PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • g80_No2 hlm. 13-15
  • Mereka Berupaya Menaklukkan Kematian

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Mereka Berupaya Menaklukkan Kematian
  • Sedarlah!—1980 (No. 2)
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Cita-Cita Ilmiah
  • Hasil-Hasil yang Sesungguhnya
  • Tradisi-Tradisi yang Berusaha untuk Mengalahkan Kematian
  • Harga yang Mereka Bayar
  • Apakah Orang2 Mati Membutuhkan Bantuan Saudara?
    Begini Sajakah Hidup Ini?
  • Di Manakah Para Leluhur Kita?
    Jalan Menuju Kehidupan Abadi—Sudahkah Anda Menemukannya?
  • Haruskah Anda Takut terhadap Orang Mati?
    Sedarlah!—2009
  • Apa yang Terjadi dengan Jiwa pada Saat Kematian?
    Apa yang Terjadi dengan Kita Bila Kita Meninggal?
Lihat Lebih Banyak
Sedarlah!—1980 (No. 2)
g80_No2 hlm. 13-15

Mereka Berupaya Menaklukkan Kematian

KEBANYAKAN orang sulit menerima bahwa kematian mengakhiri segalanya. Banyak orang lebih suka percaya bahwa kehidupan yang sadar terus berlangsung sesudah kematian.

Banyak sarjana yang tak percaya hal ini. Namun, bila berhadapan dengan kematian, mereka mengusahakan cara-cara ”ilmiah” untuk memperpanjang kehidupan manusia. Seperti kata Alkitab: ”Kekekalan . . . [ada] dalam hati mereka.”—Pkh. 3:11.

Cita-Cita Ilmiah

Penelitian yang tidak kepalang telah dilakukan guna menguak tabir kehidupan dan susunan sel yang hidup. Serangkaian percobaan atas sel-sel hidup dari manusia telah menunjukkan bahwa, dalam kondisi-kondisi yang tepat, sel-sel itu dapat hidup tanpa batas waktu. Penelitian lainnya memperlihatkan bahwa DNA dalam hampir setiap sel dari makhluk manapun, berisi data mengenai segenap susunan makhluk tersebut.

Atas dasar ini, para sarjana biologi mengadakan percobaan memindahkan plasma pembawa sifat (gen) atau ”pencangkokan.” Beberapa sarjana merasa bahwa pengalihan gen dapat digunakan untuk menyembuhkan penyakit-penyakit keturunan, memperpanjang kehidupan, dan untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang besar artinya dalam diri manusia.

Ada teori-teori lain yang mengetengahkan kemungkinan-kemungkinan untuk menaklukkan kematian. Ada yang menyebut pencangkokan otak, mati suri dan menghidupkan kembali. Orang telah memikirkan supaya jenazah mereka diawetkan sepenuhnya dengan cara pembekuan-mendadak di saat kematian. Mereka berharap mudah-mudahan para sarjana akan menemukan suatu cara menghidupkan mereka kembali di masa depan.

Hasil-Hasil yang Sesungguhnya

Berbeda dengan teori-teori untuk memperpanjang kehidupan manusia, penelitian di bidang kedokteran telah menampakkan beberapa hasil yang nyata. Ilmu kesehatan yang semakin baik telah turut memperpanjang usia kehidupan manusia pada umumnya. Angka kematian bayi telah dikurangi.

Metode-metode pengobatan yang lebih baik telah dikembangkan, yang memungkinkan pasien sembuh dari penyakit-penyakit tertentu, yang beberapa waktu lalu, lebih besar kemungkinannya membawa kematian. Berkat kemajuan dalam teknologi kedokteran dibarengi dengan pengertian yang semakin baik tentang organisme manusia, juga telah dicapai hasil-hasil nyata dalam ilmu bedah yang barangkali masih dianggap mustahil 40 tahun yang lalu.

Maka usia kehidupan dari jutaan orang telah diperpanjang. Namun, usia manusia secara keseluruhan tidak bertambah. Bahkan di negeri-negeri yang standar hidupnya lebih tinggi, usia yang diharapkan hanya sekitar 70 atau 80 tahun. Lebih dari 3.000 tahun yang lalu Alkitab menyatakan bahwa ”masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan.” Sampai sekarang pun masih tetap demikian.—Mzm. 90:10.

Tradisi-Tradisi yang Berusaha untuk Mengalahkan Kematian

Tetapi banyak orang mencoba melunakkan pengaruh yang kuat dari kenyataan itu dengan berbagai cara. Banyak orang menerima anggapan bahwa jiwa manusia tidak berkematian, tapi hidup terus di alam roh, dan pergi ke surga.

Kepercayaan-kepercayaan ini disebar-luaskan oleh kebanyakan agama. Doktrin yang menyatakan jiwa hidup terus di suatu alam roh dianggap oleh gereja-gereja Susunan Kristen sebagai dasar dari iman mereka. Walaupun di beberapa negara industri makin kurang diterima, di Amerika Tengah dan Selatan, Afrika dan negeri-negeri Timur kepercayaan ini masih sangat berpengaruh.

Misalnya, Brazilia dikenal sebagai negeri Katolik Romawi, dan rakyatnya pada umumnya memiliki ide-ide Katolik tentang kehidupan sesudah kematian, surga, api penyucian dan neraka, Namun, ada juga pengaruh agama-agama asal Afrika serta spiritisme dari Eropa. Patung-patung di gereja-gereja diperkenalkan sebagai ”orang-orang suci” yang dianggap hidup terus di alam roh. Dukun-dukun Voodoo (sihir) dianggap kemasukan roh ilah-ilah atau roh para leluhur dari Afrika. Dan di seluruh Afrika terdapat jimat, berhala dan guna-guna yang dihubungkan dengan roh para leluhur.

Harga yang Mereka Bayar

Tak dapat diabaikan bahwa semua upaya untuk menaklukkan maut ini dengan berpegang teguh kepada ajaran-ajaran tradisional menuntut suatu harga. Kadang-kadang harga ini berupa uang. Dalam hal-hal lain berupa rasa takut.

Ajaran Susunan Kristen mengenai jiwa tak berkematian, misalnya, dibayangi oleh rasa takut akan api neraka. Dan kepada orang-orang yang percaya akan api penyucian diajarkan, bahwa doa-doa harus dipersembahkan untuk melepaskan jiwa dari orang-orang yang mereka kasihi. Namun, sudah barang tentu, uang diharapkan dari orang-orang yang menginginkan pelayanan seperti itu.

Bila seseorang di Transvaal Utara (Afrika) meninggal, kaum kerabatnya meminta nasehat dukun. Di sini pun, sejumlah bayaran diharapkan. Sang dukun dianggap sebagai penengah antara orang yang hidup dan yang mati. Orang mati dianggap pergi ke negeri para dewa dan diberi penghormatan yang tidak pernah dinikmatinya sebelum ia meninggal dunia. Ia sangat ditakuti, karena adanya anggapan bahwa ia memiliki kekuatan untuk mencelakakan orang yang hidup. Maka untuk menenangkan dia diselenggarakanlah pesta istimewa pada hari penguburannya.

Orang-orang Zulu di Afrika Selatan percaya bahwa orang mati dapat melindungi dan menolong orang yang hidup. Secara teratur korban-korban dipersembahkan kepada orang mati untuk menyenangkan mereka.

Zaman dulu, kepercayaan-kepercayaan semacam itu di daerah-daerah tertentu di Afrika melahirkan kebiasaan mempersembahkan korban-korban manusia. Bila seorang raja atau pemimpin meninggal, beberapa orang pelayannya dikubur bersamanya guna melayani dia di alam roh. Di Ghana, uang, pakaian dan benda-benda lainnya kadang-kadang masih saja dikubur bersama orang mati karena alasan yang serupa.

Di Gereja Katolik St. Joseph di Montreal, orang-orang yang beribadah membayar uang untuk menyalakan lilin. Mereka percaya bahwa hal ini akan membantu jiwa-jiwa orang yang berada dalam api penyucian.

Ya, mereka membayar suatu harga bagi upaya-upaya mereka untuk menaklukkan kematian—tetapi apakah itu perlu? Guna memperoleh jawaban yang benar-benar memuaskan, kita harus mengetahui apa kematian itu sebenarnya, menurut Alkitab.

[Gambar di hlm. 13]

Molekul DNA berbentuk spiral

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan