PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • g94 8/3 hlm. 12-15
  • ”Celaka, Celaka Engkau, Hai Kota yang Besar”

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • ”Celaka, Celaka Engkau, Hai Kota yang Besar”
  • Sedarlah!—1994
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Penyeberangan kepada Kekekalan?
  • Seberapa Abadikah ”Kota Abadi” Itu?
  • Tempat Tersuci Agama Islam
  • Memiliki Perdamaian Ganda?
  • ”Kota-Kotamu Akan Menjadi Reruntuhan yang Sunyi”
  • Bagian 14: 622 M. dan seterusnya—Tunduk kepada Kehendak Allah
    Sedarlah!—1990 (No. 36)
  • Yerusalem
    Pemahaman Alkitab, Jilid 2
  • Apa yang Hendak Kita Katakan kepada Orang yang Beriman pada Kitab Suci Lain?
    Pelayanan Kerajaan Kita—1999
  • Pencarian Manusia akan Allah
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1991
Lihat Lebih Banyak
Sedarlah!—1994
g94 8/3 hlm. 12-15

”Celaka, Celaka Engkau, Hai Kota yang Besar”

DARI semua kota di dunia yang dinyatakan besar, tampaknya tidak satu pun yang diberi gelar demikian selain kota-kota yang dianggap suci secara religius. Namun seruan ”celaka, celaka” menyatakan bahwa kota religius yang dikatakan ”besar” di Wahyu 18:10 itu jelas tidak mendapat perkenan ilahi, sebagaimana kita akan lihat nanti.

Penyeberangan kepada Kekekalan?

Kota-kota Hindu yang suci di India disebut tīrthas, yang berarti ”menyeberangi” atau ”mengarungi”. Banyak kota, seperti kota Benares (juga disebut Banaras, Kasi, atau Varanasi) terletak di tepi sungai. Tetapi kota-kota itu dimaksudkan, bukan sebagai penyeberangan secara harfiah, namun sebaliknya arungan secara rohani yang dianggap memungkinkan umat manusia untuk menyeberangi air kehidupan dengan selamat ke suatu kehidupan yang lebih baik di alam sana.

Sebuah ensiklopedia berkata, ”Vārānasi adalah salah satu kota tertua di dunia yang terus dihuni . . . , perkampungan Arya pertama di tengah-tengah lembah Gangga.” Kota itu merupakan pusat keagamaan pada milenium kedua SM. Meskipun kota itu adalah kota Hindu, kota itu juga muncul dalam sejarah Buddha dan Islam. Selama abad keenam SM, ketika Benares menjadi ibu kota Kerajaan Kasi, Buddha menyampaikan khotbah pertamanya di dekat situ. Agama Islam mulai masuk tahun 1194, ketika orang-orang Muslim menguasai kota tersebut.

Terletak di India bagian utara di tepi Sungai Gangga, Benares adalah salah satu dari tujuh kota Hindu yang paling suci di negeri itu. Di dalam wilayahnya, sebuah tempat simbolis telah ditetapkan bagi setiap dewa Hindu dan setiap tīrthas besar lainnya. Jadi, The Encyclopedia of Religion menyebut kota tersebut ”suatu mikrokosmos dari geografi suci India”. Ensiklopedia itu menambahkan, ”Kehebatan kekuatan yang keluar dari kumpulan simbolis ilah, tīrthas, dan guru di satu tempat ini telah menjadikan Benares tempat ziarah yang paling luas diakui di India.”

Umat Hindu menganggap Benares sebagai tempat yang paling menguntungkan untuk mati. Ungkapan populer Kāśyām maranam muktih berarti ”Mati di Kasi adalah kebebasan”. Tradisi mengatakan bahwa siapa pun yang mati di sana akan diinstruksikan langsung oleh Syiwa, sama dengan diangkut ”menyeberangi arus samsāra ke ’pantai yang jauh’ dari kekekalan”.a

Seperti sungai-sungai di mana pun, Gangga membelokkan alirannya dari kota-kota makmur di masa lalu, menyerap limbah dan bahan-bahan kimia seraya ia mengalir. Sementara itu, umat Hindu yang berbakti, seperti didiktekan oleh tradisi keagamaan, melemparkan kira-kira 10.000 mayat ke sungai tersebut setiap hari. Pada waktu yang sama, para peziarah, lupa akan bahaya penyakit yang jelas mengancam, melangkahkan kaki di sepanjang tepian sungai untuk ikut dalam mandi keagamaan. Apakah ini benar-benar suatu cara menuju kekekalan?

Seberapa Abadikah ”Kota Abadi” Itu?

Sungai lainnya, kemungkinan pernah disebut Albula oleh karena jernihnya air sungai tersebut, mengalir melalui sebuah kota religius di Eropa, ”Kota Abadi” dari tujuh bukit. Sungai tersebut, yang telah lama kehilangan kejernihan airnya, kini dikenal dengan nama Tiber. Dan kota tersebut telah lama bertumbuh melampaui tujuh bukitnya. Meskipun demikian, ”warisan masa lampau yang tertinggal di Roma”, tulis The New Encyclopædia Britannica, ”tidak tertandingi oleh kota lain mana pun di Barat”.

Puluhan monumen dan bangunan bersejarah memberikan bukti akan warisan ini. Bahwa bangunan-bangunan tersebut bertahan sama sekali sudah menakjubkan, mengingat kota tersebut telah berkali-kali ditaklukkan dan dijarah​—pada permulaan abad ke empat SM oleh orang-orang Gaul dan pada Tarikh Masehi, oleh orang-orang Visigoth pada tahun 410, orang-orang Vandal pada tahun 455, orang-orang Norman pada tahun 1084, pasukan sewaan kerajaan pada tahun 1527, tentara Napoleon pada tahun 1798, dan orang-orang Jerman serta Sekutu selama Perang Dunia II.

Meskipun kota Roma asli yang bertembok hanyalah 4 persen dari areal keseluruhan kota modernnya, ke kota Roma inilah jutaan turis berduyun-duyun untuk melihat-lihat, sebab di sanalah tempat kebanyakan monumen berada. Daya tarik lain bagi para turis, setidaknya pada awal tahun 1993, adalah pameran ”Sixtus V dan Roma”. Sebagai paus sejak tahun 1585 sampai tahun 1590, Sixtus meninggalkan kesan yang bertahan begitu lama terhadap wajah Roma sehingga ia disebut ”bapak perencanaan kota modern”. Menjelaskan mengapa ia mengubah bentuk kota Roma, The European menulis, ”Pertama, untuk menyediakan suatu dasar arsitektur yang kokoh demi meneguhkan kekuatan Vatikan terhadap ancaman Protestan. . . . Kedua, untuk membuat kota Roma, dalam banyak hal tetap sebuah kota provinsi yang sederhana, kedudukan yang layak dari Yerusalem Baru.”

Vatikan City, suatu daerah yang kecil sekali di Roma, dinyatakan menjadi ”kedudukan Yerusalem Baru”. Pada tahun 1929 pemerintah Fasis Italia menandatangani Perjanjian Lateran, dengan demikian mengakui kedaulatan Vatikan City. Sejak saat itu, paus memerintah kota tersebut dengan wewenang eksekutif, legislatif, dan peradilan yang mutlak. Vatikan memiliki sistem pos dan teleponnya sendiri serta angkatan bersenjatanya sendiri, termasuk Pengawal Swiss berseragam yang bertanggung jawab melindungi paus. Namun yang terutama ingin dilihat oleh para turis adalah Basilika St. Petrus, yang selama berabad-abad merupakan gereja terbesar dalam Susunan Kristen. Kemasyhurannya hilang pada tahun 1989 dengan selesainya basilika di Yamoussoukro, Pantai Gading.

The New Encyclopædia Britannica mengatakan bahwa ”selama 1.000 tahun, menjadi warga negara Roma berarti memegang kunci kepada dunia, untuk hidup dengan keamanan, kebanggaan, dan kesenangan yang relatif”. Namun kini tidak lagi demikian! Kecurangan politik di Roma dan stagnasi (keadaan tidak aktif) agama di Vatikan City membuktikan apa yang disebut kemuliaan di masa lalu tidaklah kekal.

Tempat Tersuci Agama Islam

Kira-kira satu miliar orang Muslim di seluruh dunia memandang kota Mekah sebagai ”lokasi aktivitas manusia yang bersifat ilahi, malaikat, nubuat, dan yang menguntungkan sejak saat penciptaan pada zaman purba”.b Menurut agama Islam di sanalah penciptaan mulai, tempat Abraham membangun rumah pertama untuk ibadat, dan tempat ia mengambil gundiknya Hagar dan anak mereka, Ismael.

Lebih belakangan, kira-kira tahun 570 M, kota Mekah, Arab Saudi, adalah tempat Nabi Muhammad dilahirkan. Pada mulanya, ajarannya hanya mendapat sedikit tanggapan. Mekah adalah sebuah oase di rute perdagangan karavan antara India dan Eropa, dan para saudagarnya yang kuat takut kalau-kalau reformasi Muhammad yang bersifat agama menyebabkan kemunduran ekonomi. Gagal untuk mendapat tempat berpijak di sana, nabi tersebut berpaling ke Yathrib, yang menjadi dikenal sebagai Al-Madīnah (Medinah), sebuah kota yang terletak lebih dari 300 kilometer ke arah timur laut. Namun pada tahun 630 M, ia kembali ke Mekah, merebut kota itu, dan membuatnya menjadi pusat spiritual Islam.

Dewasa ini, Mekah adalah kota kosmopolitan yang kaya, meskipun hanya orang Muslim yang boleh tinggal di sana. Selama Dhuʼl-Hijja, bulan suci bagi para peziarah, jutaan orang berkunjung untuk menunaikan kewajiban suci mereka yaitu naik haji. Selama di Mekah, para peziarah mengunjungi Mesjid Suci, di sana mereka berjalan sebanyak tujuh kali mengitari sebuah tempat suci kecil yang terletak di tengah halaman yang tidak beratap dari mesjid itu.

Tempat suci ini adalah Kaabah, sebuah bangunan berbentuk kubus yang biasanya ditutup dengan sebuah gorden besar terbuat dari kain brokat hitam dan berisi Batu Hitam suci. Batu ini, dipercayai oleh orang-orang Muslim diberikan kepada Adam sebagai pengampunan dosa atas pengusirannya dari Eden, menurut dugaan dulunya berwarna putih. Dalam tradisi Muslim, Kaabah yang mula-mula musnah waktu Air Bah zaman Nuh, namun Batu Hitamnya terpelihara dan belakangan diberikan kepada Abraham oleh malaikat Gabriel, sesudah itu Abraham membangun kembali Kaabah dan mengembalikan Batu Hitam itu ke tempat yang seharusnya. Ke arah Kaabahlah​—yang menurut orang-orang Islam adalah tempat yang paling suci di bumi​—orang Muslim berkiblat sewaktu sembahyang lima kali sehari.

Dua puluh empat gerbang menuju ke halaman Mesjid Suci itu, namun pintu masuk tradisional bagi para peziarah adalah Gerbang Damai, terletak di sudut sebelah utara. Tetap saja, keadaan tidak selalu damai selama masa naik haji. Pada tahun 1987, orang-orang Islam yang tidak sepaham berupaya mengambil alih mesjid tersebut. Ketertiban dapat segera dipulihkan namun itu tidak terjadi sebelum lebih dari 400 orang Muslim terbunuh dan kira-kira 650 orang terluka. Tidak adanya perdamaian yang begitu jelas terlihat di tempat yang paling suci dari semua tempat suci Islam, sungguh disesalkan, namun orang Muslim mendapat penghiburan dari ajaran Islam, yang mengajarkan bahwa setiap orang yang mati pada saat naik haji segera masuk surga.

Memiliki Perdamaian Ganda?

Yerusalem, yang berarti ”Memiliki Perdamaian Ganda”, dipandang oleh orang Yahudi dan orang yang mengaku Kristen sebagai Kota Suci dan oleh orang Muslim sebagai tempat paling suci ketiga di atas bumi (setelah Mekah dan Medinah). Dari tahun 1070 SM, kota ini menjadi ibu kota Israel purba, meskipun kota ini telah ada hampir 900 tahun sebelumnya dengan nama Salem. (Kejadian 14:18) Sebagai pusat administratif dari bangsa tersebut, kota itu letaknya strategis, terlindung di antara bukit-bukit dengan ketinggian sekitar 750 meter di atas permukaan laut, membuatnya sebagai salah satu ibu kota tertinggi di dunia pada saat itu.

Pada abad keempat SM, Yerusalem berada di bawah kendali Yunani. Menjelang abad kedua SM, kota itu semakin dipengaruhi oleh Kekaisaran Roma yang berkembang. Selama pemerintahan Herodes Agung, Yerusalem menjadi makmur. Bagian dari tembok halaman bait yang ia bangun rupanya masih berdiri, kini dikenal sebagai Tembok (Ratapan) sebelah Barat. Karena orang-orang Yahudi mencoba untuk mematahkan kuk Roma, pasukan Roma menyerang Yerusalem pada bulan April 70 M. Kurang dari lima bulan kemudian, kota tersebut dan baitnya menjadi reruntuhan.

Menurut sebuah perhitungan, Yerusalem telah ditaklukkan sebanyak 37 kali. Dalam banyak peristiwa, hal ini mengakibatkan kehancuran setengah kota itu ataupun seluruhnya. Namun sebuah Yerusalem baru selalu bangkit di atas yang lama. Maka kira-kira tahun 130 M, Kaisar Hadrian memerintahkan agar sebuah kota baru dibangun, yang dinamai Aelia Capitolina. Tidak seorang Yahudi pun diizinkan memasukinya selama hampir dua abad. Kemudian, dalam lima puluh tahun pertama abad ketujuh M, orang Muslim merebut kota itu dan belakangan membangun Kubah Batu Padas di atas atau di dekat bait yang mula-mula.

Negara Israel modern didirikan pada tahun 1948, dan pada tahun 1949, Yerusalem dibagi antara Israel dan Yordania. Namun pada tahun 1967, selama Perang Enam Hari, orang Israel merebut setengah bagian timurnya. Sejak saat itu mereka telah memodernisasi kota tersebut, dan pada saat yang sama berupaya mempertahankan keutuhan historisnya. Menjelang tahun 1993 jumlah penduduknya lebih dari setengah juta.

Dengan tiga agama utama dunia yang semuanya memandang Yerusalem suci, ketegangan agama kadang-kadang memuncak. ”Dari semua konflik antara orang Yahudi dan orang Arab, yang melibatkan Yerusalem adalah yang paling kompleks dan sulit diatasi”, demikian pernyataan Time. Untuk masa ini sedikit saja bukti akan perdamaian ganda yang dijanjikan oleh nama Yerusalem.

”Kota-Kotamu Akan Menjadi Reruntuhan yang Sunyi”

Kota yang disebutkan di Wahyu 18:10 melambangkan semua agama yang tidak menyenangkan Allah. ”Celaka, celaka engkau, hai kota yang besar, Babel, hai kota yang kuat, sebab dalam satu jam saja sudah berlangsung penghakimanmu!” Dengan terus terang, ini berarti bahwa agama yang menentang Allah Yehuwa ditimpa malapetaka. Meskipun adanya kuil, upacara, dan perlengkapan keagamaan mereka, kota-kota ”besar” agama dewasa ini tidak menawarkan perlindungan kekal pada hari penghakiman Allah.

[Catatan Kaki]

a ”Samsara” dimengerti oleh orang-orang Hindu sebagai perpindahan jiwa yang kekal dan tak dapat binasa.

b Islam: Beliefs and Teachings, diterbitkan oleh The Muslim Educational Trust, menyatakan bahwa ”jumlah terakhir orang-orang Muslim di seluruh dunia mungkin hampir mencapai 1.100 juta orang”.

[Gambar di hlm. 14]

Mesjid suci Mekah dan Kaabah

[Keterangan]

Camerapix

[Gambar di hlm. 15]

Tembok Ratapan Yahudi di Yerusalem dan Kubah Batu Padas Muslim (kiri)

[Keterangan]

Garo Nalbandian

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan