Desember
Senin, 1 Desember
Mengenai kebangkitan orang mati, Musa . . . menyebut Yehuwa sebagai ”Allah Abraham, Allah Ishak, dan Allah Yakub”.—Luk. 20:37.
Apakah Yehuwa juga sanggup membangkitkan orang mati? Ya, karena Dia adalah ”Yang Mahakuasa”. (Why. 1:8) Dia sanggup mengalahkan musuh mana pun, termasuk kematian. (1 Kor. 15:26) Apa lagi yang meyakinkan kita bahwa Allah sanggup membangkitkan orang mati? Dia punya ingatan yang tidak terbatas. Dia bisa memanggil setiap bintang dengan nama mereka masing-masing. (Yes. 40:26) Selain itu, Dia mengingat semua orang yang sudah meninggal. (Ayb. 14:13; Luk. 20:38) Dia bisa dengan mudah mengingat semua perincian tentang orang-orang yang akan Dia bangkitkan, termasuk penampilan, kepribadian, pengalaman, dan ingatan mereka. Jelaslah, kita bisa percaya pada janji Yehuwa tentang kebangkitan karena kita tahu bahwa Dia memang ingin dan sanggup mewujudkannya. Coba perhatikan alasan lain janji itu bisa dipercaya: Yehuwa sudah pernah membangkitkan orang mati. Di zaman Alkitab, Dia memberikan kuasa kepada beberapa hamba-Nya, termasuk Yesus, untuk membangkitkan orang mati. w23.04 16:7-9
Selasa, 2 Desember
Kata-kata kalian hendaknya selalu menyenangkan, seperti dibumbui dengan garam.—Kol. 4:6.
Kalau kita memberi penjelasan dengan lembut dan bijaksana, orang-orang mungkin lebih mau mendengarkan kita dan percakapannya bisa berlanjut. Tentu saja, kalau seseorang hanya berniat untuk berdebat atau untuk menghina kepercayaan kita, kita tidak perlu melanjutkan percakapannya. (Ams. 26:4) Tapi, orang seperti itu biasanya hanya sedikit. Malah, banyak orang mungkin mau mendengarkan kita. Jelaslah, ada banyak manfaatnya kalau kita berupaya untuk bersikap lembut. Jadi, berdoalah kepada Yehuwa supaya Saudara bisa tetap lembut sewaktu kepercayaan Saudara dipertanyakan atau dianggap salah. Ingatlah, sikap yang lembut bisa mencegah perdebatan. Dan, jawaban kita yang lembut dan penuh hormat bisa menggerakkan beberapa orang untuk mengubah pandangan mereka tentang kita dan tentang kebenaran dari Alkitab. Ya, kita harus ”selalu siap menjawab orang yang mempertanyakan” kepercayaan kita. Dan, kita harus melakukannya ”dengan lembut dan penuh hormat”. (1 Ptr. 3:15) Semoga Saudara menjadikan kelembutan sebagai kekuatan Saudara! w23.09 39:18-19
Rabu, 3 Desember
Kenakanlah . . . kesabaran.—Kol. 3:12.
Perhatikan empat hal yang menunjukkan bahwa seseorang itu sabar. Pertama, orang yang sabar tidak cepat marah. Dia berupaya untuk tetap tenang dan tidak membalas sewaktu orang lain membuat dia kesal. Dia juga tidak memperlakukan orang lain dengan kasar sewaktu sedang stres. (Kel. 34:6) Kedua, orang yang sabar bisa menunggu dengan tenang. Kalau dia harus menunggu lebih lama dari yang dia duga, dia berupaya untuk tetap tenang dan tidak menjadi kesal. (Mat. 18:26, 27) Ketiga, orang yang sabar tidak terburu-buru. Sewaktu mendapat tugas yang penting, orang yang sabar tidak akan terburu-buru untuk memulainya. Sebaliknya, dia akan meluangkan waktu untuk merencanakan apa yang akan dia lakukan. Dia juga tidak akan terburu-buru untuk menyelesaikannya. Sebaliknya, dia akan memastikan tugas itu dikerjakan dengan baik. Keempat, orang yang sabar berupaya untuk menghadapi kesulitan tanpa mengeluh. Dia akan berupaya sebisa-bisanya untuk terus bertekun dan berpikiran positif. (Kol. 1:11) Sebagai orang Kristen, kita perlu mengingat empat hal itu untuk menjadi orang yang sabar. w23.08 35:3-6
Kamis, 4 Desember
Hati diperiksa oleh Yehuwa.—Ams. 17:3.
Salah satu alasan penting kita harus menjaga hati kita adalah karena Yehuwa memeriksa hati kita. Dia melihat diri kita yang sebenarnya, bukan hanya apa yang kelihatan dari luar. Dia akan menyayangi kita kalau kita mengisi pikiran kita dengan nasihat-Nya yang bijaksana, yang menghasilkan kehidupan abadi. (Yoh. 4:14) Itu akan melindungi kita dari pengaruh Setan dan dunianya, yang bisa merusak moral dan kerohanian kita. (1 Yoh. 5:18, 19) Kalau kita terus mendekat kepada Yehuwa, kita akan semakin menyayangi dan menghormati Dia. Karena kita tidak mau menyakiti Bapak kita, kita bahkan tidak akan terpikir untuk berbuat dosa. Marta, seorang saudari di Kroasia, pernah mendapat godaan untuk melakukan perbuatan cabul. Dia menulis, ”Rasanya sulit untuk berpikiran jernih dan untuk melawan keinginan yang salah. Tapi, saya terlindung karena rasa takut saya kepada Yehuwa.” Bagaimana rasa takut kepada Yehuwa melindungi Marta? Marta menjelaskan bahwa dia memikirkan apa akibatnya kalau dia mengikuti keinginan yang salah. Seperti Marta, kita perlu memikirkan hal itu agar kita bisa melawan godaan. w23.06 28:3-4
Jumat, 5 Desember
”Saat Aku disucikan melalui kalian di hadapan bangsa-bangsa itu, mereka pun akan tahu bahwa Akulah Yehuwa,” kata Tuan Yang Mahatinggi Yehuwa.—Yeh. 36:23.
Yesus tahu bahwa Yehuwa ingin nama-Nya disucikan, atau dibersihkan dari semua fitnah. Karena itulah Yesus mengajar para pengikutnya untuk berdoa, ”Bapak kami yang di surga, disucikanlah nama-Mu.” (Mat. 6:9) Yesus tahu bahwa ini adalah persoalan terbesar yang melibatkan semua ciptaan. Di alam semesta, Yesus-lah yang paling berperan dalam menyucikan nama Yehuwa. Dia pasti merasa bahwa menghina atau memfitnah nama suci Bapaknya adalah dosa yang paling parah. Tapi, sewaktu dia ditangkap, dia dituduh melakukan apa? Menghina Allah! Tidak heran, dia ”merasa sangat susah” pada saat-saat terakhir sebelum dia ditangkap. Dia sangat tertekan karena dia akan dinyatakan bersalah dengan tuduhan seperti itu.—Luk. 22:41-44. w24.02 6:11
Sabtu, 6 Desember
Dengan hikmat, rumah tangga dibangun.—Ams. 24:3.
Dalam perlombaan menuju kehidupan, kita harus lebih menyayangi Yehuwa dan Yesus daripada keluarga kita. (Mat. 10:37) Tapi, ini bukan berarti kita bisa mengabaikan kewajiban kita dalam keluarga. Kita tidak boleh berpikir bahwa kewajiban itu membuat kita tidak bisa sepenuhnya menyenangkan Allah dan Kristus. Malah sebenarnya, agar pelayanan kita diterima oleh Allah dan Kristus, kita perlu menjalankan kewajiban kita dalam keluarga. (1 Tim. 5:4, 8) Dengan melakukan itu, kita akan lebih bahagia. Mengapa? Karena Yehuwa menciptakan keluarga untuk bisa bahagia kalau suami dan istri saling menyayangi dan menghormati, kalau orang tua menyayangi dan mendidik anak mereka, dan kalau anak-anak menaati orang tua mereka. (Ef. 5:33; 6:1, 4) Tidak soal apa peran Saudara dalam keluarga, ikutilah nasihat bijak yang ada di Alkitab. Jangan hanya mengikuti perasaan Saudara, kebiasaan setempat, atau pendapat para ahli. Manfaatkan publikasi kita yang berdasarkan Alkitab. Di dalamnya, ada banyak saran yang bisa membantu Saudara untuk mengikuti prinsip Alkitab. w23.08 36:6-7
Minggu, 7 Desember
Kamu harus membacanya dengan suara rendah siang dan malam, supaya kamu bisa menaati semua yang tertulis di dalamnya. Dengan begitu, hidupmu akan berhasil dan kamu bisa bertindak bijaksana.—Yos. 1:8.
Seorang wanita Kristen perlu mempelajari keterampilan yang berguna. Beberapa keterampilan yang dipelajari sewaktu masih muda bisa bermanfaat seumur hidup. Misalnya, membaca dan menulis dengan baik. Menurut beberapa kebudayaan, wanita tidak perlu belajar membaca dan menulis. Tapi, sebenarnya keterampilan itu sangat penting bagi setiap orang Kristen. (1 Tim. 4:13) Jadi, jangan biarkan apa pun menghalangi kalian untuk belajar membaca dan menulis dengan baik. Apa manfaatnya kalau kalian memiliki keterampilan itu? Kalian bisa lebih mudah mendapat pekerjaan dan mempertahankannya. Kalian juga bisa mempelajari Firman Allah dengan lebih baik dan mengajarkannya dengan lebih terampil. Yang terpenting, karena kalian bisa membaca Firman Allah dan merenungkannya, kalian akan semakin dekat dengan Yehuwa.—1 Tim. 4:15. w23.12 52:10-11
Senin, 8 Desember
Yehuwa tahu caranya melepaskan orang yang mengabdi kepada-Nya dari cobaan.—2 Ptr. 2:9.
Mintalah bantuan Yehuwa untuk menolak godaan. Karena kita tidak sempurna, kita harus selalu berjuang melawan godaan untuk berbuat salah. Setan berupaya sebisa-bisanya untuk membuat kita menyerah pada godaan. Misalnya, dia berusaha untuk merusak pikiran kita melalui hiburan yang bejat. Hiburan seperti itu bisa membuat kita memikirkan hal-hal yang tidak pantas, yang bisa mencemari pikiran dan hati kita dan akhirnya membuat kita melakukan dosa serius. (Mrk. 7:21-23; Yak. 1:14, 15) Dalam contoh doa yang Yesus ajarkan, dia menunjukkan bahwa kita membutuhkan bantuan Yehuwa untuk melawan godaan. Dia mengajar kita untuk berdoa: ”Janganlah biarkan kami menyerah pada godaan, tapi selamatkanlah kami dari si jahat.” (Mat. 6:13) Yehuwa mau membantu kita, tapi kita sendiri harus meminta bantuan-Nya. Kita juga harus bertindak sesuai dengan doa-doa kita. w23.05 20:15-17
Selasa, 9 Desember
Tali rangkap tiga tidak mudah diputuskan.—Pkh. 4:12.
Kalau pasangan suami istri menghargai persahabatan mereka dengan Yehuwa, mereka akan selalu berupaya mengikuti nasihat-Nya. Hasilnya, mereka bisa menghindari atau mengatasi masalah yang bisa membuat kasih mereka mendingin. Selain itu, orang-orang yang rohani juga berupaya sebisa-bisanya untuk meniru Yehuwa dan sifat-sifat-Nya, seperti baik hati, sabar, dan suka mengampuni. (Ef. 4:32–5:1) Kalau suami istri punya sifat-sifat seperti itu, kasih di antara mereka bisa semakin kuat. Seorang saudari bernama Lena, yang sudah menikah selama lebih dari 25 tahun, berkata, ”Orang yang rohani sangat mudah disayang dan direspek.” Perhatikan sebuah contoh Alkitab. Sewaktu Yehuwa harus memilih sepasang suami istri untuk menjadi orang tua Mesias, Dia memilih Yusuf dan Maria dari antara sekian banyaknya keturunan Daud. Mengapa? Karena baik Yusuf maupun Maria bersahabat akrab dengan Yehuwa, dan Yehuwa tahu bahwa mereka akan mengutamakan Dia dalam perkawinan mereka. w23.05 23:3-4
Rabu, 10 Desember
Kalian harus taat dan tunduk kepada orang-orang yang memimpin kalian.—Ibr. 13:17.
Pemimpin kita adalah Yesus, dan dia sempurna. Tapi, orang-orang yang dia gunakan untuk memimpin kita di bumi tidak sempurna. Kadang, kita mungkin sulit untuk menaati mereka, terutama kalau mereka meminta kita melakukan sesuatu yang tidak kita inginkan. Rasul Petrus juga pernah merasa sulit untuk taat. Sewaktu seorang malaikat meminta dia untuk memakan binatang yang haram menurut Hukum Musa, Petrus menolaknya bahkan sampai tiga kali! (Kis. 10:9-16) Mengapa? Karena bagi dia, petunjuk itu tidak masuk akal. Nah, Rasul Paulus juga pernah mendapat petunjuk yang mungkin kelihatannya tidak masuk akal. Para penatua di Yerusalem meminta Paulus untuk membawa empat orang ke bait dan menjalani upacara menyucikan diri bersama mereka. Tujuannya untuk menunjukkan bahwa Paulus menjalankan Hukum Musa. Sebenarnya Paulus tahu bahwa orang Kristen tidak perlu lagi menjalankan Hukum Musa, dan dia juga tidak bersalah. Tapi, Paulus tetap taat, dan besoknya dia langsung menjalankan apa yang diminta. (Kis. 21:23, 24, 26) Karena Paulus taat, dia bisa menjaga persatuan di sidang Kristen.—Rm. 14:19, 21. w23.10 42:15-16
Kamis, 11 Desember
Yehuwa berteman akrab dengan orang-orang yang takut kepada-Nya.—Mz. 25:14, catatan kaki.
Saudara mungkin tidak akan berpikir bahwa rasa takut dibutuhkan dalam persahabatan. Tapi, orang yang ingin bersahabat dengan Yehuwa harus ”takut kepada-Nya”. Tidak soal berapa lama kita sudah melayani Yehuwa, kita semua perlu terus memiliki rasa takut kepada-Nya. Apa artinya takut kepada Allah? Orang yang memiliki rasa takut yang benar kepada Allah akan menyayangi Dia dan tidak mau melakukan apa pun yang bisa merusak hubungannya dengan Allah. Seperti itulah perasaan Yesus terhadap Allah. (Ibr. 5:7) Yesus tidak merasa ketakutan. (Yes. 11:2, 3, catatan kaki) Sebaliknya, dia sangat menyayangi Yehuwa dan ingin menaati-Nya. (Yoh. 14:21, 31) Seperti Yesus, kita merasa kagum terhadap Yehuwa dan sangat menghormati Dia karena Dia pengasih, berhikmat, adil, dan mahakuasa. Kita juga tahu bahwa Yehuwa menyayangi kita dan bahwa tanggapan kita terhadap ajaran-Nya bisa memengaruhi perasaan-Nya. Kita bisa membuat Dia senang atau sakit hati.—Mz. 78:41; Ams. 27:11. w23.06 27:1-2, 5
Jumat, 12 Desember
Begitu dia menjadi kuat, hatinya menjadi sombong sampai membuat dirinya sendiri hancur. Dia tidak setia kepada Yehuwa.—2 Taw. 26:16.
Setelah Raja Uzzia menjadi sangat kuat, dia lupa bahwa Yehuwa-lah yang membuat dia kuat dan makmur. Apa pelajarannya? Kita perlu ingat bahwa semua berkat yang kita nikmati dalam kehidupan dan pelayanan kita kepada Yehuwa berasal dari Dia. Jadi, kita tidak boleh membanggakan diri sendiri. Sebaliknya, kita harus menunjukkan bahwa Yehuwa-lah yang membuat kita berhasil. (1 Kor. 4:7) Kita juga harus dengan rendah hati mengakui bahwa kita tidak sempurna dan kadang perlu dikoreksi. Seorang saudara yang berusia 60-an menulis, ”Saya belajar untuk tidak tersinggung dan tidak menjadi kecil hati saat orang lain melihat saya membuat kesalahan. Dan sewaktu saya dikoreksi karena membuat kesalahan yang bodoh, saya berusaha untuk bangun lagi dan terus maju.” Ya, kalau kita menghormati Yehuwa dan tetap rendah hati, kita akan benar-benar bahagia.—Ams. 22:4. w23.09 38:10-11
Sabtu, 13 Desember
Kalian perlu bertekun, supaya setelah kalian melakukan kehendak Allah, kalian akan menerima apa yang dijanjikan itu.—Ibr. 10:36.
Orang Kristen pada abad pertama membutuhkan ketekunan. Mengapa? Sama seperti orang-orang lainnya, mereka menghadapi kesulitan dalam kehidupan sehari-hari. Tapi, mereka juga menghadapi berbagai kesulitan karena menjadi orang Kristen. Banyak dari mereka dianiaya, bukan hanya oleh para pemimpin agama Yahudi dan pemerintah Romawi tapi juga oleh anggota keluarga mereka sendiri. (Mat. 10:21) Dan di dalam sidang, mereka kadang harus berupaya agar tidak terpengaruh dengan ajaran orang murtad yang memecah belah sidang. (Kis. 20:29, 30) Meski menghadapi semua kesulitan itu, mereka tetap bertekun. (Why. 2:3) Apa yang membantu mereka? Mereka merenungkan teladan tokoh-tokoh di Alkitab yang sudah bertekun, seperti Ayub. (Yak. 5:10, 11) Selain itu, mereka juga berdoa memohon kekuatan dari Yehuwa. (Kis. 4:29-31) Dan mereka berfokus pada berkat-berkat yang akan mereka terima dari Yehuwa kalau mereka terus bertekun. (Kis. 5:41) Sekarang, kita juga bisa bertekun kalau kita secara rutin membaca dan merenungkan teladan ketekunan di dalam Alkitab dan publikasi kita. w23.07 29:5-6
Minggu, 14 Desember
Teruslah utamakan Kerajaan dan hal-hal yang benar menurut Allah, dan semua hal lain itu akan diberikan kepada kalian.—Mat. 6:33.
Yehuwa dan Yesus tidak akan meninggalkan kita. Setelah Rasul Petrus menyangkal Yesus, dia harus membuat keputusan yang penting: Apakah dia akan menyerah atau terus menjadi pengikut Kristus? Yesus sudah memohon kepada Yehuwa agar Petrus tidak kehilangan iman. Yesus juga memberi tahu Petrus tentang doa itu, dan dia menunjukkan bahwa dia yakin Petrus nantinya akan bisa menguatkan saudara-saudaranya. (Luk. 22:31, 32) Belakangan, Petrus pasti merasa sangat dikuatkan sewaktu mengingat kembali kata-kata Yesus. Apa pelajarannya? Sewaktu kita harus membuat keputusan penting, Yehuwa bisa menggunakan para gembala yang pengasih untuk menguatkan kita agar kita bisa tetap setia. (Ef. 4:8, 11) Kalau kita mengutamakan pelayanan, Yehuwa akan memenuhi kebutuhan kita, sama seperti Dia memenuhi kebutuhan Petrus dan rasul-rasul lainnya. w23.09 40:14-15
Senin, 15 Desember
Orang yang berbuat baik kepada orang kecil memberikan pinjaman kepada Yehuwa, dan Dia akan membalas kebaikan orang itu.—Ams. 19:17.
Yehuwa memperhatikan semua hal baik yang kita lakukan bagi orang lain meskipun itu mungkin sangat kecil. Dia menganggap itu sebagai korban yang berharga dan sebagai pinjaman yang pasti akan Dia bayar kembali. Jika Saudara sebelumnya pernah melayani sebagai hamba pelayanan atau penatua, Yehuwa mengingat semua kerja keras yang Saudara lakukan dulu dan juga kasih yang menggerakkan Saudara untuk melakukannya. (1 Kor. 15:58) Dia juga melihat kasih yang terus Saudara tunjukkan sampai sekarang. Yehuwa ingin kita semua semakin mengasihi Dia dan saudara-saudari. Kita bisa memperdalam kasih kita kepada Yehuwa dengan membaca dan merenungkan Firman-Nya serta berdoa kepada-Nya secara rutin. Dan, kita bisa semakin mengasihi saudara-saudari kalau kita terus mencari cara untuk membantu mereka. Kalau kita melakukan hal-hal itu, persahabatan kita dengan Yehuwa dan dengan saudara-saudari akan semakin kuat. Dan persahabatan itu akan terjalin untuk selamanya! w23.07 30:11, 13, 18
Selasa, 16 Desember
Setiap orang akan memikul tanggungannya sendiri.—Gal. 6:5.
Setiap orang Kristen harus membuat keputusan sendiri tentang perawatan kesehatan. Di Alkitab, hanya ada sedikit hukum tentang perawatan kesehatan yang harus ditaati orang Kristen, yaitu hukum tentang menjauhkan diri dari darah dan dari hal-hal yang berkaitan dengan roh-roh jahat. (Kis. 15:20; Gal. 5:19, 20) Hal-hal lainnya di luar itu adalah keputusan pribadi. Meskipun kita mungkin yakin bahwa jenis perawatan tertentu bermanfaat atau malah berbahaya, kita harus menghormati hak saudara-saudari kita untuk membuat pilihan mereka sendiri. Ingatlah empat hal ini: (1) Hanya Kerajaan Allah yang akan menyembuhkan semua penyakit dengan tuntas dan permanen. (Yes. 33:24) (2) Setiap orang Kristen harus ”benar-benar yakin dengan keputusannya sendiri”. (Rm. 14:5) (3) Kita tidak boleh menghakimi orang lain atau membuat mereka tersandung. (Rm. 14:13) (4) Orang Kristen harus menunjukkan kasih dan lebih mengutamakan persatuan di sidang daripada pendapat pribadi.—Rm. 14:15, 19, 20. w23.07 32:15
Rabu, 17 Desember
Selama menjadi orang Nazir, dia suci bagi Yehuwa.—Bil. 6:8.
Apakah Saudara menghargai persahabatan Saudara dengan Yehuwa? Ya, pasti! Sejak zaman dulu, banyak orang juga seperti itu. (Mz. 104:33, 34) Banyak dari mereka membuat pengorbanan untuk melayani Yehuwa. Contohnya adalah orang Nazir di zaman Israel dulu. Istilah ”orang Nazir”, atau orang yang dibaktikan, cocok menggambarkan orang Israel yang rela membuat pengorbanan untuk melayani Yehuwa dengan cara yang istimewa. Di bawah Hukum Musa, seorang pria atau wanita bisa membuat ikrar khusus kepada Yehuwa untuk menjadi orang Nazir selama beberapa waktu. (Bil. 6:1, 2) Saat seseorang membuat ikrar itu, dia berjanji dengan sungguh-sungguh untuk mengikuti peraturan tertentu yang tidak perlu diikuti orang Israel lainnya. Mengapa ada yang mau berikrar untuk menjadi orang Nazir? Itu pasti karena mereka benar-benar mengasihi Yehuwa dan bersyukur atas berkat-Nya yang limpah.—Ul. 6:5; 16:17. w24.02 7:1-2
Kamis, 18 Desember
Yehuwa . . . menunjukkan kasih setia kepada orang yang mengasihi-Nya dan menaati perintah-Nya.—Dan. 9:4.
Di Alkitab, kata Ibrani untuk ”kesetiaan” atau ”kasih setia” memaksudkan ikatan kasih yang hangat, yang sering kali digunakan untuk menggambarkan kasih Allah kepada hamba-hamba-Nya. Kata yang sama juga digunakan untuk menggambarkan kasih di antara hamba-hamba Allah. (2 Sam. 9:6, 7) Yehuwa juga ingin kita setia kepada-Nya. Semakin lama, kesetiaan kita kepada Yehuwa bisa semakin kuat. Coba kita lihat bagaimana pengalaman Daniel membuktikan hal itu. Sepanjang kehidupan Daniel, kesetiaannya kepada Yehuwa sering kali diuji. Salah satu ujian yang terberat terjadi sewaktu dia berumur 90-an. Para pejabat istana tidak suka dengan Daniel dan tidak menghormati Allah yang dia sembah. Jadi, mereka mengatur siasat untuk membuat Daniel dihukum mati. Mereka meminta Raja mengeluarkan hukum yang akan menguji apakah Daniel lebih setia kepada Allahnya atau kepada Raja. Untuk membuktikan kesetiaannya kepada Raja, Daniel hanya perlu berhenti berdoa kepada Yehuwa selama 30 hari. Bagaimana reaksi Daniel? Dia memilih untuk tetap setia kepada Yehuwa.—Dan. 6:12-15, 20-22. w23.08 33:10-12
Jumat, 19 Desember
Mari kita terus saling mengasihi.—1 Yoh. 4:7.
Yehuwa ingin kita terus mengasihi saudara-saudari kita. Kalau ada yang memperlakukan kita dengan buruk, kita bisa yakin bahwa mereka sebenarnya tidak bermaksud menyakiti kita, dan mereka juga berupaya mengikuti prinsip Alkitab. (Ams. 12:18) Yehuwa menyayangi hamba-hamba-Nya meskipun mereka tidak sempurna. Sewaktu kita membuat kesalahan, Dia tidak terus merasa kesal atau menjauh dari kita. (Mz. 103:9) Kita pasti bersyukur karena Bapak kita mau mengampuni kita. Jadi, kita harus meniru Dia dengan mengampuni orang lain. (Ef. 4:32–5:1) Kita juga perlu ingat bahwa akhir itu sudah semakin dekat dan penganiayaan akan meningkat. Karena itu, kita perlu tetap dekat dengan saudara-saudari kita. Kita mungkin akan dipenjarakan karena iman kita, dan pada saat itu kita pasti membutuhkan saudara-saudari kita lebih daripada sebelumnya.—Ams. 17:17. w24.03 11:6-7
Sabtu, 20 Desember
Langkah manusia diarahkan oleh Yehuwa.—Ams. 20:24.
Alkitab menceritakan tentang anak-anak muda yang mendekat kepada Yehuwa, menyenangkan Dia, dan menikmati hidup yang memuaskan. Salah satunya adalah Daud. Sewaktu masih muda, dia memilih untuk menjadi sahabat Allah dan belakangan menjadi raja yang setia. (1 Raj. 3:6; 9:4, 5; 14:8) Dengan mempelajari kisah Daud, kalian akan semakin bersemangat untuk melayani Yehuwa dengan setia. Kalian juga bisa belajar lebih banyak tentang Markus atau Timotius. Mereka mulai melayani Yehuwa sejak masih muda dan terus melayani Dia dengan setia. Keputusan mereka membuat Yehuwa senang, dan mereka pun hidup bahagia. Kebahagiaan kalian bergantung pada cara kalian menggunakan hidup kalian sekarang. Kalau kalian mengandalkan Yehuwa, bukan pengertian kalian sendiri, Dia akan mengarahkan langkah kalian. Hidup kalian pasti akan bahagia dan memuaskan. Ingatlah, Yehuwa menghargai apa yang kalian lakukan untuk Dia. Tidak ada jalan hidup yang lebih baik daripada melayani Bapak kita yang pengasih, Yehuwa! w23.09 38:18-19
Minggu, 21 Desember
Kalian harus tetap . . . saling memaafkan dengan tulus.—Kol. 3:13.
Rasul Paulus tahu bahwa saudara-saudarinya tidak sempurna. Misalnya, tidak lama setelah dia bergabung dengan sidang Kristen, beberapa saudara-saudari berpikiran negatif terhadap dia. (Kis. 9:26) Belakangan, ada yang membicarakan hal-hal buruk tentang dia untuk merusak nama baiknya. (2 Kor. 10:10) Paulus juga pernah melihat seorang penatua mengambil keputusan buruk yang bisa membuat orang lain tersandung. (Gal. 2:11, 12) Dan, salah satu teman dekat Paulus, Markus, pernah membuat dia sangat kecewa. (Kis. 15:37, 38) Paulus bisa saja memutuskan untuk tidak lagi bergaul dengan mereka. Tapi, dia tetap berpikiran positif terhadap saudara-saudarinya dan tetap aktif melayani Yehuwa. Mengapa Paulus bisa bertekun? Paulus menyayangi saudara-saudarinya. Karena itu, dia bisa berfokus pada sifat-sifat baik mereka, bukan pada kelemahan mereka. Kasih juga membantu Paulus untuk memaafkan orang lain, seperti yang disebutkan di ayat hari ini. w24.03 11:4-5
Senin, 22 Desember
Seorang budak Tuhan tidak perlu bertengkar, tapi perlu bersikap lembut terhadap semua orang.—2 Tim. 2:24.
Di Alkitab, ada banyak kisah yang menunjukkan pentingnya bersikap lembut. Misalnya, perhatikan teladan Ishak. Sewaktu dia tinggal di Gerar, daerah orang Filistin, tetangga-tetangganya mulai iri kepadanya, dan mereka menutup sumur-sumur yang digali hamba-hamba Abraham, ayahnya. Ishak bisa saja melawan mereka demi mempertahankan sumur-sumur itu. Tapi, dia memutuskan untuk pindah dan menggali sumur-sumur lain. (Kej. 26:12-18) Belakangan, orang Filistin mengatakan bahwa sumur-sumur itu juga milik mereka. Meski begitu, Ishak tetap berupaya menjaga perdamaian. (Kej. 26:19-25) Apa yang membantu Ishak untuk tetap bersikap lembut meskipun orang-orang kelihatannya berupaya membuat dia marah? Dia pasti mengamati teladan orang tuanya. Dia belajar dari Abraham, yang bersikap suka damai, dan Sara, yang sikapnya ’tenang dan lembut’.—1 Ptr. 3:4-6; Kej. 21:22-34. w23.09 39:4
Selasa, 23 Desember
Aku sudah merencanakannya, dan Aku akan menjalankannya.—Yes. 46:11.
Yehuwa dengan pengasih mengutus Putra sulung-Nya ke bumi untuk mengajarkan tentang Kerajaan Allah dan untuk mengorbankan nyawanya demi menebus kita dari dosa dan kematian. Lalu, Yehuwa membangkitkan Yesus sehingga Yesus bisa kembali ke surga untuk memerintah sebagai Raja dari Kerajaan Allah. Tema utama Alkitab adalah disucikannya nama Yehuwa sewaktu Dia melaksanakan kehendak-Nya bagi bumi dengan menggunakan Kerajaan-Nya yang dipimpin Kristus. Kehendak Yehuwa tidak mungkin berubah. Dia sudah menjamin bahwa Dia akan melaksanakannya. (Yes. 46:10, catatan kaki; Ibr. 6:17, 18) Pada saatnya nanti, bumi akan diubah menjadi Firdaus. Dan di situ, keturunan Adam dan Hawa yang sudah menjadi sempurna akan hidup bahagia selamanya. (Mz. 22:26) Tapi, kehendak Yehuwa bukan itu saja. Dia ingin mempersatukan semua hamba-Nya di surga dan di bumi. Lalu, mereka semua akan tunduk kepada Yehuwa sebagai Penguasa mereka dan melayani-Nya dengan setia. (Ef. 1:8-11) Kita pasti kagum melihat hal-hal luar biasa yang Yehuwa lakukan untuk melaksanakan kehendak-Nya! w23.10 44:7-8
Rabu, 24 Desember
”Kuatkan diri kalian, . . . sebab Aku menyertai kalian,” kata Yehuwa yang berbala tentara.—Hag. 2:4.
Tidak lama setelah orang Yahudi yang meninggalkan Babilon sampai di Yerusalem, mereka menghadapi kesulitan ekonomi, keadaan politik yang kacau, dan tentangan dari bangsa lain. Karena itu, beberapa dari mereka merasa sulit untuk mengutamakan pembangunan bait Yehuwa. Jadi, Yehuwa mengutus dua nabi-Nya, Hagai dan Zakharia, untuk menyemangati mereka. (Hag. 1:1; Za. 1:1) Kedua nabi itu berhasil membuat orang Yahudi bersemangat lagi. Tapi, hampir 50 tahun kemudian, orang Yahudi lagi-lagi kehilangan semangat mereka. Lalu Ezra, orang yang ahli menyalin Hukum Musa, datang dari Babilon ke Yerusalem untuk membantu umat Allah mengutamakan ibadah sejati. (Ezr. 7:1, 6) Nubuat Hagai dan Zakharia membantu umat Allah di zaman dulu untuk terus mengandalkan Yehuwa meskipun ada tentangan. Nubuat-nubuat itu juga bisa meyakinkan kita bahwa Yehuwa akan selalu membantu kita di masa yang sulit.—Ams. 22:19. w23.11 48:2-3
Kamis, 25 Desember
Kenakanlah kasih, karena kasih adalah ikatan pemersatu yang sempurna.—Kol. 3:14.
Bagaimana kita bisa menunjukkan kasih kepada rekan seiman kita? Salah satu caranya adalah dengan menghibur mereka. Kita bisa ’terus menghibur satu sama lain’ kalau kita memiliki belas kasihan. (1 Tes. 4:18) Bagaimana kita bisa menjaga kasih kita tetap kuat? Dengan berupaya sebisa-bisanya untuk mengampuni kesalahan orang lain. Kita harus saling mengasihi. Mengapa itu sangat penting sekarang? Petrus berkata, ”Akhir segalanya sudah dekat. Maka . . . kasihilah satu sama lain dengan sungguh-sungguh.” (1 Ptr. 4:7, 8) Menjelang akhir dunia yang jahat ini, apa yang akan terjadi? Yesus pernah memberi tahu murid-muridnya, ”Kalian akan dibenci oleh semua bangsa karena namaku.” (Mat. 24:9) Supaya bisa bertekun menghadapi hal tersebut, kita perlu tetap bersatu. Dengan begitu, upaya Setan untuk membuat kita terpecah belah tidak akan berhasil, karena kita memiliki kasih.—Flp. 2:1, 2. w23.11 47:18-19
Jumat, 26 Desember
Kami adalah rekan sekerja Allah.—1 Kor. 3:9.
Kebenaran yang ada dalam Firman Allah punya pengaruh yang sangat besar. Sewaktu kita mengajar orang-orang tentang Yehuwa dan sifat-sifat-Nya, kita bisa melihat hasil yang luar biasa. Orang-orang tidak lagi dibutakan oleh kebohongan Setan, dan mereka mulai melihat Yehuwa sebagai Bapak yang pengasih, sama seperti kita. Mereka kagum karena kekuatan-Nya yang tidak terbatas. (Yes. 40:26) Mereka mulai percaya kepada-Nya karena keadilan-Nya sempurna. (Ul. 32:4) Mereka belajar banyak dari hikmat-Nya yang sangat dalam. (Yes. 55:9; Rm. 11:33) Dan, mereka tersentuh sewaktu tahu bahwa Allah adalah kasih. (1 Yoh. 4:8) Semakin mereka mengenal Yehuwa, mereka semakin yakin bahwa mereka akan hidup selamanya sebagai anak-anak-Nya. Ya, kita punya kehormatan yang besar untuk membantu orang-orang mendekat kepada Bapak mereka! Sewaktu kita melakukan itu, Yehuwa menganggap kita sebagai ’rekan sekerja-Nya’.—1 Kor. 3:5. w24.02 6:15
Sabtu, 27 Desember
Lebih baik kamu tidak berikrar daripada berikrar tapi tidak memenuhinya.—Pkh. 5:5.
Kalau Saudara sedang belajar Alkitab atau Saudara dibesarkan oleh orang tua yang adalah Saksi Yehuwa, apakah Saudara sedang memikirkan untuk dibaptis? Itu adalah tujuan yang sangat bagus! Tapi sebelum dibaptis, Saudara perlu membaktikan diri kepada Yehuwa. Bagaimana caranya? Saudara berjanji kepada-Nya dalam doa bahwa Saudara akan menyembah Dia saja dan selalu mengutamakan kehendak-Nya. Saudara juga berjanji untuk terus mengasihi Yehuwa ’dengan sepenuh hati, sepenuh jiwa, seluruh pikiran, dan seluruh kekuatan’. (Mrk. 12:30) Apa bedanya pembaktian dan baptisan? Pembaktian dilakukan secara pribadi, antara Saudara dan Yehuwa saja. Tapi, baptisan dilakukan di depan umum sehingga orang-orang tahu bahwa Saudara sudah membaktikan diri. Ikrar pembaktian Saudara adalah hal yang serius. Yehuwa ingin Saudara memenuhi ikrar itu, dan Saudara perlu bertekad untuk melakukannya.—Pkh. 5:4. w24.03 9:2, 5
Minggu, 28 Desember
Kalian masing-masing harus mengasihi istri kalian seperti diri sendiri, sedangkan istri harus benar-benar menghormati suaminya.—Ef. 5:33.
Tidak ada perkawinan yang sempurna. Alkitab dengan terus terang mengatakan bahwa orang yang menikah akan ”mengalami banyak kesusahan”. (1 Kor. 7:28) Mengapa? Karena baik suami maupun istri tidak sempurna. Sifat, kebudayaan, dan latar belakang mereka mungkin berbeda. Hal-hal yang mereka sukai dan tidak sukai juga mungkin tidak sama. Setelah menikah beberapa waktu, mereka mungkin baru tahu bahwa pasangan mereka punya sifat-sifat tertentu yang tidak terlihat sebelumnya. Semua itu bisa menimbulkan masalah. Beberapa suami istri saling menyalahkan meskipun mereka masing-masing sebenarnya punya kesalahan. Mereka tidak mau bekerja sama untuk menyelesaikan masalahnya, dan mereka malah menyimpulkan bahwa lebih baik mereka berpisah atau bercerai. Tapi, apakah itu memang jalan keluarnya? Tidak. Yehuwa ingin suami dan istri mempertahankan perkawinan mereka meskipun itu mungkin sangat sulit. w24.03 11:8, 11
Senin, 29 Desember
Harapan itu tidak akan membuat kita kecewa.—Rm. 5:5.
Harapan Saudara untuk hidup selamanya di bumi firdaus terus bertambah kuat setelah Saudara membaktikan diri dan dibaptis, karena Saudara terus belajar dan bertumbuh secara rohani. (Ibr. 5:13–6:1) Saudara mungkin sudah mengalami apa yang disebutkan di Roma 5:2-4. Saudara sudah menghadapi berbagai kesengsaraan, tapi Saudara bertekun dan merasakan bahwa Allah berkenan kepada Saudara. Itu membuat Saudara menjadi semakin yakin bahwa Saudara akan menerima apa yang Yehuwa janjikan. Harapan Saudara menjadi lebih kuat daripada sebelumnya. Harapan itu menjadi semakin nyata dan memengaruhi seluruh kehidupan Saudara. Misalnya, itu mengubah cara Saudara memperlakukan anggota keluarga, membuat keputusan, dan bahkan menggunakan waktu. Rasul Paulus menjelaskan bahwa kalau Allah berkenan kepada kita, kita punya harapan. Tapi kemudian, dia menambahkan satu hal yang penting, yaitu harapan kita akan menjadi kenyataan.—Rm. 15:13. w23.12 51:16-19
Selasa, 30 Desember
[Yehuwa-lah] yang memberi ketenteraman di masa itu.—Yes. 33:6.
Ujian yang berat bisa sangat memengaruhi perasaan, pikiran, dan tindakan kita. Kita mungkin merasa emosi kita naik turun, seperti kapal yang diombang-ambingkan oleh badai. Bagaimana Yehuwa membantu kita sewaktu kita hampir tenggelam dalam perasaan negatif? Dia meyakinkan kita bahwa Dia akan ”memberi ketenteraman”. Kata-kata itu bisa juga diterjemahkan menjadi ”membuat stabil”. Sewaktu sebuah kapal diterjang badai, kapal itu bisa terbalik karena terguncang ke sana kemari. Jadi, banyak kapal dilengkapi dengan sirip-sirip penyeimbang, yang ada sisi kanan dan kiri bagian bawah kapal. Itu membuat kapal tersebut lebih stabil sehingga perjalanannya lebih aman dan lebih nyaman bagi para penumpang. Tapi, sirip-sirip itu akan benar-benar bermanfaat kalau kapal itu terus bergerak maju. Begitu juga, Yehuwa akan membuat kita stabil kalau kita terus melayani Dia dengan setia meskipun situasinya sulit. w24.01 3:7-8
Rabu, 31 Desember
Kepada Allah aku percaya; aku tidak takut.—Mz. 56:4.
Sewaktu Saudara merasa takut, coba pikirkan apa yang sudah Yehuwa lakukan. Saudara bisa memikirkan ciptaan-Nya. Misalnya, perhatikan burung dan bunga. Meskipun burung maupun bunga tidak bisa meniru sifat-sifat Yehuwa atau menyembah Dia, Yehuwa tetap mengurusnya. Dengan merenungkan itu, kita akan semakin percaya bahwa Yehuwa akan mengurus kebutuhan kita juga. (Mat. 6:25-32) Pikirkan juga apa yang sudah Yehuwa lakukan untuk hamba-hamba-Nya. Saudara bisa belajar dari tokoh-tokoh Alkitab yang imannya luar biasa atau membaca pengalaman hamba-hamba Yehuwa di zaman kita. Selain itu, renungkan bagaimana Yehuwa sudah membantu Saudara selama ini. Misalnya: Bagaimana Dia menarik Saudara ke dalam kebenaran? (Yoh. 6:44) Bagaimana Dia menjawab doa-doa Saudara? (1 Yoh. 5:14) Manfaat apa saja yang Saudara rasakan setiap hari dari pengorbanan Putra-Nya yang Dia sayangi?—Ef. 1:7; Ibr. 4:14-16. w24.01 1:6, 17