PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • g90_No36 hlm. 19-22
  • Bagian 14: 622 M. dan seterusnya—Tunduk kepada Kehendak Allah

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Bagian 14: 622 M. dan seterusnya—Tunduk kepada Kehendak Allah
  • Sedarlah!—1990 (No. 36)
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Nabi Islam yang Terkemuka
  • Bukan Sekedar Sebuah Agama
  • Cepat Habis bagaikan Sebuah Meteor
  • Bukti-Bukti Perpecahan?
  • Islam—Jalan menuju Allah melalui Ketaatan
    Pencarian Manusia akan Allah
  • ”Celaka, Celaka Engkau, Hai Kota yang Besar”
    Sedarlah!—1994
  • Apa yang Hendak Kita Katakan kepada Orang yang Beriman pada Kitab Suci Lain?
    Pelayanan Kerajaan Kita—1999
  • Bagian 15: 1095-1453 M.—Menggunakan Pedang
    Sedarlah!—1990 (No. 37)
Lihat Lebih Banyak
Sedarlah!—1990 (No. 36)
g90_No36 hlm. 19-22

Masa Depan Agama Ditinjau dari Masa Lalunya

Bagian 14: 622 M. dan seterusnya—Tunduk kepada Kehendak Allah

”Dari para utusan ini ada beberapa yang Kami muliakan di atas yang lain-lainnya.”—Al-Baqarah (surah 2), ayat 253, dari Quran

ORANG-ORANG yang percaya kepada Allah yang mahakuasa dan pengasih menyadari bahwa tunduk kepada kehendak-Nya adalah bijaksana. Mereka menghargai bimbingan yang Ia berikan melalui para utusan yang dipercayakan dengan pengetahuan ilahi. Beberapa utusan ini diakui oleh beberapa dari agama-agama dunia yang utama. Misalnya, 800 juta lebih penganut agama Islam menganggap tokoh-tokoh Yahudi-Kristen Adam, Nuh, Abraham, Musa, Daud, dan Yesus sebagai nabi-nabi utama dari Allah. Namun yang ketujuh, mereka percaya, telah diangkat lebih tinggi dari utusan-utusan yang lain—sang nabi Muhammad.

Nama Islam mempunyai arti penting, karena ini menyatakan ketundukan atau penyerahan diri—dalam konteks ini, kepada hukum dan kehendak Allah. Orang yang menempuh jalan ketundukan dan penyerahan diri ini disebut seorang ”Muslim”, bentuk kata kerja aktif dari kata islam. Pribadi yang ditaati oleh kaum Muslim adalah Allah. Dianggap sebagai nama pribadi, Allah adalah singkatan dari Al-Ilah, kata bahasa Arab yang berarti ”Sang Allah”. Nama itu muncul dalam Quran kira-kira 2.700 kali.

Nabi Islam yang Terkemuka

Muhammad bin Abdullah, pendiri agama Islam, lahir di Mekah, Arab Saudi, kira-kira pada tahun 570 M. Ia tidak puas dengan kepercayaan dan upacara-upacara setempat yang politeistis. Ia rupanya juga tidak tertarik kepada Yudaisme maupun Kekristenan. H. M. Baagil, seorang penulis Muslim, menjelaskan, ”Karena Kekristenan telah jauh menyimpang dari ajaran Yesus yang asli, maka sebagai bagian dari rencana Allah yang semula Ia mengutus Nabi-Nya yang terakhir, Muhammad, sebagai seorang penggerak untuk memulihkan semua perubahan ini.”

Muhammad membubuhkan cita rasa Arab kepada upacara dan tata cara. Yerusalem dan bait sucinya diganti dengan Mekah dan tempat ibadatnya yang suci, Kaabah. Hari Sabtu untuk orang Yahudi dan Minggu bagi umat Kristiani diganti dengan Jumat sebagai hari untuk berdoa bersama. Dan sebagai ganti Musa atau Yesus, Muhammad kini dianggap sebagai nabi Allah yang paling utama oleh kaum Muslim.

Ketika berusia 40 tahun, Muhammad membuat pernyataan bahwa ia telah dipanggil untuk menjadi utusan Allah. Mula-mula ia menceritakan kepercayaannya kepada sanak-saudara dan kawan-kawannya, sedikit demi sedikit mengumpulkan sekelompok orang yang menjadi pengikutnya. Permulaan yang sebenarnya dari masa Islam adalah tahun 622 M., ketika ia pindah dari Mekah ke Medina, suatu kejadian yang disebut hijrah, bahasa Arab untuk ”emigrasi”. Maka, dalam penanggalan Muslim tertulis A.H. (Anno Hegirae, tahun pelarian).

Muhammad berupaya meyakinkan orang Yahudi di Medinah agar menerima agamanya yang baru dan peranannya sebagai nabi. Namun tidak berhasil. Mereka menentang dia dan bersekongkol dengan musuh-musuhnya di Mekah maupun di Medinah. Selang beberapa waktu kelompok-kelompok utama orang Yahudi diusir, dan salah satu marga, kaum Qurayzah, dimusnahkan dengan membunuh para prianya dan memperbudak wanita serta anak-anaknya.

Akhirnya, Mekah direbut dengan damai pada tahun 8 A.H. (630 M.), demikian juga sebagian besar Semenanjung Arab. Beberapa puluh tahun setelah kematian Muhammad, timbul pertikaian mengenai penggantinya yang mengakibatkan pertikaian sipil sehingga, sebagai reaksinya, masyarakat mengambil sikap menerima kelompok-kelompok dan gagasan-gagasan yang bukan Islam.

Bukan Sekedar Sebuah Agama

Islam adalah suatu jalan hidup yang bersifat menyeluruh, meliputi Negara, hukum-hukumnya, badan-badan sosial, serta kebudayaannya, dan karena itu bukan sekedar sebuah agama. Hal ini menjelaskan mengapa buku Early Islam (Islam Masa Awal) mengatakan bahwa selama lebih dari 600 tahun ”Islam adalah agama yang paling menarik, kekuatan politik yang paling besar dan kebudayaan yang sangat penting di dunia”.

Memang demikian, dalam waktu satu abad setelah kematian Muhammad, suatu imperium Arab, yang lebih besar daripada Imperium Roma pada masa jayanya, terbentang dari India ke Afrika Utara sampai ke Spanyol, membantu meneruskan penemuan-penemuan yang memperkaya peradaban Barat. Sumbangannya banyak sekali dalam bidang hukum, matematika, astronomi, sejarah, kesusastraan, geografi, filsafat, arsitektur, kedokteran, musik, dan ilmu-ilmu sosial.

Cepat Habis bagaikan Sebuah Meteor

”Kemenangan-kemenangan Arab adalah hasil langsung dari pemberitaan tentang Muhammad,” kata The Collins Atlas of World History. Tentu, faktor-faktor lain juga menyumbang kepada penyebaran agama Islam. Misalnya, konflik agama antara orang-orang Kristiani dari Bizantium dan para penganut kepercayaan Zoroaster dari Persia membutakan kedua belah pihak terhadap ekspansi Arab.

Upaya keras untuk mempersatukan sebuah imperium yang wilayahnya tersebar luas melalui agama bukan hal baru. Namun ”orang-orang Muslim yakin bahwa dalam Quran mereka memiliki pernyataan kebenaran yang tidak dapat dibantah”, penulis Desmond Steward menjelaskan. Mereka merasa puas diri, ”percaya bahwa semua yang patut diketahui sudah diketahui, dan bahwa gagasan-gagasan yang bukan Muslim tidak masuk hitungan”. Perubahan apapun ”ditolak dengan keras”.

Akibatnya, pada abad ke-11, imperium tersebut sudah mundur. Steward menyamakannya dengan ”sebuah meteor yang melintasi langit pada malam hari [yang] . . . vitalitasnya segera habis dengan sendirinya”. Maka, agama ini, yang menciptakan rasa persaudaraan dan mengemukakan jalan yang relatif mudah untuk mendekati Allah secara pribadi, sebenarnya turut menyumbang kepada jatuhnya imperium yang pernah ia bantu berdiri. Secepat kebangkitannya, secepat itu pula kejatuhannya. Imperium itu mati, namun agamanya terus hidup.a

Ketundukan sejati termasuk menaati Allah, hukum-hukum-Nya, dan wakil-wakil-Nya. Muhammad berhasil mempersatukan suku-suku Arab di Arab, mendirikan masyarakat Islam (Ummah) yang berpusat kepada dirinya dan kepada Quran. Itu adalah negara beragama yang ketundukannya membantu membentuk persaudaraan di antara mereka di bawah satu pemimpin. Islam mengizinkan penggunaan pedang untuk berperang melawan musuh suku-suku Arab. Pedang ini membantu memperluas imperium mereka dan menyebarkan agama mereka. Ketika Muhammad meninggal, pertikaian yang keras timbul. Pada mulanya ini bersifat politik, timbul dari masalah memilih Khalifah, seorang pemimpin. Hal ini mendorong banyak orang untuk menggunakan pedang melawan saudara-saudara mereka. Pembauran agama dengan negara mengakibatkan perpecahan dalam kalangan masyarakat. ”Ketundukan” tidak dapat mempersatukan rakyat di bawah satu pemimpin.

Menurut tradisi, Muhammad sendiri telah meramalkan akan berkembangnya 72 sekte-sekte bidat agama Islam. Namun dewasa ini beberapa pakar menyebutkan ratusan sekte.

Dua bagian utamanya adalah sekte Syiah dan Suni. Namun, masing-masing mempunyai banyak cabang. Dari setiap 100 orang Muslim, kira-kira 83 adalah Suni dan kira-kira 15 adalah Syiah. Yang lain-lainnya menganut berbagai kelompok sekte lain seperti Druze, Muslim Hitam, dan Abangan dari Indonesia, yang membaurkan agama Islam dengan agama Budha, Hindu, dan agama-agama setempat.

Suatu unsur dari kelompok minoritas Syiah adalah kepercayaan bahwa agama dan Quran mempunyai arti yang hanya dapat dipahami oleh orang-orang tertentu saja, atau tersembunyi. Namun aliran Syiah muncul karena masalah penggantian pemimpin. Kaum Syiah (kata yang berarti ”para pendukung”, maksudnya ”para pendukung ’Ali”) berpegang pada doktrin yang disebut legitimisme, yaitu bahwa hak memerintah semata-mata dipegang oleh ’Ali, saudara sepupu dan menantu Muhammad, dan oleh keturunan ’Ali.

’Ali dan keturunannya adalah imam-imam, pemimpin dengan wewenang rohani yang mutlak. Tidak ada kesepakatan mengenai jumlah imam yang pernah ada, namun kelompok Syiah yang terbesar, yang disebut Kedua Belas Syiah, percaya bahwa ada 12. Pada tahun 878 M. imam yang ke-12 ”tersembunyi”, maksudnya, ia menghilang setelah berjanji akan kembali pada akhir dunia untuk mendirikan pemerintahan Islam yang adil.

Kaum Muslim Syiah setiap tahun memperingati kematian Husein, cucu Muhammad, sebagai martir. Penulis Rahman memberi komentar, ”Karena sejak kecil dijejali lakon-lakon yang sangat mirip dengan kejadian ini, seorang Muslim Syiah kemungkinan akan mengembangkan perasaan yang dalam mengenai tragedi dan ketidakadilan yang menghasilkan teladan kematian sebagai martir.”

Bukti-Bukti Perpecahan?

”Diperkenalkannya filsafat dan logika Yunani pada abad kesembilan,” komentar The Columbia History of the World, ”melahirkan filsafat (falsafah) Islam yang khas yang sangat mempengaruhi pandangan rasionalistik dan teologi Islam. . . . Dengan berlalunya waktu, agama Islam sendiri, sebagai suatu agama dan jalan hidup, mengalami perubahan-perubahan besar yang mempengaruhi persatuannya.”

Misalnya, aliran Sufi, istilah Barat untuk aliran mistik Islam, muncul pada abad kedelapan dan kesembilan dan dengan cepat berkembang menjadi gerakan agama yang besar. Pada abad ke-12, ordo atau persaudaraan Sufi, telah tersebar di mana-mana. Biara Sufi hampir mengalahkan pentingnya peranan mesjid. Praktik-praktik yang terdapat dalam aliran Sufi antara lain adalah autohipnotisme sebagai hasil dari teknik-teknik berkonsentrasi atau tari-tarian dengan luapan perasaan yang berlebih-lebihan, pengajian mantra-mantra, kepercayaan akan hal-hal gaib, dan pemujaan orang-orang suci.

Penganut aliran Sufi berkompromi dengan adat kebiasaan dan kepercayaan setempat. Orang-orang Turki mempertahankan praktik-praktik syamanistik (sihir) mereka, orang-orang Afrika dukun-dukun mereka, orang-orang India agama Hindu dan orang-orang suci pra-Hindu serta dewa-dewa mereka, dan orang-orang Indonesia mempertahankan—sebagaimana dinyatakan The New Encyclopædia Britannica—”pandangan dunia pra-Islam di bawah selubung praktik agama Islam”.

Suatu perkembangan yang penting baru-baru ini adalah agama Baha’i yang berkembang dari Islam Syiah pada pertengahan abad ke-19 di Iran. Yang lain lagi adalah sekte Suni yang disebut Ahmadiyah, yang berkembang pada akhir abad ke-19 di India, ketika Mirza Ghulan Ahmad, seorang yang mengaku nabi, menyatakan diri sebagai manifestasi dari Muhammad, Yesus yang kembali, dan inkarnasi dari Krisna agama Hindu. Ia mengajarkan bahwa Yesus, setelah lolos dari kematian di Golgota, melarikan diri ke India, tetap aktif di sana sampai kematiannya pada usia 120 tahun.

Dalam komentar-komentarnya mengenai Quran, penulis Muslim S. Abul A‛la Maududi mengatakan, ”Pada saat pengungkapan Al-Baqarah [surah yang dikutip pada permulaan artikel ini], segala jenis kemunafikan mulai tampak.” Ini termasuk ”’Orang-orang Muslim’, munāfiqīn (orang-orang munafik) . . . yang dalam pikiran yakin akan kebenaran Islam tetapi tidak memiliki cukup keberanian moral untuk meninggalkan tradisi-tradisi lama mereka”.

Jadi dari permulaan, banyak penganut ternyata tidak berhasil tunduk kepada Allah dengan cara yang dimaksudkan Muhammad. Namun yang lain berhasil. Untuk menangkis tantangan dari hal itu, Susunan Kristen tidak luput dari ”Mengambil Jalan Pedang”, sebagaimana akan digambarkan dalam terbitan kami yang akan datang.

[Catatan Kaki]

a Pendapat umum bahwa Islam adalah semata-mata agama Arab tidak tepat. Kebanyakan umat Muslim dewasa ini bukan dari Arab. Indonesia, negara Islam yang paling padat penduduknya, mempunyai 150 juta penganut.

[Kotak di hlm. 20]

Untuk Membantu Anda Lebih Mengerti Agama Islam

Lima Rukun Islam menuntut agar orang-orang Muslim paling sedikit satu kali mengaku di depan umum iman yang dikenal sebagai Syahadat—”Tidak ada allah selain Allah; Muhammad adalah nabi Allah”; berdoa lima kali sehari; membayar zakat, suatu pajak wajib, yang sekarang biasanya dikumpulkan secara sukarela; berpuasa sejak matahari terbit sampai matahari terbenam selama bulan kesembilan, Ramadhan; dan paling sedikit satu kali, jika keadaan keuangan mengizinkan, naik haji (ziarah) ke Mekah.

”Jihad” (”perang suci” atau ”perjuangan suci”) dipandang sebagai tiang keenam oleh sekte Khariji namun tidak oleh umat Muslim pada umumnya. Tujuannya, kata The New Encyclopædia Britannica, ”bukan untuk menobatkan orang-orang menjadi Muslim melainkan untuk memperoleh kendali politik atas masalah kolektif dalam masyarakat agar dapat berjalan sesuai dengan prinsip-prinsip agama Islam”. Quran mengizinkan ”perang suci” demikian, dengan mengatakan, ”Kamu tidak boleh membunuh orang manapun yang Allah larang kamu bunuh, kecuali kalau tujuannya benar.”—Surah 17:33.

Sumber-sumber utama doktrin-doktrin dan hukum Islam adalah Quran, yang ditulis selama jangka waktu seperempat abad; sunah (tradisi); ijmak (konsensus dari masyarakat); dan qias (buah pikiran pribadi). Kaidah hukum Islam, Syariat, yang menyangkut seluruh kehidupan agama, politik, sosial, rumah tangga, dan pribadi orang-orang Muslim, disusun secara sistematis pada abad kedelapan dan kesembilan M.

Mekah, Medinah, dan Yerusalem, dalam urutan itu, adalah tiga tempat yang dianggap paling suci oleh agama Islam: Mekah karena Kaabah tempat sucinya, yang menurut tradisi dibangun oleh Abraham; Medinah, lokasi dari mesjid Muhammad; dan Yerusalem karena dari sana, menurut tradisi Muhammad naik ke surga.

[Peta/Gambar di hlm. 21]

(Untuk keterangan lengkap, lihat publikasinya)

Imperium Islam pada masa jayanya

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan