PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • g 11/10 hlm. 8-9
  • ”Saya Dibesarkan sebagai Orang Ateis”

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • ”Saya Dibesarkan sebagai Orang Ateis”
  • Sedarlah!—2010
  • Bahan Terkait
  • Bagaimana Asal Mula Kehidupan?
    Topik Menarik Lainnya
  • Apa yang Hendak Kita Katakan kepada Seorang Ateis?
    Pelayanan Kerajaan Kita—1999
  • Mutasi—Dasar untuk Evolusi?
    Kehidupan—Bagaimana Asal Mulanya? Melalui Evolusi atau Penciptaan?
  • Bagaimana Alam Semesta dan Kehidupan Bermula?
    Sedarlah!—2002
Lihat Lebih Banyak
Sedarlah!—2010
g 11/10 hlm. 8-9

”Saya Dibesarkan sebagai Orang Ateis”

PROFESOR František Vyskočil dari Charles University, Praha, dikenal dunia internasional karena risetnya di bidang fisiologi sistem saraf. Dulunya ia seorang ateis, tetapi sekarang ia sepenuhnya percaya kepada Allah. Dalam wawancara dengan Sedarlah!, Profesor Vyskočil menjelaskan mengapa sudut pandangnya berubah.

Bagaimana pandangan Anda terhadap agama sebelum Anda memulai karier di bidang sains?

Saya dibesarkan sebagai seorang ateis, dan Ayah sering mengejek para pemimpin agama. Saya lulus perguruan tinggi pada 1963 dengan gelar di bidang biologi dan kimia. Semasa sekolah, saya percaya bahwa teori evolusi menjelaskan keanekaragaman kehidupan.

Ceritakanlah sedikit tentang karier Anda di bidang sains.

Selama program pasca doktoral, saya mempelajari sifat-sifat kimiawi dan elektris dari saraf sinapsis. Saya juga mempelajari neuron, pompa membran, transplantasi, dan berkurangnya kepekaan akibat obat-obatan. Banyak hasil pemelajaran saya yang telah diterbitkan, dan beberapa artikel terpilih sebagai patokan. Belakangan, saya menjadi anggota Masyarakat Terpelajar Republik Cheska, sebuah komunitas ilmuwan yang dipilih oleh kolega mereka. Setelah ”Revolusi Beludru”, Desember 1989, saya diangkat menjadi profesor di Charles University dan diizinkan mengadakan perjalanan ke negeri-negeri Barat untuk bertemu dengan para kolega, yang beberapa di antaranya adalah penerima hadiah Nobel.

Pernahkah Anda berpikir tentang Allah?

Bisa dikatakan, ya. Kadang-kadang, saya bertanya-tanya mengapa banyak orang yang berpendidikan tinggi, termasuk beberapa profesor saya, percaya kepada Allah​—meski tidak secara terang-terangan karena ada tekanan rezim Komunis. Namun bagi saya, Allah adalah temuan manusia. Saya juga gusar karena kekejaman yang dilakukan atas nama agama.

Bagaimana Anda sampai berubah pandangan tentang evolusi?

Saya mulai meragukan evolusi ketika mempelajari sinapsis. Saya sangat terkesan dengan tingkat kerumitan yang luar biasa pada sambungan-sambungan di antara sel-sel saraf yang katanya sederhana. Saya bertanya-tanya, ’Bagaimana sinapsis dan program genetik yang mengatur pembentukan serta perilakunya merupakan produk kebetulan semata?’ Itu benar-benar tidak masuk akal.

Kemudian di awal 1970-an, saya menghadiri ceramah seorang ilmuwan dan profesor Rusia. Ia menyatakan bahwa organisme hidup tidak mungkin dihasilkan oleh mutasi acak dan seleksi alam. Seseorang di antara hadirin kemudian menanyakan di mana jawabannya bisa ditemukan. Sang profesor mengambil sebuah Alkitab kecil bahasa Rusia dari jaketnya, menunjukkannya, dan mengatakan, ”Bacalah Alkitab​—khususnya kisah penciptaan di buku Kejadian.”

Belakangan, di lobi, saya bertanya kepada sang profesor apakah ia serius tentang Alkitab. Intinya, ia mengatakan, ”Bakteri sederhana bisa membelah kira-kira setiap 20 menit dan memiliki ratusan protein yang berbeda, masing-masing memuat 20 jenis asam amino yang tersusun dalam rantai-rantai yang panjangnya bisa ratusan. Agar bakteri bisa berevolusi melalui tahap-tahap mutasi yang berguna dibutuhkan waktu yang sangat panjang, jauh lebih panjang daripada tiga atau empat miliar tahun, yang diyakini para ilmuwan merupakan jangka waktu adanya kehidupan di atas bumi.” Menurut sang profesor, buku Kejadian dalam Alkitab lebih masuk akal.

Bagaimana komentar profesor itu memengaruhi Anda?

Kesimpulan beliau, dan juga keraguan yang terus mengganggu saya, menggerakkan saya untuk membahas pokok ini dengan beberapa kolega dan teman saya yang religius, namun bagi saya pandangan mereka tidak meyakinkan. Kemudian, saya berbicara kepada seorang farmakolog yang adalah Saksi Yehuwa. Selama tiga tahun ia menjelaskan Alkitab kepada saya dan istri saya, Ema. Dua hal membuat kami takjub. Pertama, ”Kekristenan” tradisional ternyata jauh berbeda dari Alkitab. Kedua, Alkitab, meskipun bukan buku sains, sebenarnya selaras dengan sains sejati.

Apakah perubahan pandangan Anda menghambat penelitian ilmiah Anda?

Sama sekali tidak. Setiap ilmuwan yang andal, tidak soal kepercayaannya, harus bersikap seobjektif mungkin. Namun, iman saya telah mengubah saya. Antara lain, saya sekarang tidak terlalu percaya diri, tidak suka bersaing, dan tidak menyombongkan kecakapan ilmiah saya, tetapi bersyukur kepada Allah atas kecakapan apa pun yang saya miliki. Selain itu, ketimbang seenaknya menganggap rancangan menakjubkan yang nyata dalam ciptaan sebagai suatu kebetulan belaka, saya dan juga sejumlah ilmuwan bertanya, ’Bagaimana Allah merancang ini?’

[Kutipan di hlm. 9]

Saya dan juga sejumlah ilmuwan bertanya, ’Bagaimana Allah merancang ini?’

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan