PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • w89 15/12 hlm. 3-4
  • Perdamaian​—Apakah Akan Terwujud melalui Perlucutan Senjata?

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Perdamaian​—Apakah Akan Terwujud melalui Perlucutan Senjata?
  • Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1989
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Upaya-Upaya untuk Perlucutan Senjata
  • Menghitung Biayanya
  • Manusia Mencari Pemecahan
    Sedarlah!—1988 (No. 26)
  • Impian akan Perdamaian Dunia—Gambaran yang Tidak Mulus
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1990
  • Apakah Kita Akan Selalu Membutuhkan Bala Tentara?
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1998
  • Siapa yang Dapat Mendatangkan Perdamaian yang Tahan Lama?
    Sedarlah!—1996
Lihat Lebih Banyak
Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1989
w89 15/12 hlm. 3-4

Perdamaian​—Apakah Akan Terwujud melalui Perlucutan Senjata?

”BENAR-BENAR suatu kesalahan besar untuk menyamakan perlucutan senjata dengan perdamaian,” kata Winston Churchill lima tahun sebelum bangsa-bangsa mencemplungkan diri ke dalam perang dunia kedua. ”Apabila ada perdamaian dengan sendirinya akan ada perlucutan senjata,” ia menambahkan.

Betapa suatu paradoks! Siapakah yang mau mengambil risiko melucuti senjata sendiri sampai perdamaian tercapai? Tetapi bagaimana perdamaian yang sejati dapat tercipta bila persediaan senjata untuk perang ditimbun? Ini adalah situasi yang tidak pernah dapat diselesaikan oleh para politikus.

Winston Churchill membuat pernyataannya pada tahun 1934, setelah berakhirnya Konferensi Perlucutan Senjata yang diadakan oleh Liga Bangsa Bangsa dua tahun sebelumnya. Tujuan konferensi tersebut, yang membutuhkan waktu 12 tahun untuk mempersiapkannya, adalah untuk mencegah Eropa mempersenjatai diri kembali. Orang-orang di seluruh dunia masih ingat betul pembantaian yang keji atas kira-kira sembilan juta pejuang selama Perang Dunia I, belum lagi jutaan yang luka-luka dan luar biasa banyaknya korban rakyat sipil. Namun, perlucutan senjata tidak pernah terwujud. Mengapa?

Upaya-Upaya untuk Perlucutan Senjata

Kebijaksanaan perlucutan senjata dapat dipaksakan tetapi jarang efektif. Misalnya, di bawah Perjanjian Versailles pada tahun 1919, Jerman dilucuti dengan ”jaminan yang memadai bahwa persenjataan nasional akan dikurangi sampai titik terendah yang diperlukan untuk keamanan dalam negeri”. Ini selaras dengan salah satu usul Presiden Woodrow Wilson dari A.S., yang belakangan dimasukkan dalam Artikel 8 dari perjanjian Liga Bangsa Bangsa. Namun ketika Hitler mulai berkuasa, ia langsung mencemoohkan kebijaksanaan tersebut.

Apakah Perserikatan Bangsa Bangsa lebih berhasil dalam membubuh dasar yang baik untuk perlucutan senjata setelah perang dunia kedua? Tidak, namun ketidak-berhasilannya bukan karena tidak adanya upaya yang serius. Tetapi, dengan tersedianya persenjataan nuklir untuk penghancuran masal, perlucutan senjata merupakan hal yang mendesak sekali. ”Pernyataan sebelumnya bahwa perlombaan senjata secara ekonomi tidak bijaksana dan mau tidak mau membawa kepada peperangan,” kata The New Encyclopædia Britannica, ”diganti dengan argumen bahwa penggunaan persenjataan nuklir yang cukup banyak di masa depan akan mengancam peradaban itu sendiri.”

Sebuah Komisi Perlucutan Senjata 12 bangsa dibentuk pada tahun 1952 untuk merintangi perlombaan senjata Timur/Barat yang sedang berkembang. Komisi ini gagal membuat kemajuan, dan akhirnya dua negara besar lebih mempertentangkan dua kubu mereka yang berlawanan. Berbagai persetujuan dan perjanjian lain telah dibuat sampai sekarang. Namun, suasana saling tidak percaya tidak memungkinkan penghapusan semua persenjataan perang secara menyeluruh. Menurut The New Encyclopædia Britannica, itu adalah sesuatu yang ”dianjurkan oleh para pemikir utopia [orang yang mengkhayalkan keadaan yang sempurna]”.

Menghitung Biayanya

Perlucutan senjata atau tidak—biaya apa yang tersangkut? Biaya tidak selalu dihitung dengan uang. Lapangan pekerjaan dalam industri-industri yang berhubungan dengan persenjataan juga merupakan pertimbangan utama. Di banyak negeri uang pajak digunakan untuk membeli persenjataan, yang produksinya akan meningkatkan lapangan pekerjaan. Maka perlucutan senjata akan menimbulkan pengangguran. Itu sebabnya negeri-negeri dengan komitmen yang besar untuk anggaran pertahanan tidak senang dengan pemikiran perlucutan senjata secara menyeluruh. Pemikiran seperti itu merupakan mimpi buruk bagi mereka sebaliknya daripada mimpi utopis.

Namun, kita tidak dapat mengabaikan luar biasa banyaknya jumlah uang yang terlibat dalam menjalankan mesin perang itu. Diperkirakan bahwa 10 persen dari nilai produksi total sedunia dibelanjakan untuk persenjataan. Berapakah itu? Nilai sesungguhnya berbeda-beda karena inflasi, tetapi bayangkan membelanjakan 1,54 juta dolar A.S. (lebih dari 2,7 milyar rupiah) dengan cara ini tiap menit setiap hari! Prioritas mana yang akan saudara pilih jika saudara diizinkan untuk membelanjakan uang sejumlah itu? Mengatasi kelaparan? Pemeliharaan kesehatan? Kesejahteraan anak-anak? Perbaikan ekologi? Begitu banyak dapat dilakukan!

Sebagai contoh, program ”tank menjadi traktor” yang baru-baru ini diumumkan di Uni Soviet, tempat beberapa pabrik persenjataan diubah untuk memproduksi 200 jenis ”perlengkapan mutakhir untuk sektor industri pertanian”. Mengapa perlengkapan pertanian benar-benar dibutuhkan? Karena, menurut Farming News dari Inggris, ”hanya sepertiga dari buah-buahan dan sayuran yang tumbuh di perladangan milik negara sampai ke tangan para konsumen, sisanya dibiarkan membusuk di ladang atau hancur di tempat-tempat transit dan gudang-gudang”.

Meskipun memproduksi traktor sebaliknya dari tank patut dihargai, ini menjadi berita utama karena hal ini sangat tidak umum. Selain itu, pengaruhnya terhadap produksi persenjataan secara keseluruhan sangat kecil. Ratusan juta pound-sterling, rubel, dan dollar yang tak terhitung banyaknya terus dibelanjakan untuk persenjataan di suatu dunia tempat ”orang akan mati ketakutan karena kecemasan berhubung dengan segala apa yang menimpa bumi ini”, sebagaimana Yesus nubuatkan. Bagaimana ketakutan demikian dapat disingkirkan? Apakah perlucutan senjata secara menyeluruh tetap merupakan impian belaka? Jika tidak, apa yang diperlukan untuk mewujudkannya?—Lukas 21:26.

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan