Perkawinan Kristen Yang Mendatangkan Sukacita
[Seri I dari tiga artikel pelajaran dalam w 15 April 1984, untuk pembahasan pada Perhimpunan Dinas.]
1, 2. Bagaimana reaksi kebanyakan orang atas kata ”perkawinan”, dan mengapa? (Matius 19:4-6)
RASUL Yohanes, seorang saksi, melaporkan, ”Ada perkawinan di Kana yang di Galilea, dan ibu Yesus ada di situ; Yesus dan murid-muridNya diundang juga ke perkawinan itu.” (Huruf miring dari Red.)—Yohanes 2:1, 2.
2 Bagaimana reaksi saudara membaca kata-kata tersebut di Yohanes 2:1, 2? Tidak mengherankan jika saudara menanggapi dengan hangat, karena kata ”perkawinan” mengandung arti yang menyenangkan. Orang menyukai suasana perkawinan. Seperti kita baca di Kejadian 2:18-24, perkawinan pertama berlangsung di Firdaus, ketika manusia tanpa dosa. Perkawinan pria dan wanita yang sempurna itu diselenggarakan dan disetujui oleh Pencipta kita. Perkawinan tersebut memberi kesan gembira serta menetapkan pola kebahagiaan untuk perkawinan seterusnya.
3. Suasana apa yang dikaitkan ayat-ayat Alkitab berkenaan perkawinan-perkawinan, tetapi kesulitan-kesulitan apa yang timbul? (Yeremia 7:34)
3 Kegembiraan saudara atas perkawinan selaras dengan apa yang kita baca dalam Firman Allah. Ketika menjelaskan tentang orang yang ambil bagian dalam perkawinan kerajaan, Mazmur 45:16 mengatakan, ”Dengan sukacita dan sorak-sorai mereka dibawa, mereka masuk ke dalam istana raja.” Kegembiraan tersebut tercermin juga dalam ilustrasi Alkitab berkenaan perkawinan. (Matius 22:2-4; 25:1-10; Wahyu 19:6-9) Ya, walaupun langkah yang serius diambil—satu pasangan memasuki rancangan perkawinan yang suci—perkawinan seharusnya diperingati sebagai peristiwa yang menyenangkan dan terhormat. Namun, laporan-laporan dari seluas dunia menunjukkan bahwa banyak perkawinan kehilangan ciri itu, menyebabkan problem dan kesedihan bagi pasangan serta kesusahan bagi orang-orang yang menghadirinya. Ini benar-benar terjadi bahkan pada beberapa perkawinan hamba-hamba Yehuwa. Mengapa?
4. (a) Mengapa kebanyakan perkawinan menjadi urusan umum? (b) Apa yang dikatakan Yesus tentang hal kawin-mengawinkan di jaman kita?
4 Di kebanyakan negeri satu pasangan mungkin kawin dalam pesta sederhana yang memenuhi persyaratan yang sah. Jika pasangan tersebut memilih pesta sedemikian, orang-orang lain seharusnya tidak mengritik mereka atau berpikir bahwa mereka jangan-jangan malu karena sesuatu. Bisa jadi itulah yang mereka inginkan dan bahkan dapat memberi faedah-faedah yang sangat menguntungkan, misalnya, dalam hal keuangan untuk mempersiapkan diri lebih sepenuhnya dalam dinas Yehuwa. (Lukas 12:29-31) Namun, kebanyakan pesta perkawinan lebih bersifat umum. Maka perubahan status dari pasangan itu menjadi lebih diketahui masyarakat. Jika ada upacara atau khotbah Alkitab, unsur keagamaan dimasukkan. Dan orang-orang lain dapat turut bergembira bersama pasangan tersebut. Hal-hal ini adalah nilai-nilai positif. Namun, pesta perkawinan yang lebih besar bisa mengundang bahaya, terutama sekarang pada masa dunia begitu penuh dengan hal ”kawin dan mengawinkan”, sehingga mereka ’tidak memperhatikan’ bahwa sistem perkara yang jahat segera akan berakhir.—Matius 24:37-39.
5. Siapa yang seharusnya tertarik pada nasihat Allah tentang perkawinan-perkawinan?
5 Jika saudara membayangkan suatu perkawinan Kristen yang gembira bagi saudara di kemudian hari, ada hal-hal yang patut menjadi pertimbangan saudara. Tetapi kita semua yang mungkin menjadi tamu atau peserta pesta-pesta perkawinan Kristen, juga dapat menarik manfaat dengan mempertimbangkan nasihat Alkitab berkenaan hal ini.
Problem yang Timbul Karena Berlebih-lebihan
6. Pesta-pesta perkawinan yang besar dapat mendatangkan problem-problem macam apa?
6 Bagi banyak orang duniawi, perkawinan yang besar dapat menjadi suatu simbol status, bukti nyata tentang keunggulan secara materi dan sosial. Menyedihkan, bahkan orang-orang Kristen dapat terjerat untuk berusaha mengesankan orang lain dengan baju yang mewah atau persiapan besar-besaran. (Galatia 5:26) Beberapa penatua Kristen di Afrika Barat akhir-akhir ini mencela ”kecenderungan yang besar untuk meniru dunia dalam hal kebiasaan, memamerkan kekayaan serta hiburan-hiburan yang tidak terkendali” pada pesta-pesta perkawinan. Ini mengurangi martabat dan sukacita yang selayaknya terdapat dalam kehidupan orang-orang yang tidak lagi ’hidup menurut kehendak daging’. (Efesus 2:3) Dari pada sukacita dan kenangan manis, pesta perkawinan sedemikian sering kali menghasilkan ’hawa nafsu, perseteruan, iri hati, amarah, kedengkian, pesta pora’—perbuatan-perbuatan daging.—Galatia 5:19-21.
7. Apa yang mendorong beberapa orang untuk mengadakan pesta perkawinan yang mewah?
7 Sejarah menceritakan bahwa ketika Ptolemy VI Philometor mengawinkan putrinya dengan Alexander Balas dari Syria, mereka ’merayakan pernikahannya di kota Ptolemais dengan kemeriahan besar, sebagaimana lazim di kalangan para raja.” (1 Makabe 10:58, Alkitab Katolik keluaran Nusa Indah—Ende) Sekarang, banyak orang dengan keuangan terbatas merasa bahwa mereka (atau anak-anak mereka) juga harus kawin dengan ”kemeriahan besar, sebagaimana lazim di kalangan para raja”. Mereka mungkin telah terpedaya ke dalam khayalan ini oleh iklan. Para pengusaha mengeruk keuntungan dari perlengkapan perkawinan besar-besaran memberi gambaran tentang pengantin perempuan sebagai ”ratu sehari”. Mereka membuat seolah-olah bentuk-bentuk tertentu dari kartu undangan, foto, bunga-bunga atau cincin akan menjamin perkawinan yang sempurna. Mereka ingin saudara merasa, ’Kali ini saya layak mendapat yang terbaik’—tidak soal mampu atau tidak mampu. ”Keangkuhan hidup” ini berasal dari dunia yang sedang lenyap. (1 Yohanes 2:15-17) Beberapa penatua Kristen mengomentari, ”Kami mengamati adanya semangat bersaing. [Misalnya,] dipengaruhi oleh kebiasaan-kebiasaan duniawi, pengantin perempuan dan pengiringnya berganti pakaian yang mahal empat atau lima kali.”
8. (a) Apa yang dapat kita pelajari dari ayat-ayat Alkitab berkenaan pakaian perkawinan? (b) Mengapa beberapa orang Kristen memilih pakaian perkawinan yang seadanya?
8 Alkitab tidak menganjurkan agar pesta-pesta perkawinan perlu menjadi peristiwa yang sederhana sekali dan kaku. Misalnya, kita membaca bahwa ”pengantin laki-laki yang mengenakan perhiasan kepala dan . . . pengantin perempuan yang memakai perhiasannya”. (Yesaya 61:10; Mazmur 45:14, 15; Yesaya 49:18; Yeremia 2:32; Yehezkiel 16:9-13; Wahyu 21:2) Pengantin lambang dari Kristus digambarkan ”memakai kain lenan halus yang berkilau-kilauan dan yang putih bersih!” Jadi sepantasnya pengantin perempuan dan mempelai laki-laki (dan orang-orang yang hadir di pesta mereka) mengenakan pakaian yang bersih dan menarik, tetapi mereka tidak perlu pakaian yang akan menimbulkan kesulitan keuangan. Beberapa pasangan dengan sengaja memilih pakaian yang lebih murah dari apa yang mampu mereka beli. Mengapa? Untuk menghindari pakaian yang membuat orang lain kagum sehingga tamu-tamu tidak merasa enak, atau yang akan mengesampingkan martabat yang sederhana, sukacita dan sifat rohani dari perkawinan tersebut.—Wahyu 19:8; Amsal 11:2; 1 Timotius 2:9.
9. Bagaimana seharusnya perasaan kita tentang adat-adat atau kebiasaan-kebiasaan perkawinan?
9 Penyebab lain dari keadaan berlebih-lebihan dalam pesta perkawinan adalah perhatian yang tidak perlu atas tata cara—berbagai upacara yang menurut ”para ahli” etiket harus diikuti. Ini tidak berarti bahwa hamba-hamba Allah sengaja menolak segala sesuatu yang menjadi adat setempat berkenaan perkawinan.a Alkitab menceritakan bahwa sehubungan dengan perkawinan, ”Simson mengadakan perjamuan di sana, sebab demikianlah biasanya dilakukan orang-orang muda”. (Hakim 14:10) Namun, penyesuaian yang membabi buta pada formalitas sosial bisa mengacaukan perkawinan, bisa memudarkan arti sebenarnya dari perayaan tersebut serta merenggut sukacita yang seharusnya dirasakan setiap orang.
Kawin Secara Sah—Jaman Alkitab dan Sekarang
10. Bagaimana perkawinan-perkawinan diadakan pada jaman Alkitab?
10 Kita dapat menarik manfaat dari apa yang dikatakan Alkitab tentang pesta perkawinan, walaupun pelaksanaannya mungkin berbeda dengan jaman dan tempat kita. Di jaman Alkitab tidak dituntut upacara yang khusus secara hukum atau agama. Mempelai laki-laki akan pergi ke rumah tunangannya dan di depan umum mengantar dia ke rumahnya. Ini dilakukan dengan suasana gembira di pihak pasangan itu, sanak keluarga terdekat dan penonton yang menunjukkan minat yang besar dalam peristiwa bahagia tersebut. Biasanya pengantin perempuan dan mempelai laki-laki mengenakan pakaian yang bagus, dan di rumahnya diadakan pesta perkawinan untuk tamu-tamu yang diundang.—Kejadian 24:65-67; Matius 1:24; 25:1-10; bandingkan dengan 1 Makabe 9:37, 39.
11. Bagaimana halnya dengan surat-surat perkawinan yang diperlukan di jaman dulu?
11 Bangsa-bangsa di sekeliling orang-orang Ibrani memiliki hukum yang menuntut adanya surat-surat kontrak perkawinan yang tertulis. Walaupun dalam Alkitab tidak disebutkan dokumen-dokumen tersebut, perkawinan dibicarakan dalam pengertian ’perjanjian’. (Maleakhi 2:14) Silsilah Alkitab yang terperinci menyinggung bahwa perkawinan dicatat dalam beberapa cara, dan, menarik bahwa Yusuf dan Maria mengikuti semacam pencatatan yang sah. (Lukas 2:1-5; 3:23-38) Papirus-papirus dari abad kelima S.M. dari sekumpulan orang Yahudi di Elephantine (Mesir) memuat kontrak perkawinan, sebagai berikut:
’ . . . Saya telah datang ke rumahmu supaya kamu bisa memberikan putrimu Miphtahiah untuk saya kawini. Ia menjadi istri saya dan saya menjadi suaminya sejak hari ini untuk selama-lamanya. Saya telah memberikanmu sebagai mas kawin untuk putrimu Miphtahiah (sejumlah uang) 5 shekels. . . .’
12. (a) Bagaimana perasaan Saksi-Saksi Yehuwa tentang perkawinan-perkawinan sipil? (b) Apa yang disarankan jika ada upacara sipil dan agama?
12 Saksi-Saksi Yehuwa menyadari bahwa suatu perkawinan seharusnya memenuhi hukum setempat, jadi, ’memberikan kepada kaisar apa yang wajib diberikan kepada kaisar’. (Markus 12:17; Roma 13:1, 7) Hukum mungkin menuntut agar pasangan tersebut melakukan tes darah, mendapatkan surat ijin dan mengangkat sumpah di hadapan pencatat perkawinan yang sah. Di beberapa negeri, hanya petugas-petugas sipil, seperti seorang walikota atau hakim, yang bisa mensahkan perkawinan. Namun, anggota-anggota gereja Susunan Kristen sering merasa bahwa mereka belum benar-benar kawin kalau tidak kawin di gereja. Orang-orang Kristen sejati menyadari bahwa perkawinan sipil itu sah, tetapi beberapa tetap lebih suka (atau kebiasaan setempat mungkin menganjurkan) agar pelayanan sipil diikuti dengan khotbah Alkitab. Jika hal itu akan dilakukan, acara ini sebaiknya dilakukan segera setelah perkawinan sipil.b
13. Jika seorang penatua Kristen diminta untuk memimpin, apa yang mungkin akan diadakan sebelum perkawinan?
13 Beberapa negeri memberi kuasa kepada rohaniwan dari Saksi-Saksi Yehuwa untuk melangsungkan upacara perkawinan. Biasanya ini dilaksanakan oleh penatua sidang, pria-pria yang berpengalaman, berpengertian, memiliki kematangan dan pengetahuan akan Firman Allah. Seorang penatua yang diminta untuk memimpin sebelumnya mungkin akan berbicara dengan calon pengantin perempuan dan mempelai laki-laki. Biasanya, mereka ingin meyakinkan dia bahwa tidak ada rintangan secara moral atau hukum untuk melangsungkan perkawinan mereka. Ia mungkin menawarkan nasihat Alkitab yang sehat dan petunjuk seperti seorang bapa. Ia mungkin juga akan membahas dengan mereka penyelenggaraan-penyelenggaraan untuk upacara dan pertemuan sosial apapun setelahnya, karena ia ingin memiliki hati nurani yang bersih berkenaan peristiwa di mana ia diminta untuk memimpin.—Amsal 1:1-4; 2:1; 3:1; 5:15-21; Ibrani 13:17, 18.
14. Khotbah perkawinan macam apa yang cocok?
14 Didahului dengan upacara sipil atau tidak, khotbah perkawinan oleh seorang rohaniwan dari Saksi-Saksi Yehuwa dapat membantu untuk menekankan bahwa sejak semula sebuah perkawinan harus memiliki segi rohani. Khotbah-khotbah sedemikian tidak perlu panjang lebar, seolah-olah mengutip semua apa yang Alkitab katakan tentang perkawinan, juga tidak dipenuhi dengan terlalu banyak humor atau pujian yang berlebihan kepada pasangan tersebut. Bahan khotbah yang seimbang dan riang dari Alkitab ini dapat membantu mereka yang akan kawin, juga semua yang hadir.c—2 Timotius 3:16.
15. Bagaimana ikrar-ikrar yang digunakan oleh Saksi-Saksi Yehuwa berbeda dengan ikrar-ikrar lain yang dipakai sekarang?
15 Ikrar adalah bagian dari kebanyakan perkawinan. Ikrar yang dipakai pada beberapa perkawinan ”modern” duniawi dikutip dari puisi aneh, atau yang bernada pandangan hidup yang aneh. Karangan majalah Time mengenai ”The Hazards of Homemade Vows” (Bahaya-Bahaya Ikrar Buatan Sendiri) mengatakan ada seorang pendeta yang bertanya, ”Gina, apakah engkau setuju mencintai Peter lebih dari mencintai coklat?” Kemudian kepada Peter, ”Apakah engkau setuju untuk mencintai Gina lebih dari surat kabar pagi?” Tapi, artikel tersebut menekankan, bahwa ”satu perkawinan adalah urusan umum” dan seharusnya menghargai langkah sosial penting yang akan diambil. Pada perkawinan-perkawinan Saksi-Saksi Yehuwa ikrar-ikrar akan memenuhi persyaratan-persyaratan dari hukum setempat. Jika mengijinkan, ikrar-ikrar berikut yang menghormati Allah, sumber perkawinan, digunakan:
”Saya —— mengambil engkau —— untuk menjadi istriku, untuk mencintai dan menyayangimu sesuai dengan hukum ilahi seperti yang tercantum dalam Kitab Suci bagi suami Kristen, selama kita berdua hidup bersama di bumi sesuai dengan rukun perkawinan ilahi.”
”Saya —— mengambil engkau —— untuk menjadi suamiku, untuk mencintai dan menyayangimu serta menghormati, sesuai dengan hukum ilahi seperti yang tercantum dalam Kitab Suci bagi istri Kristen, selama kita berdua hidup bersama di bumi sesuai dengan rukun perkawinan ilahi.”
Ikrar-ikrar ini tidak boleh diubah atau diganti untuk menyenangkan tingkah pasangan tersebut.d
Perkawinan di Balai Kerajaan
16, 17. (a) Bagaimana badan penatua bisa turut campur dalam perkawinan-perkawinan di Balai Kerajaan? (Yakobus 3:17) (b) Mengapa keterlibatan sedemikian dianjurkan?
16 Orang-orang Kristen dianjurkan untuk kawin ’hanya dengan orang yang seiman’. (1 Korintus 7:39) Apabila dua orang Kristen yang mempunyai kedudukan yang baik di sidang ingin agar perkawinan (atau, khotbah perkawinan) mereka diadakan di Balai Kerajaan, mereka harus minta ijin dari badan penatua.e Saudara-saudara ini tidak akan menentukan corak penyelenggaraan perkawinan, tetapi mereka akan menanyakan rencana-rencana pasangan tersebut supaya tidak ada hal-hal yang dilakukan di Balai yang mungkin mengganggu sidang.—Bandingkan dengan 1 Korintus 14:26-33.
17 Misalnya, hal-hal yang mengganggu telah dilaporkan berkenaan perkawinan yang tidak diadakan di Balai Kerajaan. Ada satu perkawinan yang didahului dengan musik yang keras, pengantin perempuan dan mempelai laki-laki serta rombongan mereka datang berdansa memasuki gedung yang disewa. Tamu-tamu ikut berdansa sampai pembawa acara menghentikan, supaya, setelah berdoa, khotbah perkawinan dapat dimulai. Itu jelas bukan suasana yang layak untuk suatu perkawinan Kristen. Namun, ini menunjukkan mengapa para penatua berhati-hati sehubungan dengan perkawinan di Balai Kerajaan. Di Balai, hanya digunakan musik yang membina, seperti yang terdapat dalam buku nyanyian Saksi-Saksi Yehuwa. Dekorasi bunga dan lain sebagainya harus sederhana dan pantas, demikian juga caranya rombongan perkawinan memasuki Balai serta pengambilan foto-foto.—Filipi 4:5.
18. Siapa yang akan mendampingi atau turut hadir bersama-sama pengantin perempuan dan mempelai laki-laki pada suatu perkawinan? (1 Korintus 5:13; Yakobus 2:1-4)
18 Di jaman Alkitab, biasanya ada ”sahabat mempelai laki-laki” dan pengiring perempuan untuk pengantin perempuan. (Yohanes 3:29; Mazmur 45:15) Ini juga sering terjadi pada perkawinan-perkawinan di Balai Kerajaan. Akan tetapi, akal sehat diperlukan berkenaan jumlah pengiringnya, juga cara mereka berpakaian dan bertindak. Tidaklah pantas untuk mengundang ke pesta perkawinan orang-orang yang dipecat atau orang-orang yang cara hidupnya memalukan serta bertentangan dengan prinsip-prinsip Alkitab. (2 Korintus 6:14-16) Dari pada memilih orang-orang kaya atau yang akan memberikan kado yang mahal, banyak pasangan Kristen (dan pembicara-pembicara) lebih suka mengundang ke pesta perkawinan orang-orang yang bersama mereka melayani Yehuwa.
19. Perhatian pada segi lain apa akan membantu perkawinan di Balai Kerajaan menjadi sukacita?
19 Jika Balai Kerajaan akan dipakai, pengumuman singkat dapat diberikan berkenaan jadwal perkawinan. Dengan cara itu sidang akan tahu bahwa Balai tersebut akan dipakai dan mereka dapat hadir jika mau. Karena Balai Kerajaan terutama untuk perhimpunan-perhimpunan Kristen, perkawinan akan diadakan pada jam yang tidak mengganggu perhimpunan-perhimpunan ini. Tidak soal waktu yang direncanakan, akan mencerminkan kasih dan pertimbangan bagi semua orang untuk memegang waktu. Dalam sebuah perumpamaan yang diberikan Yesus berkenaan suatu perkawinan, ’pengantin laki-laki tertunda’, sehingga timbul problem-problem besar bagi beberapa orang.—Matius 25:1-12, NW.
20. Acara tambahan apa di luar upacara perkawinan patut menjadi perhatian kita?
20 Nabi Yesaya menulis tentang ”girang hatinya seorang mempelai melihat pengantin perempuan”. (Yesaya 62:5) Pengantin perempuan juga bersukacita pada hari perkawinannya. Banyak orang yang ingin memberi selamat juga ”sangat bersukacita” atas perkawinan-perkawinan Kristen. (Yohanes 3:29) Sering kali sukacita dinyatakan dan bertambah oleh pertemuan sosial setelah upacara perkawinan, suatu resepsi atau pesta. Nasihat apa diberikan Yehuwa dalam FirmanNya yang akan menyumbang kebahagiaan dan bukan problem-problem pada pertemuan-pertemuan sedemikian? Mari kita lihat.
[Catatan Kaki]
a Untuk pembahasan tentang adat-adat perkawinan, lihat The Watchtower, 15 Januari 1969, halaman 58 dan 59.
b Jika berlalu waktu yang lama, orang-orang di lingkungan bisa tersontoh oleh tindakan pasangan tersebut, apakah mereka sudah hidup sebagai suami istri atau masih belum.—2 Korintus 6:3.
c Khotbah-khotbah yang berdasarkan pembahasan Alkitab sedemikian dapat ditemui dalam The Watchtower 15 Maret 1969, halaman 174-9; tanggal 1 Mei 1974, halaman 274-7; 15 Maret 1977, halaman 172-85 (lihat brosur 1977 ”Perkawinan—Penyelenggaraan Yang Terhormat Dalam Firman Allah”, halaman 121-134.)
d Jika perkawinan telah disahkan sebelumnya oleh petugas sipil dan kemudian diikuti oleh khotbah perkawinan Kristen, rohaniwan tersebut bisa menyebutkan bahwa persyaratan hukum telah dipenuhi. Ada pasangan yang tetap memilih untuk mengulangi ikrar-ikrar ini di hadapan Allah dan sidang.
e Pernah dua orang yang melayani Allah dan akan dibaptis di kebaktian berikut telah dikawinkan di sebuah Balai Kerajaan.
Apakah Saudara Ingat Pokok Ini?
□ Orang-orang Kristen perlu waspada terhadap bahaya-bahaya apa berkenaan perayaan-perayaan perkawinan yang mewah?
□ Bagaimana sikap Saksi-Saksi Yehuwa terhadap upacara-upacara perkawinan sipil atau agama?
□ Bagaimana keputusan-keputusan dari pasangan tersebut berkenaan upacara perkawinan mereka akan menambah sukacita Kristen dari peristiwa tersebut?
□ Perkawinan-perkawinan macam apa yang mungkin diadakan di Balai Kerajaan?