PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • g88_No27 hlm. 24-27
  • Gempa Bumi—Cara Anda Dapat Mempersiapkan Diri untuk Selamat!

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Gempa Bumi—Cara Anda Dapat Mempersiapkan Diri untuk Selamat!
  • Sedarlah!—1988 (No. 27)
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Persiapan Lebih Dulu
  • Sewaktu Gempa Bumi Melanda
  • Dapatkah Gempa Bumi Diramalkan?
    Sedarlah!—1982 (No. 6)
  • Menghadapi Dampak Lanjutannya
    Sedarlah!—2002
  • Lebih Banyak Gempa Besar Diantisipasi
    Sedarlah!—2010
  • Gempa Bumi
    Pemahaman Alkitab, Jilid 1
Lihat Lebih Banyak
Sedarlah!—1988 (No. 27)
g88_No27 hlm. 24-27

Gempa Bumi—Cara Anda Dapat Mempersiapkan Diri untuk Selamat!

Oleh koresponden Sedarlah! di Jepang

”Kami tidak tahu apa yang harus kami lakukan. Kami menjadi panik.” Demikian kata seorang ahli meteorologi dari Pakistan mengenai pengaruh yang akan ditimbulkan oleh gempa bumi di negerinya. Kenyataannya, sedikit yang tahu apa yang harus dilakukan pada waktu gempa bumi terjadi. Walaupun demikian, banyaknya gempa bumi yang mencelakakan dalam abad ini, telah meningkatkan penelitian tentang perlindungan pada waktu gempa bumi. Maka ”Sedarlah!” mewawancarai sejumlah peneliti dari berbagai negeri. Karena nasihat mereka ternyata sama, diharapkan agar informasi ini berguna bagi para pembaca di banyak negeri.

”TERDENGAR suara gemuruh,” Michiko mengingat, ”dan kemudian sentakan hebat yang seolah-olah melemparkan rumah kayu kami ke udara. Bunyi barang-barang yang jatuh dan piring-piring serta gelas-gelas yang pecah menakutkan saya lebih dari apapun. Tiba-tiba, rumah kami berguncang dengan hebat ke kiri dan ke kanan dalam posisi yang membahayakan.

”Ibu saya tidak panik. Ia dengan tenang menyuruh kami berganti pakaian tebal dan mengumpulkan barang-barang yang penting bagi kami. Ia menjelaskan bahwa dalam sesaat rumah kami akan hancur, maka kami harus meninggalkannya dan pergi ke rumah sakit tempat ayah bekerja.”

Michiko baru berumur 12 tahun sewaktu ia mengalami salah satu dari bencana terbesar dari abad ini—gempa bumi tahun 1923 yang memusnahkan dua pertiga Tokyo dan seluruh Yokohama. Ribuan rumah hancur. Dan sewaktu keadaan tenang kembali, lebih dari 143.000 orang tewas. Tetapi, menarik sekali, sebuah laporan dari pemerintah yang diberitakan belakangan menyatakan, ”Orang-orang yang tewas karena rumah mereka roboh berjumlah kira-kira sepersepuluh” dari jumlah semua korban yang mati. Lalu, apa yang menyebabkan tewasnya 130.000 orang lainnya?

Gempa bumi itu terjadi dua menit sebelum jam dua belas siang—waktu manakala banyak ibu rumah tangga telah menyalakan api untuk menyiapkan makan siang. Apa akibatnya? Api berkobar di mana-mana dalam waktu hanya beberapa detik saja! Michiko melanjutkan, ”Sewaktu kami pergi, orang-orang yang histeris berdesak-desakan memenuhi jalan-jalan yang sempit. Semua ingin menghindar dari api. Kami berjalan di pinggir melewati kumpulan orang banyak. Ibu memberitahu kami agar berupaya sekuat tenaga untuk tetap bersama-sama dan juga memberitahukan kami tempat bertemu andai kata kami berpisah. Saya ingat betapa heran saya melihat barang-barang yang dibawa orang dari rumah mereka—dari panci nasi sampai lemari-lemari yang berat. Dalam kepanikan, mereka telah membawa barang-barang yang tidak akan ada gunanya sama sekali!”

Udara, yang menjadi sangat panas karena api, naik pada suatu ketinggian, memompa ke luar udara segar di bawah sehingga memperbesar nyala api. Akibatnya timbul angin topan, yang menerbangkan kepingan yang terbakar ke mana-mana. Puluhan ribu orang berebutan menuju ke tempat-tempat yang terbuka untuk menyelamatkan diri. Hari berikutnya mereka ditemukan bertumpuk-tumpukan berempat dan berlima—yang paling atas terbakar sampai mati dan orang-orang yang di bawahnya mati lemas.

Pipa-pipa saluran air pecah dan komunikasi terganggu. Dalam beberapa hari berikutnya, ada desas-desus bahwa orang-orang asing telah meracuni sisa air minum yang tinggal sedikit. Kelompok pasukan siaga dibentuk dan membunuh orang-orang asing. Polisi militer dengan sembarangan membunuh pasukan siaga. Perasaan takut dan panik yang tidak beralasan mengakibatkan buyarnya ketertiban bahkan di kalangan polisi.

Tetapi, Michiko terlindung dari semua ini. Dalam waktu tiga jam setelah gempa bumi, ibu Michiko telah membawa anak-anaknya kepada ayah mereka, mengikuti rencana yang telah mereka buat sebagai keluarga. Ayah mereka kemudian, membawa mereka ke tempat yang aman dan melindungi mereka dari kerusuhan yang timbul. ”Betapa bersyukur saya kepada orangtua saya,” kata Michiko, ”bahwa mereka tetap tenang dan mengetahui apa yang harus dilakukan.”

Pihak berwenang Jepang sejak itu menyimpulkan bahwa api, kepanikan, dan desas-desus adalah bahaya yang benar-benar paling serius dalam suatu gempa bumi. Sebuah laporan pemerintah menyimpulkan bahwa 83 persen dari kematian dalam gempa tahun 1923 disebabkan oleh rumah yang terbakar. Api terus menjadi ancaman di Jepang, karena kayu banyak digunakan dalam pembangunan. Bahaya kebakaran sangat berkurang di negara-negara yang lebih umum menggunakan bahan-bahan lain, seperti beton. Walaupun demikian, kepanikan dan desas-desus merupakan bahaya yang fatal hampir di mana saja gempa mungkin terjadi. Pengalaman keluarga Michiko menggambarkan bahwa problem-problem ini dapat dihindari dengan persiapan lebih dulu.

Persiapan Lebih Dulu

Bagaimana anda dapat membuat rencana yang serupa sebelumnya? Pertama-tama, duduklah dengan keluarga dan pilihlah beberapa tempat perlindungan yang baik di daerah sekitar anda. Tentukan tempat bertemu seandainya anda terpisah dari yang lain-lain dan tetapkan rute yang dapat diambil masing-masing untuk dapat sampai di sana. Bahas tempat-tempat berbahaya yang harus dihindari, seperti pompa bensin, yang dapat meledak. Karena bahaya kebakaran, ajar keluarga anda cara mematikan pusat aliran gas dan listrik di rumah anda. Pastikan agar semua tahu cara memadamkan api. Jika anda membutuhkan bantuan bagi orang yang sudah tua atau yang sakit, aturlah ini dengan tetangga anda.

Apakah anda tinggal di daerah gempa bumi? Maka praktis untuk mengamankan perabot-perabot yang berat yang mungkin dapat terbalik. (Dikatakan bahwa pada waktu gempa bumi di Kalifornia, sebuah piano yang besar menggelinding pada roda-rodanya mengitari ruangan, melukai beberapa orang.) Benda-benda yang berat dan berbahaya, termasuk tabung-tabung berisi cairan yang mudah terbakar, hendaknya, disimpan di bawah atau paling tidak di belakang lemari. Juga, ikat baik-baik silinder-silinder gas propana yang mungkin ada.

Sewaktu Gempa Bumi Melanda

Yang terpenting, jangan panik! Gempa pertama biasanya yang paling hebat dan jarang berlangsung lebih dari satu menit.a Tapi, jika anda dapat berjalan, lakukanlah sesuatu. Matikan semua sumber api. Kebocoran gas dari pipa-pipa yang berlubang dapat berbahaya, seperti juga kabel-kabel yang terbuka dan alat-alat listrik yang tidak dimatikan. Maka, matikan gas dan listrik pada sumbernya secepat mungkin. Bukalah pintu atau jendela yang besar—yang mungkin dapat tertutup rapat—sehingga ada jalan keluar. Kemudian bersembunyilah di bawah meja tulis atau meja biasa. Laci meja tulis dapat menjadi penahan. Jadi, meja tulis sering dapat menahan beban beberapa ton dan tidak runtuh. Meja tulis kayu biasanya lebih kuat daripada yang dari logam. Dr. Yuji Ishiyama dari Institut Penelitian Bangunan di Jepang memberitahu Sedarlah!, ”Saya sangat yakin bahwa memberitahu orang untuk berlindung di bawah meja tulis jauh lebih baik dari nasihat lain apapun yang dapat diberikan.”

Jika tidak ada meja tulis, meringkuklah atau berbaringlah di samping sofa, tempat tidur, atau beberapa perabot lain yang kuat yang tidak akan terbalik. Jangan bersembunyi di bawahnya, sebab kakinya dapat mudah patah. Berupayalah untuk melindungi kepala anda. Karena ada banyak dinding dalam ruangan yang kecil, kamar mandi mungkin tempat yang paling aman.

Tapi, ironisnya, rumah-rumah batu bata tetap berdiri pada waktu gempa bumi di kota Meksiko, sedangkan bangunan-bangunan bertingkat 8 sampai 20 roboh. Profesor Motohiko Hakuno dari Institut Penelitian Gempa Bumi di Universitas Tokyo memberitahu Sedarlah! bahwa ini ada hubungannya dengan ”resonansi” yang khas dari gelombang gempa bumi. Bangunan-bangunan tidak memberikan reaksi yang sama kepada gelombang frekuensi yang berlainan. ”Selain tidak mengetahui waktu manakala gempa bumi akan menimpa,” tambah Profesor Hakuno, ”kita tidak tahu jenis apa yang akan terjadi atau bangunan mana yang paling rawan. Hal ini membuat kita sulit menetapkan peraturan untuk keselamatan.”

”Berdirilah di pintu,” kata para ahli di negeri-negeri yang kerangka pintu dan penopang pintu serta jendela-jendelanya dibangun cukup kuat untuk menahan berat bangunan di atas dan di sekitarnya. Halnya tidak demikian di Jepang.

Bagaimana jika timbul kebakaran? Jelas, anda harus menangani itu secepatnya, mungkin dengan minta bantuan tetangga. Ingat bahwa tidak soal betapa hebatnya kebakaran itu, biasanya ada udara yang dapat dihirup di atas lantai.

Tapi, misalnya, gempa bumi terjadi sewaktu anda tidak di rumah?

Bangunan Besar: Jangan berupaya untuk cepat-cepat keluar, sebab lift dan tangga dapat menjadi perangkap yang memautkan selama gempa bumi. Jika anda tidak dapat bersembunyi di bawah meja tulis, berdirilah dekat tiang (pilar) atau penopang utama yang lain dari bangunan itu. Jauhilah benda-benda yang dapat jatuh menimpa anda, dan hindari kaca, yang mungkin dapat pecah. Sering kali, pimpinan sekolah, toko-toko serba ada dan gedung bioskop telah menetapkan tata cara yang harus diikuti sewaktu timbul keadaan bahaya. Maka ikuti petunjuk dan jangan bertindak sendiri.

Jalan-Jalan di Kota: Jauhi tiang-tiang telepon, tanda-tanda yang tergantung, dan papan tanda. Waspadalah terhadap genteng yang jatuh atau kaca-kaca yang pecah. Jika tidak ada taman atau tempat terbuka lainnya di dekat situ, carilah perlindungan dalam bangunan yang kuat.

Jalan dan Stasiun Kereta Bawah Tanah: Tempat-tempat ini bertahan dengan baik dalam gempa-gempa di Meksiko, Jepang, dan Yunani. Bahaya terbesar adalah kebakaran. Tetapi, orang sering kali panik karena mengira akan terjebak dan berdesak-desakan menuju tangga dan pintu keluar. Namun, yang paling baik adalah tetap berada di stasiun bawah tanah sampai gempa pertama berlalu dan tunggulah petunjuk yang diberikan.

Mobil: Jalan harus terbuka bagi mobil-mobil pemadam kebakaran, ambulans, dan pelayanan darurat. Di Jepang jalan-jalan sangat sempit, jadi kita diberitahu untuk parkir di pinggir jalan, berhenti, menyetel radio, dan menunggu petunjuk.

Pantai: Pergilah ke tempat yang tinggi secepat mungkin. Mungkin akan ada gelombang laut tsunami, atau seismik, yang akan naik sampai setinggi tiga puluh meter dan dengan kecepatan ratusan kilometer per jam! Biasanya, tsunami kedua dan ketiga lebih hebat dari yang pertama.

Tentu, kita harapkan agar anda tidak pernah akan mengalami kengerian dari gempa bumi. Tetapi dengan cukup persiapan, banyak orang telah selamat dari bencana-bencana besar. Michiko, yang sekarang berusia 76 tahun, berkata, ”Sewaktu saya masih kecil, orang-orang tua mengatakan bahwa gempa-gempa bumi yang besar hanya datang sekali dalam 60 tahun. Saya sering berpikir bahwa kata-kata mereka tidak berlaku pada zaman saya hidup. Saya telah mendengar gempa-gempa bumi hebat yang tak terhitung banyaknya.” Ya, kita hidup pada zaman yang Yesus nubuatkan akan ada ”gempa bumi di berbagai tempat”. (Matius 24:7) Maka bersiap-siaplah! Tetaplah tenang dan taatilah peringatan dan petunjuk yang dikeluarkan oleh pihak yang berwenang. Kemungkinan anda untuk selamat dari gempa bumi akan lebih besar!

[Catatan Kaki]

a Perhatikanlah bahwa petunjuk-petunjuk berikut tidak berlaku jika anda berada dalam rumah yang sudah sangat tua atau tidak kuat. Para ahli mengatakan bahwa jika gempa bumi terjadi sewaktu anda berada dalam gedung yang tidak kuat, paling baik adalah segera keluar! ”Taruhlah bantal yang besar atau kursi di atas kepala anda untuk melindungi diri dari jatuhan genting, dan sebagainya, dan cepat pergi,” para pejabat Jepang menasihati.

[Kotak di hlm. 26]

’Perlengkapan untuk Selamat’ (’Survival Kit’) dari Gempa Bumi

Setelah suatu bencana, seseorang sering harus menunggu dua atau tiga hari untuk mendapat bantuan. Maka dianjurkan agar keluarga yang tinggal di daerah gempa bumi selalu siap dengan persediaan air dan makanan untuk tiga hari. (Makanan kaleng atau kering dianjurkan.) Jika anda perlu mengosongkan rumah anda, pihak berwenang menganjurkan untuk membawa serta sebuah ’kotak alat-alat penyelamat’ yang berisi:

1. Persediaan air untuk tiga hari.

2. Kotak P3K (pertolongan pertama).

3. Sebuah senter.

4. Sebuah radio transistor, untuk menerima keterangan dan petunjuk yang tepat.

5. Pakaian, sepatu yang kuat, selimut, pakaian dalam, handuk, dan kertas tissue.

[Gambar di hlm. 25]

Michiko yang berumur dua belas tahun pada waktu gempa bumi yang hebat di Jepang pada tahun 1923. Perhatikan kapal besar yang kandas dan kehancuran kota Yokohama

[Keterangan]

Earthquake photos, Yokohama City Fire Bureau

[Keterangan Gambar di hlm. 24]

Y. Ishiyama, Building Research Institute, Ministry of Construction, Government of Japan

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan