-
”Kuduslah Kamu, . . . ”Menara Pengawal—1987 (Seri 42) | Menara Pengawal—1987 (Seri 42)
-
-
”Kuduslah Kamu, . . . ”
”Hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.”—1 PETRUS 1:15, 16.
1, 2. (a) Peringatan apa yang dipertunjukkan pada serban imam besar, dan apa tujuannya? (b) Mengapa kata-kata peringatan akan kekudusan Yehuwa tepat dewasa ini? (c) Nasihat apa yang Petrus berikan mengenai kekudusan?
”KUDUS bagi [Yehuwa].” Kata-kata yang menggugah hati ini dipertunjukkan untuk dilihat oleh semua orang, dengan diukir pada lempengan emas murni yang diikatkan pada serban yang dikenakan oleh imam besar Israel. (Keluaran 28:36-38) Kata-kata itu menjadi tanda istimewa yang mengingatkan bahwa tidak seperti bangsa-bangsa kafir yang menyembah ilah-ilah yang najis, Israel menyembah Allah yang bersih dan kudus.
2 Jika saudara sudah menjadi salah seorang dari Saksi-Saksi Yehuwa, apakah saudara menghargai betapa murni, bersih, kudus, dan benar Allah yang saudara sembah? Kebenaran dasar sedemikian mungkin nampaknya tidak perlu diingatkan. Bagaimanapun juga, sebagai umat Yehuwa, kita telah diberkati dengan pengertian akan ”perkara Allah yang dalam-dalam”—nubuat-nubuat Alkitab yang rumit, penerapan prinsip-prinsip Alkitab, doktrin-doktrin Alkitab. (1 Korintus 2:10, Bode; bandingkan Daniel 12:4.) Namun, ternyata beberapa orang kurang menunjukkan penghargaan yang sepenuh hati terhadap kekudusan Yehuwa. Mengapa? Karena setiap tahun ribuan orang jatuh ke dalam bentuk-bentuk perbuatan imoralitas. Ribuan orang lain lagi mengundang malapetaka dengan melakukan perbuatan-perbuatan yang hampir-hampir melanggar hukum Alkitab. Jelas, ada yang tidak memahami seriusnya kata-kata di 1 Petrus 1:15, 16, ”Hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.”
Allah yang Kudus, Penyembah-Penyembah yang Kudus
3. Apa yang dinyatakan oleh nyanyian Musa tentang Yehuwa?
3 ’Seseorang yang tidak sempurna—kudus? Tidak mungkin!’ saudara mungkin akan berkata. Tetapi, pikirkan latar belakang dari nasihat Petrus. Sang rasul di sini mengutip kata-kata yang mula-mula ditujukan kepada Israel tidak lama setelah mereka keluar dari Mesir. Melalui pembebasan mujizat ini, Yehuwa telah nyata sebagai Pembebas, Penggenap dari janji-janji, ”pahlawan perang”. (Keluaran 3:14-17; 15:3) Dalam nyanyian untuk merayakan bencana yang menimpa orang-orang Mesir di Laut Merah, Musa sekarang menyingkapkan suatu segi lain lagi dari Yehuwa, ”Siapakah yang seperti Engkau, di antara para allah, ya [Yehuwa]; siapakah seperti Engkau, mulia karena [”perkasa dalam”, NW] kekudusanMu.” (Keluaran 15:11) Inilah catatan pertama yang menyebutkan bahwa kekudusan adalah milik Yehuwa.
4. (a) Dalam hal apa Yehuwa ’perkasa dalam kekudusan’? (b) Bagaimana Yehuwa dengan demikian bertentangan dengan ilah-ilah Kanaan?
4 Kata-kata Ibrani dan Yunani yang diterjemahkan ”kudus” dalam Alkitab menyatakan gagasan ’cemerlang, baru, segar, tidak bernoda, dan bersih’. Jadi Musa menggambarkan Yehuwa sebagai bersih dalam tingkat paling unggul, tidak bercela sedikit pun, tanpa kecurangan, sama sekali tidak pernah akan menyetujui kenajisan. (Habakuk 1:13) Yehuwa dengan menonjol sekali bertentangan dengan ilah-ilah dari negeri yang tidak lama lagi akan ditempati orang Israel—Kanaan. Dokumen-dokumen yang digali di Ras Shamra, sebuah kota di sebelah utara pantai Siria, memberikan gambaran sekilas, namun jelas sekali, tentang kuil orang Kanaan. Naskah-naskah ini menggambarkan ilah-ilah yang, menurut buku The Canaanites (Orang-Orang Kanaan) dari John Gray, ”suka berkelahi, dengki, suka membalas dendam, penuh hawa nafsu”.
5, 6. (a) Bagaimana menyembah ilah-ilah yang keji mempengaruhi orang-orang Kanaan? (b) Bagaimana menyembah Allah yang kudus mempengaruhi orang-orang Israel?
5 Maka dapat diperkirakan, kebudayaan Kanaan mencerminkan ilah-ilah keji yang mereka sembah. The Religion of the People of Israel (Agama dari Bangsa Israel) menjelaskan, ”Tindakan meniru ilah-ilah itu dianggap sebagai dinas kepada ilah tersebut. . . . [Dewi seks] Asetart mempunyai sejumlah pelayan pria dan wanita yang digambarkan sebagai orang-orang yang telah dibaktikan . . . Mereka membaktikan diri kepada dinasnya dengan melacur.” Sarjana William F. Albright menambahkan, ”Tetapi, yang paling buruk, segi erotis dari kepercayaan agama mereka pasti telah tenggelam ke dalam jurang kebobrokan sosial yang benar-benar sangat mesum.” Ibadat kepada ”tiang-tiang suci” lambang alat kelamin pria, pengorbanan anak-anak, ilmu gaib, menyihir dengan mantera-mantera, persetubuhan antara saudara-saudara kandung, homoseks, dan persetubuhan dengan binatang—semua ini menjadi ’cara hidup orang-orang’ (NW) di negeri Kanaan.—Keluaran 34:13; Imamat 18:2-25; Ulangan 18:9-12.
6 Yehuwa, sebaliknya, ’perkasa dalam kekudusan’. Ia tidak dapat menyetujui kebobrokan demikian dalam diri penyembahNya. (Mazmur 15) Jadi, tidak seperti ilah-ilah Kanaan yang hina, Yehuwa meninggikan derajat umatNya. Ketika mengucapkan kata-kata yang belakangan dikutip Petrus, Yehuwa berulang kali menasihati, ”Haruslah kamu kudus, sebab Aku ini kudus.”—Imamat 11:44; 19:2; 20:26.
’Hukum Taurat Itu Kudus, Benar dan Baik’
7, 8. (a) Bagaimana orang Israel dapat ’menjadi kudus’? (b) Pertentangkan Hukum Taurat Yehuwa dengan Hukum Hamurabi dari Babel.
7 ’Menjadi Kudus’ tidak berarti sempurna atau berlaku pura-pura saleh; ini berarti mentaati suatu kaidah hukum yang luas yang diberikan kepada Israel melalui Musa. (Keluaran 19:5, 6) Dibandingkan hukum nasional lain manapun, Taurat Allah dapat digambarkan sebagai ”kudus, benar dan baik”.—Roma 7:12.
8 Memang, Hukum Hamurabi dari Babel, yang dikatakan mendahului Hukum Musa, mengatur sejumlah pokok yang sama. Beberapa dari peraturan-peraturannya, seperti misalnya hukum tentang ”mata ganti mata” atau ganti rugi, serupa dengan prinsip-prinsip Hukum Musa. Maka para kritikus mengatakan bahwa Musa hanya meminjam hukum-hukumnya dari kaidah hukum Hamurabi. Tetapi, kaidah hukum Hamurabi tidak berbuat lebih banyak selain dari mengagungkan Hamurabi dan melayani kepentingan politiknya. Hukum Allah diberikan kepada Israel ’supaya senantiasa baik keadaan mereka dan supaya mereka dapat tetap hidup’. (Ulangan 6:24) Juga tidak ada banyak bukti bahwa kaidah hukum Hamurabi pernah bersifat mengikat secara hukum di Babel, karena hal itu hanya ”bantuan hukum bagi orang-orang yang mencari nasihat”. (The New Encyclopædia Britannica, edisi 1985, Jilid 21, halaman 921) Tetapi, Taurat Musa bersifat mengikat dan berisi hukuman yang adil bagi mereka yang tidak taat. Dan yang terakhir, kaidah hukum Hamurabi memusatkan perhatian pada cara berurusan dengan mereka yang berbuat salah; hanya 5 dari ke-280 peraturannya merupakan larangan langsung. Tetapi, tujuan dari Taurat Allah ialah untuk mencegah, bukan menghukum perbuatan salah.
9. Apa pengaruh dari Hukum Musa atas kehidupan orang-orang Yahudi?
9 Karena Taurat Musa ”kudus, benar dan baik”, hukum tersebut mempunyai pengaruh yang kuat atas kehidupan pribadi orang-orang Yahudi. Hukum tersebut mengatur ibadat mereka, mengatur diadakannya Sabat untuk berhenti dari pekerjaan, mengendalikan sistem ekonomi bangsa itu, menguraikan beberapa tuntutan berkenaan pakaian, dan memberikan bimbingan yang berfaedah dalam soal-soal pantangan makanan, kegiatan seks, dan kebiasaan dalam kebersihan. Bahkan fungsi-fungsi tubuh yang normal diperhatikan dengan saksama oleh Taurat Musa.
”Perintah [Yehuwa] Itu Murni”
10. (a) Mengapa Taurat membahas begitu banyak bidang kehidupan? (b) Bagaimana Taurat memajukan kebersihan fisik dan kesehatan yang baik? (Termasuk catatan kaki.)
10 Peraturan-peraturan yang sedemikian terinci yang mencakup kehidupan sehari-hari mempunyai tujuan mulia: untuk membuat orang Israel bersih—secara fisik, rohani, mental, dan moral. Misalnya, peraturan-peraturan yang menuntut agar mereka membasuh tubuh, menimbun tinja mereka, mengkarantina orang yang dijangkiti penyakit menular, dan menghindari makanan tertentu semuanya memajukan kesehatan dan kebersihan fisik.a—Keluaran 30:18-20; Imamat, pasal 11; 13:4, 5, 21, 26; 15:16-18, 21-23; Ulangan 23:12-14.
11. Apa artinya jika seseorang najis untuk upacara?
11 Namun, kesehatan yang baik dan kebersihan sebenarnya hanya masalah sekunder dibanding dengan kebersihan rohani. Itulah sebabnya seseorang yang mungkin makan salah satu makanan yang dilarang, mengadakan hubungan seks, atau menyentuh mayat, juga dianggap najis untuk upacara ibadat. (Imamat, pasal 11, 15; Bilangan, pasal 19) Jadi orang yang najis tersebut tidak boleh ambil bagian dalam ibadat—dalam beberapa keadaan dapat dihukum mati! (Imamat 15:31; 22:3-8) Namun apa hubungan larangan sedemikian dengan kebersihan rohani?
12. Bagaimana peraturan-peraturan tentang kebersihan untuk upacara memajukan kebersihan rohani?
12 Ibadat kafir dicirikan dengan pelacuran, penyembahan orang mati, dan pesta-pora. Tetapi The International Standard Bible Encyclopedia menyatakan, ”Perbuatan seks apapun tidak diijinkan sebagai sarana untuk menyembah Yahweh. Maka, semua kegiatan sedemikian dalam hal ini membuat seseorang menjadi najis. . . . Di Israel orang mati mendapat respek yang sepatutnya tetapi sama sekali tidak dipuja secara berlebih-lebihan atau menjadi obyek penyembahan. . . . Selanjutnya ikut serta dalam pesta-pesta dari bangsa-bangsa tetangga yang kafir, termasuk perjamuan makan, adalah hal yang mustahil bagi seorang Israel, karena makanan mereka najis.” Jadi peraturan-peraturan dari hukum Taurat merupakan ”tembok” pemisah dari unsur-unsur yang tidak bersih secara agama.—Efesus 2:14.
13. Bagaimana Hukum Taurat memajukan kebersihan mental?
13 Hukum Taurat juga dirancang untuk menjaga kebersihan mental orang-orang Israel. Ketetapan-ketetapannya berkenaan hubungan seks dalam perkawinan, misalnya, dimaksudkan untuk meninggikan jalan pikiran manusia. (Imamat 15:16-33) Orang Israel belajar mengendalikan diri dalam soal seks, tidak menyerah kepada nafsu yang tidak terkendali seperti orang Kanaan. Taurat bahkan mengajar para penganutnya untuk mengendalikan perasaan dan keinginan mereka, dan mengutuk pikiran yang tamak.—Keluaran 20:17.
14. Bagaimana Hukum Allah unik dalam hal memajukan kebersihan moral?
14 Namun, yang paling menonjol dari semua, ialah ditandaskannya kebersihan moral dalam hukum Taurat. Memang, kaidah hukum Hamurabi juga mengutuk perbuatan salah seperti perzinahan. Tetapi, sebuah artikel dalam The Biblical Archaeologist (Ahli Purbakala Alkitab) menyatakan, ”Berbeda dengan orang-orang Babel dan Asyur yang menganggap perzinahan hanya sebagai kejahatan terhadap hak milik suami, hukum dalam Perjanjian Lama menganggap perzinahan juga sebagai kejahatan yang serius terhadap moralitas.”
15. (a) Gambarkan bagaimana seorang Israel mungkin harus berusaha cukup keras untuk tetap bersih. (b) Bagaimana orang-orang Israel mendapat faedah dari usaha sedemikian?
15 Maka, betapa benar kata-kata pemazmur, ”Perintah [Yehuwa] itu murni, membuat mata bercahaya.” (Mazmur 19:9) Memang, kadang-kadang untuk tetap bersih dituntut banyak usaha. Wanita yang baru menjadi ibu, hanya beberapa minggu setelah kelahiran anaknya harus pergi ke Yerusalem untuk melaksanakan prosedur pentahiran. (Imamat 12:1-8; Lukas 2:22-24) Pria-pria dan wanita-wanita yang sudah menikah harus membersihkan diri untuk upacara setelah mengadakan persetubuhan, maupun juga dalam keadaan-keadaan lain yang ada kaitannya. (Imamat 15:16, 18; Ulangan 23:9-14; 2 Samuel 11:11-13) Jika mereka sungguh-sungguh mentaati hukum Taurat dan menjaga diri tetap bersih, mereka akan ’mendapat faedah’—secara fisik, mental, moral dan rohani. (Yesaya 48:17) Selain itu, pentingnya dan seriusnya menjaga diri tetap bersih ditanamkan dengan teguh kepada mereka. Yang terutama, usaha yang sungguh-sungguh untuk memelihara kekudusan akan menghasilkan perkenan Allah atas mereka.
Bersih dalam Dunia yang Najis
16, 17. (a) Sejauh mana orang-orang Kristen dewasa ini dituntut untuk tetap bersih? (b) Mengapa menjaga diri tetap bersih begitu sulit dewasa ini? (c) Bagaimana tokoh-tokoh terkemuka gagal sebagai panutan?
16 Sekarang kita dapat lebih menghargai kata-kata Petrus kepada orang-orang Kristen, ”Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu, tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.”—1 Petrus 1:14-16.
17 Harus diakui, ini tidak mudah. Ke manapun kita mengarahkan mata, kita melihat orang-orang mempraktekkan tipu daya, ketidakjujuran, imoralitas seks. The New York Times melaporkan, ”Orang-orang Amerika makin banyak yang memilih untuk hidup bersama sebelum menikah.” Bahkan orang-orang yang terkemuka memberikan contoh-contoh yang buruk. Beberapa dari orang-orang yang paling populer di dunia dewasa ini dalam bidang sport, politik, dan hiburan terang-terangan mempraktekkan bentuk-bentuk kenajisan. ”Benar-benar sangat mengecewakan,” keluh seorang penggemar olahraga, ”untuk mempunyai kepercayaan dalam diri seseorang sebagai panutan tetapi ternyata kehidupan mereka tercela.” Apa problemnya? Beberapa atlet populer mengaku telah menggunakan narkotika. Betapa sering pribadi-pribadi yang dijunjung tinggi sebagai idola menempuh kehidupan najis, ya, bahkan mesum, sebagai pezinah, melakukan percabulan, homoseks, Lesbian, pencuri, pemeras, dan pecandu narkotika! Mereka mungkin kelihatan bersih secara fisik, tetapi mulut mereka dipenuhi bahasa kotor. Mereka mungkin bahkan senang mencemoohkan sopan-santun umum, dengan membual tentang petualangan imoral mereka.
18. Bagaimana banyak orang yang menempuh kehidupan yang najis ’menuai apa yang mereka tabur’?
18 Namun, kata-kata Alkitab tidak mudah dikesampingkan begitu saja, ”Allah tiada boleh diolok-olokkan [”Allah tidak bisa dipermainkan”, BIS]; karena barang yang ditabur orang, itu juga akan dituainya. Karena barang siapa menabur di dalam hawa nafsunya itu akan menuai kebinasaan daripada hawa nafsunya.” (Galatia 6:7, Bode) Tingkah laku yang cabul sering menimbulkan penyakit, atau bahkan kematian sebelum waktunya, karena penyakit seperti misalnya sifilis, gonorrhea, dan AIDS, beberapa dari penyakit-penyakit yang paling menonjol. Tidak seimbang secara mental dan emosi, depresi, dan bahkan bunuh diri juga kadang-kadang merupakan akibat dari gaya hidup dengan kebebasan seks. Jadi walaupun orang-orang yang melakukan praktek-praktek yang imoral itu mungkin akan tertawa mengejek orang-orang yang berusaha menjaga diri bersih, gelak tawa mereka akan berhenti seraya para pengejek itu mulai ’menuai apa yang mereka tabur’.—Bandingkan Roma 1:24-27.
19, 20. Bagaimana kaum pendeta Susunan Kristen membuktikan diri najis secara agama dan moral?
19 Kita juga hidup dalam suatu dunia yang najis secara agama. Kaum pendeta mungkin mengenakan pakaian yang indah, bersih, tetapi mengajarkan praktek-praktek dan doktrin-doktrin Babel yang tidak bersih, seperti misalnya penyembahan berhala, Tritunggal, api neraka, jiwa manusia yang tidak berkematian, dan api penyucian. Mereka sama seperti para pemimpin agama mengenai siapa Yesus mengatakan, ”Celakalah kamu, hal ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu sama seperti kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran. Demikian jugalah kamu, di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi di sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan.”—Matius 23:27, 28.
20 Kaum pendeta bahkan membiarkan kenajisan di tengah-tengah kawanan mereka. Pribadi-pribadi yang dikenal imoral dan najis—mereka yang mempraktekkan percabulan, para pezinah, pelaku-pelaku homoseks—diijinkan untuk tetap mempunyai kedudukan yang baik. Mengenai ini, Newsweek melaporkan, ”Ahli ilmu jiwa Richard Sipe dari Maryland, bekas pendeta, menyimpulkan bahwa kira-kira 20 persen dari ke-57.000 imam Katolik A.S. adalah pelaku homoseks . . . Kalangan terapis lain menganggap angka yang benar sekarang mungkin lebih mendekati 40 persen.” Ahli teologia Katolik John J. McNeill (seorang homoseks yang diakui), dengan terang-terangan membenarkan homoseksualitas, ”Kasih antara dua orang lesbian atau dua pelaku homoseks, asalkan ini kasih manusiawi yang membangun, tidak berdosa dan juga tidak menjauhkan dua kekasih itu dari rencana Allah, melainkan dapat merupakan kasih yang suci.”—The Christian Century (Abad Kristen).
21. Bagaimana peringatan ”Kudus bagi [Yehuwa]” tepat bagi kita dewasa ini?
21 Maka peringatan yang dipertunjukkan pada serban imam besar lebih tepat lagi sekarang daripada sebelumnya, ”Kudus bagi [Yehuwa].” (Keluaran 28:36) Yehuwa meminta, ya, menuntut, agar kita tetap bersih dalam segala hal! Tetapi bagaimana seseorang dapat melakukan itu? Bidang-bidang apa yang mungkin perlu mendapat perhatian khusus? Artikel berikut akan membahas pertanyaan-pertanyaan ini.
[Catatan Kaki]
a Hal-hal tersebut tidak ada dalam kaidah hukum Hamurabi; juga tidak ditemukan adanya hukum mengenai kebersihan yang serupa di kalangan orang-orang Mesir purba, meskipun mereka mempraktekkan bentuk pengobatan yang relatif sudah maju. Buku Ancient Egypt (Mesir Purba) mengatakan, ”Mantera-mantera dan resep-resep ilmu gaib dengan bebas diselingi [dalam naskah-naskah pengobatan Mesir] dengan resep-resep obat yang rasional.” Tetapi, Taurat Allah, tidak mengandung unsur-unsur tambahan yang mengandung spiritisme melainkan benar-benar baik secara ilmiah. Baru pada jaman modern, misalnya, dokter-dokter melihat perlunya mencuci tangan setelah menyentuh mayat, sesuatu yang dituntut oleh Hukum Musa ribuan tahun yang lalu!—Bilangan pasal 19.
-
-
Apakah Saudara Tetap Bersih dalam Segala Hal?Menara Pengawal—1987 (Seri 42) | Menara Pengawal—1987 (Seri 42)
-
-
Apakah Saudara Tetap Bersih dalam Segala Hal?
”Menjauhlah, menjauhlah! Keluarlah dari sana! Janganlah engkau kena kepada yang najis! Keluarlah dari tengah-tengahnya, sucikanlah dirimu, hai orang-orang yang mengangkat perkakas rumah [Yehuwa]!”—YESAYA 52:11.
1. (a) Bagaimana suatu dekrit kerajaan mengijinkan agar perlengkapan rumah Yehuwa dikembalikan ke Yerusalem? (b) Bagaimana beberapa dari bejana-bejana itu telah dinajiskan?
TIBA-TIBA mereka bebas—setelah 70 tahun menjadi budak! Sebuah dekrit kerajaan pada kira-kira tahun 538 S.M. mengijinkan bangsa Yahudi untuk pulang ”dan mendirikan [kembali, NW] rumah [Yehuwa], Allah Israel”. (Ezra 1:2, 3) Berikutnya suatu perkembangan lain yang mengejutkan, ”Raja Koresy [dari Persia] menyuruh mengeluarkan perlengkapan rumah [Yehuwa] yang telah diangkut Nebukadnezar dari Yerusalem.” (Ezra 1:7, 8) Di antara barang-barang itu terdapat bejana-bejana suci yang telah dinajiskan oleh Belsyazar dan para pembesarnya pada malam kejatuhan Babel dengan secara kurang senonoh menggunakannya untuk memuji ilah-ilah palsu! (Daniel 5:3, 4) Sekarang para bekas tawanan dapat mengembalikan perlengkapan ini ke Yerusalem dan menggunakannya untuk memuji Yehuwa!
2. (a) Nubuat apa dari Yesaya akan diingat oleh semua orang yang kembali? Kepada siapa itu berlaku? (b) Mengapa mereka dinasihati untuk tidak menyentuh apapun yang najis?
2 Seraya mereka dengan perasaan gembira mempersiapkan diri untuk berangkat, orang-orang Yahudi yang akan kembali itu pasti mengingat kata-kata nabi Yesaya, ”Menjauhlah, menjauhlah! Keluarlah dari sana! Janganlah engkau kena kepada yang najis! Keluarlah dari tengah-tengahnya, sucikanlah dirimu, hai orang-orang yang mengangkat perkakas rumah [Yehuwa]!” (Yesaya 52:11) Memang orang-orang Lewilah yang mengangkut perkakas itu. (Bilangan 1:50, 51; 4:15) Tetapi, Yesaya telah menubuatkan bahwa semua orang yang kembali akan menjadi pengangkut bejana-bejana yang terhormat. Maka semua orang itu harus bersih. Mereka tidak boleh merampas barang-barang berharga dari orang-orang Babel seperti yang dilakukan orang-orang Israel ketika meninggalkan Mesir. (Bandingkan Keluaran 12:34-38.) Mereka harus bersih dari motif apapun yang materialistis atau mementingkan diri pada waktu kembali. Mengenai ’berhala tahi’ Babel, menyentuhnya saja sudah dianggap mencemarkan.a (Yeremia 50:1, 2, Klinkert) Hanya dengan bersih dalam segala hal orang-orang Yahudi dapat menempuh ”Jalan Kudus” kembali ke Yerusalem.—Yesaya 35:8, 9.
3. Siapa dewasa ini yang membawa ”perkakas rumah” Yehuwa? Mengapa benar-benar suatu tantangan bagi mereka untuk tetap bersih?
3 Saksi-Saksi Yehuwa dewasa ini juga harus bersih sebagai pembawa ”perkakas rumah” Yehuwa. Rasul Paulus mengutip kata-kata Yesaya dan menerapkannya kepada orang-orang Kristen pada jamannya, dengan mengatakan, ”Marilah kita menyucikan diri kita dari semua pencemaran jasmani dan rohani, dan dengan demikian menyempurnakan kekudusan kita dalam takut akan Allah.” (2 Korintus 6:17-7:1) Selain hidup dalam dunia yang najis, kita harus berjuang dengan kecenderungan untuk berdosa yang kita warisi. (Kejadian 8:21) Yeremia 17:9 mengingatkan kita, ”Betapa liciknya hati, lebih licik dari pada segala sesuatu, hatinya sudah membatu; siapakah yang dapat mengetahuinya?” Ada yang menipu diri dan orang-orang lain dengan percaya bahwa kehidupan mereka bersih dan diperkenan Allah, walaupun dalam kenyataan hal itu tidak demikian. Mereka mempraktekkan suatu bentuk kemunafikan. Maka kita masing-masing harus bertanya, ’Apakah saya mengerahkan segala usaha untuk bersih di hadapan Yehuwa dalam setiap hal?’ Guna membantu kita berbuat demikian, marilah kita sekarang memusatkan perhatian kepada empat segi dari kebersihan.
Kebersihan Jasmani: Hal yang Harus Didahulukan
4. (a) Mengapa kebersihan jasmani merupakan hal yang harus didahulukan di kalangan umat Yehuwa? (b) Mengapa kadang-kadang sulit untuk memelihara standar kebersihan yang tinggi?
4 Kebersihan jasmani merupakan hal yang harus didahulukan di kalangan umat Yehuwa dewasa ini sama seperti pada jaman purba. (Keluaran 30:17-21; 40:30-32) Bagaimanapun juga, apakah kita menghargai ”perkakas rumah [Yehuwa]” jika rambut, tangan, wajah, gigi, atau kuku kita kotor, atau jika kita mengeluarkan bau badan yang tidak enak? Memang mudah untuk membiarkan standar-standar dunia yang rendah ini mempengaruhi kita.—Roma 12:2.
5. (a) Mengapa begitu penting untuk menjaga agar standar kebersihan kita tetap tinggi? Berikan contoh-contoh setempat bagaimana nasihat ini dapat diterapkan. (b) Bagaimana para penatua dapat membantu?
5 Bagaimana kita dapat secara menonjol berbeda dari dunia jika kita setuju dengan standar-standar dunia yang rendah ini? Bukankah rumah yang kotor atau tempat ibadat yang tidak rapi akan menyebabkan ’Firman Allah dihujat orang’? (Titus 2:5) Tetapi bila kita mempraktekkan kebersihan pribadi yang baik, memungut sampah di tempat-tempat kebaktian, membantu memelihara Balai Kerajaan, dan menjaga rumah kita—bahkan tempat tinggal yang paling sederhana—rapi dan bersih, kita mendatangkan kemuliaan kepada Allah! (Bandingkan 1 Petrus 2:12.) Para penatua, berikanlah contoh pribadi yang baik dalam hal kebersihan. Jangan ’lalai’ untuk memberi nasihat yang tepat bila perlu.—Kisah 20:20.
6. Bagaimana seharusnya standar kita dalam berpakaian untuk perhimpunan dan dinas pengabaran?
6 Bagaimana dengan pakaian yang kita kenakan pada waktu beribadat di perhimpunan dan pada waktu dalam dinas pengabaran? Bukankah itu harus ”sopan dan sederhana”? (1 Timotius 2:9; Ibrani 10:23-25) Jangan berpikir bahwa kita wajib berpakaian rapi hanya jika mendapat bagian di perhimpunan. Pakaian yang sembarangan tidak pantas dan tidak patut untuk ibadat. Tas-tas buku yang sudah usang dan Alkitab yang sudah kumal atau kotor juga mengalihkan perhatian dari berita Kerajaan.
Menghindari Pencemaran Mental
7. Apa kuncinya untuk kebersihan mental, menurut Filipi 4:8?
7 Di Filipi 4:8 Paulus menasihati, ”Akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.” Meskipun demikian, di mana-mana kita diserang dengan godaan untuk menyelidiki ”seluk-beluk Iblis”.—Wahyu 2:24.
8. Bagaimana bahaya-bahaya yang ditimbulkan oleh berbagai bentuk hiburan dapat digambarkan? Berikan contoh-contoh setempat.
8 Misalnya, bahan-bahan yang porno dan yang menonjolkan kekerasan yang hebat mudah diperoleh, mengakibatkan timbulnya problem-problem yang serius bagi mereka yang menggunakan video-cassette recorder. Di Eropa, seorang saudara yang sudah menikah menonton kaset-kaset video yang cabul setelah istrinya tidur. Benih perbuatan salah tertanam dengan kuat, sehingga mengakibatkan perzinahan. (Bandingkan Yakobus 1:14, 15.) Di sebuah negeri Afrika, sekelompok remaja Saksi meminjam kaset video yang cabul dari teman-teman sekolah dan menontonnya pada waktu orangtua mereka pergi. Tetapi, seorang penatua di Nigeria, mengatakan, ’Bahaya yang lebih besar sering terdapat dalam acara-acara tetap di TV yang juga mempertontonkan kekerasan, kejahatan, peperangan, adegan-adegan persetubuhan, dan kebencian terhadap integritas perkawinan.’ Surat-surat kabar bergambar yang murahan, majalah-majalah porno, novel-novel yang membangkitkan nafsu seks, film-film, dan musik yang merendahkan martabat juga merupakan bahaya yang sangat umum.
9. (a) Mengapa kita harus selektif terhadap apa yang kita dengarkan, tonton, dan baca? (b) Bagaimana hendaknya reaksi kita bila menghadapi bahan yang meragukan?
9 Kita tidak dapat membiarkan pikiran kita dikotori dengan hal-hal ’yang disebut sajapun memalukan’. (Efesus 5:12) Jadi hendaklah selektif dengan apa yang saudara dengarkan, tonton, dan baca. Waspadalah dan cepatlah bereaksi untuk menolak bahan-bahan yang meragukan. (Mazmur 119:37) Ini menuntut pengendalian diri yang sungguh-sungguh, mungkin secara kiasan ’menyiksa tubuh saudara dan memperhambakannya’. (1 Korintus 9:27, Bode) Namun, hendaklah saudara selalu ingat bahwa apa yang ditonton secara diam-diam diamati oleh ”Allah yang tidak kelihatan”. (Ibrani 11:27, BIS) Jadi hindari hal-hal yang meragukan. ”Ujilah apa yang berkenan pada Tuhan.”—Efesus 5:10.
”Menjaga” agar Tetap Bersih secara Moral
10. (a) Apa salah satu alasan mengapa begitu banyak yang ditegur atau dipecat tiap tahun? (b) Prinsip Alkitab apa hendaknya membimbing tingkah laku kita pada waktu liburan dan di tempat kerja?
10 Di Efesus 5:5 Paulus memperingatkan, ”Karena ingatlah ini baik-baik: tidak ada orang sundal, orang cemar atau orang serakah, artinya penyembah berhala, yang mendapat bagian di dalam Kerajaan Kristus dan Allah.” Namun, tiap tahun ribuan ditegur atau dipecat karena imoralitas seks—”berdosa kepada tubuhnya sendiri”. (1 Korintus 6:18, Bode) Sering, ini hanya akibat dari tidak ”menjaganya sesuai dengan firman [Allah]”. (Mazmur 119:9) Banyak saudara misalnya, menanggalkan kewaspadaan moral mereka selama masa liburan. Dengan melalaikan pergaulan teokratis, mereka mulai berteman dengan orang-orang duniawi yang sedang berlibur juga. Karena menganggap bahwa mereka adalah ’orang-orang yang sebenarnya baik’, ada orang-orang Kristen yang telah ikut dalam kegiatan yang meragukan. Demikian pula, orang-orang lain terlalu akrab dengan teman-teman sekerja. Seorang penatua Kristen menjadi begitu akrab dengan seorang karyawati sehingga ia meninggalkan keluarganya dan tinggal bersama wanita itu! Akibatnya ia dipecat. Betapa benar kata-kata Alkitab, ”Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik”!—1 Korintus 15:33.
11. Mengapa pertemuan-pertemuan ramah-tamah Kristen hendaknya diawasi dengan sepatutnya?
11 Dari Afrika Selatan datang laporan berikut, ”Bahaya lain yang mengancam ketulusan moral ialah pesta-pesta yang besar . . . beberapa di antaranya ada yang diadakan setelah acara kebaktian distrik.” Tetapi, pertemuan-pertemuan Kristen yang lebih kecil yang diawasi dengan baik jarang berubah menjadi ”pesta pora”. (Galatia 5:21) Jika minuman keras disajikan, lakukanlah itu di bawah pengawasan dan secara bersahaja. ”Anggur adalah pencemooh,” dan di bawah pengaruhnya, ada saudara-saudara yang telah menanggalkan kewaspadaan moral mereka atau membangkitkan kelemahan mereka yang selama ini terpendam. (Amsal 20:1) Demikianlah, dua rohaniwan muda melakukan perbuatan homoseks setelah meminum minuman keras dengan berlebihan.
12, 13. (a) Bagaimana ada orang yang membenarkan tingkah laku imoral? Mengapa cara berpikir sedemikian keliru? (b) Bagaimana kita dapat tetap waspada kepada ancaman terhadap moral yang baik?
12 Bila tergoda untuk berbuat salah, ingatlah bahwa, tidak soal betapa bersih kita mungkin dari luar, keadaan kita yang sesungguhnya dalam hati itulah yang penting. (Amsal 21:2) Ada yang rupanya merasa bahwa Allah akan mengampuni petualangan dalam tingkah laku imoral yang dilakukan berulang kali karena mereka lemah. Tetapi tidakkah ini ”menyalahgunakan kasih karunia Allah kita untuk melampiaskan hawa nafsu”? (Yudas 4) Ada yang bahkan membayangkan bahwa ”Yehuwa tidak melihat kita.” (Yehezkiel 8:12) Namun ingat, bahwa ”tidak ada suatu makhlukpun yang tersembunyi di hadapanNya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepadaNya kita harus memberikan pertanggungan jawab”.—Ibrani 4:13.
13 Jadi waspadalah kepada ancaman terhadap moral yang baik! ”Percabulan dan rupa-rupa kecemaran atau keserakahan disebut sajapun jangan di antara kamu, sebagaimana sepatutnya bagi orang-orang kudus. Demikian juga perkataan yang kotor, yang kosong atau yang sembrono [”cabul”, BIS]—karena hal-hal ini tidak pantas—tetapi sebaliknya ucapkanlah syukur.” (Efesus 5:3, 4) ”Bencilah yang jahat”, tidak soal betapa menyenangkan hal itu bagi tubuh kita.—Roma 12:9, BIS.
Tetap Bersih secara Rohani
14, 15. (a) Bagaimana beberapa orang telah membiarkan diri kena pencemaran rohani? (b) Bagaimana orang-orang murtad menggunakan ’mulut mereka untuk membinasakan sesama manusia’? (c) Dalam hal apa saja orang-orang murtad benar-benar najis, dan apa yang telah mereka lupakan?
14 Ada yang telah membiarkan dirinya terkena kemungkinan pencemaran rohani dengan mendengarkan siaran agama di radio dan televisi. Di sebuah negeri di Afrika, ada yang telah menonton drama-drama TV yang menggambarkan kepercayaan takhyul dari agama-agama animis tradisional sebagai sesuatu yang baik. Tetapi, rasul Paulus memperingatkan terhadap bahaya yang lebih mematikan—orang-orang murtad yang ”merusak iman sebagian orang”. (2 Timotius 2:16-18) Pribadi-pribadi seperti itu masih ada! (2 Petrus 2:1-3) Dan kadang-kadang mereka berhasil meracuni jalan pikiran orang-orang lain. Seperti dikatakan oleh Amsal 11:9, ”Dengan mulutnya orang fasik membinasakan sesama manusia.”
15 Orang-orang yang murtad sering merangsang ego, dengan menyatakan bahwa kebebasan kita telah dirampas, termasuk kebebasan untuk menafsirkan Alkitab bagi diri sendiri. (Bandingkan Kejadian 3:1-5.) Sesungguhnya, para calon pencemar ini tidak lain hanya menawarkan agar kita kembali kepada ajaran-ajaran yang memuakkan dari ”Babel besar”. (Wahyu 17:5; 2 Petrus 2:19-22) Yang lain merangsang hal-hal jasmani, dengan mendesak bekas rekan-rekan untuk ”santai saja” karena pekerjaan kesaksian dari rumah ke rumah yang menuntut kerendahan hati dianggap ”tidak perlu” atau ”tidak berdasarkan Alkitab”. (Bandingkan Matius 16:22, 23.) Memang, orang-orang yang pandai bicara itu mungkin dari luar kelihatannya bersih secara jasmani dan moral. Tetapi dari dalam mereka najis secara rohani, karena telah menyerah kepada cara berpikir yang angkuh dan independen. Mereka telah melupakan segala sesuatu yang mereka pelajari tentang Yehuwa, nama suci dan sifat-sifatNya. Mereka tidak lagi menghargai bahwa segala sesuatu yang mereka pelajari tentang kebenaran Alkitab—harapan yang mulia mengenai Kerajaan dan bumi firdaus dan doktrin-doktrin palsu yang sudah ditelanjangi, seperti misalnya Tritunggal, jiwa manusia yang tidak berkematian, siksaan kekal, dan api penyuciannya, ini semua mereka peroleh melalui ”hamba yang setia dan bijaksana”.—Matius 24:45-47.
16. Bagaimana orang benar diselamatkan ”oleh pengetahuan”?
16 Menarik bahwa seorang pengawas wilayah di Prancis mengatakan, ”Ada saudara-saudara yang telah diperdayakan karena mereka kurang pengetahuan yang saksama.” Itulah sebabnya Amsal 11:9 mengatakan, ”Orang benar diselamatkan oleh pengetahuan.” Ini tidak berarti mendengarkan kepada orang-orang murtad atau memeriksa tulisan mereka. Sebaliknya, ini berarti sampai kepada ”pengetahuan yang saksama tentang rahasia kudus Allah” melalui pelajaran pribadi yang sungguh-sungguh dari Alkitab dan publikasi-publikasi Lembaga yang berdasarkan Alkitab. Setelah mempunyai pengetahuan saksama ini, siapa yang akan menjadi begitu ingin tahu sehingga memperhatikan ucapan-ucapan orang-orang murtad? Semoga tidak seorang pun ”memperdayakan kamu dengan kata-kata yang indah”! (Kolose 2:2-4, NW) Propaganda agama palsu dari sumber manapun hendaknya dihindari seperti racun! Sesungguhnya, karena Tuhan kita telah menggunakan ”hamba yang setia dan bijaksana” untuk menyampaikan kepada kita ”perkataan hidup yang kekal”, untuk apa kita ingin berpaling ke tempat lain?—Yohanes 6:68.
Apakah Saudara Akan Tetap Bersih?
17, 18. Mengapa penting untuk memupuk (a) kebersihan jasmani, (b) kebersihan mental, (c) kebersihan moral, dan (d) kebersihan rohani?
17 Jadi banyak yang terlibat dalam menjaga diri tetap bersih di hadapan Allah Yehuwa. Dengan secara jasmani tetap menjaga bersih tubuh kita, rumah kita, pakaian kita, dan Balai Kerajaan kita, berita Kerajaan kita diperindah. Dengan tetap bersih secara mental kita dibantu untuk tetap bersih secara moral dan rohani. Ini menuntut agar kita mentaati nasihat Paulus di Filipi 4:8, untuk tetap memusatkan pikiran kita kepada hal-hal yang benar, suci, dan patut dipuji.
18 Kita juga dapat lebih menyadari daripada sebelumnya bahwa kita harus tetap bersih secara moral dalam kata-kata maupun tindakan. Yehuwa dengan jelas dan tegas memperingatkan kita bahwa mereka yang melakukan bentuk imoralitas apapun tidak akan mewarisi Kerajaan Allah. (1 Korintus 6:9-11) Tidak soal betapa menyenangkan nampaknya perkara-perkara yang kotor sedemikian, jika kita menabur menurut daging, kita akan menuai kebinasaan menurut daging. (Galatia 6:8) Akhirnya, ada soal untuk tetap bersih secara rohani, bersih secara doktrin. Kebersihan sedemikian membantu kita memelihara kemurnian hati dan pikiran kita. Dengan demikian kita digerakkan untuk selalu menyelidiki pikiran Allah dalam setiap masalah—bukan pikiran kita sendiri.
19. Apa yang dapat membantu kaum terurap maupun ”kumpulan besar” untuk tetap bersih dalam segala hal?
19 Tidak lama lagi promotor utama dari kenajisan—Setan si Iblis—bersama hantu-hantunya, akan dicampakkan ke dalam jurang maut yang dalam. Hingga saat itu, semoga semua hamba Yehuwa—dari golongan terurap dan ”kumpulan besar”—tetap bersih sebagai pembawa perlengkapan rumah Yehuwa. (Wahyu 7:9, 13-15; 19:7, 8; 20:1-3) Perjuangan memang tidak ada hentinya dan sulit. Namun ingat, bahwa Yehuwa dengan limpah memberikan ”roh kekudusan”Nya. (Roma 1:4) OrganisasiNya yang bersih, dengan penatua-penatuanya, juga siap membantu kita dengan memberikan nasihat yang baik, berdasarkan Alkitab. Dengan bantuan sedemikian dan tekad kita sendiri, kita dapat tetap bersih dalam segala hal!
[Catatan Kaki]
a Kata Ibrani untuk berhala-berhala tahi, gil·lu·limʹ, merupakan suatu ungkapan perasaan jijik yang semula berarti ”potongan-potongan tahi”—sesuatu yang sangat menjijikkan bagi orang Yahudi.—Ulangan 23:12-14; 1 Raja 14:10; Yehezkiel 4:12-17.
-