke Siria, dan berlabuh di Tirus, di tempat kapal itu akan menurunkan muatan. 4 Kami mencari dan menemukan murid-murid, lalu tinggal di sana selama tujuh hari. Tapi dengan bimbingan kuasa kudus, mereka berulang-ulang memberi tahu Paulus untuk tidak menginjakkan kaki di Yerusalem. 5 Maka ketika sudah waktunya, kami berangkat dan memulai perjalanan kami, tapi mereka semua, bersama wanita dan anak-anak, mengantar kami sampai ke luar kota. Lalu sambil berlutut di pantai, kami berdoa 6 dan saling berpamitan. Kemudian kami naik kapal, sedangkan mereka pulang. 7 Setelah berlayar dari Tirus, kami akhirnya tiba di Ptolemais, dan kami memberi salam kepada saudara-saudara dan tinggal selama sehari bersama mereka. 8 Besoknya kami berangkat lagi dan tiba di Kaisarea, dan di sana, kami masuk ke rumah Filipus penginjil itu, yang termasuk di antara ketujuh orang itu, dan kami tinggal bersamanya. 9 Dia memiliki empat anak perempuan yang belum menikah, yang bisa bernubuat. 10 Setelah cukup lama kami tinggal di sana, seorang nabi bernama Agabus datang dari Yudea. 11 Dia datang kepada kami dan mengambil ikat pinggang Paulus, lalu mengikat kaki dan tangannya sendiri dan berkata, ”Inilah yang dikatakan melalui kuasa kudus: ’Pemilik ikat pinggang ini akan diikat seperti ini oleh orang-orang Yahudi di Yerusalem, dan dia akan diserahkan ke tangan orang-orang dari bangsa lain.’” 12 Mendengar itu, kami dan orang-orang yang ada di sana memohon agar Paulus tidak pergi ke Yerusalem. 13 Lalu Paulus berkata, ”Kenapa kalian menangis dan berusaha melemahkan tekadku? Percayalah, jangankan diikat, mati di Yerusalem pun aku siap demi nama Tuan Yesus.” 14 Karena dia tidak bisa dibujuk, kami tidak memaksa lagi, dan kami berkata, ”Semoga kehendak Yehuwa terjadi.” 15 Setelah beberapa waktu di sana, kami mempersiapkan perjalanan dan berangkat ke Yerusalem. 16 Beberapa murid dari Kaisarea juga ikut, dan mereka mengantar kami kepada Mnason yang berasal dari Siprus, yang sudah lama menjadi murid, karena kami akan menumpang di rumahnya. 17 Saat kami tiba di Yerusalem, saudara-saudara menyambut kami dengan senang hati. 18 Besoknya, Paulus pergi bersama kami menemui Yakobus, dan semua penatua ada di sana. 19 Paulus memberi salam kepada mereka dan mulai menceritakan dengan terperinci hal-hal yang Allah lakukan di antara bangsa-bangsa melalui pelayanannya.

14-20 JANUARI

HARTA DALAM FIRMAN ALLAH | KISAH 23-24

”Dituduh Sebagai Tukang Cari Masalah dan Penghasut”

(Kisah 23:12) Paginya, orang-orang Yahudi berkomplot dan bersumpah bahwa mereka tidak akan makan atau minum sampai mereka membunuh Paulus.

(Kisah 23:16) Tapi, putra dari saudara perempuan Paulus mendengar rencana penyergapan itu, dan dia masuk ke markas prajurit dan melaporkannya kepada Paulus.

bt 191 ¶5-6

”Tabahlah!”

5 Dukungan moril bagi Paulus itu tepat waktu. Persis keesokan harinya, lebih dari 40 pria Yahudi ”membentuk suatu komplotan dan mengikat diri dengan suatu kutukan, dengan mengatakan bahwa mereka tidak akan makan ataupun minum sampai mereka membunuh Paulus”. Adanya ”komplotan yang terikat sumpah” ini menunjukkan betapa kuat tekad orang-orang Yahudi itu untuk membunuh sang rasul. Kalau rencana mereka gagal, mereka percaya bahwa sebagai akibatnya, mereka akan ditimpa kutukan, atau kemalangan. (Kis. 23:12-15) Rencana mereka, yang disetujui oleh para imam kepala dan tua-tua, adalah meminta agar Paulus dibawa kembali ke Sanhedrin untuk dimintai lebih banyak keterangan, seolah-olah untuk memastikan perkaranya dengan lebih saksama. Tetapi dalam perjalanan, mereka akan mengadang Paulus untuk menyerang serta membunuhnya.

6 Akan tetapi, kemenakan Paulus mendengar tentang rencana jahat itu dan melaporkannya kepada Paulus. Selanjutnya, Paulus menyuruh pemuda itu melaporkannya kepada komandan militer Romawi Klaudius Lisias. (Kis. 23:16-22) Dewasa ini pun, Yehuwa pastilah mengasihi kaum muda yang, seperti kemenakan Paulus yang tidak disebutkan namanya itu, dengan berani mendahulukan kesejahteraan umat Yehuwa di atas kesejahteraan diri mereka sendiri dan yang dengan setia berbuat sebisa-bisanya untuk memajukan kepentingan Kerajaan.

(Kisah 24:2) Ketika dipanggil, Tertulus mulai menuduh dia dengan berkata, ”Bapak memberi kami kedamaian besar, dan ada banyak perubahan yang terjadi di bangsa ini berkat rencana-rencana Bapak.

(Kisah 24:5, 6) Kami melihat bahwa orang ini tukang cari masalah. Dia menghasut orang Yahudi di seluruh dunia, dan dialah ujung tombak sekte orang Nazaret. 6 Dia juga mencoba mencemari bait, maka kami menangkapnya.

bt 192 ¶10

”Tabahlah!”

10 Di Kaisarea, Paulus ”ditaruh dalam penjagaan di istana kerajaan Herodes” sambil menunggu kedatangan para penuduh dari Yerusalem. (Kis. 23:35) Lima hari kemudian tibalah mereka​—Imam Besar Ananias, Tertulus selaku pembicara yang bertindak sebagai pengacara, dan beberapa tua-tua. Tertulus pertama-tama menyanjung Feliks atas apa yang ia lakukan bagi orang Yahudi, jelaslah dengan tujuan menjilat. Lalu, ketika sampai pada masalahnya, Tertulus menyebut Paulus sebagai ”pembawa sampar dan penghasut semua orang Yahudi di seluruh bumi yang berpenduduk dan adalah ujung tombak sekte orang Nazaret, yang juga mencoba mencemarkan bait dan yang [mereka] tangkap”. Orang-orang Yahudi lain ”ikut menyerang, menegaskan bahwa perkara-perkara itu memang demikian”. (Kis. 24:5, 6, 9) Menghasut orang-orang, menyebarkan sekte berbahaya, dan mencemarkan bait​—ini tuduhan-tuduhan serius yang bisa mengakibatkan vonis hukuman mati.

(Kisah 24:10-21) Saat gubernur itu mengangguk supaya Paulus berbicara, Paulus berkata, ”Karena tahu bahwa Bapak sudah menjadi hakim bangsa ini selama bertahun-tahun, saya senang menyampaikan pembelaan saya. 11 Seperti yang bisa Bapak pastikan, tidak sampai 12 hari yang lalu, saya pergi beribadah di Yerusalem, 12 dan mereka tidak pernah melihat saya berdebat dengan siapa pun di bait atau memicu kerusuhan, baik di rumah-rumah ibadah maupun di tempat lain di kota. 13 Mereka tidak bisa membuktikan kepada Bapak bahwa tuduhan mereka terhadap saya ini benar. 14 Tapi, saya mengakui kepada Bapak bahwa sesuai dengan jalan hidup yang mereka sebut ’sekte’, saya melakukan pelayanan suci bagi Allah leluhur saya, karena saya percaya pada semua hal yang ada dalam Taurat dan Tulisan Para Nabi. 15 Saya juga memiliki harapan kepada Allah, seperti yang dimiliki orang-orang ini, bahwa akan ada kebangkitan bagi orang-orang yang benar maupun yang tidak benar. 16 Karena itu, saya selalu berusaha agar hati nurani saya tetap bersih di hadapan Allah dan manusia. 17 Bertahun-tahun setelah itu, saya datang untuk membawa sumbangan kepada bangsa saya dan untuk memberikan persembahan. 18 Ketika saya sedang mengurus hal-hal itu, mereka melihat saya menjalani upacara menyucikan diri di bait, tapi tanpa keramaian ataupun keributan. Di sana, ada beberapa orang Yahudi dari Provinsi Asia 19 yang seharusnya sekarang ada di hadapan Bapak untuk menuduh saya, kalau mereka memang punya masalah dengan saya. 20 Atau, biarkan orang-orang di sini mengatakan sendiri kesalahan apa yang mereka temukan waktu itu, pada waktu saya dibawa ke hadapan Sanhedrin. 21 Mereka hanya bisa menuduh saya karena satu hal ini, yaitu ketika saya berdiri di hadapan mereka, saya berkata, ’Hari ini saya diadili di hadapan kalian karena harapan kebangkitan orang mati!’”

bt 193-194 ¶13-14

”Tabahlah!”

13 Paulus memberikan teladan bagus untuk kita ikuti seandainya kita dihadapkan ke kalangan berwenang sekuler karena ibadat kita dan jika kita mendapat tuduhan palsu bahwa kita pembuat keributan, melawan pemerintah, atau anggota ”sekte berbahaya”. Paulus tidak berupaya menjilat sang gubernur dengan kata-kata sanjungan seperti Tertulus. Paulus tetap tenang dan penuh respek. Dengan bijaksana, ia memberikan kesaksian dengan jelas dan benar. Paulus menyebutkan bahwa ”beberapa orang Yahudi dari distrik Asia” yang telah menuduhnya mencemarkan bait tidak hadir dan secara hukum ia seharusnya bisa mengkonfrontasi mereka serta mendengar tuduhan mereka.​—Kis. 24:18, 19.

14 Dan yang paling mencolok, Paulus tidak menahan diri untuk memberikan kesaksian tentang kepercayaannya. Dengan berani, sang rasul menegaskan kembali kepercayaannya tentang kebangkitan, masalah yang telah menimbulkan keributan besar ketika ia berada di hadapan Sanhedrin. (Kis. 23:6-10) Dalam pembelaannya, Paulus menandaskan harapan kebangkitan. Mengapa? Karena Paulus memberikan kesaksian tentang Yesus dan tentang kebangkitan-Nya dari antara orang mati​—sesuatu yang tidak bisa diterima oleh para penentangnya. (Kis. 26:6-8, 22, 23) Ya, pertikaian itu berpusat pada masalah kebangkitan​—lebih tepatnya, kepercayaan kepada Yesus dan kebangkitannya.

Menggali Permata Rohani

(Kisah 23:6) Paulus tahu bahwa sebagian anggota Sanhedrin adalah orang Saduki, sedangkan sebagian lagi orang Farisi. Karena itu dia berkata, ”Saudara-saudara, saya adalah orang Farisi, keturunan orang Farisi. Saya sekarang diadili karena harapan kebangkitan orang mati.”

Keterangan tambahan nwtsty untuk Kis 23:6

saya adalah orang Farisi: Beberapa orang Farisi yang hadir di Sanhedrin mengenal Paulus. (Kis 22:5) Ketika Paulus menyebut dirinya sebagai keturunan orang Farisi, mereka tahu bahwa Paulus membicarakan latar belakangnya yang sama dengan mereka. Mereka tahu bahwa Paulus bukannya mengatakan bahwa dia masih mengikuti ajaran orang Farisi, karena mereka tahu bahwa Paulus telah menjadi orang Kristen yang bersemangat. Selain soal latar belakang, Paulus mengatakan bahwa dia orang Farisi, bukannya Saduki, karena dia punya pandangan yang mirip dengan orang Farisi dalam hal kebangkitan. Dengan demikian, dia mencari persamaan dengan orang Farisi yang hadir di sana. Topik ini bisa memancing perdebatan, jadi Paulus tampaknya mengangkat topik ini agar sebagian anggota Sanhedrin setuju dengan pendapatnya, dan strategi itu berhasil. (Kis 23:7-9) Kata-kata Paulus di Kis 23:6 ini juga selaras dengan kata-katanya sewaktu dia belakangan membuat pembelaan di hadapan Raja Agripa. (Kis 26:5) Dan ketika dia menulis surat kepada orang Kristen di Filipi dari Roma, Paulus juga kembali menyinggung tentang latar belakangnya sebagai orang Farisi. (Flp 3:5) Kisah 15:5 juga memuat catatan yang menarik tentang orang-orang Kristen lain yang dulunya pernah menjadi orang Farisi.

(Kisah 24:24) Beberapa hari kemudian, Feliks datang bersama Drusila istrinya, yang adalah seorang Yahudi, lalu dia memanggil Paulus dan mendengarkan Paulus berbicara tentang kepercayaan kepada Kristus Yesus.

(Kisah 24:27) Setelah dua tahun, Feliks digantikan oleh Porkius Festus, dan karena Feliks ingin disukai oleh orang Yahudi, dia membiarkan Paulus ditahan.

Keterangan tambahan nwtsty untuk Kis 24:24

Drusila: Putri ketiga dan putri bungsu dari Herodes Agripa I yang disebutkan di Kis 12:1. Drusila lahir sekitar tahun 38 M dan adalah saudara perempuan Agripa II dan Bernike. (Lihat keterangan tambahan untuk Kis 25:13 dan Daftar Istilah Alkitab, ”Herodes”.) Gubernur Feliks adalah suami keduanya. Suami pertamanya adalah seorang raja Siria, yaitu Azizus dari Emesa. Belakangan, Drusila menceraikan dia dan menikah dengan Feliks sekitar tahun 54 M, saat Drusila berusia sekitar 16 tahun. Dia kemungkinan hadir ketika Paulus berbicara di hadapan Feliks ”tentang tingkah laku yang benar, pengendalian diri, dan penghakiman yang akan datang”. (Kis 24:25) Ketika Festus akan menggantikan Feliks sebagai gubernur, Feliks tidak membebaskan Paulus karena dia ”ingin disukai oleh orang Yahudi”. (Kis 24:27) Ada yang menganggap Feliks melakukan ini untuk menyenangkan istrinya yang masih muda, Drusila, yang adalah orang Yahudi.

Keterangan tambahan nwtsty untuk Kis 25:13

Agripa: Yaitu Herodes Agripa II. Dia adalah cicit dari Herodes Agung dan putra dari Herodes Agripa I dengan istrinya Sipros.​—Kis 12:1; lihat Daftar Istilah Alkitab, ”Herodes”.

Bernike: Saudara perempuan Herodes Agripa II yang memiliki hubungan inses dengannya. Dia belakangan menjadi simpanan Titus sebelum Titus menjadi kaisar Romawi.

Pembacaan Alkitab

(Kisah 23:1-15) Sambil menatap para anggota Sanhedrin, Paulus mengatakan, ”Saudara-saudara, di hadapan Allah, saya bertingkah laku dengan hati nurani yang benar-benar bersih sampai hari ini.” 2 Mendengar itu, Imam Besar Ananias menyuruh orang-orang yang berdiri di dekatnya untuk memukul mulutnya. 3 Lalu Paulus berkata kepadanya, ”Kamu seperti tembok yang dicat putih. Allah akan memukul kamu. Apakah kamu duduk untuk mengadili saya menurut hukum Taurat, dan pada saat yang sama melanggar hukum itu dengan menyuruh agar saya dipukul?” 4 Orang-orang yang berdiri di dekatnya berkata, ”Apakah kamu menghina imam besar Allah?” 5 Lalu Paulus berkata, ”Saudara-saudara, saya tidak tahu bahwa dia imam besar. Ada tertulis, ’Jangan menghina pemimpin bangsa kalian.’” 6 Paulus tahu bahwa sebagian anggota Sanhedrin adalah orang Saduki, sedangkan sebagian lagi orang Farisi. Karena itu dia berkata, ”Saudara-saudara, saya adalah orang Farisi, keturunan orang Farisi. Saya sekarang diadili karena harapan kebangkitan orang mati.” 7 Karena kata-katanya itu, orang Farisi dan orang Saduki mulai berselisih, dan orang-orang menjadi terbagi. 8 Orang Saduki berkata bahwa tidak ada kebangkitan atau malaikat atau makhluk roh, sedangkan orang Farisi menerima semua itu. 9 Maka terjadilah keributan besar, dan beberapa ahli Taurat dari sekte Farisi berdiri dan mulai berkata dengan sengit, ”Kami tidak menemukan kesalahan apa pun pada orang ini. Mungkin ada makhluk roh atau malaikat yang berbicara kepadanya.” 10 Karena perselisihan semakin besar, komandan itu takut kalau Paulus akan dicabik-cabik, maka dia menyuruh para prajuritnya turun untuk menarik Paulus dari antara mereka dan membawanya ke markas prajurit. 11 Tapi malam berikutnya, Tuan datang kepada Paulus dan berkata, ”Tetaplah berani! Kamu harus bersaksi di Roma, sama seperti kamu bersaksi dengan saksama tentang aku di Yerusalem.” 12 Paginya, orang-orang Yahudi berkomplot dan bersumpah bahwa mereka tidak akan makan atau minum sampai mereka membunuh Paulus. 13 Ada lebih dari 40 orang yang berkomplot untuk bersumpah seperti itu. 14 Mereka pergi kepada para imam kepala dan para pemimpin, lalu berkata, ”Kami sudah dengan sungguh-sungguh bersumpah untuk tidak makan apa pun sampai kami membunuh Paulus. 15 Jadi sekarang, kalian dan para anggota Sanhedrin perlu meminta komandan itu membawanya kepada kalian, seolah-olah kalian mau memeriksa kasusnya dengan lebih teliti. Tapi nanti sebelum dia sampai, kami sudah siap membunuh dia.”

21-27 JANUARI

HARTA DALAM FIRMAN ALLAH | KISAH 25-26

”Paulus Naik Banding kepada Kaisar Lalu Memberikan Kesaksian kepada Raja Herodes Agripa”

(Kisah 25:11) Kalau saya memang berbuat salah sehingga pantas mati, saya tidak memohon agar dilepaskan dari kematian. Tapi, kalau semua tuduhan mereka terhadap saya tidak berdasar, tidak seorang pun berhak menyerahkan saya kepada mereka hanya karena mereka memintanya. Saya naik banding kepada Kaisar!”

bt 198 ¶6

”Aku Meminta Banding kepada Kaisar!”

6 Niat Festus untuk memuaskan hati orang Yahudi bisa berujung kematian bagi Paulus. Karena itu, Paulus menggunakan haknya sebagai warga negara Romawi. Ia memberi tahu Festus, ”Aku berdiri di hadapan kursi penghakiman Kaisar, tempat aku seharusnya dihakimi. Aku tidak berbuat salah kepada orang-orang Yahudi, sebagaimana yang juga kauketahui dengan cukup baik. . . . Aku meminta banding kepada Kaisar!” Begitu diucapkan, permintaan seperti itu biasanya tidak dapat ditarik kembali. Festus menandaskan hal ini, dengan mengatakan, ”Kepada Kaisar engkau telah meminta banding, maka kepada Kaisar engkau akan pergi.” (Kis. 25:10-12) Permintaan banding Paulus kepada wewenang hukum yang lebih tinggi memberikan preseden bagi orang Kristen dewasa ini. Sewaktu para penentang berupaya merancangkan ”kesusahan melalui ketetapan”, Saksi-Saksi Yehuwa memanfaatkan sarana-sarana hukum untuk membela kabar baik.​—Mz. 94:20.

(Kisah 26:1-3) Agripa berkata kepada Paulus, ”Kamu diizinkan berbicara bagi dirimu sendiri.” Lalu Paulus mengangkat tangannya dan mulai membuat pembelaannya dengan berkata, 2 ”Raja Agripa, saya senang karena di hadapan Rajalah saya membuat pembelaan tentang semua tuduhan orang Yahudi terhadap saya, 3 terutama karena Raja ahli dalam hal kebiasaan dan persoalan orang-orang Yahudi. Jadi, saya mohon agar Raja sabar mendengarkan saya.

bt 198-201 ¶10-16

”Aku Meminta Banding kepada Kaisar!”

10 Paulus dengan penuh respek berterima kasih kepada Raja Agripa atas kesempatan menyampaikan pembelaan di hadapannya, mengakui bahwa sang raja ahli dalam semua kebiasaan maupun perbantahan di antara orang-orang Yahudi. Paulus selanjutnya menceritakan kehidupannya di masa lalu, ”Aku hidup sebagai orang Farisi menurut sekte yang paling keras dalam bentuk ibadat kami.” (Kis. 26:5) Sebagai orang Farisi, Paulus mengharapkan kedatangan sang Mesias. Kini, sebagai orang Kristen, ia dengan berani menyatakan bahwa Yesus Kristus adalah Mesias yang telah lama dinanti-nantikan itu. Ia dan para penuduhnya memiliki kepercayaan yang sama​—yaitu harapan tentang penggenapan janji Allah kepada bapak-bapak leluhur mereka—​dan karena keyakinan itulah Paulus diadili pada hari tersebut. Penjelasan ini menyebabkan Agripa semakin berminat mendengar apa yang Paulus katakan.

11 Paulus mengingat kembali perlakuannya yang kejam terhadap orang Kristen, dan mengatakan, ”Sesungguhnya aku pun pernah menyangka bahwa aku harus melakukan banyak tindakan menentang nama Yesus, orang Nazaret itu . . . Karena aku luar biasa geram terhadap mereka [pengikut Kristus], aku menganiaya mereka bahkan sampai di kota-kota lain.” (Kis. 26:9-11) Paulus tidak membesar-besarkan hal itu. Banyak orang mengetahui kekejaman yang ia lakukan kepada orang Kristen. (Gal. 1:13, 23) ’Apa yang bisa membuat orang seperti itu berubah?’ Agripa mungkin bertanya-tanya.

12 Kata-kata Paulus berikutnya memberikan jawabannya, ”Sementara aku dalam perjalanan ke Damaskus dengan wewenang dan amanat dari imam-imam kepala, aku melihat pada tengah hari di jalan, ya, raja, suatu cahaya yang melampaui kecemerlangan matahari memancar dari langit di sekelilingku dan di sekeliling orang-orang yang bepergian bersamaku. Dan setelah kami semua jatuh ke tanah, aku mendengar suatu suara mengatakan kepadaku dalam bahasa Ibrani, ’Saul, Saul, mengapa engkau menganiaya aku? Terus menendang melawan kusa akan menyulitkan engkau.’ Tetapi aku mengatakan, ’Siapakah engkau, Tuan?’ Dan Tuan mengatakan, ’Akulah Yesus, yang engkau aniaya.’”​—Kis. 26:12-15.

13 Sebelum peristiwa adikodrati tersebut, Paulus secara kiasan telah ”menendang melawan kusa”, atau tongkat untuk menggiring ternak. Sama seperti seekor binatang beban akan melukai dirinya dengan menendang-nendang ujung tongkat yang tajam, Paulus mencederai dirinya secara rohani dengan melawan kehendak Allah. Dengan menampakkan diri kepada Paulus di jalan menuju Damaskus, Yesus yang telah dibangkitkan mengubah pikiran pria yang tulus namun salah arah itu.​—Yoh. 16:1, 2.

14 Paulus memang membuat perubahan drastis dalam kehidupannya. Kepada Agripa, ia mengatakan, ”Aku bukannya tidak taat kepada penglihatan surgawi itu, tetapi pertama-tama kepada orang-orang di Damaskus dan juga orang-orang di Yerusalem, dan di seluruh daerah Yudea, dan kepada bangsa-bangsa, aku membawa pesan agar mereka bertobat dan berbalik kepada Allah dengan melakukan perbuatan-perbuatan yang sesuai dengan pertobatan.” (Kis. 26:19, 20) Selama bertahun-tahun, Paulus telah menjalankan tugas yang Yesus Kristus berikan kepadanya dalam penglihatan pada tengah hari itu. Apa hasilnya? Orang-orang yang menyambut kabar baik yang Paulus beritakan bertobat dari tingkah laku mereka yang amoral serta tidak jujur dan berpaling kepada Allah. Mereka menjadi warga negara yang baik, yang merespek hukum serta menggalang ketertiban.

15 Namun, manfaat-manfaat tersebut tidak ada artinya bagi para penentang Paulus. Paulus mengatakan, ”Karena hal-hal itulah orang-orang Yahudi menangkap aku di bait dan berupaya membunuh aku. Akan tetapi, karena aku telah memperoleh pertolongan dari Allah, aku terus sampai hari ini memberikan kesaksian kepada orang kecil maupun orang besar.”​—Kis. 26:21, 22.

16 Sebagai orang Kristen sejati, kita harus ”selalu siap membuat pembelaan” tentang iman kita. (1 Ptr. 3:15) Saat menjelaskan kepercayaan kita kepada para hakim dan penguasa, ada gunanya kita meniru metode yang Paulus gunakan ketika berbicara kepada Agripa dan Festus. Jika kita dengan penuh respek menceritakan bahwa kebenaran Alkitab telah mengubah orang-orang menjadi lebih baik​—kita sendiri maupun mereka yang menyambut berita kita—​hati para pejabat tinggi tersebut mungkin bisa tersentuh.

(Kisah 26:28) Tapi Agripa mengatakan kepada Paulus, ”Sebentar lagi, kamu akan meyakinkan saya untuk menjadi orang Kristen.”

bt 202 ¶18

”Aku Meminta Banding kepada Kaisar!”

18 Tetapi, Paulus memiliki jawaban bagi sang gubernur, ”Aku tidak gila, Yang Mulia Festus, tetapi aku mengucapkan perkataan-perkataan kebenaran dan dari pikiran yang sehat. Kenyataannya, raja yang di hadapannya aku berbicara dengan kebebasan berbicara, tahu benar tentang hal-hal ini . . . Apakah engkau, Raja Agripa, percaya kepada Kitab Para Nabi? Aku tahu engkau percaya.” Agripa menanggapi, ”Dalam waktu singkat engkau akan meyakinkan aku menjadi orang Kristen.” (Kis. 26:25-28) Entah tulus atau tidak, kata-kata itu menunjukkan bahwa kesaksian Paulus sangat mempengaruhi sang raja.

Menggali Permata Rohani

(Kisah 26:14) Kami semua terjatuh, dan saya mendengar suatu suara berkata kepada saya dalam bahasa Ibrani, ’Saul, Saul, kenapa kamu menganiaya aku? Dengan terus melawanku [atau, ”menendang kusa”, catatan kaki], kamu menyakiti dirimu sendiri.’

Keterangan tambahan nwtsty untuk Kis 26:14

menendang kusa: Kusa adalah tongkat dengan ujung tajam yang dipakai untuk menggiring binatang. (Hak 3:31, catatan kaki) Istilah ”menendang kusa” adalah ungkapan yang ada dalam karya sastra Yunani. Jika seekor sapi melawan dan menendang kusa karena dia keras kepala dan tidak mau diarahkan, dia akan terluka. Seperti itulah sikap Paulus sebelum dia menjadi orang Kristen. Dia terus melawan para pengikut Yesus yang mendapat dukungan Allah Yehuwa. Dengan demikian, Paulus sebenarnya membahayakan dirinya sendiri. (Bandingkan Kis 5:38, 39; 1Tim 1:13, 14.) Di Pkh 12:11, kata-kata orang berhikmat digambarkan seperti ”tongkat gembala” [”kusa”, catatan kaki] karena kata-katanya bisa menggugah pendengarnya untuk menaati nasihat.

it-1 hlm. 1371 ¶1-4

Alat pertanian berupa tongkat sepanjang kira-kira 2,5 m yang digunakan terutama untuk menggiring dan mengarahkan lembu-lembu jantan sewaktu membajak. Salah satu ujung tongkat itu dilengkapi logam berujung tajam untuk mencocok binatang, dan pisau lebar seperti pahat yang dipasang di ujung lainnya digunakan untuk menyingkirkan kotoran dan tanah liat dari mata bajak atau membersihkannya dari akar dan duri.

”Kusa ternak” digunakan oleh Syamgar untuk membunuh 600 orang Filistin. (Hak 3:31) Kata Ibrani yang di ayat ini diterjemahkan menjadi ”kusa” (malmadhʹ) berasal dari kata dasar lamadhʹ (belajar; mengajar).

Catatan Alkitab menyebutkan bahwa sewaktu orang Filistin menguasai orang Israel selama pemerintahan Saul, orang Israel tidak diperbolehkan memiliki tukang besi dan oleh karena itu terpaksa pergi kepada orang Filistin untuk menajamkan alat-alat pertanian mereka dan untuk memasang kusa ternak (tampaknya ujung-ujung logamnya).​—1Sam 13:19-21.

Kusa disamakan dengan kata-kata orang berhikmat, kata-kata yang menggugah pendengar untuk membuat kemajuan selaras dengan hikmat yang didengar. (Pkh 12:11) Ungkapan kiasan ”menendang melawan kusa” berasal dari tindakan seekor lembu jantan yang keras kepala yang melawan dengan menendang kusa yang dicocokkan ke tubuhnya, sehingga ia sendiri cedera. Oleh karena itu, ungkapan tersebut berarti melawan atau memberontak terhadap wewenang yang sah atau kondisi yang tidak dapat diubah, sehingga mencederai diri sendiri. Justru itulah yang Saul lakukan sebelum menjadi orang Kristen, dengan melawan para pengikut Yesus Kristus, yang mendapat dukungan Allah Yehuwa.​—Kis 26:14; bdk. Kis 5:38, 39.

(Kisah 26:27) Raja Agripa, apakah Raja percaya pada Tulisan Para Nabi? Saya tahu bahwa Raja percaya.”

w03 15/11 16-17 ¶14

Membantu Orang Lain Menerima Berita Kerajaan

14 Paulus tahu bahwa Agripa adalah orang Yahudi secara nominal. Dengan menggugah pengetahuan Agripa tentang Yudaisme, Paulus mengajukan penalaran bahwa pengabarannya benar-benar mencakup ”tidak mengatakan hal-hal lain kecuali apa yang oleh Para Nabi maupun Musa, dinyatakan akan terjadi” mengenai kematian dan kebangkitan Mesias. (Kisah 26:22, 23) Sambil menyapa Agripa secara langsung, Paulus bertanya, ”Apakah engkau, Raja Agripa, percaya kepada Para Nabi?” Agripa menghadapi suatu dilema. Jika ia mengatakan bahwa ia menolak para nabi, reputasinya sebagai penganut agama Yahudi bakal hancur. Tetapi, jika ia setuju dengan penalaran Paulus, ia akan mengambil sikap di hadapan umum untuk sependapat dengan sang rasul dan akan mengambil risiko disebut sebagai orang Kristen. Dengan bijaksana, Paulus menjawab sendiri pertanyaannya, dengan mengatakan, ”Aku tahu engkau percaya.” Bagaimana hati Agripa menggerakkannya untuk menjawab? Ia menyahut, ”Dalam waktu singkat engkau akan meyakinkan aku menjadi orang Kristen.” (Kisah 26:​27, 28) Meskipun Agripa tidak menjadi orang Kristen, Paulus tampaknya mempengaruhi hati Agripa sampai taraf tertentu dengan beritanya.​—Ibrani 4:​12.

Pembacaan Alkitab

(Kisah 25:1-12) Maka, tiga hari setelah Festus tiba di provinsi itu dan mulai berkuasa, dia pergi dari Kaisarea ke Yerusalem. 2 Lalu, para imam kepala dan orang-orang Yahudi yang terkemuka memberi tahu dia tentang Paulus. Mereka mulai memohon kepada Festus 3 untuk mempertimbangkan permintaan mereka dan mengirim Paulus ke Yerusalem. Sebenarnya, mereka berencana untuk menyergap Paulus dan membunuhnya di jalan. 4 Tapi, Festus menjawab bahwa Paulus akan tetap di Kaisarea, dan bahwa dia sendiri sebentar lagi akan kembali ke sana. 5 ”Sebaiknya para pemimpin kalian,” katanya, ”ikut dengan saya dan menuduhnya kalau dia memang sudah berbuat salah.” 6 Maka, setelah tinggal di antara mereka selama kira-kira delapan atau sepuluh hari, Festus kembali ke Kaisarea, dan besoknya, dia duduk di kursi penghakiman dan menyuruh agar Paulus dibawa masuk. 7 Ketika Paulus masuk, orang-orang Yahudi yang datang dari Yerusalem berdiri di sekelilingnya. Mereka menuduhnya melakukan banyak kesalahan serius yang tidak bisa mereka buktikan. 8 Tapi Paulus membuat pembelaan dengan berkata, ”Saya tidak bersalah terhadap Hukum orang Yahudi, terhadap bait, ataupun terhadap Kaisar.” 9 Karena ingin disukai oleh orang Yahudi, Festus bertanya kepada Paulus, ”Apakah kamu mau pergi ke Yerusalem dan diadili di hadapan saya di sana untuk kasus ini?” 10 Tapi Paulus menjawab, ”Saya sedang berdiri di hadapan kursi penghakiman Kaisar, dan di sinilah saya seharusnya diadili. Saya tidak bersalah terhadap orang Yahudi, dan Bapak tahu benar tentang itu. 11 Kalau saya memang berbuat salah sehingga pantas mati, saya tidak memohon agar dilepaskan dari kematian. Tapi, kalau semua tuduhan mereka terhadap saya tidak berdasar, tidak seorang pun berhak menyerahkan saya kepada mereka hanya karena mereka memintanya. Saya naik banding kepada Kaisar!” 12 Maka setelah berbicara dengan para penasihat, Festus menjawab, ”Kamu naik banding kepada Kaisar, maka kamu akan pergi kepada Kaisar.”

28 JANUARI–3 FEBRUARI

HARTA DALAM FIRMAN ALLAH | KISAH 27-28

”Paulus Berlayar ke Roma”

(Kisah 27:23, 24) Tadi malam Allah yang saya sembah, yang bagi-Nya saya melakukan pelayanan suci, mengutus malaikat-Nya untuk berdiri di dekat saya 24 dan berkata, ’Jangan takut, Paulus. Kamu akan berdiri di hadapan Kaisar, dan demi kamu, Allah akan berbaik hati menyelamatkan semua orang yang berlayar bersamamu.’

bt 208 ¶15

”Tidak Seorang Pun dari Antara Kamu Akan Kehilangan Jiwa”

15 Kemungkinan besar, Paulus sudah memberikan kesaksian kepada banyak orang di kapal tentang ”harapan akan janji yang telah Allah berikan”. (Kis. 26:6; Kol. 1:5) Kini, Paulus bisa memberikan alasan yang kuat untuk berharap bahwa mereka dapat selamat dari kemungkinan karam kapal. Ia mengatakan, ”Tadi malam, berdiri di dekatku seorang malaikat . . . , mengatakan, ’Jangan takut, Paulus. Engkau harus berdiri di hadapan Kaisar, dan, lihat! Allah telah mengaruniakan kepadamu semua orang yang berlayar bersamamu.’” Paulus mendesak mereka, ”Karena itu, berbesarhatilah, pria-pria; sebab aku mempercayai Allah bahwa segalanya akan terjadi tepat seperti yang telah dikatakan kepadaku. Akan tetapi, kita harus terdampar di sebuah pulau.”​—Kis. 27:23-26.

(Kisah 28:1, 2) ”Setelah tiba dengan selamat, kami baru tahu bahwa pulau itu bernama Malta. 2 Penduduknya sangat baik kepada kami. Mereka menyalakan api dan menyambut kami semua karena hujan mulai turun dan udaranya dingin.

bt 210 ¶18

”Tidak Seorang Pun dari Antara Kamu Akan Kehilangan Jiwa”

18 Ternyata, mereka terdampar di Pulau Malta, di sebelah selatan Sisilia. (Lihat kotak ”Malta​—di Mana?”) Penduduk pulau yang berbahasa asing itu memperlihatkan ”kebaikan manusiawi yang luar biasa”. (Kis. 28:2) Mereka membuatkan api unggun untuk orang-orang tak dikenal yang terdampar di pantai mereka dalam keadaan basah kuyup dan menggigil. Api unggun itu menghangatkan tubuh mereka yang kedinginan dan kehujanan. Dan, karena api unggun itu juga, terjadilah suatu mukjizat.

bt 210 ¶21

”Tidak Seorang Pun dari Antara Kamu Akan Kehilangan Jiwa”

21 Seorang pemilik tanah yang kaya bernama Publius tinggal di daerah tersebut. Bisa jadi, dialah pejabat Romawi tertinggi di Malta. Lukas menyebut dia sebagai ”orang terkemuka di pulau tersebut”, gelar yang persis sama dengan yang tertera pada dua tulisan kuno yang ditemukan di Malta. Ia dengan murah hati menjamu Paulus dan rekan-rekannya selama tiga hari. Namun, ayah Publius sedang sakit. Sekali lagi, Lukas menggambarkan kondisinya dengan akurat. Ia menulis bahwa pria itu ”terbaring menderita karena demam dan disentri”, dengan demikian menyebutkan dengan tepat jenis penyakitnya secara medis. Paulus berdoa dan meletakkan tangannya ke atas pria itu, dan ia pun sembuh. Karena sangat terkesan oleh mukjizat itu, penduduk setempat membawa orang-orang sakit lain untuk disembuhkan, dan mereka membawa banyak pemberian untuk memenuhi kebutuhan Paulus serta rekan-rekannya.​—Kis. 28:7-10.

(Kisah 28:16, 17) Sewaktu kami akhirnya masuk ke Roma, Paulus diizinkan untuk tinggal sendiri dan dijaga seorang prajurit. 17 Tiga hari kemudian, dia mengundang orang-orang Yahudi yang terkemuka. Setelah mereka berkumpul, dia berkata, ”Saudara-saudara, walaupun saya tidak melawan bangsa kita atau kebiasaan leluhur kita, saya diserahkan ke tangan orang-orang Romawi sebagai tahanan dari Yerusalem.

bt 213 ¶10

”Memberikan Kesaksian yang Saksama”

10 Sewaktu rombongan itu akhirnya masuk ke Roma, ”Paulus diizinkan untuk tinggal sendiri bersama dengan prajurit yang menjaganya”. (Kis. 28:16) Agar tidak meloloskan diri, tahanan rumah biasanya diikat tangannya dengan rantai yang tersambung ke seorang penjaga. Sekalipun begitu, Paulus adalah seorang pemberita Kerajaan, dan rantai pastinya tidak bisa membungkam mulutnya. Maka, setelah tiga hari saja memulihkan diri dari perjalanan, ia memanggil para pemuka Yahudi di Roma untuk berkumpul, guna memperkenalkan diri dan memberikan kesaksian.

Menggali Permata Rohani

(Kisah 27:9) Setelah banyak waktu berlalu, keadaannya berbahaya untuk berlayar, dan waktu puasa untuk Hari Pendamaian juga sudah lewat. Maka Paulus memberi saran

Keterangan tambahan nwtsty untuk Kis 27:9

puasa untuk Hari Pendamaian: Atau ”puasa musim gugur”. Istilah bahasa Yunani untuk puasa ini memaksudkan puasa yang berhubungan dengan Hari Pendamaian tahunan, yang juga disebut Yom Kippur (Ibrani, yohm hakkippurim, ”hari penutupan”). Ini adalah satu-satunya puasa yang diperintahkan dalam Hukum Musa. (Im 16:29-31; 23:26-32; Bil 29:7; lihat Daftar Istilah Alkitab, ”Hari Pendamaian”.) Pada Hari Pendamaian, istilah ”merendahkan diri” biasanya memaksudkan berbagai pantangan yang dilakukan, termasuk berpuasa. (Im 16:29, catatan kaki) Penggunaan kata ”puasa” di Kis 27:9 menunjukkan bahwa pantangan utama yang dilakukan pada Hari Pendamaian adalah berpuasa. Puasa Hari Pendamaian jatuh pada akhir September atau awal Oktober.

(Kisah 28:11) Tiga bulan kemudian, kami berlayar dengan kapal yang berlambang ”Putra-Putra Zeus”. Kapal ini datang dari Aleksandria dan melewati musim dingin di pulau itu.

Keterangan tambahan nwtsty untuk Kis 28:11

Putra-Putra Zeus: Menurut mitologi Yunani dan Romawi, ”Putra-Putra Zeus” (Yunani, Dioskouroi) adalah Kastor dan Poluks, putra kembar dewa Zeus (Jupiter) dengan Ratu Leda dari Sparta. Mereka dianggap sebagai pelindung para pelaut, yang sanggup menyelamatkan awak kapal yang sedang berada dalam bahaya di laut. Catatan tentang lambang di kapal ini menjadi bukti bahwa penulisnya menyaksikan sendiri apa yang dia tulis.

Pembacaan Alkitab

(Kisah 27:1-12) Lalu setelah diputuskan bahwa kami akan berlayar ke Italia, Paulus dan para tahanan lainnya diserahkan kepada Yulius, perwira dari pasukan Agustus. 2 Kami naik kapal yang akan berlayar dari Adramitium ke berbagai pelabuhan di pesisir Provinsi Asia. Aristarkhus, orang Makedonia dari Tesalonika, juga ikut. 3 Besoknya kami berlabuh di Sidon, dan Yulius memperlakukan Paulus dengan baik hati. Dia mengizinkan Paulus untuk pergi kepada teman-temannya dan menerima bantuan mereka. 4 Dari sana, kami berlayar di dekat Siprus supaya kami terlindung dari angin yang bertiup dari arah yang berlawanan. 5 Setelah itu, kami mengarungi laut lepas di sepanjang Kilikia dan Pamfilia, lalu berlabuh di Mira yang ada di Likia. 6 Di sana, perwira itu menemukan kapal dari Aleksandria yang akan berlayar menuju Italia, dan dia menyuruh kami naik. 7 Setelah berlayar lambat selama berhari-hari, kami sampai di Knidus dengan susah payah. Karena angin bertiup dari arah yang berlawanan, kami berlayar di dekat Pulau Kreta di Salmone supaya terlindung. 8 Setelah berlayar dengan susah payah di dekat pesisir, kami sampai di sebuah tempat yang disebut Pelabuhan Indah, di dekat kota Lasea. 9 Setelah banyak waktu berlalu, keadaannya berbahaya untuk berlayar, dan waktu puasa untuk Hari Pendamaian juga sudah lewat. Maka Paulus memberi saran 10 kepada mereka, ”Saudara-saudara, saya lihat pelayaran ini akan menimbulkan kesusahan dan kerugian besar. Kita bisa kehilangan kapal ini dan muatannya, dan bahkan nyawa kita.” 11 Tapi, perwira itu lebih mendengarkan pengemudi dan pemilik kapal daripada Paulus. 12 Karena tidak cocok untuk melewati musim dingin di pelabuhan itu, kebanyakan orang menyarankan agar mereka berlayar dari sana, supaya kalau bisa, mereka melewati musim dingin di Feniks, sebuah pelabuhan di Pulau Kreta yang menghadap timur laut dan tenggara.

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan