PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • g 10/91 hlm. 3
  • Para Korban yang Tak Berdosa dari Pemerkosaan Anak

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Para Korban yang Tak Berdosa dari Pemerkosaan Anak
  • Sedarlah!—1991
  • Bahan Terkait
  • Luka Terpendam Akibat Pemerkosaan Anak
    Sedarlah!—1991
  • ”Waktu untuk Menyembuhkan”
    Sedarlah!—1991
  • Pencegahan di Rumah
    Sedarlah!—1993
  • Kesalahpahaman yang Umum
    Sedarlah!—1993
Lihat Lebih Banyak
Sedarlah!—1991
g 10/91 hlm. 3

Para Korban yang Tak Berdosa dari Pemerkosaan Anak

”USIA saya hampir 40 sekarang,” kata Alin.a ”Dan walaupun problem saya terjadi lebih dari 30 tahun yang lalu, itu masih menghantui saya. Ada kemarahan, ada perasaan bersalah, dan ada masalah-masalah dalam perkawinan saya! Orang-orang berupaya mengerti, tetapi ternyata gagal.” Apa problem Alin? Wanita itu menjadi korban penganiayaan seksual semasa kanak-kanak, dan pada kasus dia akibat-akibatnya terbukti berkepanjangan.

Alin bukan satu-satunya yang mengalami hal ini. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa terdapat wanita—dan pria—dalam jumlah yang mengejutkan yang telah menderita karena pemerkosaan semacam itu.b Penganiayaan seksual terhadap anak-anak merupakan penderitaan yang telah menyebar luas, menembus seluruh garis pemisah sosial, ekonomi, agama, dan ras, jauh dari kategori penyimpangan perilaku yang jarang.

Untunglah, mayoritas pria dan wanita bahkan tidak akan pernah berpikir untuk menyiksa anak-anak dengan cara demikian. Namun, suatu minoritas yang berbahaya memiliki kecenderungan yang memuakkan ini. Dan bertentangan dengan gambaran klise, jarang ada pemerkosa anak bertindak seperti maniak yang penuh nafsu untuk membunuh, berkeliaran di sekitar tempat bermain. Sebagian besar adalah orang-orang dengan penampilan yang wajar dan meyakinkan. Mereka memuaskan nafsu rendah mereka dengan mengincar anak-anak yang masih polos, mudah percaya, dan tak berdaya—biasanya anak-anak perempuan mereka sendiri.c Di depan umum, pria tersebut mungkin memperlakukan anak-anak perempuan mereka dengan baik hati dan mesra. Diam-diam, mereka menjadikan anak-anak sebagai sasaran ancaman, kekejaman dan tindakan yang memalukan, bentuk-bentuk yang bejat dari penganiayaan seksual.

Harus diakui, sulit untuk memahami bahwa perbuatan yang mengerikan demikian dapat terjadi dalam begitu banyak keluarga yang tampaknya terhormat. Akan tetapi, bahkan pada zaman Alkitab, anak-anak digunakan ”untuk mencari pemuasan sesaat akan . . . hawa nafsu seksual”. (The International Critical Commentary; bandingkan Yoel 3:3.) Alkitab meramalkan, ”Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar. Manusia akan mencintai dirinya sendiri . . . tidak tahu mengasihi . . . tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik.” Oleh karena itu, kita hendaknya tidak terkejut bahwa pemerkosaan anak sedang berlangsung dalam skala besar dewasa ini.—2 Timotius 3:1, 3, 13.

Pemerkosaan semasa kanak-kanak boleh jadi tidak meninggalkan cacat fisik. Lagipula tidak semua orang dewasa yang pernah menjadi korban semasa kanak-kanak tampak tertekan. Namun seperti amsal zaman dahulu mengatakan, ”Di dalam tertawapun hati dapat merana.” (Amsal 14:13) Ya, banyak korban menderita cacat emosi yang parah—luka terpendam yang bernanah di dalam. Akan tetapi, mengapa pemerkosaan semasa kanak-kanak mengakibatkan kerusakan sedemikian atas diri beberapa orang? Mengapa berlalunya waktu tidak selalu dapat menyembuhkan luka tersebut? Besarnya problem yang menyedihkan ini menuntut perhatian kita untuk membahasnya. Benar, beberapa hal berikut ini mungkin tidak enak untuk dibaca—khususnya demikian apabila Anda merupakan salah seorang korban pemerkosaan semasa kanak-kanak. Namun yakinlah bahwa ada harapan, bahwa Anda dapat sembuh.

a Semua nama asli telah diganti.

b Karena definisi penganiayaan seksual dan metode penelitian sangat berbeda, statistik yang akurat hampir tidak mungkin diperoleh.

c Kebanyakan korban diperkosa oleh ayah kandung atau ayah tiri mereka. Pemerkosaan juga dilakukan oleh kakak, paman, kakek, kerabat dewasa, dan orang asing. Informasi yang disajikan di sini berlaku untuk kedua jenis kelamin.

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan