PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • w87_s-42 hlm. 2-3
  • Agama dan Takhayul​—Kawan atau Lawan?

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Agama dan Takhayul​—Kawan atau Lawan?
  • Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1987 (s-42)
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Apakah Agama​—Menghilangkan Perasaan Takut kepada Takhyul?
  • Agama Sejati Menyingkirkan Rasa Takut​—Bagaimana?
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1987 (s-42)
  • Takhayul​—Mengapa Masih Terus Ada?
    Sedarlah!—1999
  • Apakah Takhayul Mengendalikan Kehidupan Saudara?
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2002
  • Apakah Takhayul Selaras dengan Ajaran Alkitab?
    Sedarlah!—2008
Lihat Lebih Banyak
Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1987 (s-42)
w87_s-42 hlm. 2-3

Agama dan Takhayul​—Kawan atau Lawan?

PADA hari Sabtu, 11 Juni 1983, penduduk sebuah desa di Pulau Jawa nampak masuk ke rumah mereka dengan tergesa-gesa. Dengan ketakutan mereka menutup semua celah di langit-langit rumah, jendela-jendela, dan pintu-pintu. Mengapa mereka begitu panik? Suatu gerhana matahari mulai, dan penduduk desa itu takut bayangan gerhana akan memasuki rumah mereka dan menimbulkan bencana.

Orang-orang yang tinggal di bagian dunia yang disebut sedang berkembang sering mengikuti kepercayaan sedemikian dengan khidmat. Di beberapa bagian dari Afrika, orang-orang tidak mau berjalan di bawah terik matahari pada siang hari karena mereka ”bisa menjadi gila”. Anak-anak dilarang makan telur karena takut ”mereka akan menjadi pencuri”. Orang-orang tua tidak mau mengatakan jumlah yang tepat dari anak-anak mereka, karena ”tukang-tukang sihir mungkin akan mendengar anda membanggakan diri dan mengambil salah satu dari anak-anak itu”.—African Primal Religions (Agama-Agama Utama di Afrika).

Orang-orang Barat akan menertawakan kebiasaan sedemikian dan menganggapnya sebagai rasa takut karena percaya kepada takhyul, hasil dari ’kebodohan kafir’. Tetapi, kepercayaan sedemikian tidak terbatas di kalangan orang-orang bukan Kristen saja. Ini ”terdapat di antara orang-orang di seluruh dunia” kata Dr. Wayland Hand, profesor dalam dongeng-dongeng atau cerita-cerita rakyat dan kelompok bahasa-bahasa Jerman. Ia dan rekannya Dr. Tally telah mengumpulkan hampir satu juta contoh takhyul di Amerika Serikat saja.

Karena ingin sekali mengetahui nasib mereka, banyak orang yang disebut Kristen berpaling kepada astrologi—salah satu bentuk takhyul yang paling tua. Dan mengherankan, kepercayaan kepada takhyul kadang-kadang secara terang-terangan mendapat bantuan dan dukungan dari para pemimpin agama. Misalnya, pada suatu hari yang dingin di New York, tanggal 10 Januari 1982, uskup Vasilios dari Gereja Ortodoks Yunani Timur memimpin Misa di tempat terbuka untuk merayakan Pesta Epiphany (saat ketika orang-orang Majus mengunjungi Yesus). Setelah itu, kata New York Post, ia melemparkan sebuah salib emas ke dalam East River dan mengatakan kepada penonton bahwa orang pertama yang dapat menemukan kembali salib itu akan mendapat nasib baik selama sisa hidupnya.

Tetapi apakah kepercayaan Kristen dan takhyul selaras satu sama lain? Seorang penulis pernah mengatakan, ”Di atas kuburan iman berkembang bunga-bunga takhyul.” Karena itu, tidakkah saudara berharap bahwa agama Kristen seharusnya melawan dan menyingkirkan rasa takut kepada takhyul?

Apakah Agama​—Menghilangkan Perasaan Takut kepada Takhyul?

Seharusnya demikian, dan di abad pertama agama yang sejati memang melakukannya. Meskipun orang-orang Kristen yang mula-mula hidup di tengah-tengah orang Roma yang percaya kepada takhyul, mereka menolak hal itu. Tetapi setelah kematian rasul-rasul Kristus, ajaran-ajaran agama palsu, termasuk takhyul, mulai menyusup ke dalam sidang. (1 Timotius 4:1, 7; Kisah 20:30) Suatu golongan pendeta mulai muncul yang, menurut buku A History of the Christian Church (Sejarah Gereja Kristen), menyetujui kebiasaan menggunakan horoskop dan mengikuti takhyul-takhyul lain. Lambat-laun praktek-praktek yang populer itu diberi nama ”Kristen”.

Dan bagaimana sekarang? Agama masih tetap menyetujui kebiasaan-kebiasaan yang bersifat takhyul. Pertimbangkan di Suriname, tempat orang-orang yang disebut Kristen keturunan Afrika sering kelihatan menggunakan jimat-jimat yang mereka percayai merupakan perlindungan terhadap roh-roh jahat. Seorang pengamat mengatakan, ”Setiap hari orang-orang ini hidup, makan, bekerja dan tidur dalam ketakutan.” Jutaan di seluruh dunia mempunyai rasa takut yang sama kepada ”roh-roh” orang mati. Ironis sekali, agama sering kali memperkembangkan kepercayaan kepada takhyul.

Ambillah sebagai contoh apa yang terjadi di Pulau Madagaskar, Afrika. Ketika para utusan injil Susunan Kristen mulai menyebarkan kepercayaan mereka, orang-orang Madagaskar menyambutnya tetapi tidak mau meninggalkan kepercayaan tradisional mereka. Bagaimana reaksi dari gereja-gereja? Daily Nation, sebuah surat kabar dari Kenya mengatakan, ”Para utusan injil yang mula-mula bersikap toleran dan lentuk dan akhirnya menerima keadaan ini.” Hasilnya? Dewasa ini, separuh dari rakyat Madagaskar terdaftar sebagai orang Kristen. Namun, mereka juga takut kepada ”roh-roh” nenek moyang mereka yang telah mati! Jadi, mereka biasa mengundang imam atau pastor untuk memberkati tulang-belulang dari nenek moyang mereka sebelum ini ditaruh kembali ke dalam kuburan keluarga. Ya, para pemimpin agama telah mengabadikan dusta bahwa Allah, si Iblis, dan nenek moyang yang telah mati dapat dibujuk, dirayu, dan disuap dengan melaksanakan kebiasaan-kebiasaan yang bersifat takhyul.

Hal yang sama terjadi pula di Afrika Selatan, yang 77 persen dari penduduknya mengaku Kristen dan angka hadirin di gereja tinggi. Namun agama tradisional Afrika, dengan rasa takutnya yang bersifat takhyul kepada nenek moyang yang telah mati, tetap ada di kalangan jutaan pengunjung gereja tersebut. Jadi, di banyak negeri yang disebut Kristen, agama hanya lapisan pernis saja. Bila kita menggaruk lapisan itu, maka kepercayaan kepada takhyul yang sudah kuno akan terlihat masih ada dan berkembang pesat.

Tetapi, agama yang sejati dapat menyingkirkan rasa takut kepada takhyul. Cara bagaimana? Kuncinya ialah pengetahuan. Pengetahuan tentang apa? Dan bagaimana saudara dapat memperolehnya?

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan