PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • it-2 “Manuskrip Alkitab”
  • Manuskrip Alkitab

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Manuskrip Alkitab
  • Pemahaman Alkitab, Jilid 2
  • Bahan Terkait
  • Pelajaran Nomor 6​—Teks Yunani Kristen dari Alkitab
    “Segenap Alkitab Diilhamkan Allah dan Bermanfaat”
  • Manuskrip Kuno​—Bagaimana Menentukan Waktu Penulisannya?
    Sedarlah!—2008
  • Kodeks Aleksandrinus
    Daftar Istilah
  • Pelajaran Nomor 5​—Teks Ibrani dari Alkitab
    “Segenap Alkitab Diilhamkan Allah dan Bermanfaat”
Lihat Lebih Banyak
Pemahaman Alkitab, Jilid 2
it-2 “Manuskrip Alkitab”

MANUSKRIP ALKITAB

Isi Tulisan-Tulisan Kudus memang berasal dari sumber adimanusiawi, tetapi penulisan serta pelestariannya merupakan bagian dari sejarah manusia. Di bawah ilham ilahi, Musa mulai menyusun tulisan-tulisan itu pada tahun 1513 SM, dan rasul Yohanes menulis bagian akhirnya lebih dari 1.600 tahun kemudian. Pada mulanya, Alkitab bukan berupa satu buku, tetapi seraya waktu berlalu, timbul kebutuhan akan salinan berbagai bukunya. Hal itu terjadi, misalnya, setelah pembuangan di Babilon, karena ternyata tidak semua orang Yahudi yang dibebaskan pulang ke negeri Yehuda. Sebaliknya, banyak yang tinggal di tempat-tempat lain, dan sinagoga-sinagoga pun bermunculan di seluruh wilayah yang luas dari masyarakat Yahudi Diaspora. Para penulis membuat salinan Tulisan-Tulisan Kudus yang diperlukan untuk sinagoga-sinagoga itu, tempat orang Yahudi berkumpul guna mendengar pembacaan Firman Allah. (Kis 15:21) Belakangan, di antara para pengikut Kristus, para penyalin yang sangat teliti bekerja keras mereproduksi tulisan-tulisan terilham demi kepentingan sidang-sidang Kristen yang terus bertambah sehingga salinan-salinan itu bisa dipertukarkan dan diedarkan.—Kol 4:16.

Sebelum mesin cetak dengan huruf-huruf lepasan mulai umum digunakan (sejak abad ke-15 M), naskah asli Alkitab dan salinan-salinannya ditulis dengan tangan. Oleh karena itu, naskah itu disebut manuskrip (Latin, manu scriptus, ”ditulis dengan tangan”). Manuskrip Alkitab adalah salinan Tulisan-Tulisan Kudus, seluruhnya atau sebagian, yang ditulis dengan tangan, berbeda dengan Alkitab tercetak. Manuskrip Alkitab terutama dibuat dalam bentuk gulungan dan kodeks.

Bahan. Ada manuskrip Tulisan-Tulisan Kudus yang terbuat dari kulit, papirus, dan vellum. Gulungan Yesaya Laut Mati yang terkenal, misalnya, terbuat dari kulit. Papirus, sejenis kertas yang terbuat dari serat tanaman air, digunakan untuk manuskrip Alkitab dalam bahasa-bahasa aslinya dan untuk terjemahan-terjemahannya hingga kira-kira abad keempat M. Pada waktu itu, penggunaannya untuk manuskrip Alkitab mulai diganti dengan penggunaan vellum, yakni perkamen bermutu tinggi yang biasanya dibuat dari kulit anak lembu, anak domba, atau kambing, yang adalah perkembangan lanjutan dari penggunaan kulit binatang sebagai alat tulis. Manuskrip-manuskrip seperti Kodeks Sinaitikus (Manuskrip Sinaitikus) dan Kodeks Vatikanus (Manuskrip Vatikanus No. 1209) yang terkenal dari abad keempat M, adalah kodeks dari perkamen, atau vellum.

Palimpsest (Lat., palimpsestus; Yn., pa·limʹpse·stos, artinya ”dikerik lagi”) adalah manuskrip yang tulisan semulanya dihapus atau dikerik agar bisa ditulisi lagi. Palimpsest Alkitab yang terkenal adalah Kodeks Efraem Siria reskriptus dari abad kelima M. Jika tulisan semula (yang dikerik tersebut) adalah tulisan yang penting pada palimpsest itu, para pakar sering kali dapat membaca tulisan yang telah terhapus ini dengan teknik-teknik yang mencakup penggunaan cairan kimia dan fotografi. Beberapa manuskrip Kitab-Kitab Yunani Kristen adalah bahan khotbah, yaitu beberapa bagian Alkitab yang dipilih untuk dibacakan pada acara keagamaan.

Gaya Penulisan. Manuskrip Alkitab yang ditulis dalam bahasa Yunani (entah itu terjemahan Kitab-Kitab Ibrani, atau salinan Kitab-Kitab Yunani Kristen, atau keduanya) dapat dibagi atau diklasifikasikan menurut gaya penulisannya, yang juga membantu orang menentukan tahun pembuatannya. Gaya yang lebih kuno (khususnya digunakan sampai abad kesembilan M) adalah gaya penulisan uncial, yang menggunakan huruf kapital yang besar-besar serta terpisah. Pada gaya penulisan ini biasanya tidak ada pemisahan kata, dan jarang ada tanda baca apa pun atau tanda aksen. Kodeks Sinaitikus adalah salah satu contoh manuskrip dengan gaya penulisan uncial. Gaya penulisan ini mulai berubah pada abad keenam, yang akhirnya mengarah (pada abad kesembilan M) kepada gaya penulisan cursive, atau minuscule, yang menggunakan huruf-huruf yang lebih kecil dan kebanyakan dibuat dengan gaya tulisan sambung. Sebagian besar manuskrip Kitab-Kitab Yunani Kristen yang masih ada sekarang ditulis dengan teks cursive. Manuskrip cursive tetap populer hingga ditemukannya pencetakan.

Para Penyalin. Sepanjang yang diketahui dewasa ini, tidak ada lagi manuskrip Alkitab asli yang dibuat dengan tulisan tangan, atau autograf. Namun, Alkitab telah dilestarikan dalam bentuk yang akurat dan dapat diandalkan karena para penyalin Alkitab pada umumnya mengupayakan kesempurnaan dalam kerja keras mereka untuk menghasilkan manuskrip berisi salinan Firman Allah, sebab mereka mengakui bahwa Tulisan-Tulisan Kudus diilhamkan Allah.

Pria-pria yang menyalin Kitab-Kitab Ibrani pada masa pelayanan Yesus Kristus di bumi dan selama berabad-abad sebelumnya disebut penulis atau sekretaris (Ibr., soh·ferimʹ). Ezra adalah salah satu penulis masa awal dan dalam Alkitab ia disebut sebagai ”seorang penyalin yang mahir”. (Ezr 7:6) Belakangan, ada penyalin-penyalin yang dengan sengaja membuat beberapa perubahan dalam teks Ibrani. Tetapi penerus mereka, kaum Masoret, mendeteksi perubahan-perubahan ini dan mencatatnya dalam Masora, atau catatan di bagian pinggir teks Masoret Ibrani yang mereka buat.

Para penyalin Kitab-Kitab Yunani Kristen juga dengan sungguh-sungguh berupaya mereproduksi teks Tulisan-Tulisan Kudus seakurat mungkin.

Apa jaminannya bahwa Alkitab tidak diubah?

Meskipun para penyalin manuskrip Alkitab sudah sangat berhati-hati, ada sejumlah kesalahan dan perubahan kecil yang menyusup ke dalam teks. Secara keseluruhan, kesalahan-kesalahan itu tidak berarti dan tidak berpengaruh pada kemurnian Alkitab secara umum. Kesalahan-kesalahan itu telah dideteksi dan diperbaiki melalui kolase skolastik (kritik naskah) yang teliti, yaitu dengan membanding-bandingkan banyak manuskrip yang masih ada dan terjemahan kuno. Penyelidikan yang kritis atas teks Ibrani Tulisan-Tulisan Kudus dimulai menjelang akhir abad ke-18. Di Oxford (pada tahun 1776-1780), Benjamin Kennicott menerbitkan naskah yang memuat lebih dari 600 manuskrip Masoret Ibrani, dan di Parma pakar Italia bernama Giambernardo de Rossi menerbitkan perbandingan atas 731 manuskrip dari tahun 1784 hingga tahun 1798. Teks induk Kitab-Kitab Ibrani juga dibuat oleh pakar Jerman bernama Baer dan, belakangan, oleh C. D. Ginsburg. Pada tahun 1906, pakar bahasa Ibrani bernama Rudolf Kittel menerbitkan edisi pertama Biblia Hebraica (Alkitab Ibrani) karyanya, yang berisi kajian teks dengan bantuan catatan kaki, yang membandingkan banyak manuskrip teks Masoret berbahasa Ibrani. Teks dasar yang ia gunakan ialah teks Ben Khayim. Tetapi sewaktu Teks Masoret Ben Asyer yang lebih tua dan lebih bagus mulai tersedia, Kittel memulai proyek pembuatan edisi ketiga yang sama sekali baru, yang dirampungkan oleh rekan-rekannya setelah kematiannya.

Biblia Hebraica edisi ke-7, ke-8, dan ke-9 (1951-1955) memberikan teks dasar yang digunakan untuk menerjemahkan Kitab-Kitab Ibrani ke dalam bahasa Inggris dalam New World Translation of the Holy Scriptures yang pada mulanya diterbitkan pada tahun 1950-1960. Sebuah edisi baru teks Ibrani, yaitu Biblia Hebraica Stuttgartensia, dikeluarkan pada tahun 1977. Edisi ini digunakan untuk memperbarui keterangan yang terdapat dalam catatan kaki New World Translation of the Holy Scriptures—With References yang diterbitkan pada tahun 1984.

Edisi tercetak pertama Kitab-Kitab Yunani Kristen adalah yang terdapat dalam Poliglot Complutum (dalam bahasa Yunani dan Latin), tahun 1514-1517. Kemudian pada tahun 1516, pakar Belanda bernama Desiderius Erasmus menerbitkan edisi pertama teks induk Kitab-Kitab Yunani Kristen dalam bahasa Yunani. Edisi ini berisi banyak kesalahan, tetapi empat edisi berikutnya dari tahun 1519 hingga tahun 1535 menyediakan teks yang lebih baik. Belakangan, pencetak dan editor dari Paris bernama Robert Estienne, atau Stephanus, menerbitkan beberapa edisi ”Perjanjian Baru” berbahasa Yunani, yang terutama didasarkan atas teks Erasmus, tetapi memuat beberapa perbaikan berdasarkan Poliglot Complutum dan 15 manuskrip yang belakangan. Edisi ketiga teks Yunani karya Stephanus (terbit pada tahun 1550), pada dasarnya, menjadi ”Teks yang Berterima” (disebut textus receptus dalam bahasa Latin), yang digunakan untuk banyak terjemahan Inggris yang mula-mula, termasuk King James Version pada tahun 1611.

Yang patut diperhatikan pada masa yang lebih belakangan adalah teks induk berbahasa Yunani karya J. J. Griesbach, yang memanfaatkan bahan-bahan yang dikumpulkan orang-orang lain tetapi juga memperhatikan ayat-ayat Alkitab yang dikutip oleh para penulis masa awal, misalnya Origenes. Selain itu, Griesbach mempelajari teks berbagai terjemahan, misalnya dalam bahasa Armenia, bahasa Gotik, dan karya Filoksenus. Menurutnya, manuskrip-manuskrip yang ada terdiri dari tiga keluarga, atau revisi, yaitu teks Bizantium, teks Barat, dan teks Aleksandria; ia lebih menyukai teks kelompok ketiga. Ia menerbitkan edisi-edisi teks induk berbahasa Yunani antara tahun 1774 dan 1806, dan edisi utamanya yang memuat seluruh teks Yunani diterbitkan pada tahun 1796-1806. Teks Griesbach digunakan untuk terjemahan Inggris karya Sharpe pada tahun 1840 dan adalah teks Yunani yang dicetak dalam The Emphatic Diaglott, karya Benjamin Wilson, pada tahun 1864.

Teks induk Kitab-Kitab Yunani Kristen dalam bahasa Yunani yang diterima luas adalah yang dibuat pada tahun 1881 oleh para pakar Cambridge University, yaitu B. F. Westcott dan F. J. A. Hort. Teks itu adalah hasil 28 tahun kerja keras mereka secara independen, meskipun mereka secara rutin saling membandingkan catatan-catatan mereka. Seperti Griesbach, mereka membagi manuskrip-manuskrip ke dalam keluarga-keluarga dan sangat mengandalkan teks yang mereka sebut ”teks netral”, yang mencakup Manuskrip Sinaitikus dan Manuskrip Vatikanus No. 1209 yang terkenal, keduanya berasal dari abad keempat M. Meskipun Westcott dan Hort mengambil keputusan yang cukup pasti apabila manuskrip-manuskrip ini bersesuaian dan khususnya apabila didukung oleh manuskrip-manuskrip uncial kuno lainnya, mereka tidak begitu saja berpaut pada pendirian itu. Mereka mempertimbangkan setiap faktor yang dapat dipikirkan dalam upaya memecahkan problem-problem yang muncul karena teks-teks yang bertentangan; dan apabila dua teks sama bobotnya, hal itu pun disebutkan dalam teks induk mereka. Teks Westcott dan Hort adalah teks yang terutama digunakan untuk menerjemahkan Kitab-Kitab Yunani Kristen New World Translation ke dalam bahasa Inggris. Akan tetapi, New World Bible Translation Committee juga merujuk ke teks-teks Yunani lain yang bagus mutunya, antara lain teks Yunani karya Nestle (1948).

Ketika mengomentari sejarah teks Kitab-Kitab Yunani Kristen dan hasil-hasil penyelidikan teks yang modern, Profesor Kurt Aland menulis, ”Dapat disimpulkan, berdasarkan pengalaman selama 40 tahun dan dengan hasil-hasil yang diperoleh dalam pemeriksaan . . . manuskrip-manuskrip pada 1.200 titik uji: Teks Perjanjian Baru telah sampai ke tangan kita dengan sangat baik, lebih baik daripada tulisan kuno mana pun; kemungkinan bahwa manuskrip-manuskrip yang masih ditemukan bakal benar-benar mengubah teks itu adalah nol.”—Das Neue Testament—zuverlässig überliefert (Perjanjian Baru—Disampaikan secara Akurat), Stuttgart, 1986, hlm. 27, 28.

Terlihat adanya variasi teks pada manuskrip-manuskrip Kitab-Kitab Kristen yang masih ada (dalam bahasa Yunani dan bahasa lain). Namun, variasi harus diantisipasi mengingat ketidaksempurnaan manusiawi dan penyalinan serta penyalinan ulang manuskrip, terutama oleh banyak penyalin yang tidak profesional. Jika beberapa manuskrip disalin dari manuskrip induk yang sama, yang mungkin berasal dari revisi teks tertentu yang lebih awal, atau dibuat di suatu daerah tertentu, manuskrip-manuskrip itu mungkin mempunyai sedikitnya beberapa variasi yang sama, dan karena itu digolongkan ke dalam keluarga, atau kelompok, yang sama. Berdasarkan kesamaan dalam perbedaan-perbedaan itu, para pakar berupaya menggolongkan berbagai teks ke dalam kelompok-kelompok, atau keluarga, yang jumlahnya bertambah seraya waktu berlalu, hingga kini dapat disebutkan adanya teks Aleksandria, teks Barat, teks Timur (Siria dan Kaisarea), dan teks Bizantium, yang terdapat dalam berbagai manuskrip atau dalam bagian-bagian yang tersebar pada berbagai manuskrip. Tetapi, meskipun adanya variasi khas dalam berbagai keluarga manuskrip (dan variasi dalam setiap kelompok), pada dasarnya Alkitab telah sampai ke tangan kita dalam bentuk yang sama seperti tulisan aslinya yang terilham. Variasi teks yang ada tidak mempengaruhi ajaran Alkitab secara umum. Dan melalui kolase skolastik, kesalahan-kesalahan yang penting telah dikoreksi, sehingga dewasa ini kita dapat menikmati teks yang autentik dan dapat diandalkan.

Sejak Westcott dan Hort menghasilkan teks Yunani yang disempurnakan, sejumlah edisi penting Kitab-Kitab Yunani Kristen telah dibuat. Yang patut diperhatikan antara lain adalah The Greek New Testament terbitan United Bible Societies yang kini telah sampai edisi ketiga. Yang teksnya sama adalah apa yang disebut teks Nestle-Aland edisi ke-26, yang diterbitkan pada tahun 1979 di Stuttgart, Jerman.—Lihat KITAB-KITAB YUNANI KRISTEN.

Manuskrip Kitab-Kitab Ibrani. Mungkin ada 6.000 manuskrip Kitab-Kitab Ibrani, lengkap atau sebagian, yang disimpan di berbagai perpustakaan dewasa ini. Sebagian besar di antaranya memuat teks Masoret dan berasal dari abad kesepuluh M atau setelahnya. Kaum Masoret (dari paruh kedua milenium pertama M) berupaya menyalin teks Ibrani dengan akurat dan sama sekali tidak mengubah kalimat-kalimat pada teksnya sendiri. Akan tetapi, untuk melestarikan tradisi pengucapan teks konsonantal tanpa huruf vokal, mereka menciptakan sistem penanda bunyi vokal dan sistem aksen. Selain itu, di Masora, atau catatan pinggir yang mereka buat, mereka menyoroti hal-hal ganjil yang ada pada teks dan mencantumkan perbaikan yang mereka anggap perlu. Teks Masoret inilah yang ada pada Alkitab-Alkitab Ibrani tercetak sekarang ini.

Manuskrip Kitab-Kitab Ibrani yang rusak di sinagoga-sinagoga Yahudi digantikan oleh salinan-salinan yang telah dipastikan keakuratannya, dan manuskrip yang telah hilang tulisannya atau rusak disimpan di geniza (tempat penyimpanan atau gudang sinagoga). Akhirnya, apabila geniza itu sudah penuh, manuskrip-manuskripnya disingkirkan dan dikubur dengan suatu upacara. Tidak diragukan dengan cara itulah banyak manuskrip kuno musnah. Tetapi isi geniza sinagoga di Kairo Kuno masih ada sampai sekarang, barangkali karena tempat itu dikelilingi tembok dan terlupakan selama berabad-abad. Setelah sinagoga tersebut dibangun kembali pada tahun 1890 M, manuskrip-manuskrip di geniza itu diperiksa kembali, dan manuskrip serta fragmen Kitab-Kitab Ibrani yang cukup lengkap (konon beberapa di antaranya berasal dari abad keenam M) yang ada di sana kini disimpan di berbagai perpustakaan.

Salah satu fragmen tertua yang masih ada dan memuat ayat-ayat Alkitab adalah Papirus Nash yang ditemukan di Mesir dan disimpan di Cambridge, Inggris. Papirus itu rupanya adalah bagian dari suatu kumpulan ajaran, berasal dari abad kedua atau pertama SM dan hanya terdiri atas empat fragmen yang berisi 24 baris teks pra-Masoret dari Sepuluh Perintah dan beberapa ayat dari Ulangan, pasal 5 dan 6.

Sejak tahun 1947, di berbagai daerah di sebelah barat L. Mati telah ditemukan banyak gulungan Alkitab dan non-Alkitab, yang biasanya disebut sebagai Gulungan-Gulungan Laut Mati. Yang paling penting di antaranya ialah manuskrip-manuskrip yang ditemukan di sejumlah gua di Wadi Qumran (Nahal Qumeran) dan sekitarnya, yang juga dikenal sebagai teks Qumran dan tampaknya pernah menjadi milik suatu komunitas Yahudi yang religius yang berpusat di Khirbet Qumran (Horvat Qumeran) yang ada di dekatnya. Temuan pertama diperoleh seorang Badui dalam sebuah gua sekitar 15 km di sebelah selatan Yerikho; di sana ia menemukan sejumlah tempayan tanah liat berisi manuskrip kuno. Salah satu di antaranya ialah Gulungan Yesaya Laut Mati (1QI⁠sa) yang sekarang terkenal, gulungan kulit yang masih sangat utuh yang memuat seluruh buku Yesaya, kecuali sedikit bagian yang hilang. (GAMBAR, Jil. 1, hlm. 322) Gulungan itu ditulis dengan abjad Ibrani pra-Masoret dan diperkirakan berasal dari pengujung abad kedua SM. Jadi, naskah itu kira-kira seribu tahun lebih tua daripada manuskrip teks Masoret tertua yang ada. Akan tetapi, meskipun ada beberapa perbedaan dalam hal pengejaan dan struktur tata bahasa, naskah itu tidak berbeda secara doktrin dari teks Masoret. Dokumen yang ditemukan di wilayah Qumran antara lain adalah fragmen dari 170 gulungan lebih yang memuat bagian-bagian seluruh Kitab-Kitab Ibrani kecuali Ester; untuk beberapa buku, malah ada lebih dari satu salinan. Manuskrip-manuskrip berbentuk gulungan dan fragmen ini dianggap berasal dari antara kira-kira tahun 250 SM hingga kira-kira pertengahan abad pertama M, dan terdiri atas lebih dari satu jenis teks Ibrani, misalnya teks proto-Masoret atau teks yang mendasari Septuaginta Yunani. Bahan-bahan itu masih terus diselidiki.

Manuskrip Ibrani terkenal yang ditulis pada vellum, yang memuat Kitab-Kitab Ibrani, antara lain ialah Kodeks para Nabi dari Kaum Kara Kairo. Kodeks itu memuat Masora dan vokalisasi, dan kolofonnya (penutup) menunjukkan bahwa kodeks itu dirampungkan sekitar tahun 895 M oleh seorang Masoret terkenal bernama Musa ben Asyer dari Tiberias. Manuskrip lain yang penting (dari 916 M) ialah Kodeks Petersburg yang memuat Nabi-Nabi yang Terkemudian. Kodeks Sefardi Aleppo, yang pernah disimpan di Aleppo, Siria, dan sekarang di Israel, hingga tahun 1947 memuat seluruh Kitab-Kitab Ibrani. Naskah konsonantal aslinya dikoreksi, diberi tanda baca, dan dilengkapi dengan Masora kira-kira pada tahun 930 M oleh Harun ben Asyer, putra Musa ben Asyer. Manuskrip tertua yang memuat Kitab-Kitab Ibrani lengkap dalam bahasa Ibrani adalah Manuskrip Leningrad No. B 19⁠A, yang disimpan di Perpustakaan Umum di St. Petersburg, Rusia. Manuskrip itu disalin pada tahun 1008 M ”dari buku-buku yang telah diperbaiki, yang dibuat dan diberi catatan penjelasan oleh Harun ben Musa ben Asyer, sang guru”. Manuskrip Ibrani lain yang penting ialah sebuah kodeks berisi Pentateukh yang disimpan di British Library (Kodeks Oriental 4445), yang memuat Kejadian 39:20 sampai Ulangan 1:33 (kecuali Bil 7:46-73 dan 9:12–10:18, yang memang tidak ada atau ditambahkan belakangan) dan mungkin berasal dari abad kesepuluh M.

Ada banyak manuskrip Kitab-Kitab Ibrani dalam Alkitab yang ditulis dalam bahasa Yunani. Salah satu yang khususnya menarik ialah manuskrip yang termasuk kumpulan Papirus Fouad (Nomor Inventaris 266, milik Société Egyptienne de Papyrologie, Kairo), yang memuat bagian-bagian buku Kejadian dan setengah bagian kedua buku Ulangan menurut terjemahan Septuaginta. Manuskrip itu berasal dari abad pertama SM dan memperlihatkan, di berbagai ayat, nama ilahi yang ditulis dengan huruf-huruf Ibrani persegi di antara teks Yunaninya. Fragmen-fragmen buku Ulangan, pasal 23 sampai 28, ditemukan dalam Papirus Rylands iii. 458 dari abad kedua SM, yang disimpan di Manchester, Inggris. Manuskrip Septuaginta yang penting lainnya berisi fragmen buku Yunus, Mikha, Habakuk, Zefanya, dan Zakharia. Dalam gulungan kulit ini, yang berasal dari akhir abad pertama M, nama ilahi dicantumkan menggunakan Tetragramaton yang ditulis dengan huruf Ibrani kuno.—Lihat Rbi8, Apendiks 1B-1D.

Manuskrip Kitab-Kitab Yunani Kristen. Kitab-Kitab Kristen ditulis dalam bahasa Koine. Meskipun tidak ada manuskrip asli tulisan tangan yang diketahui masih ada sekarang ini, menurut suatu perhitungan, masih ada sekitar 5.000 manuskrip berbahasa Yunani yang memuat salinan Kitab-Kitab ini, seluruhnya atau sebagian.

Manuskrip papirus. Di antara kodeks-kodeks papirus yang ditemukan di Mesir sekitar tahun 1930 terdapat papirus-papirus Alkitab yang sangat penting, yang pembeliannya diumumkan pada tahun 1931. Beberapa kodeks Yunani ini (berasal dari abad kedua hingga keempat M) terdiri atas bagian-bagian dari delapan buku dalam Kitab-Kitab Ibrani (Kejadian, Bilangan, Ulangan, Yesaya, Yeremia, Yehezkiel, Daniel, serta Ester), dan tiga di antaranya memuat bagian-bagian dari 15 buku dalam Kitab-Kitab Yunani Kristen. Kebanyakan papirus Alkitab ini dibeli oleh seorang kolektor manuskrip dari Amerika, A. Chester Beatty, dan sekarang disimpan di Dublin, Irlandia. Selebihnya dibeli oleh University of Michigan dan pihak-pihak lain.

Nama internasional untuk papirus Alkitab adalah huruf besar ”P” diikuti oleh angka kecil yang posisinya lebih tinggi. Papirus Chester Beatty No. 1 (P45) terdiri atas bagian-bagian dari 30 lembar sebuah kodeks yang tadinya mungkin berisi kira-kira 220 lembar. P45 memuat bagian-bagian dari keempat Injil dan buku Kisah. Papirus Chester Beatty No. 3 (P⁠47) adalah kodeks buku Penyingkapan yang sudah tidak lengkap, berisi sepuluh lembar yang agak rusak. Kedua papirus ini dianggap berasal dari abad ketiga M. Yang patut diperhatikan adalah Papirus Chester Beatty No. 2 (P⁠46) yang dianggap berasal dari kira-kira tahun 200 M. Papirus ini berisi 86 lembar yang agak rusak dari sebuah kodeks yang semula mungkin terdiri atas 104 lembar, dan masih memuat sembilan surat terilham Paulus: Roma, Ibrani, Satu Korintus, Dua Korintus, Efesus, Galatia, Filipi, Kolose, dan Satu Tesalonika. Patut diperhatikan bahwa surat kepada orang Ibrani dimasukkan sebagai bagian kodeks masa awal ini. Karena surat Ibrani tidak mencantumkan nama penulisnya, penyusunannya oleh Paulus sering diperbantahkan. Tetapi fakta bahwa surat ini dimasukkan dalam P⁠46, yang jelas hanya berisi surat-surat Paulus, menunjukkan bahwa pada kira-kira tahun 200 M, surat Ibrani diakui oleh orang Kristen masa awal sebagai tulisan terilham rasul Paulus. Surat kepada orang Efesus ada dalam kodeks ini, dengan demikian juga menyanggah argumen bahwa Paulus tidak menulis surat itu.

Di John Rylands Library, Manchester, Inggris, terdapat fragmen papirus kecil dari Injil Yohanes (beberapa ayat dari pasal 18) yang dikatalogkan sebagai Papirus Rylands 457. Sebutan internasionalnya P52. Manuskrip ini adalah fragmen Kitab-Kitab Yunani Kristen tertua yang masih ada, karena ditulis pada paruh pertama abad kedua, mungkin sekitar tahun 125 M, jadi hanya sekitar seperempat abad setelah kematian Yohanes. Fakta bahwa sebuah salinan Injil Yohanes tampaknya beredar di Mesir (tempat ditemukannya fragmen itu) pada masa tersebut memperlihatkan bahwa kabar baik menurut Yohanes memang dicatat pada abad pertama M dan oleh Yohanes sendiri, bukan oleh penulis tak dikenal pada bagian akhir abad kedua M, setelah kematian Yohanes, seperti pernah dikatakan beberapa kritikus.

Tambahan yang paling penting pada koleksi papirus Alkitab sejak ditemukannya Papirus-Papirus Chester Beatty adalah diperolehnya Papirus-Papirus Bodmer, yang diterbitkan antara tahun 1956 dan 1961. Yang khususnya menonjol adalah Papirus Bodmer 2 (P66) dan Papirus Bodmer 14, 15 (P75); keduanya ditulis sekitar tahun 200 M. Papirus Bodmer 2 memuat sebagian besar Injil Yohanes, sedangkan Papirus Bodmer 14, 15 memuat banyak bagian buku Lukas serta Yohanes dan teksnya sangat mirip dengan Manuskrip Vatikanus No. 1209.

Manuskrip ”vellum”. Manuskrip Alkitab yang ditulis di atas vellum adakalanya mencakup Kitab-Kitab Ibrani maupun Yunani, walaupun ada yang hanya memuat Kitab-Kitab Kristen.

Kodeks Beza, yang diberi simbol huruf ”D”, adalah manuskrip berharga dari abad kelima M. Meskipun tempat asal yang sesungguhnya tidak diketahui, kodeks ini diperoleh di Prancis pada tahun 1562. Kodeks ini memuat Injil, buku Kisah, dan hanya sedikit ayat lain, dan merupakan manuskrip uncial, yang ditulis dalam bahasa Yunani pada halaman kiri, dengan teks yang paralel dalam bahasa Latin pada halaman kanan. Kodeks ini disimpan di Cambridge University di Inggris, setelah diserahkan kepada lembaga itu oleh Theodore Beza pada tahun 1581.

Kodeks Claromontanus (D2) juga ditulis dalam bahasa Yunani dan Latin pada halaman yang bersebelahan, bahasa Yunani pada halaman kiri dan bahasa Latin pada halaman kanan. Kodeks ini memuat surat-surat kanonis Paulus, termasuk Ibrani, dan dianggap berasal dari abad keenam. Menurut laporan, kodeks ini ditemukan di sebuah biara di Clermont, Prancis, dan dibeli oleh Theodore Beza, tetapi sekarang disimpan di Bibliothèque Nationale di Paris.

Manuskrip vellum Kitab-Kitab Yunani Kristen yang ditemukan lebih belakangan antara lain ialah Kodeks Washingtonianus I, yang memuat Injil dalam bahasa Yunani (dalam urutan Barat yang umum: Matius, Yohanes, Lukas, dan Markus). Kodeks itu diperoleh pada tahun 1906 di Mesir dan disimpan di Freer Gallery of Art, Washington, D.C. Simbol internasional untuk kodeks ini adalah ”W”, dan dianggap ditulis pada abad kelima M, kecuali sebagian buku Yohanes, yang karena rusak, tampaknya diganti pada abad ketujuh M. Kodeks Washingtonianus II, yang diberi simbol ”I”, juga disimpan di Freer Collection dan memuat bagian surat-surat kanonis Paulus, termasuk surat Ibrani. Kodeks ini diyakini ditulis pada abad kelima M.

Kitab-Kitab Ibrani dan Yunani Kristen. Manuskrip Alkitab dalam bahasa Yunani yang paling penting dan paling lengkap, yang masih ada, ditulis di atas vellum dengan huruf uncial.

Manuskrip Vatikanus No. 1209. Manuskrip Vatikanus No. 1209 (Kodeks Vatikanus), yang simbol internasionalnya ”B”, adalah kodeks uncial dari abad keempat M, mungkin dibuat di Aleksandria, dan pada mulanya memuat seluruh Alkitab dalam bahasa Yunani. Seorang korektor belakangan menulisi kembali huruf-hurufnya, mungkin karena tulisan aslinya telah pudar, tetapi ia mengabaikan huruf-huruf dan kata-kata yang dianggapnya tidak benar. Pada mulanya, kodeks itu mungkin terdiri atas sekitar 820 lembar, tetapi yang tersisa tinggal 759. Sebagian besar Kejadian hilang, juga sebagian Mazmur, Ibrani 9:14 sampai 13:25, dan seluruh Satu dan Dua Timotius, Titus, Filemon, dan Penyingkapan. Kodeks Vatikanus disimpan di Vatican Library di Roma, Italia, dan diketahui ada di sana bahkan sejak abad ke-15. Akan tetapi, kalangan berwenang Vatican Library sangat mempersulit para pakar untuk mengakses manuskrip itu dan baru menerbitkan reproduksi fotografisnya yang lengkap pada tahun 1889-1890.

Manuskrip Sinaitikus. Manuskrip Sinaitikus (Kodeks Sinaitikus) juga berasal dari abad keempat M, tetapi Kodeks Vatikanus bisa jadi sedikit lebih tua. Manuskrip Sinaitikus disebut dengan simbol א (ʼaʹlef, huruf pertama dalam abjad Ibrani), dan meskipun manuskrip ini pernah memuat Alkitab lengkap dalam bahasa Yunani, sebagian dari Kitab-Kitab Ibrani telah hilang. Akan tetapi, Kitab-Kitab Yunani Kristennya tetap lengkap. Kemungkinan besar, kodeks ini pada mulanya terdiri dari sedikitnya 730 lembar, tetapi hanya 393 lembar, secara lengkap atau sebagian, yang dipastikan masih ada sekarang. Kodeks ini ditemukan (sebagian pada tahun 1844 dan sebagian lagi pada tahun 1859) oleh pakar Alkitab bernama Konstantin von Tischendorf di Biara St. Catherine di G. Sinai. Empat puluh tiga lembar kodeks ini disimpan di Leipzig, bagian-bagian dari tiga lembar terdapat di St. Petersburg, Rusia, dan 347 lembar lagi disimpan di British Library di London. Menurut laporan, ada 8 hingga 14 lembar lagi yang ditemukan di biara yang sama pada tahun 1975.

[Gambar di hlm. 23]

Manuskrip Sinaitikus, dari abad keempat M, memuat banyak bagian Alkitab dalam bahasa Yunani

Manuskrip Aleksandrinus. Manuskrip Aleksandrinus (Kodeks Aleksandrinus), yang disebut dengan huruf ”A”, adalah sebuah manuskrip uncial Yunani yang memuat sebagian besar isi Alkitab, termasuk buku Penyingkapan. Dari mungkin 820 lembar asli, 773 masih terpelihara baik. Kodeks ini pada umumnya dianggap berasal dari paruh pertama abad kelima M, dan juga disimpan di British Library.—GAMBAR, Jil. 2, hlm. 336.

Kodeks Efraem Siria reskriptus. Kodeks Efraem Siria reskriptus (Kodeks Efraim), yang secara internasional disebut dengan huruf ”C”, umumnya juga dianggap berasal dari abad kelima M. Kodeks ini ditulis dengan huruf Yunani uncial di atas vellum dan merupakan kodeks yang ditulis ulang, atau manuskrip palimpsest. Teks Yunani aslinya telah dihapus, dan beberapa lembarnya kemudian ditulisi lagi dengan ceramah-ceramah Efraem Sirus (orang Siria), dalam bahasa Yunani. Hal ini mungkin dilakukan pada abad ke-12, ketika vellum sangat langka. Akan tetapi, teks sebelumnya yang dihapus telah diartikan. Meskipun ”C” tampaknya pernah memuat Alkitab lengkap dalam bahasa Yunani, tinggal 209 lembar yang ada, dan 145 lembar di antaranya adalah dari Kitab-Kitab Yunani Kristen. Jadi, kodeks ini sekarang hanya memuat sebagian dari beberapa buku dalam Kitab-Kitab Ibrani dan bagian-bagian dari seluruh Kitab-Kitab Yunani Kristen kecuali Dua Tesalonika dan Dua Yohanes. Kodeks ini disimpan di Bibliothèque Nationale di Paris.

Keterandalan Teks Alkitab. Kita akan semakin menghargai keterandalan Alkitab apabila menyadari bahwa, jika dibandingkan dengan Alkitab, manuskrip karya para penulis sekuler kuno yang masih ada tinggal sedikit sekali, dan tidak satu pun di antaranya adalah manuskrip tulisan tangan yang asli. Meskipun manuskrip-manuskrip Alkitab hanyalah salinan yang dibuat berabad-abad setelah kematian para penulisnya, para pakar zaman modern mengakui bahwa salinan-salinan yang dibuat belakangan itu adalah bukti yang memadai akan keautentikan teksnya.

Manuskrip-manuskrip Alkitab dalam bahasa Ibrani yang masih ada dibuat dengan sangat hati-hati. Sehubungan dengan teks Kitab-Kitab Ibrani, pakar bernama W. H. Green menyatakan, ”Dengan penuh keyakinan dapat dikatakan bahwa tidak ada karya kuno lain yang telah disampaikan dengan begitu akurat.” (Archaeology and Bible History, karya J. P. Free, 1964, hlm. 5) Almarhum Sir Frederic Kenyon, seorang pakar teks Alkitab, mengucapkan pernyataan yang meyakinkan ini dalam kata pengantar ketujuh jilid karyanya yang berjudul The Chester Beatty Biblical Papyri, ”Kesimpulan yang pertama dan terpenting yang didapat dengan memeriksa [Papirus-Papirus itu] adalah kesimpulan yang memuaskan bahwa semuanya meneguhkan kemurnian yang penting dari teks-teks yang masih ada. Tidak ditemukan adanya perbedaan yang mencolok atau mendasar dalam Perjanjian Lama atau Perjanjian Baru. Tidak ada bagian-bagian penting yang dihilangkan atau ditambahkan, dan tidak ada variasi yang mempengaruhi fakta atau doktrin penting. Variasi teks mempengaruhi soal-soal kecil, misalnya urutan kata atau kata yang tepat yang digunakan. . . . Tetapi yang paling penting adalah penegasan mereka, berdasarkan bukti yang lebih kuno daripada yang ada saat ini, mengenai integritas teks yang ada pada kita. Dalam hal ini, papirus-papirus itu merupakan perolehan yang nilainya luar biasa penting.”—London, 1933, Bundel I, hlm. 15.

Mengenai Kitab-Kitab Yunani Kristen, Sir Frederic Kenyon menyatakan, ”Selang waktu antara tahun penyusunan naskah asli dan bukti tertua yang masih ada menjadi sedemikian pendeknya sehingga sesungguhnya dapat diabaikan, dan alasan terakhir untuk meragukan bahwa Alkitab telah sampai kepada kita persis seperti yang ditulis dulu, sekarang telah dilenyapkan. Baik keautentikan maupun integritas umum buku-buku Perjanjian Baru akhirnya dapat dianggap sudah diteguhkan.”—The Bible and Archæology, 1940, hlm. 288, 289.

Berabad-abad yang lalu, Yesus Kristus, ”saksi yang setia dan benar” (Pny 3:14), berulang-ulang dan dengan tegas meneguhkan keaslian Kitab-Kitab Ibrani, demikian pula para rasulnya. (Luk 24:27, 44; Rm 15:4) Terjemahan-terjemahan kuno yang masih ada lebih lanjut memperlihatkan akuratnya Kitab-Kitab Ibrani yang dilestarikan. Berbagai manuskrip dan terjemahan Kitab-Kitab Yunani Kristen memberikan kesaksian yang tak dapat dibantah mengenai hebatnya pelestarian dan akuratnya penyampaian bagian Firman Allah tersebut. Oleh karena itu, kita sekarang beruntung dikaruniai teks Alkitab yang autentik dan dapat diandalkan sepenuhnya. Penyelidikan yang cermat atas manuskrip-manuskrip Alkitab yang masih ada memberikan kesaksian kuat mengenai pelestarian yang saksama dan sifatnya yang permanen, sehingga menambah makna pernyataan terilham ini, ”Rumput hijau menjadi kering, bunga menjadi layu; tetapi mengenai firman Allah kita, itu akan bertahan sampai waktu yang tidak tertentu.”—Yes 40:8; 1Ptr 1:24, 25.

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan